BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Gigi - FITRIANA BAB II

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Gigi 1. Anatomi Gigi Gambar 2.1. Anatomi Gigi (Sumber : Tarigan, 2013) Struktur gigi pada manusia terbagi dalam dua bagian yaitu bagian

  mahkota dan bagian akar. Pada bagian mahkota merupakan bagian gigi yang terlihat dalam mulut, sedangkan pada bagian akar merupakan bagian yang tertanam di dalam tulang rahang (Tarigan, 2013)

  Menurut Tarigan tahun 2013, pada bagian gigi manusia terstruktur / tersusun atas 4 (empat) jaringan yakni : a)

  Mahkota Merupakan bagian yang menonjol dari rahang.

  b) Leher

  Merupakan bagian yang terletak antara mahkota dengan bagian akar gigi.

  c) Akar Merupakan bagian yang tertanam di dalam rahang.

  d) Email

  Dikenal juga dengan istilah "Enamel", merupakan jaringan yang berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat yang sangat keras yang berada di bagian paling luar gigi manusia. Warna email gigi pun sebenarnya tidak putih mutlak, kebanyakan lebih mengarah keabu- abuan dan semi translusen. Kecuali pada kondisi enamel yang abnormal seringkali menghasilkan warna yang menyimpang dari warna normal enamel dan cenderung mengarah ke warna yang lebih gelap. e) Tulang

  Dikenal juga dengan istilah "Dentin" yaitu tulang merupakan lapisan yang berada pada lapisan setelah email yang dibentuk dari zat kapur. Dentin juga merupakan bagian yang terluas dari struktur gigi, meliputi seluruh panjang gigi mulai dari mahkota hingga akar. Dentin pada mahkota gigi dentin dilapisi oleh enamel, sedangkan dentin pada akar gigi dilapisi oleh semen.

  f) Rongga Gigi

  Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut syaraf.

  g) Semen

  Dikenal juga dengan istilah "Sementum", merupakan bagian dari akar gigi yang berdampingan dan berbatasan langsung dengan bagian tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh. Seperti halnya pada bagian email yang melapisi dentin, semen juga melapisi dentin namun untuk dentin pada bagian akar gigi.

  h) Pulp

  Pulp adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah kapiler dan serabutserabut saraf.

2. Macam dan Fungsi Gigi

  Menurut Tarigan(2016), gigi manusia sesuai dengan fungsinya dikenal empat bentuk yaitu: a) Gigi seri, gigi ini ada empat buah di atas dan empat buah di bawah.

  Seluruhnya berjumlah delapan, terletak di depan, berfungsi untuk memotong dan menggiling makanan. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi berkisar antara usia 4 hingga 6 bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia 5 hingga usia 6 tahun pada rahang bawah dan pada usia 7 hingga 8 tahun pada rahang atas.

  b) Gigi taring, gigi ini ada empat buah, di atas dua buah dan dibawah dua buah, terletak di susudt mulut. Bentuk mahkotanya meruncing, berfungsi untuk mencabik makanan. Gigi ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11 hingga 13 tahun.

  c) Geraham kecil, gigi ini merupakan pengganti gigi geraham sulung.

  Letak gigi ini di belakang gigi taring, berjumlah delapan, empat di atas dan empat di bawah yaitu dua berada di kanan dan dua berada di kiri.

  Berfungsi membantu atau bersama dengan gerham besar menghaluskan makanan. Umumnya tumbuh pada usia 10 hingga usia 11 tahun.

  d) Geraham besar, gigi ini terletak di belakang di belakang gigi geraham kecil, jumlahnya 12, di atas enam dan dibawah enam. Masing-masing tiga buah, permukaannya lebar dan bertpnjol-tonjol. Fungsinya untuk menggiling makanan.

B. Karies Gigi 1.

  Pengertian Karies gigi yang dikenal dengan dengan tooth decay, adalah kerusakan gigi yang paling sering terjadi. Karies (yang secara harafiah berati “busuk”) disebabkan karena demineralisasi strukstur termineralisasi pada gigi, yaitu hilangnya mineral dari email, dentin, dan sementum.

  Proses demineralisasi mulai ketika bakteri spesifik melekat erat pada gigi dalam lapisan yang disebut dental plak (atau biofil) dan terdedah terhadao karbohidrat diet dalam waktu yang cukup. Karbohidrat ini bereaksi dengan bakteri untuk membentuk asam (seperti asam laktat) yang berperan pada struktur gigi, mengakibatkan hilangnya mineral. Oleh karena mineralnya hilang, struktur gigi yang terkena menjadi lunak, karena proses berlanjut, dapat terdapat lubang. Streptococus mutans dan lactobacili adalah dua tibe bakteri yang diketrahui mendukung terjadinya karies (Scheid, 2012).

  Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fisura, dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa (Brauer). Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapt ditimbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa. Karies dikarenakan berbagai sebab diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah, permukaan dan bentuk gigi (Tarigan, 2016).

2. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

  Banyak sekali faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Dari pengamatan yang dilakukan terlihat dengan jelas bahwa semakin dekat manusia tersebut hidup dengan alam semakin sedikit dijumpai karies pada giginya. Dengan semakin canggihnya pabrik makanan, semakin tinggi juga presentase karies pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan hasil pabrik tersebut.

  Di bawah ini akan diterangkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada manusia.

  a.

  Keturunan Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup baik.

  Disamping itu, dari 46 pasang orang tua dengan presentase karies yang tinggi, hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, 5 pasang dengan presentase karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi, dengan presentase karies yang tinggi. Akan tetapi, dengan teknik pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-akhir ini, proses terjadinya karies tersebut telah dapat dikurangi (Tarigan, 2013).

  b.

  Ras Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan. Namun, keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan presentase karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya, pada ras tertentu dengan rahang yang sempit sehingga gigi-geligi pada rahang sering tumbuh tidak teratur. Dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersukar pembersihan gigi, dan ini akan mempertingi presentase karies pada ras tersebut (Tarigan, 2013).

  c.

  Jenis Kelamin Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil karies gigi pada pria M1 kanan sebesar 74,5% dan M1 kiri sebesar 77,6%, sedangkan pada wanita M1 kanan sebesar 81,5% dan M1 kiri 82,3%. Dari hasil terlihat bahwa presentase kariesgigi pada wanita lebih tinggi dibanding denegan pria. Presentase karies molar kiri leboh tinggi dibanding dengan molar kanan, karena faktor pengunyahan dan pembersihan dari masing-masing bagian gigi (Tarigan, 2013). d.

  Usia Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas, karena faktor risiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar di banding yang kurang kuat pengaruhnya (Tarigan, 2013).

  e.

  Makanan Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2 (Tarigan, 2013):

  1) Isi dari makanan yang menghasilkan energi.misalnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral. Unurs-unsur tersebut berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi-geligi.

2) Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.

  Makann yang bersifat membersihkan gigi. Jadi, makanan merupakan penggosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang bersifat membersihkan ini adalah apel, jambua air, bengkuang dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi seperti bonbon, coklat, biskuit dan lain sebagainya. f.

  Vitamin Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi, terutama pada periode pembentukan gigi (Tarigan, 2013).

Tabel 2.1 Vitamin dan Pengaruhnya Terhadap Kerusakan Gigi

  Kekurangan Kebutuhan No. Pengaruhnya Terhadap Gigi

  Vitamin per-hari Merusak pembentukan email

  1. A 1-2 mg dan dentin Karies meninggi (perubahan-perubahan pada

  2. B1 1-2 mg lidah, bibir, dan periodontium) Karies meninggi (perubahan-perubahan pada

  3. B2 2 mg lidah, bibir, dan periodontium) Tidak ada pengaruh (ingat:

  4. B6 2 mg anemia, mudah kejang pada anak-anak) Degenerasi odontoblas, kerudakan periodontium,

  5. C 75-100 mg stomatitis dan lain sebagainya

  0,01

  6. D Hipoplasia email dan dentim 400-600 I.U

  7. E 10 mg Tidak diketahui

  8. K 1 mg Tidak diketahui Sumber: Tariga(2013) g.

  Air Ludah Sejak tahun 1901, Rigolet telah menemukan bahwa pasien dengan sekresi air ludah sedikit atau tidak sama sekali, misalnya karena aprialismus, terapi radiasi kanker ganas, dan xerostomia, memiliki presentase karies gigi yang semakin meninggi.

  Dalam setiap militer air ludah dijumpai 100-200 juta bakteri. Jumlah maksimal bakteri-baketri ini dijumpai pada pagi hari atau setelah makan. Saliva memegang peran penting dalam keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi. Email gigi dapat mengalami disolusi asam selama proses keseimbanagan kembali dengan proses yang dikenal dengan istilah remineralisasi. Keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi dari email menentukan terjadinya karies gigi (Tarigan, 2013).

  h.

  Faktor Mikroorganisme Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakanpenyebab utama bagi terbentuknya karies. Pada gigi-gigi yang belum erupsi dan belum berhubungan dengan flora mulut tidakterbentuk karies, tetapi begitu gigi-gigi tersebut erupsi dapatterserang karies. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa jenisbakteri mulut tertentu secara invitro dapat menghasilkan lesikaries pada email dan dentin. Akhirnya bakteri jenis ini dalamjumlah besar dapat ditunjukkan dan diisolasi dari lesi in vivo,dan ditunjukkan pula bahwa adanya jenis bakteri tertentudalam jumlah relatif besar mendahului terjadinya kerusakangigi. Jenis bakteri yang dapat menimbulkan karies yaitu Streptococcus mutans, beberapa jenis Streptococcus

  mitis,Streptococcus sanguis, Streptococcus miller , dan banyak serta beberapa spesies Actinomyces (Schuurs,2007). Lactobacillus i.

  Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu pelayanan kesehatan dasar di puskesmas yang harus ditingkatkan mutunya dengan melaksanakan pelayanan yangsesuai dengan standard yang ada. Pelayanan kesehatan gigimencakup beberapa program, baik di dalam gedung maupun diluar gedung. Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat(Puskesmas) adalah merupakan sub sistem pelayanankesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut,yang tujuanutamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) danpromotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatanmasyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan)dan rehabilitatif pemulihan terbatas. Diharapkan Puskesmasmemberikan pelayanan terhadap kesehatan gigi dan muluttidak menimbulkan kesan menyakitakan atau sakit denganmenerapken teknologi terkini dan harga terjangkau olehmasyarakat. Oleh karena ruang lingkup pelayanan kesehatanmasyarakat bidang kesehatan gigi dan mulut menyangkutkepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintahmempunyai porsi yang besar. Namun demikian karenaketerbatasan sumber daya pemerintah, maka potensimasyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam pelayanankesehatan gigi (Depkes RI, 2000).

3. Proses Terjadinya Karies Gigi

  Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010).

  Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).

  Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat.

  Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi.

  Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

4. Manifestasi Klinis

  Menurut Kliegman dan Arvin (2000) tanda dan gejala karies gigiantara lain adalah: a.

  Terdapat lesi.

  b.

  Tampak lubang pada gigi.

  c.

  Bintik hitam pada tahap karies awal.

  d.

  Kerusakan leher gigi ( pada karies botol susu).

  e.

  Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentil.

  f.

  Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala.

  g.

  Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama pada waktu malam.

  h.

  Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah.

5. Pencegahan dan Penatalaksanaan

  Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi(Ramadhan, 2010) antara lain adalah, menyikat gigi dengan pasta gigiyang mengandung

  fluor , menjaga kebersihan gigi dengan menyikatgigi dengan benar, fissure

  sealant atau menutup celah gigi.Penatalaksanaan karies gigi antara lain adalah sebagai berikut: a.

  Munutup lubang gigi ( tambal gigi) b. Pencabutan gigi c. Pulp capping atau pemberian kalsium hidrogsida untukmempertebal lapisan dentil (Ramadhan, 2010) d.

  Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati lubanggigi yang mengalami infeksi (Ramadhan, 2010).

C. Usia Anak Sekolah

  Anak usia sekolah adalah anak yang berumur 6-12 tahun yangmasih sekolah pada tingkat sedolah dasar (SD), anak usia sekolah sangat rentan terkena karies gigi karena memeliki kegemaran makan makanan yang manis- manis, sedangkan orang tua sering kali kurang memperdulikan kebiasaan menyikat orang anak tidak mau menggosok gigi maka sebaiknya sebagai orang tua dapat memaksa anaknya untuk menggosok gigi terutama saat sebelum tidur malam. Bila seorang anak tidak terbias menggosok gigi maka dari kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak yang mengalami karies. Selain itu kebiasaan mengulum permen dan makan-makanan manis juga dapat menjadi penyebab terjadinya karies gigi (Mustaida,2008)

  Kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibandingorang dewasa mempengaruhi mereka dalam menjaga kebersihan gigi,sedangkan pola makan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigiyaitu makanan yang mengandung gula (kariogenik) yang melekat dipermukaan gigi. Pola makan makanan yang mengandung konsentrasi gulamelebihi batas minimum, akan menghasilkan banyak asam. Patogenitasplak atau Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang merubahgula menjadi asam, terjadi pembuatan polisakarida ekstraselluler yangmenyebabkan asam melekat pada permukaan gigi, dan Streptococcusmutans mengurangi permiabilitas plak sehingga plak tidak mudahinetralisir kembali (Irhama, 2012).

D. Konsep Gula 1.

  Pengertian Gula Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi.

2. Jenis Gula

  Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai makanan cemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang dapat menyebabkan karies gigi, makanan manis yang banyak mengandung gula atau sukrosa.Makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya (Tarigan, 2016).

  a) Sukrosa/gula

  Sukrosa adalah gabungan dua macam gula yaituglukosa dan fruktosa, dan mudah dipecah menjadikedua unsur tersebut di dalam unsur sebelum di serapoleh tubuh. Terdapat berbagai bentuk putih ataucoklat. Sukrosa lebih berbahaya bagi gigi karenamemproduksi lebih banyak pelekat glukosa danmembuat plak dalam mulut semakin tebal danlengket. Sukrosa adalah gula yang terbanyak danpaling di sukai sebagai bahan tambahan pada pabrikmakanan di seluruh dunia.

  b) Glukosa

  Gula ini banyak terdapat di alam, juga ditambahpada sejumlah makanan dan minuman. Glukosa tidaksemanis sukrosa (lebih kurang 70 %), tetapi digunakan untuk memperkuat rasa buah-buahan padaminuman ringan dan selai. c) Fruktosa

  Gula ini ditemukan pada buah-buahan dan sayursayurantertentu, dan dalam madu. Rasanya 1,7 kalilebih manis dari sukrosa dan juga sebagaipenambahan rasa pada selai, minuman, buah-buahandan lain- lain.

  Sintesa polisakharida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat ketimbang glukosa, frukosa dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Dan karena sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama.

  Gula dengan berat molekul yang rendah akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email.

  Menurut penelitian Stepan berkumur-kumur dengan larutan glukosa mengalami berubahan penurunan pH plak. Penelitian Stepan memperlihatkan bahwa penurunan pH plak lebih besar pada individu yang caries-active ketimbang individu yang bebas karies.

  Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai makanancemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang dapatmenyebabkan karies gigi makanan manis yang banyak mengandunggula atau sukrosa. Makanan-makanan yang lunak dan melekat padagigi amat merusak gigi seperti: permen, coklat, biskuit dan lainsebagainya (Tarigan, 2003).

3. Sifat-sifat gula

  Rasa manis pada gula dapat diperbandingkan dengan menggunakan skala nilai dimana rasa manis sukrosa dianggap seratus Berikut:Tabel 2.2 Tingkat Kemanisan Gula

  No. Jenis gula Tingkat kemanisan 1.

  2.

  3.

  4.

  5.

  6. Fruktosa Gula inverse Sukrosa Glukosa Maltose Laktosa

  173 130 100

  74

  33

  16 Sumber : Sutrisna dan Rizal (2007) 4. Manfaat Gula

  a) Sukrosa digunakan bagi keperluan rumah tangga yaitu sebagai pemanis dan pengawet ke dalam banyak makanan buatan pabrik ditambahkan sukrosa untuk memperbaiki citra rasa tekstur dan penampakan makanan.

  b) Glukosa sering dipakai pada keadaan yang memerlukan masukan energi yang tinggi, karena glukosa mudah diperoleh, mudah larut dan tidak begitu manis seperti sukrosa sehingga dapat ditambahkan dengan jumlah besar ke dalam tanpa menimbulkan rasa kemanisan.

  (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003).

  11. Lapis coklat 35,8 37,8

  21. Jambu kaleng 15,7 3,7

  20. Yoguhrt buah 17,9 10,2

  19. Sirup(kental) 61,8 44,2

  18. Kue isi selai 47,7 35,7

  17. Pie buah 30,9 21,5

  16. Mangga 15,3 -

  15. Pisang 16,2 -

  14. Fanta rasa jeruk - 4,4

  13. Jus jeruk kaleng 8,5 2,3

  12. Sandwich 30,2 26,0

  10. Wafer 44,7 32,8

  Beikut tabel 2.3 Maknan dan minuman dengan kandungan Gula dan Kandungan Sukrosa Berat dalam 1 OZ = 28 Gram

  9. Permen karet buah 42,6 42,9

  8. Coklat susu 56,5 -

  7. Coklat 59,5 52,0

  6. Kembang gula diisi coklat 65,8 -

  60

  5. Permen karet 74,6

  4. Kembang gula keras 86,9 -

  3. Es cream 22,6 14,5

  2. Ovaltine 73 -

  1. Minuman coklat 73,8 73,8

  No. Makanan Presentase Gula Kandungan Sukrosa

  22. Leci kaleng 17,7 0,6 Sumber :P. M. Gaman dan KB. Sherrington

  E. Kerangka Teori Penelitian

  Konsumsi Gula Karies Gigi 1. Makanan 2. Air ludah

  Faktor Predisposisi 3. Mikroorganisme

  Mulut 1.

  Keturunan 2. Jenis Kelamin 3. Usia

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian

  Sumber: Modifikasi dari Tarigan, 2016. Schuurs, 2007. Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003.

  F. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen

  Pravelensi Karies Konsumsi gula

  Gigi

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian G.

   Hipotesis

  Ha : Ada hubungan antara Prevalensi Karies Gigi terhadap Konsumsi Gula di SD Negeri Paberasan Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap.

  Ho : Tidak ada hubungan antara Prevalensi Karies Gigi terhadap Konsumsi Gula di SD Negeri Paberasan Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap.