Brine shrimp lethality test fraksi ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan [Lantana camara L.] beserta profil kromatografi lapis tipisnya - USD Repository

  

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST FRAKSI EKSTRAK ETANOL DAUN

TUMBUHAN TEMBELEKAN ( Lantana camara L.) BESERTA PROFIL

KROMATOGRAFI LAPIS TIPISNYA

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

  

Oleh :

R. Hendra Krismawan

NIM : 018114123

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

INTISARI

  Daun tumbuhan tembelekan (Lantana camara L.) sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, salah satunya untuk mengobati pembengkakan/tumor, sebagai antiseptik dan antitoksik. Telah diketahui bahwa ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan memiliki efek toksik terhadap larva artemia akan tetapi belum ada laporan ilmiah mengenai efek paling toksik dari fraksi ekstrak etanol. Untuk mengetahui fraksi paling toksik tersebut dilakukan penelitian dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST), yang dinyatakan dengan nilai Lethal Concentration 50 (LC ).

  50 Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan rancangan posttest

only control group design . Penelitian dilakukan dengan menggunakan ekstrak

  etanol dari daun tumbuhan tembelekan yang dibuat fraksi. Fraksi diperoleh dengan metode Vaccum Coloumn Chromatography (VCC). Hasil fraksinasi diperoleh 3 fraksi yaitu F , F , dan F yang kemudian diuji dengan metode BST.

  2

  3

4 Sampel uji dan kontrol dibuat seri konsentrasi yaitu F

  2 (100; 178; 316,84;

  563,97; 1003,87) μg/ml, F

  3 (5; 10,5; 22,05; 43,3; 97,2) μg/ml, dan F 4 (10; 32;

  102,4; 327,7; 1048,6) μg/ml. Kontrol menggunakan air laut buatan, replikasi sebanyak 5 kali. Jumlah larva Artemia salina Leach yang mati pada tiap konsentrasi dihitung setelah 24 jam perlakuan. Nilai LC

  50 dihitung dengan analisis

  probit. Fraksi dikatakan toksik apabila harga LC

  50

  ≤ 1000 μg/ml. Dari fraksi yang paling toksik dilakukan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk mengetahui profil bercak yang terkandung di dalamnya.

  Hasil penelitian menunjukkan nilai LC dari F

  2 sebesar 508 μg/ml, F

  3

  50

  sebesar 23 μg/ml, dan F

  4 sebesar 101 μg/ml sehingga dapat dinyatakan bahwa F

  3

  bersifat paling toksik. Gambaran profil bercak dari fraksi yang paling toksik dengan KLT menunjukkan bahwa bercak yang diduga menyebabkan kematian larva artemia adalah golongan terpenoid dengan Rf sebesar 0,3. Kata kunci : Daun tumbuhan tembelekan (Lantana camara L. ), Vaccum

  Coloumn Chromatography (VCC), Fraksi toksik, Brine Shrimp

  (BST), LC

  Lethality Test

50.

  

ABSTRACT

  People often use Tembelekan leaf (Lantana camara L) as the traditional medicine to cure tumor, as antiseptic and also as an antitoxin. It has been known that the ethanol extract and chloroform extract of Lantana camara L has toxin effect to artemia larva but there is no scientific report about the most toxicity of fraction etanol extract. To know the toxicibility of that fraction, the research using Brine Shrimp Lethality Test (BST) method which was determined with LC .

  50 This research was a pure experiment by applying the posttest only control

group design and the etanol extract of tembelekan leaf -that was made into fraction-

  was used. To get the fraction, the Vaccum Coloumn Chromatography method that was applied. Three fractions to test by using BST method- those are F

  2 , F 3 , F 4 , were

  gotten. The test and control sample were formed as concentration series-those were

  F 2 (100; 178; 316,84; 563,97; 1003,87) μg/ml, F 3 (5; 10,5; 22,05; 43,3; 97,2) μg/ml

  and F

  4 (10; 32; 102,4; 327,7; 1048,6) μg/ml. The control used the water with 5

  replicate. The number of the dead Artemia Salina Leach on every concentration was counted after 24 hours. The percentage of LC was counted by using the probit

  50

  analysis. Fraction was determined as toxin if the percentage of LC was

  50 ≤ 1000

  μg/ml. To know the contents of the spotted profile, a thin layer chromatography was done to the most toxic fraction.

  The result of the research showed that the LC

  50 percentage of F 2 was 508

  was 23 was 101 was the μg/ml, F

  3 μg/ml, and F 4 μg/ml. So it could be said that F

  3

  most toxic fraction. The description of spotted profile of the most toxic fraction by using a Thin Layer Chromatography showed that the spot that was estimated as the causing the artemia dead is terpenoid and had Rf of 0,3 Key words: Lantana camara L, Vaccum Coloumn Chromatography (VCC), Brine

  Shrimp Lethality Test (BST), LC 50 , toxic fraction.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur atas setiap anugerah Tuhan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Brine Shrimp Lethality Test Fraksi

  

Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Tembelekan ( Lantana camara L. ) Beserta

Profil Kromatografi Lapis Tipisnya”. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari

  bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Ibu Rita Suhadi M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku pembimbing pertama yang selalu memberi dukungan, pengetahuan, kritik dan saran yang luar biasa dan selalu sabar pada penulis.

  3. Bpk. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Pembimbing kedua yang banyak memberi dukungan, pengetahuan, masukan dan saran yang berharga.

  4. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji atas masukan-masukan dan saran yang berharga.

  5. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji atas masukan-masukan dan saran yang berharga.

  6. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. Terima kasih atas diskusi, masukan dan saran yang diberikan

  7. Bapak, Ibu, juga Mas Andre dan adikku Siska terima kasih atas kepercayaan, dukungan serta doa yang diberikan. ix

  8. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Andre selaku staf laboratorium.

  Terima kasih atas bantuan, “guyonan” dan saran yang diberikan..

  9. Team Proyek Tembelekan : Lia KKT, Novi dan Apri. Terima kasih atas kerjasama dan bantuan serta semangat yang diberikan.

  10. Rekan-rekan angkatan 2001 : Rudi Kembongce, Deny, Rima, Endah Sari, Mario Cahyo, Delila, Wiwin, Mirah, Ade, Theo, Freddy, Prastowo, Prasojo, Gita, Awan, Maya, Himawan, Lita, Lisa, Themy, Dio, Dewi, serta khususnya kelompok E. Terima kasih atas semuanya.

  11. Wiwid Lecek serta teman-teman Kost : Andi, Tumbur, Dian, Koeprit, Pak Min, Tommy. Terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan pinjaman printer.

  12. Mas Bondan, Mbak Dama, Mita serta Mbak Mimin sekeluarga. Terimakasih atas pinjaman camera juga support yang diberikan.

  13. Martina Herliana Wati. Terima kasih untuk diskusi, support, bantuan, dan kasih sayang yang pernah diberikan. Terimakasih juga telah menyalakan kembali semangat yang hampir padam. Thank’s.

  14. Rekan-rekan angkatan 2003 : Marga (thank’s), Rosa, Devi, Titin, Mitea, Vitea, Rani, Lintang, Yohana, Nella, Doni, Wati, Hengky, Vera, Ari, Eta, Galeh. Terima kasih atas diskusi, bantuan, dan kebersamaannya.

  15. Rekan-rekan angkatan 2002 : Eddy (thank’s), Kobo, Heri, Nowo, Firman, Bowo, Peter, Elni, Vicky, TeGe, Puri. Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa, “sindiran” dan diskusi yang diberikan.

  16. Ibu Retno dan Bpk. Bagus Wahyuono atas pengertian dan dukungan yang x

  17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Dalam kesempatan ini, tak lupa penulis memohon maaf kepada semua pihak atas kekurangan dan kesalahan yang mungkin dilakukan penulis. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….……. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA….………………………………………. v

  INTISARI………………………………………………………………………… vi

  

ABSTRACT ………………………………………………………………………. vii

  KATA PENGANTAR ….…………...…………………………………………… viii DAFTAR ISI..……………………………………………………………………. xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….. xv DAFTAR GAMBAR...…………………………….…………………………….. xvi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….…….. xviii DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG…………………………………..… xx BAB I. PENGANTAR…………………………………………………………….

  1 A. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1 1. Perumusan masalah................................................................................

  3 2. Keaslian penelitian.................................................................................

  3 3. Manfaat penelitian..................................................................................

  4 B. Tujuan Penelitian…………………………………………………………...

  4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………………….

  5

  xii

  14 F. Penyarian.......................................................................................................

  21 C. Bahan dan Alat Penelitian.............................................................................

  20 2. Definisi Operasional..............................................................................

  20 1. Variabel penelitian.................................................................................

  20 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...............................................

  20 A. Jenis dan Rancangan Penelitian...................................................................

  19 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...............................................................

  17 I. Keterangan Empiris........................................................................................

  16 H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

  15 G. Kromatografi Vakum kolom.........................................................................

  13 E. Kanker...........................................................................................................

  1. Keterangan botani .................................................................................

  10 D. Uji Toksisitas Akut.......................................................................................

  9 2. Penggunaan artemia pada metode BST.................................................

  8 1. Lingkungan hidup artemia.....................................................................

  7 C. Artemia.........................................................................................................

  6 B. Terpenoid......................................................................................................

  5. Kegunaan............................................................................................... 6 6. Penelitian dengan BST...........................................................................

  6

  5 4. Kandungan kimia...................................................................................

  5 3. Deskripsi tanaman..................................................................................

  5 2. Nama daerah..........................................................................................

  22

  xiii

  2. Alat penelitian..........................................................................................

  23 D. Tata Cara Penelitian......................................................................................

  24 1. Determinasi tumbuhan Tembelekan (Lantana camara L.) .................

  24 2. Pengumpulan bahan...............................................................................

  24 3. Penyiapan bahan....................................................................................

  24

  4. Maserasi................................................................................................. 24

  5. Fraksinasi............................................................................................... 25 6. Pembuatan air laut buatan......................................................................

  27 7. Penetasan telur artemia..........................................................................

  27 8. Pembuatan larutan sampel.....................................................................

  28 9. Uji toksisitas akut dengan BST.............................................................

  30 10. Uji KLT fraksi toksik daun tumbuhan tembelekan...............................

  30 11. Analisis hasil..........................................................................................

  31 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................

  32 A. Determinasi Tanaman...................................................................................

  32 B. Pengumpulan Bahan .....................................................................................

  32 C. Maserasi Daun Tumbuhan Tembelekan........................................................

  33 D. Fraksinasi Ekstrak etanol hasil maserasi…………………….…………......

  35 E. Pembuatan Air Laut Buatan (ALB) .............................................................

  44 F. Penetasan Telur Artemia...............................................................................

  44 G. Uji Toksisitas dengan Metode BST..............................................................

  46 H. Uji KLT fraksi toksik daun tumbuhan tembelekan.......................................

  54

  xiv BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................

  65 A. Kesimpulan...................................................................................................

  65 B. Saran..............................................................................................................

  65 C. Keterbatasan Penelitian.................................................................................

  65 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

  66 LAMPIRAN............................................................................................................ 69 BIOGRAFI PENULIS.............................................................................................

  94

  

DAFTAR TABEL

Tabel I Seri konsentrasi larutan sampel daun tumbuhan tembelekan...

  29 Tabel II Penggabungan hasil fraksinasi menjadi 5 fraksi berdasarkan data gambar 6………………………………………………

  43 Tabel III Persentase kematian larva artemia akibat pemberian fraksi ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan..............................

  50 Tabel IV Data kromatogram tiga fraksi toksik.......................................

  57 Tabel V Data kromatogram gambar 15..................................................

  62

  

DAFTAR GAMBAR

Hal.

  Gambar 1. Struktur pentasiklik triterpenoid (Kaufman, Cseke, Warbers, Duke, Brielmann, 1988)…………………………

  7 Gambar 2. Kromatogram ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan untuk panduan fraksinasi dengan perbandingan fase gerak 93:7…………………………………………………………

  36 Gambar 3. Kromatogram ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan untuk panduan fraksinasi dengan perbandingan fase gerak 90:10..………………………………………………………

  38 Gambar 4. Kromatogram ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan untuk panduan fraksinasi dengan perbandingan fase gerak 85:15..………………………………………………………

  39 Gambar 5. Kromatogram ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan untuk panduan fraksinasi dengan perbandingan fase gerak 80:20..………………………………………………………

  40 Gambar 6. Kromatogram 12 fraksi ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan hasil fraksinasi dengan jarak pengembangan 15 cm…………………………………………………………..

  42 Gambar 7. Kurva hubungan nilai probit versus log konsentrasi F 2 ........

  51 Gambar 8. Kurva hubungan nilai probit versus log konsentrasi F

  3 ……

  52

  xvii Gambar 9. Kurva hubungan nilai probit versus log konsentrasi F 4 ........

  52 Gambar 10. Kromatogram tiga fraksi toksik daun tumbuhan tembelekan………………………………………………….

  56 Gambar 11. Potongan atas gambar 14, Kromatogram fraksi toksik daun tumbuhan tembelekan............................................................

  58 Gambar 12 Potongan bawah Gambar 14, Kromatogram fraksi toksik daun tumbuhan tembelekan...................................................

  59 Gambar 13. Potongan tengah Gambar 14, Kromatogram fraksi toksik daun tumbuhan tembelekan.………………………………..

  60 Gambar 14. Foto kromatogram kontrol KLTP. (A) deteksi UV 365 nm, (B) deteksi vanilin-asam sulfat..............................................

  61 Gambar 15. Foto kromatogram KLTP bercak Rf 0,3 dari fraksi toksik..................................................................................... 62

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tumbuhan tembelekan............ 69 Lampiran 2. Foto tumbuhan tembelekan................................................... 70 Lampiran 3. Foto bunga tumbuhan tembelekan........................................ 70 Lampiran 4. Foto buah tumbuhan tembelekan.......................................... 71 Lampiran 5. Foto aquarium untuk uji BST................................................ 71 Lampiran 6. Foto rangkaian alat Vaccum Coloumn Chromatography

  (VCC)……………………………………………………… 72 Lampiran 7. Foto hasil fraksinasi Vaccum Coloumn Chromatography… 72 Lampiran 8. Data fraksinasi dan penggabungan fraksi………………….

  73 Lampiran 9. Data orientasi untuk mendapatkan seri konsentrasi yang akan digunakan dalam pengujian serta data kematian 74 setelah perlakuan...................................................................

  Lampiran

  10. Perhitungan data statistik SPSS 10.00 dengan menggunakan analisis probit terhadap F

  2 daun tumbuhan

  tembelekan............................................................................ 83 Lampiran

  11. Perhitungan data statistik SPSS 10.00 dengan menggunakan analisis probit terhadap F

  3 daun tumbuhan

  86 tembelekan............................................................................

  Lampiran

  12. Perhitungan data statistik SPSS 10.00 dengan menggunakan analisis probit terhadap F

  4 daun tumbuhan

  89

  xix Lampiran 13. Data kromatogram dari 3 fraksi toksik.................................. 92 Lampiran 14. Data kromatogram KLTPreparatif dari bercak Rf 0,3 pada F ............................................................................................

  93

  3

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

  14. NaCl = natrium klorida

  μg = microgram

  microliter 23.

  μl =

  

microgram per mililiter

22.

  μg/ml =

  C = derajat celcius 19. l = liter 20. % = prosen/persen 21.

  o

  17. UV = ultraviolet 18.

  = natrium hidrokarbonat 16. nm = nanometer

  3

  15. NaHCO

  1. ALB = Air Laut Buatan

  2. CaCl

  4 = magnesium sulfat

  11. MgSO

  2 = magnesium klorida

  10. MgCl

  8. m = meter 9. mg = miligram

  50 = Median Lethal Concentration

  7. LC

  6. KLT = Kromatografi Lapis Tipis

  5. KCl = kalium klorida

  = kalsium klorida 3. cm = centi meter 4. g = gram

  2

  12. ml = mililiter 13. mm = milimeter

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Alam Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan yang layak diteliti

  dan dikembangkan potensinya sebagai sumber obat. Salah satunya adalah tumbuhan tembelekan (Lantana camara L.) yang secara luas sudah digunakan oleh masyarakat untuk menghilangkan pembengkakan/tumor, rematik, tetanus, malaria, sebagai antiseptik, antitoksik, dan perangsang muntah (Rana, Prasad, and Blazquez, 2005).

  Daun tumbuhan tembelekan mengandung senyawa golongan terpenoid diantaranya 1-triacontanol,

  α-pinene, cadidene, cadinol, camerene, β- caryophyllen, cineole, citral, dipentene, eugenol, furfural, γ-terpinene, geraniol,

icterogenin, isocamarene, lantadene A, lantadene B, lantanic acid, lantanine,

lantanolic acid, linalool, methyl-3-oxo-ursolate, p-cymene, phellandral,

phellandrene, phellandrone, dan terpineol.(Duke, 2001).

  Penelitian dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST) yang dilakukan oleh Sugianti (2007) menggunakan ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan bersifat toksik dengan nilai LC sebesar 60,4

  50

  μg/ml. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk fraksi dari ekstrak etanol tumbuhan tembelekan dengan harapan dapat diketahui suatu fraksi yang memberikan efek paling toksik sehingga dapat

  2 Metode fraksinasi yang digunakan adalah Vaccum Coloumn Chromatography (VCC) karena dapat memisahkan suatu senyawa dengan cepat. Metode VCC termasuk pemisahan senyawa secara preparatif yang dilakukan dalam suatu kolom dan diaktifkan dengan vakum. Proses eluasi yang terjadi berdasarkan gradien kepolaran fase gerak (Coll & Bowden, 1986).

  Metode BST adalah suatu metode yang cukup praktis, murah, sederhana, cepat tapi tidak mengesampingkan keakuratannya untuk skrining awal tanaman berpotensi antikanker dengan menggunakan hewan uji larva Artemia salina Leach . Prinsip metode ini adalah uji toksisitas akut terhadap artemia dengan penentuan nilai LC

  50 setelah perlakuan 24 jam (Meyer, Ferrigni, Putnam, Jacobsen, Nichols,

  and McLaughlin, 1982). Artemia digunakan sebagai hewan uji karena artemia memiliki kesamaan tanggapan dengan mammalia, misalnya tipe DNA-dependent RNA polimerase artemia serupa dengan yang terdapat pada mammalia dan

  organisme ini memiliki ouabaine-sensitive Na and K dependend ATPase, sehingga senyawa maupun ekstrak yang memiliki aktivitas pada sistem tersebut dapat terdeteksi (Solis, Wright, Anderson, Gupta, and Phillipson, 1993).

  Metode BST tidak spesifik terhadap antikanker dan sebagian aksi fisiologis, namun metode ini dapat memonitor kemungkinan adanya efek sitotoksik tanpa perlu menghabiskan waktu dan biaya penelitian dibandingkan dengan pengujian sitotoksisitas umum, misalnya dengan menggunakan biakan sel kanker. Penelitian yang dilakukan Meyer et al., (1982) dan Solis et al., (1993) menunjukkan bahwa senyawa yang bersifat sitotoksik akan bersifat toksik bila

  3 belum tentu bersifat sitotoksik, sehingga perlu dilakukan uji tingkat lanjut dengan menggunakan biakan sel kanker. Suatu larutan memiliki nilai LC

  50 < 1000 μg/ml

  maka larutan tersebut memiliki efek toksik yang besar yang nantinya diharapkan memiliki efek sitotoksik, yang merupakan syarat utama untuk aktivitas antikanker.

  Dengan demikian, diharapkan metode BST dapat digunakan sebagai langkah awal untuk menemukan senyawa-senyawa yang memiliki efek sitotoksik.

  1. Perumusan masalah

  a. Fraksi manakah dari ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan yang paling toksik terhadap larva artemia yang ditunjukkan dengan nilai LC

  50

  paling kecil?

  b. Bagaimanakah profil KLT fraksi paling toksik ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan?

  2. Keaslian penelitian

  Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan daun tumbuhan tembelekan antara lain isolasi dan identifikasi komponen kimia daun tembelekan asal Tamalanrea Ujung Pandang oleh Aida (1990); penelitian farmakognosi dan kandungan kimia dari daun Lantana camara oleh Soelastru (1986); pemeriksaan flavonoid dan verbaskosid daun Lantana camara L. oleh Asterina (1994); uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun tembelekan terhadap Staphylococcus

  

aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 35218 oleh Asteria (2006).

Brine Shrimp Lethality test (BST) ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan

  (Lantana camara L.) beserta profil kromatografi lapis tipisnya oleh Sugiyanti

  4 mengenai toksisitas akut fraksi dari ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan terhadap larva artemia.

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi mengenai besarnya toksisitas fraksi dari ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan terhadap larva artemia sehingga dapat dilakukan isolasi untuk mendapatkan senyawa yang berpotensi untuk pengobatan kanker.

  b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kemungkinan pengobatan alternatif penyakit kanker menggunakan daun tumbuhan tembelekan.

B. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui fraksi ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan yang paling toksik terhadap larva artemia yang ditunjukkan dengan nilai LC

  50 paling kecil.

  2. Mengetahui profil KLT dari fraksi paling toksik ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tembelekan

  1. Keterangan botani

  Tembelekan (Lantana camara L.) termasuk dalam familia Verbenaceae. Tembelekan mempunyai sinonim: L. aculeata L., L. antillana Rafin, L. mutabilis Salisb., L. polyacanthus SCH., L. scabrida Soland, L.

  viburnoides Blanco (Dalimartha, 2002)

  2. Nama daerah

  Sumatra : Bunga pagar, kayu singapore, tahi ayam (Melayu) Sunda : Kembang satek, saliyara, saliyere, tahi ayam, t. Kotok, cente.

  Jawa : Kembang telek, Oblo, puyengan, pucengan, tembelek, tembelekan, teterapan, waung, weliran.

  Madura : Kamanco, mainco, tamanjho.

  (Dalimartha, 2002).

  3. Deskripsi tumbuhan

  Tembelekan berupa perdu bercabang banyak, tinggi 0,5-5 m. Batang segi empat, batang muda penuh rambut, kelenjar kecil dan selalu dengan duri tempel. Daun bertangkai sangat panjang, bulat telur dengan pangkal tumpul, dan ujung runcing, bergigi, bergerigi, dari sisi atas berbulu kasar, dari sisi bawah berbulu jarang, (5-8) kali (3,5-5) cm. Bentuk bunga bulir pendek di ketiak,

  6 berbentuk tabung lonceng, berlekuk tidak dalam, tinggi ± 2 mm. Tabung mahkota membengkok, panjang ± 1 cm, tepian bertaju 4-5, taju tidak sama besarnya, orange, merah muda, merah atau putih, sering bergantian warna. Benangsari empat, yang panjang dua. Buah batu saling berdekatan, bentuk bulat telur, berinti satu. Tumbuhan hias atau pagar, berasal dari Amerika Tropis, sebagian besar liar, tumbuh pada ketinggian 1-700 m di atas permukaan laut, tumbuh di daerah yang cerah matahari sampai cukup teduh. (Van Steenis, 1975).

  4. Kandungan kimia

  Daun tembelekan mengandung 1-triacontanol, aldehid,

  α-pinene,

  amylase, cadidene, cadinol, camerene,

  β-caryophyllen, katalase, cineole, citral, dipentene, eugenol, furfural, γ-terpinene, geraniol, glukosidase, icterogenin,

  invertase, isocamarene, lantadene A, lantadene B, lantanic acid, lantanine,

  

lantanolic acid, linalool, lipase, methyl-3-oxo-ursolate, oksidase, p-cymene,

  phellandral, phellandrene, phellandrone, sodium, tannase, tannin, dan terpineol (Duke, 1999) 5.

   Khasiat dan kegunaan

  Daun tembelekan berkhasiat untuk mengatasi sakit kulit, gatal-gatal, bisul, luka, batuk, dan perangsang muntah sedangkan akar tembelekan untuk mengatasi influenza, TBC kelenjar, rematik, keputihan, memar, bengkak, kencing nanah, gondongan, dan asma (Dalimartha, 2002).

  6. Penelitian dengan BST

  Penelitian dengan BST diketahui ekstrak etanol daun tumbuhan

  7 tembelekan mempunyai nilai LC

  

50 sebesar 60,4

μg/ml terhadap larva artemia.

  Dugaan senyawa yang berperan dalam kematian larva artemia adalah pentasiklik triterpenoid dan flavonoid (Sugiyanti, 2007).

B. TERPENOID

  Terpenoid berasal dari molekul isoprene CH

  2 =C(CH 3 )-CH=CH 2 .

  Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa mulai dari komponen minyak atsiri yaitu monoterpenoid dan sesquiterpenoid yang mudah menguap sampai ke senyawa yang tidak mudah menguap yaitu triterpenoid dan sterol (C30) serta pigmen karotenoid (C40) (Harborne, 1984). Triterpen tersebar luas dalam damar gabus, dan kutin tumbuhan (Robinson, 1991). Triterpen di alam dapat berbentuk ester atau glikosida dan kemungkinan berstruktur alifatik, tetrasiklik atau pentasiklik. Triterpen saponin biasanya dalam bentuk pentasiklik (Evans and Trease, 2002). Triterpen alkohol terdapat bebas dan juga sebagai glikosida.

  (Robinson, 1999).

  HO

Gambar 1. Struktur pentasiklik triterpenoid (Kaufman, Cseke , Warbers,

Duke, Brielmann, 1988)

  8 Pentasiklik triterpenoid dapat menghambat kerja enzim topoisomerase

  I dan II serta menghambat RNA polymerase sehingga mengakibatkan kematian sel (Lee, Fang, Wang, Li, Cook, 1991). Untuk mendeteksi adanya triterpenoid salah satunya dapat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis. Metode ini dapat menggunakan fase diam silika gel dan dengan memakai pengembang seperti heksan, etil asetat (1:1); kloroform, metanol (10:1); atau toluene : etil asetat (93:7). Sebagai deteksi dapat digunakan penyemprotan dengan vanilin-asam sulfat pekat, diteruskan dengan pemanasan pada 100

  °C - 105°C sampai pembentukan warna sempurna (Harborne, 1984). Untuk senyawa terpenoid, akan menghasilkan warna abu-abu, merah violet , atau ungu (Wagner, Brady, and Zgainski, 1984).

C. Artemia

  Artemia termasuk dalam familia Artemidae, genus Artemia, spesies

  

Artemia salina Leach (Mudjiman, 1989). Istilah untuk telur artemia yang benar

  adalah siste, yaitu telur yang telah berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultraviolet dan mempermudah pengapungan. Sehingga sangat tahan terhadap keadaan lingkungan yang buruk (Mudjiman, 1989).

  o

  Apabila telur artemia direndam dalam air laut bersuhu 25

  C, maka akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Setelah menetas, dari dalam cangkang keluarlah burayak atau larva/nauplius. Burayak yang baru saja menetas masih

  9 mengandung makanan cadangan. Oleh karena itu mereka masih belum perlu . makan

  Sekitar 24 jam setelah menetas, burayak akan berubah menjadi instar

  II. Pada tingkatan instar II, larva sudah mulai mempunyai mulut, saluran pencernaan dan dubur. Oleh karena itu mereka mulai mencari makanan.

  Bersamaan dengan itu, cadangan makanannya juga sudah mulai habis. Pengumpulan makanannya mereka lakukan dengan menggerak-gerakkan antena II nya. Selain untuk mengumpulkan makanan, antena II tersebut juga berguna untuk bergerak.

1. Lingkungan hidup artemia

  o

  Artemia tidak dapat bertahan hidup pada suhu kurang dari 6 C atau

  o

  lebih dari 35

  C, tetapi hal ini sangat tergantung pada ras dan kebiasaan tempat hidup. Dengan demikian pertumbuhan artemia yang baik berkisar pada suhu

  o antara 25-30 C (Mudjiman, 1989).

  Daya tahan artemia terhadap perubahan kandungan ion-ion kimia dalam air ternyata juga sangat tinggi. Apabila kandungan ion natrium dibandingkan dengan ion kalium di dalam air laut alami adalah 28, maka artemia masih dapat bertahan pada perbandingan antara 8-173 (Mudjiman, 1989).

  Perkembangan artemia yang baik membutuhkan kadar garam yang tinggi sebab pada kadar garam yang tinggi itu musuh-musuhnya sudah tidak dapat hidup lagi, sehingga artemia akan dapat aman tanpa gangguan. Untuk pertumbuhan telur, ternyata dibutuhkan air yang kadar garamnya lebih rendah dari

  10 pada suatu batas tertentu. Batas ini berlainan untuk setiap jenis artemia (Mudjiman,1989).

  Artemia dapat hidup dan menyesuaikan diri pada tempat yang kadar oksigennya rendah maupun yang mengalami kejenuhan oksigen. Pengaruh pH terhadap kehidupan artemia muda dan dewasa belum jelas namun berpengaruh terhadap penetasan telur. Apabila pH untuk penetasan kurang dari 8, maka efisiensi penetasan akan menurun (Mudjiman, 1989).

2. Penggunaan artemia pada metode BST

  Artemia adalah hewan coba yang digunakan untuk praskrining aktivitas antikanker di National Cancer Institude (NCI), Amerika Serikat (Meyer

  

et al., 1982). Metode ini sering digunakan untuk skrining awal terhadap senyawa

  aktif yang terdapat di dalam ekstrak tanaman karena murah, cepat, mudah (tidak memerlukan kondisi aseptis), dan dapat dipercaya (Meyer et al., 1982). Artemia secara luas telah digunakan untuk pengujian aktivitas farmakologi ekstrak suatu tanaman. Lebih dari itu, uji larva udang ini juga dapat digunakan untuk skrining awal terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antitumor karena uji ini seringkali mempunyai korelasi yang positif dengan potensinya sebagai antitumor (Anderson, Goets, and Mc Laughin, 1991).

  Penggunaan artemia ini memang tidak spesifik untuk antitumor maupun fisiologis aktif tertentu, namun beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya korelasi yang signifikan terhadap beberapa bahan, baik berupa ekstrak tanaman, atas aksinya sebagai antitumor secara lebih cepat

  11 dengan biakan sel tumor (Meyer et al., 1982). Melihat adanya potensi sebagai antitumor tersebut, maka penelitian lanjutan dapat dilakukan, yaitu dengan mengisolasi senyawa berkhasiat yang terdapat didalam ekstrak disertai dengan monitoring aktivitasnya dengan uji larva udang atau metode yang lebih spesifik sebagai antitumor (Mayer et al., 1982).

  Penggunaan hewan uji artemia dimaksudkan bahwa artemia memiliki kesamaan tanggapan dengan mammalia, misalnya tipe DNA-dependent RNA

  polimerase artemia serupa dengan yang terdapat pada mammalia dan organisme

  • + +

  ini memiliki ouabaine-sensitive Na and K dependend ATPase. Pengujian dengan artemia terhadap tingkat ketoksikan senyawa kimia, antara lain adalah pengujian pestisida, mikotoksin, anestetika, dan lain-lain (Meyer et al., 1982).

  Artemia dapat digunakan sebagai hewan uji karena artemia memiliki kesamaan tanggapan dengan mamalia, misalnya tipe DNA-dependent RNA

  

polymerases yang terdapat pada artemia serupa dengan yang terdapat pada

  • + +

  mamalia dan organisme ini juga memiliki ouabaine-sensitive Na and K dependent ATPase (Solis et al., 1992).

  DNA-dependent RNA polymerases merupakan DNA yang mengarahkan proses transkripsi RNA yang bergantung pada RNA polymerases.

  Enzim ini membuka pilinan kedua untai DNA sehingga terpisah dan mengkaitkannya bersama-sama nukleotida RNA pada saat nukleotida-nukleotida ini membentuk pasangan-basa di sepanjang cetakan DNA. Eukariotik mempunyai 3 macam RNA polymerases yaitu mRNA (messenger RNA) yang merupakan

  12 berfungsi untuk menterjemahkan kodon dan mengikat asam amino yang akan disusun menjadi protein dan mengangkutnya ke ribosom, serta rRNA (ribosomal RNA) yang bersama dengan protein membentuk ribosom. Jika RNA polymerases tersebut dihambat, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA dan RNA tidak dapat terbentuk sehingga sintesis protein juga dihambat. Protein merupakan komponen utama semua sel. Protein berfungsi sebagai unsur struktural, hormon, imunoglobulin, serta terlibat dalam kegiatan transport oksigen, kontraksi otot, dan lainnya (Nuswantari, 1998). Tidak terbentuknya protein dapat mengganggu metabolisme sel, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel.

  Enzim Na K ATPase merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis

  • ATP menjadi ADP serta menggunakan energi untuk mengeluarkan 3 Na dari

  dan mengambil 2 K ke dalam, tiap sel bagi tiap mol ATP dihidrolisis. Na K ATPase ditemukan dalam semua bagian tubuh. Aktivitas enzim ini dihambat oleh

  

ouabaine. Adanya ouabaine menyebabkan keseimbangan ion Na dan K tetap

  terjaga (homeostasis). Selain itu, sekarang ini ouabaine juga digunakan untuk

  terapi payah jantung. Di dalam jantung, Na K ATPase secara tak langsung

  • 2+

  2+

  mempengaruhi transport Ca karena Na ekstrasel akan ditukar dengan Ca

  2+

  intrasel. Jika kerja Na K ATPase dihambat, maka lebih sedikit Ca intrasel

  2+

  dikeluarkan dan Ca intrasel meningkat, sehingga memudahkan kontraksi otot jantung (Ganong, 1995).

  Suatu senyawa yang mempunyai aktivitas mengganggu kerja salah satu enzim ini pada artemia dan menyebabkan kematian artemia, maka senyawa

  13 BST dengan hewan uji artemia tidak dapat digunakan untuk pengujian senyawa yang dalam mengganggu kerja salah satu enzim tersebut memerlukan aktivasi dalam sel mamalia, seperti 6-mercaptopurine yang harus dimetabolisme terlebih dahulu dalam sel mamalia. Sehingga jika senyawa 6-mercaptopurine diujikan pada artemia, maka akan memberikan LC

  50 yang lebih besar dari 1000 (bersifat

  tidak toksik pada artemia) (Solis et al.,1992) Tingkat toksisitas dari ekstrak tanaman dapat ditentukan dengan melihat harga LC Analisis data dilakukan dengan analisis probit untuk

  50.

  menghitung LC

50. Dari persentase data kematian larva artemia dikonversikan

  probit untuk menghitung harga LC Apabila harga LC 50.

  50

  ≤ 1000 μg/ml maka dikatakan toksik. Apabila pengujian dengan larva artemia menghasilkan harga LC

  50

  ≤ 1000 μg/ml dapat dilanjutkan dengan pengujian antikanker menggunakan biakan sel kanker. Dengan cara ini akan menghemat waktu dan biaya penelitian (Meyer et al., 1982). Keuntungan penggunaan artemia sebagai hewan uji adalah kesederhanaan dalam pelaksanaan, waktu relatif singkat, dan konsentrasi kecil sudah dapat menimbulkan aktivitas biologi (Meyer et al., 1982).

D. Toksisitas Akut

  Pada prinsipnya metode BST merupakan uji toksisitas akut yang dilakukan dengan menghitung jumlah kematian Artemia salina Leach untuk menentukan besarnya efek toksik.

  Toksisitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu zat untuk menimbulkan kerusakan (Katzung, 1987). Uji toksisitas akut merupakan uji