BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies Gigi 1. Pengertian Karies Gigi - Okta Fajar Silviana BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies Gigi 1. Pengertian Karies Gigi Karies dalam bahasa Indonesia, sebenarnya bukan istilah untuk lubang gigi. Dalam sebuah situs kedokteran gigi dijelaskan bahwa “Karies adalah

  istilah untuk penyakit infeksi”, dimana karies yang terjadi pada gigi disebut karies gigi. (Mumpuni, Pratiwi, 2013).

  Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Menurut Zelvya (2003) dalam Uji Kawuryan (2008) penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi adalah karies gigi. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala awal suatu penyakit seringkali tidak diperhatikan atau dianggap tidak terlalu penting. Kecenderungan ini juga terjadi pada penyakit gigi termasuk penyakit karies gigi. Karies gigi ini adalah penyakit infeksi yang telah dikenal sejak dulu. Penyakit ini merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Bahkan dapat menyebabkan nyeri, gigi tanggal, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan kematian.

  Sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang dijual di pasaran dan sudah sampai di pelosok desa. Makanan ini sangat digemari anak, sehingga perlu diperhatikan pengaruh substrat karbohidrat

  14 kariogenik dengan kejadian karies gigi. Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-anak perlu diperhatikan. Selain faktor makanan, menggosok gigi juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatan menggosok gigi merupakan kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya (John Besford, 2006).

  Karies gigi ini banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis-manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi karena banyak penyakit umum mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Machfoedz dan Zein, 2005).

  Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah gigi dan air ludah, mikroorganisme penyebab karies, substrat, (makanan) serta waktu sebagai faktor tambahan. Gigi yang tidak beraturan (crowding) dan air ludah yang banyak serta konsisitensinya kental, sangat mudah terserang karies. Mikroorganisme penyebab karies adalah bakteri dari jenis

  

Streptococcus dan Lactobacillus. Makanan yang kariogenik adalah

  makanan yang lengket menempel di gigi seperti gula-gula (permen) dan cokelat,dan makanan inilah yang dapat menyebabkan kerusakan pada gigi atau karies gigi (John Besford, 2006).

  Karies gigi terjadi karena demineralisasi enamel dan dentin (jaringan keras gigi) oleh asam organik dibentuk oleh bakteri dalam plak gigi melalui anaerobik metabolisme gula yang berasal dari diet. Saat gula atau karbohidrat terfermentasi lainnya tertelan, mengakibatkan penurunan pH plak gigi yang disebabkan oleh asam organik meningkatkan kelarutan kalsium hidroksiapatit dalam jaringan keras gigi dan demineralisasi terjadi sebagai kalsium hilang dari permukaan gigi. PH di mana demineralisasi terjadi sering disebut sebagai yang kritis pH dan sekitar 5,5. Air liur adalah salah satu mulutnya pertahanan alami terhadap proses ini. Saliva mempromosikan remineralisasi, yaitu mampu menyimpan mineral di daerah berpori di mana demineralisasi email atau dentin telah terjadi. Saliva sangat jenuh dengan kalsium dan fosfat pada pH 7 ini mendukung pengendapan kalsium. Perkembangan karies disebabkan gula dan bakteri terjadi tetapi dipengaruhi oleh kerentanan gigi, profil bakteri, kuantitas dan kualitas saliva, dan waktu yang karbohidrat diet terfermentasi adalah tersedia untuk fermentasi bakteri yaitu bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sorbrinus. Streptococcus mutans dan Streptococcus sorbrinus adalah bakteri penting dalam perkembangan karies gigi. Kedua bakteri ini siap menghasilkan asam organik dari gula makanan dan seperti kebanyakan bakteri aciduric dapat mensintesis matriks plak yang tidak larut polimer (dextran ekstraselular) dari gula makanan dengan faktor yang membantu kolonisasi bakteri pada permukaan gigi. Pertumbuhan streptokokus ini membutuhkan kehadiran monosakarida difermentasi.

  Mutans streptokokus invertase membagi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, yang dapat dimetabolisme untuk menghasilkan terutama laktat tetapi juga lainnya asam termasuk asam asetat dan formiat. Hasilnya rendah pH mengubah ekologi plak. PH rendah dalam plak sangat ideal untuk bakteri aciduric seperti streptococci, lactobacilli dan bifidobacteria karena ini lebih kompetitif pada pH rendah dari bakteri yang tidak terkait dengan karies gigi (Moyhan, P., & Petersen, P.E, 2001).

2. Mekanisme Karies Gigi

  Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010). Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).

  Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat.

  Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi.

  Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

3. Jenis-Jenis Karies

  Ada beberapa jenis karies gigi. Menurut Widya (2008), jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya: a. Karies Insipiens

  Merupakan karies ringan yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email.

  b. Karies Superfisialis Merupakan karies sedang yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang-kadang terasa sakit. c. Karies Media Merupakan karies cukup berat yang sudah mencapai bagian dentin

  (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.

  d. Karies Profunda Merupakan karies berat yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa.Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya.

4. Klasifikasi Karies

  a. Klasifikasi Karies Menurut Dr. G.V. Black

Gambar 2.1 Klasifikasi karies gigi menurut G.V.Black

  Menurut G.V. Black, karies diklasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang sering terjadi pada gigi, yaitu:

  1. Kelas I

  Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior.

  2. Kelas II

  Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi posterior. Kavitas ini biasa terdapat pada permukaan halus dibawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk elips.

  3. Kelas III

  Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi anterior. Karies bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari incisivus atau kaninus. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk bulat dan kecil.

  4. Kelas IV

  Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke incisal sehingga melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur pada gigi.

  5. Kelas V

  Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi pada permukaan fasial atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas pada kelas ini bisa mengenai sementum gigi.

  6. Kelas VI

  Kamries yang terjadi pada ujung-ujung cusp gigi posterior dan incisal edge. b. Klasifikasi Karies Menurut G.J. Mount Menurut G.J. Mount, karies diklasifikasikan berdasarkan lesi yang terjadi pada permukaaan gigi beserta ukuran kavitasnya, yang terdiri atas 3 site, yaitu:

  1. Site 1 - Karies pada pit dan fissure di permukaan oklusal gigi anterior maupun posterior.

  2. Site 2 - Karies pada permukaan aproksimal gigi anterior maupun posterior.

  3. Site 3 - Karies pada 1/3 mahkota dari akar (servikal) sejajar dengan gingiva.

  Pembagian 5 ukuran dari kemajuan proses terbentuknya lesi, yaitu:

  1. Size 0 - Lesi paling awal yang diidentifikasikan sebagai tahap awal dari demineralisasi berupa white spot.

  2. Size 1 - Kavitas permukaan minimal. Masih dapat disembuhkan dengan peningkatan remineralisasi struktur gigi.

  3. Size 2 - Kavitas yang sedikit melibatkan dentin. Kavitas yang terbentuk berukuran sedang dan masih menyisakan struktur email yang didukung dengan baik oleh dentin dan cukup kuat untuk menyokong restorasi.

  4. Size 3 - Kavitas yang lebih luas dari size 2. Struktur gigi yang tersisa lemah dan cusp atau incisal edgenya telah rusak sehingga tidak dapat beroklusi dengan baik dan kurang mampu menyokong restorasi.

  5. Size 4 - Karies meluas dan hampir semua struktur gigi hilang seperti kehilangan cusp lengkap atau incisal edge. Karies hampir atau sudah mengenai pulpa. c. Klasifikasi Karies Berdasarkan Kedalamannya Menurut ICDAS, karies terbagi atas 6, yaitu:

  1. D1 - Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan gigi.

  2. D2 - Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi.

  3. D3 - Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.

  4. D4 - Lesi email lebih dalam. tampak bayangan gelap dentin atau lesi sudah mencapai bagian dentino enamel Junction (DEJ).

  5. D5 - Lesi telah mencapai dentin.

  6. D6 - Lesi telah mencapai pulpa.

  d. Klasifikasi Karies Berdasarkan Banyaknya Permukaan Gigi yang Mengalami Karies.

  1. Karies sederhana Karies yang hanya terjadi pada satu permukaan saja.

  2. Karies Compound Karies yang terjadi pada dua permukaan.

  3. Karies Kompleks Karies yang terjadi pada tiga permukaan atau lebih (Langlais,2013) 5.

   Faktor Pembentukan Karies Gigi

  Mulut merupakan tempat berkembangnya bakteri. Bakteri akan mengubah gula dan karbohidrat yang dimakan menjadi asam. Bakteri ini ada yang membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut sebagai plak yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya sangat mudah menempel pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada permukaan gigi, dan batasan antara gigi dan gusi. Proses hilangnya mineral dari struktur gigi dinamakan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral dari struktur gigi dinamakan remineralisasi. Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi lebih besar dari pada proses remineralisasi.

  Asam yang merusak dalam bentuk plak menyerang mineral pada permukaan luar email gigi. Erosi yang ditimbulkan plak akan menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang awalnya tidak terlihat. Bila email berhasil ditembus, maka dentin yang lunak dibawahnya dapat terkena. Bila bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan pulpa. Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan, 2010).

6. Faktor Penyebab Karies Gigi Pada Anak

  Pengetahuan orangtua mengenai perannya terhadap kesehatan anak, karena peran orang tua sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan anak terutama dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Orang tua yang dominan dalam hal ini yaitu ibu, pada masa ini ibu berperan sebagai guru pertama anaknya, ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kesehatan gigi dan mulut anaknya akan mengakibatkan hal tersebut sehingga mengakibatkan tingginya resiko anak mengalami karies gigi (Maharani,2012).

7. Tanda dan Gejala Karies Gigi

  Tanda awal dari lesi karies adalah bercak putih pada permukaan gigi, ini menunjukkan area demineralisasi enamel, dan dapat berubah menjadi cokelat tapi akhirnya akan berubah menjadi sebuah kavitasi (rongga). Sebuah lesi yang muncul cokelat dan mengkilat menunjukkan karies gigi pernah hadir tapi proses demineralisasi telah berhenti, meninggalkan noda. Sebuah bercak cokelat yang kusam dalam penampilan mungkin tanda karies aktif. Setelah pembusukan melewati email, dentin, yang memiliki bagian-bagian ke saraf gigi, dapat menyebabkan sakit gigi serta linu pada gigi yang berlubang apabila gigi tersebut terkena ransangan dingin, panas, makanan asin dan manis. Rasa sakit dan linu akan menghilang sekitar 1 sampai 2 detik setelah ransangan dihilangkan. Gigi karies juga dapat menyebabkan bau mulut. (Hongini, Aditiawarman, 2012).

  Tanda dan gejala karies gigi beraneka ragam, tergantung dari luas, kedalaman, dan juga lokasinya. Ketika karies gigi baru mulai terjadi maka biasanya tidak ada gejala yang menyertai. Namun jika karies gigi mulai merusak gigi, maka ada beberapa tanda dan gejala yang bisa muncul seperti: a. Sakit gigi.

  b. Gigi sensitif.

  c. Nyeri ringan hingga tajam saat makan atau minum yang manis, panas ataupun dingin. d. Adanya lubang yang terlihat pada gigi.

  e. Adanya bercak kecoklatan, kehitaman atau berwarna putih pada permukaan gigi.

  f. Nyeri saat mengunyah makanan.

  Karies gigi sudah mulai terbentuk, penting untuk memeriksakan kondisi gigi secara rutin ke dokter. Periksalah secara rutin setiap enam bulan sekali, gunanya untuk deteksi awal dan tindakan penanganan yang tepat. Namun jika mengalami sakit gigi, maka tak perlu mengikuti jadwal rutin, segeralah periksakan diri ke dokter gigi (Mediskus, 2018).

8. Faktor Penyebab Karies Gigi

  a. Host (Gigi) Gigi sebagai tuan rumah untuk hidupnya mikroorganisme yang ada dalam mulut. Sembilan puluh enam persen dari enamel gigi terdiri dari mineral, mineral ini terutama hidroksiapit, akan menjadi larut bila terkena lingkungan asam. Pada gigi produksi saliva memainkan peranan penting terhadap kemungkinan terjadinya karies gigi. Kuman akan menempel pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Jika gigi kesulitan dibersihkan oleh air liur maka bakteri akan diubah menjadi asam yang dapat membentuk lubang kecil pada permukaan gigi.

  b. Bakteri Mulut mengandung berbagai bakteri mulut, tetapi hanya beberapa

  spesies tertentu dari bakteri yang diyakini menyebabkan gigi karies:

  

Streptococcus Mutans dan Lactobacillus diantara mereka.

Lactobacillus Acidopilus, Actynomices Piscoccus, Nocardia spp, dan

Streptococcus Mutans yang paling dekat hubungannya dengan karies.

  Bakteri akan memanfaatkan makanan terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam.

  c. Substrat atau makanan Dalam kehidupan sehari-hari kita makan-makanan yang bermacam-macam.Makanan seperti nasi, sayuran, kacang-kacangan.

  Selain itu juga jenis makanan yang lengket, lunak, dan mudah terselip di gigi dan sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila tidak segera dibersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi. Frekuensi makan lebih dari tiga kali sehari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan gigi akan lebih cepat.

  d. Waktu Proses karies dapat mulai dalam beberapa hari gigi tersebut meletus ke dalam mulut jika diet tersebut cukup kaya karbohidrat yang cocok. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. (Hongini, Aditiawarman, 2012).

9. Proses Pembentukan Karies Gigi

  Karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari email berlanjut ke dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor yang saling memepengaruhi. Terdapat empat etiologi penyebab karies, yaitu host, agent, substrat dan waktu. Faktor tersebut merupakan faktor utama, dimana bila terdapat keempat faktor utama tersebut yang saling berinteraksi dan dalam waktu tertentu maka terjadilah karies. Selain faktor tersebut diatas ada juga beberapa faktor resiko seseorang terkena karies, antara lain penggunaan fluor, oral hygiene, saliva,pola makan, keturunan, ras dan jumlah bakteri.

  Semua permukaan gigi yang terbuka beresiko terserang karies dari gigi erupsi hingga gigi tersebut tanggal. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak (lapisan yang menutupi permukaan gigi), dimana 70% dari volume plak terdiri dari bakteri. Bakteri tersebut berasal dari streptococcus mutans dan lactobacillus akan mengubah dan menfermentasikan gula dari sisa makanan yang tertinggal pada gigi dalam jangka waktu tertentu sehingga berubah menjadi asam yang akan menurunkan pH mulut menjadi rendah (sekitar pH 5,5) dan menyebabkan terganggunya keseimbangan kondisi di sekitar mulut, diikuti dengan terjadinya demineralisasi yang akan yang akan berlanjut pada jaringan- jaringan gigi didalamnya sehingga terbentuklah lubang (kavitas) yang sering disebut karies gigi.

  Pada kondisi ini proses supersaturasi fisikokimia akan terjadi berulang kali dalam mulut dan akan kecenderungan email untuk mendapatkan Ca dan P dari dalam rongga mulut dalam upaya untuk mengganti elemen yang hilang pada proses demineralisasi. Bila proses tersebut tercapai maka menghasilkan keadaan yang disebut remineralisasi email. Karies sebagai akibat ketidakseimbangan demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi pada gigi. Jika gigi dapat dipertahankan kebersihannya dari plak dan konsumsi gula dikurangi, maka proses remineralisasi pada daerah tersebut dapat terjadi dengan adanya deposit kristal dari mineral-mineral yang terdapat pada saliva. Dengan kata lain ada aliran mineral keluar dari gigi. Namun jika lebih banyak kristal mineral yang larut pada suartu bagian permukaan gigi dapat rusak. Apabila hal ini terjadi proses remineralisasi tidak mungkin terjadi dan lubang pada gigi mulai terlihat.

  Karies diawali dengan lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi dan akan berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi. Warna putih terbentuk karena hilangnya mineral interprismata dan larutannya mineral pada perifer prismata sehingga garis-garis pertumbuhan yang bermuara pada permukaan email hilang sehingga mudah terjadi keausan. Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak putih.

  Waktu berlangsungnya bercak putih menjadi kavitas tergantung pada mulut dan kondisi individu. Biasanya kavitas di dalam email tidak menyebabkan nyeri, email tidak sensitif dalam rangsangan nyeri. Nyeri baru timbul apabila sudah mencapai dentin, dimana dentin memiliki serabut syaraf dan saluran-saluran yang sangat halus, yang rentan terhadap asam yang dihasilkan oleh fermentasi karbohidrat.

  Pada tahap akhir adalah saat kerusakan gigi sudah mencapai lapisan email dan dentin kemudian mencapai bagian syaraf ditenggah gigi yaitu pulpa. Sewaktu bakteri dan plak mencapai pulpa, bakteri tersebut menyebarkan infeksi kumannya dan gigi mulai terasa sakit. Rasa sakit itu disebabkan oleh adanya peradangan pada pulpa yang menyebabkan peningkatan tekanan di dalam ruang pulpa. Tekanan tersebut menyebabkan pembuluh darah di dalam pulpa rusak sehingga rasa sakit bertambah. Karies yang timbul sampai pulpa menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.( (Ramadhan, 2010) 10.

   Pencegahan Karies Gigi Pada Anak

  Pengenalan karies pada tahap dini sangat diperlukan sehingga akan didapatkan hasil yang maksimal dari tindakan preventif dan restorasi. Pada saat ini, sebagian besar anak

  • –anak usia 5 tahun masih banyak yang belum melakukan pemeriksaan pertamanya ke dokter gigi. Orang tua seharusnya mendorong dan membawa anak mereka untuk chek up kesehatan gigi sesegera mungkin setelah anak memiliki gigi, yaitu biasanya pada usia 6 bulan.
Usaha

  • – usaha pencegahan karies gigi:

  a) Penyuluhan diet Diet merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan pencegahan karies.Untuk anak

  • –anak dengan masalah karies yang berat, dokter gigi harus mengevaluasi semua faktor etiologi termasuk pola makan dan diet. (Achmad, 2012: 19).

  b) Pemberian fluor Pemberian fluor merupakan hal yang efektif dalam mencegah karies karena kombinasi dalam penggunaannya untuk tujuan yang sama. Tujuan utama pemberian fluor adalah untuk meningkatkan remineralisasi email gigi dan meningkatkan resistensi email terhadap demineralisasi serta menurunkan produksi asam di dalam plak. Tambahan pemberian flour dapat berupa tetes atau tablet.Obat ini biasanya dikumurkan dalam mulut sekitar 30 detik kemudian dibuang.

  c) Pemeliharaan oral hygiene Pemeliharaan oral hygiene sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi.Tujuan dari kebersihan mulut adalah untuk meminimalkan penyakit etiologi di mulut. (Achmad, 2010: 20).

  d) Penyuluhan kesehatan gigi di sekolah Penyuluhan tentang kesehatan gigi ini sering ditujukan pada anak

  • –anak diharapkan mampu menjaga dirinya untuk mencegah
terjadinya penyakit gigi dan mulut setelah dilaksankan penyuluhan di sekolah, serta mampu mengambil tindakan yang tepat apabila ada gejala

  • –gejala pada kelainan pada gigi dan mulutnya. Peningkatan pemahaman kesehatan gigi dan mulut siswa dapat diwujudkan dengan mendirikan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Kegiatan dari UKGS meliputi pendidikan, pencegahan, dan pengobatan akan tetapi dapat juga menghadirkan seorang dokter gigi yang melakukan kunjungan rutin ke sekolah tersebut bila diperlukan. (Achmad, 2010).

  Menurut Mansjoer (2009), penatalaksanaan pencegahan karies gigi dilakukan dengan: a. Perawatan mulut

  Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan instruksi berikut: 1) Sikatlah gigi sekurang

  • – kurangnya dua kali sehari pada waktu
  • – waktu yang tepat yaitu waktu sesudah makan, sebelum tidur, ditambah dengan sesudah bangun tidur.

  2) Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan kepala sikat kecil.

  3) Gunakan dental gloss (benang gigi) sedikinya satu kali sehari.

  4) Gunakan pencuci mulut anti plak yang mengandung antibiotik (vancomycin), enzim (destronase) dan antiseptik (chlor hexidine 0,1 %).

  5) Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat menggunakan sikat gigi dengan benar, dapat digunakan kain pembersih yang tidak terlalu tipis untuk membersihkan bagian depan dan belakang gigi, gusi serta lidah. Cara mempergunakan yaitu dengan melilitkan pada jari kemudian digosokkan pada gigi.

  6) Kunjungi dokter gigi sedikitnya 6 bulan sekali atau bila mengalami pengelupasan gigi, luka oral yang menetap lebih dari dua minggu atau sikat gigi.

  b. Diet Karies dapat dicegah dengan menurunkan jumlah gula dalam makanan yang dikonsumsi.Hindari kebiasaan makan makanan yang merusak gigi (permen, coklat dan lain sebagainya) dan membiasakan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan gigi (buah dan sayur).

  c. Flouridasi Flouridasi dilakukan dengan memungkinkan dokter gigi memberikan sel dental pada gigi, menambahkan floiuride pada suplai air minum dirumah, penggunaan pasta gigi yang mengandung floiuride atau menggunakan tablet, tetesan atau hisap natrium floiuride. Karies gigi dapat dihindari/dicegah apabila anak melakukan perawatan gigi dengan benar setelah mengkonsumsi makanan kariogenik.

  11. Penanggulangan Karies Secara Operatif

  Anak yang mengalami karies gigi dapat dilakukan beberapa cara antara lain preparasi kavitas danpencabutan gigi. Preparasi kavitas yaitu pengambilan integrasi jaringan secara permanen yang berfungsi untuk menutup lubang pada gigi sehingga sisa-sisa makanan tidak masuk ke dalam lubang yang sulit dijangkau oleh pembersih gigi (Edwiana,2013).

  Cara kedua yaitu pencabutan gigi, apabila kerusakan gigi telah mencapai pulpa maka harus dilakukan pengangkatan pulpa atau pencabutan gigi yang rusak. Cara ini dilakukan untuk mencegah terjadinya proses inflamasi pulpa yang mengakibatkan rasa nyeri (Erwana Ferry Agam. (2013).

  12. Pencegahan dan Penatalaksanaan

  Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi (Ramadhan, 2010) antara lain adalah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung flour, menjaga kebersihan gigi dengan ,menyikat gigi yang benar, fissuresealant atau menutup celah gigi. Penatalaksanaan karies gigi antara lain :

  a. Menutup lubang gigi

  b. Pencabutan gigi

  c. Pulp Coping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk mempertebal lapisan dentil d. Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati lubang gigi yang mengalami infeksi (Ramadhan,2010).

B. Perilaku Gosok Gigi 1. Perilaku

  Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau dari dalam dirinya (Ali, 2010). Pengertian perilaku menurut Skiner dalam (Notoatmodjo, 20010), perilaku kesehatan secara umum adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

  Becker (1979) dalam (Notoatmodjo, 2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan dan membedakan menjadi 3, yaitu: a. Perilaku hidup sehat (Healthy Behavior)

  Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan usaha seseorang untuk meningkatkan kesehatanya, dengan cara: Makan dengan menu seimbang (appropriat diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres, perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan.

  b. Perilaku sakit (Illness Behavior) Perilaku sakit merupakan respon seseorang terhadap penyakit. Perilaku ini mencakup: pengetahuan mengenai penyebab penyakit, pengobatan penyakit.

  c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior) Perilaku peran yang mencakup hak-hak dan kuwajiban orang sakit.

  Perilaku ini mencakup mengetahui hak-hak untuk memperoleh pelayanan dan upaya untuk memperoleh kesembuhan.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi menurut Notoatmodjo (2010) meliputi: a. Faktor predisposisi

  Faktor yang melatar belakangi perubahan perilaku yang memotivasi terbentuknya suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai.

  b. Faktor pendukung Faktor pendukung adalah faktor yang memfasilitasi perilaku individu atau kelompok termasuk keterampilan. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber daya pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan.

  c. Faktor pendorong Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong sehingga memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru, dan keluarga.

  Perilaku pemeliharaan kesehatan yang merupakan bagian dari perilaku kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit. Perilaku memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut karena perilaku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku pemeliharaan kesehatan positif, misalnya kebiasaan menggosok gigi, sebaliknya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya menggosok gigi secara tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang (Warni, 2009).

  Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah seperti menyikat gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan sebelum tidur, mengurangi makanan dan minuman yang manis, dan persepsi seseorang mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut tersebut sehingga dapat mendorong seseorang melakukan pemeliharaan gigi dan mulutnya merupakan segala aktivitas dan keputusan seseorang untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi dan mulutnya (Delta, 2010). Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan resiko terjadinya karies adalah mengonsumsi makanan dan minuman manis. Terjadinya karies bukan bergantung pada jenis makanan dan minuman manis yang dikonsumsi tetapi bergantung pada frekuensi komsumsi makanan dan minuman manis tersebut (Cobisco, 1995).

C. Gigi 1. Pengertian

  Gigi adalah jaringan tubuh yang sangat keras dibanding yang lainnya. Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan.Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. (Irma, Intan, 2013).

  Manusia mempunyai 2 macam gigi dalam hidupnya yaitu gigi susu (gigi primer) dan gigi tetap (gigi permanen). Gigi susu yaitu gigi yang tumbuh mulai usia 6 bulan yang jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi permanen (sekunder) yaitu gigi yang berangsur

  • –angsur tanggal, berjumlah 32 buah yang terjadi muncul usia 6 tahun sampai 14 tahun. Gigi terakhir (molar 3) akan bererupsi pada masa usia 17 sampai 21 tahu

  n. (Isro’in, Andarmoyo, 2012).

  Adapun macam

  • – macam gigi antara lain: 1) Gigi Seri (Incisivus)

  Gigi ini letaknya berada di depan, bentuknya seperti pahat dan berfungsi untuk memotong makanan (mastikasi) dan mengiris makanan. Jumlahnya ada 8, dengan pembagian 4 berada di rahang atas dan 4 berada di rahang bawah. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi usia 4

  • –6 bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia

  5

  • –6 tahun pada rahang bawah dan pada usia 7–8 tahun pada rahang atas.

  2) Gigi Taring (Caninus) Posisi gigi ini terletak pada sudut mulut, bentuknya runcing di sebelah gigi seri, dan merupakan gigi yang paling panjang dalam rongga mulut.Fungsinya adalah untuk mengiris makanan.Jumlahnya ada 4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi

  • – susu caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11 13 tahun.

  3) Gigi Geraham Kecil (Premolar) Gigi ini jumlahnya 8, dengan pembagian 4 ditiap rahang, 2 di kiri dan 2 di kanan.Gigi ini hanya ada pada gigi dewasa, dan letaknya berada di belakang caninus. Tumbuh pada usia 10

  • –11 tahun dan menggantikan posisi dari gigi molar susu. Bersama gigi molar, gigi ini berfungsi untuk melumatkan makanan.

  4) Gigi Geraham (Molar) Gigi molar susu berjumlah 8 seperti gigi premolar, kemudian lepas pada usia 10

  • –11 tahun dan digantikan oleh gigi premolar. Sedangkan gigi molar permanen tumbuh di belakang gigi premolar setelah gigi molar susu lepas dan digantikan oleh gigi premolar. Jumlah dari gigi molar permanen adalah 12, dengan pembagian 6 di tiap rahang, 3 di tiap sisi kanan dan kiri.

2. Bagian Gigi

  Bagian-bagian gigi meliputi :

  a) Email, yaitu lapisan terluar gigi yang meliputi seluruh corona, dalam bahasa Inggris disebut Crown artinya mahkota. Email merupakan bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih kersa dari tulang. Email tersusun atas air 2,3 %, bahan organik 1,7 %, bahan anorganik 96 %. b) Dentin, yaitu bagian yang terletak di bawah email, merupakan bagian terbesar dari seluruh gigi. Dentin lebih lunak dari email. Dentin tersusun atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69 % bahan anorganik.

  c) Jaringan pulpa, jaringan benak gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak yang terdapat di dalam kamar pulpa/ ruang dan seluruh saluran akar.

  Jaringan ini terdiri dari jaringan limfe, pembuluh darah arteri/ vena, dan urat syaraf.

  d) Sementum, merupakan lapisan terluar pada agar gigi yang membatasi gigi dengan jaringan pendukungnya. Bahan anorganik pada sementum sama dengan tulang 40 %. Bila terjadi rangsangan, dan pada sisi berlawanan terbentuk sementum baru. Fungsi sementum adalah sebagai pelindung gigi pada bagian akar, sebagai penyangga gigi terdapat jaringan pendukung disekitarnya dan memberi nutrisi utama pada gigi (Donna Pratiwi,2007).

3. Periode Pertumbuhan Gigi

  Gigi manusia tumbuh di 3 periode gigi:

  a) Periode gigi susu Gigi susu mulai tumbuh saat bayi berumur 5-6 bulan. Periode ini dimulai dengan tumbuhnya gigi-gigi seri bawah, diikuti gigi-gigi seri atas, lalu diikuti pertumbuhan gigi taring dan geraham. Kemudian akan semakin lengkap hingga berjumlah 20 gigi (10 gigi di rahang atas dan 10 gigi di rahang bawah). Lengkapnya gigi susu pada umumnya mulai mencapai usia 3 tahun. b) Periode gigi bercampur Ditandai dengan keadaan dimana gigi susu mulai tanggal dan gigi tetap mulai tumbuh. Dalam kondisi gigi baik (tidak berlubang) gigi susu akan tanggal dengan sendirinya mulai usia 5-6 tahun, diikuti pertumbuhan gigi tetapnya mulai usia 6-7 tahun. Pada periode ini sering terjadi gingsul atau kesundulan dalam bahasa Jawa, diakibatkan gigi susu sudah saatnya tanggal, namun gigi tersebut masih kuat, dan gigi tetapnya sudah tumbuh, dalam bahasa kedokteran gigi disebut prolong retention decidui. Selain itu, kondisi yang sering muncul adalah gigi susu sudah tanggal sebelum waktunya, namun gigi tetap tidak kunjung tumbuh atau disebut premature loss decidui , hal ini disebabkan gigi tetap yang tumbuh kehilangan arahnya untuk erupsi. susu haruslah sangat diperhatikan, karena tidak sehatnya gigi susu dapat menyebabkan pertumbuhan gigi tetap menjadi tidak beraturan. Gigi tetap tumbuh dengan gigi susu sebagai arah pertumbuhannya.

  c) Periode gigi tetap Gigi tetap mulai tumbuh pada usia 6-7 tahun menggantikan gigi- gigi susu dan akan lengkap hingga berjumlah 28 gigi pada usia 12-13 tahun. Namun terkadang pada usia 17-25 tahun masih akan tumbuh gigi geraham ketiga atau biasa disebut gigi bungsu atau wisdom teeth.

  Perawatan pada gigi tetap seharusnya tidak luput juga dari perhatian. Gigi tetap mengalami kerusakan akibat gigi berlubang, abrasi sikat gigi, benturan, trauma, dan harus dilakukan pencabutan, gigi tetap ini tidak akan ada gigi penggantinya yang akan tumbuh. Untuk mengatasi masalah ini hanya dapat dilakukauntuk dapat merapikan gigi-gigi yang tidak rapi dan prostetik yaitu mengganti dengamatasi Indah, 2014).

4. Karakteristik Gigi Anak Usia Sekolah

  Secara fisiologis, gigi sulung atau gigi susu akan tanggal pada usia sekitar 6-7 tahun, dimana pada umur tersebut anak-anak rerata sudah berada dikelas 1 sekolah dasar. Gigi susu yang tanggal tersebut akan digantikan gigi tetap dengan urutan tumbuh, yaitu gigi seri bawah, gigi seri atas, gigi taring bawah, gigi geraham kecil bawah, gigi geraham kecil atas, gigi geraham besar bawah, gigi geraham besar atas, dan terakhir gigi taring atas. Sekitar usia 14-15 tahun, semua gigi susu telah tanggal dan semua gigi yang ada dalam mulut adalah gigi tetap. Satu hal yang perlu diketahui orang tua bahwa tumbuhnya gigi geraham besar bawah dan atas pertama itu tidak menggantikan gigi susu manapun. Gigi geraham ini tumbuh secara diam-diam. Karena karakteristik tumbuhnya yang diam-diam, biasanya gigi geraham ini rawan sekali terjadi kerusakan dan sering kali harus dikorbankan dengan cara dicabut (Hamada, 2008).

  Berhubungan dengan proses fisiologis bergantinya gigi susu menjadi gigi tetap yang berlangsung saat anak usia sekolah, maka diperlukan perhatian yang lebih dari orang tua dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut anaknya. Orang tua perlu mengajarkan cara gosok gigi yang benar, memfasilitasi perawatan gigi pada anak, memberikan makanan yang tepat dan bergizi, serta membawa anaknya melakukan pemeriksaan gigi ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali. Apabila anak sudah dibiasakan melakukan perawatan gigi dan mulut yang baik dan benar sejak usia sekolah, maka diharapkan dapat terbentuk pola perilaku perawatan kesehatan gigi dan mulut yang baik dalam kehidupan anak (Suryawati, 2010).

5. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi

  Kesehatan gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

  a. Gizi makanan Perlu kita ketahui bahwa benih gigi sudah terbentuk waktu janin

  (embrio) berusia ½ bulan dalam kandungan. Makanan-makanan ini sudah tercakup dalam empat sehat lima sempurna (Palupi, 2005).

  b. Pengaruh selama pembentukan gigi Zat kapur merupakan bahan utama dalam pembentukan enamel, di samping vitamin C, D dan lain-lain (Palupi, 2005).

  c. Bila gigi sudah tumbuh Makanan yang empuk dan lunak tidak memerlukan pengunyahan yang sulit.Sering tidaknya kita makan juga mempengaruhi.Pengaruh asam dari zat hidrat arang dalam mulut terjadi selama 40 menit pertama sesudah makan. Kalau kita makan 3 kali sehari maka pengaruh asam hanya terjadi selama 3 x 30 menit = 1,5 jam/hari (Asmawati, 2007). d. Jenis makanan Makanan yang mudah lengket dan menempel digigit seperti permen dan coklat, makanan ini sangat disukai oleh anak anak.dan tanpa disadari dapat mengakibatkan gangguan. Makanan tadi mudah tertinggal dan melekat pada gigi, sehingga bila terlalu sering dan lama, maka berakibat tidak baik. Makanan yang manis dan lengket tersebut akan bereaksi di mulut dan asam yang merusak email gigi (Asmawati, 2007).

  e. Kebersihan gigi Kebiasaan dan perilaku membersihkan gigi sangat mempengaruhi kebersihan gigi, dan kebersihan gigi sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut secara umum (Asmawati, 2007).

  f. Kepekatan air ludah Pada orang-orang yang mempunyai air ludah sangat pekat dan sedikit akan lebih mudah giginya menjadi berlubang dibandingkan dengan air ludah yang encer dan banyak, sebab pada orang yang berair ludah pekat dan sedikit maka sisa makanan akan mudah menempel pada permukaan gigi (Asmawati, 2007).

6. Ciri-Ciri Gigi yang Sehat

  Secara umum, gigi dan mulut dikatakan sehat apabila gigi dapat berfungsi dengan baik, bersih, tanpa adanya keluhan sakit atau nyeri, serta tidak menimbulkan bau kurang sedap yang keluar dari mulut. Menurut WHO, gigi dan mulut dikatakan sehat apabila :

  a. Gigi berwarna putih kekuningan dengan mahkota gigi utuh,

  b. Leher gigi tidak kelihatan,

  c. Kondisi gusi dan mukosa mulut sehat, dan d. Tidak ada keluhan sakit dan bau mulut (PDGI, 2009).

D. Makanan Kariogenik 1. Pengertian Makanan Kariogenik

  Menurut Setiowati dan Furqnita (2007) makanan kariogenik adalah makanan manis yang lengket yang dapat menyebabkan karies gigi.

2. Jenis Makanan Kariogenik

  Delapan jenis makanan dan minuman yang dapat merusak gigi adalah sebagai berikut: a. Kopi

  Kopi telah menjadi minuman favorit bagi kebanyakan orang. Namun, kopi ternyata memiliki kandungan asam yang sangat tinggi. Jika mengonsumsinya secara berlebihan, tidak hanya dapat membuat lambung menjadi sakit, gigipun bisa menjadi rusak.

  b. Buah-Buahan Asam Ada beberapa buah-buahan yang memiliki kandungan pH rendah atau kandungan asam yang tinggi. Buah-buahan asam ini dapat merusak lapisan email gigi yang berakibat timbulnya rasa ngilu dan sensitif pada gigi. c. Minuman Soda Minuman soda memiliki kandungan asam yang tinggi sehingga dapat merusak gigi.

  d. Cuka dan Yogurt Cuka dan yogurt memiliki kandungan asam tinggi yang dapat merusak gigi. Karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi dua makanan tersebut secara berlebihan.

  e. Roti, Biskuit, Keripik dan Buah kering Roti, biskuit, keripik serta buah kering adalah makanan yang menjadi lengket di gigi setelah dikonsumsi. Karena itu, jika tidak lekas dibersihkan, bisa menimbulkan karang gigi. Selain itu, makanan- makanan tersebut merupakan karbohidrat olahan yang dapat memecah diri menjadi gula dengan cepat. Kemudian, bakteri memakan gula tersebut sehingga menghasilkan asam yang menyebabkan erosi enamel dan kerusakan gigi.

  f. Es Minuman yang terlalu dingin atau es dapat membuat gigi menjadi sensitif. Terlebih lagi bagi yang memiliki kebiasaan mengunyah es batu, akan membuat gigi menjadi rentan goyah dan juga dapat merusak lapisan enamel gigi.

  g. Minuman Isotonik Di samping manfaatnya untuk meningkatkan kebugaran tubuh, kadar gula yang tinggi pada minuman isotonik membuat gigimu lebih mudah rusak. h. Permen Kadar gula pada permen tentunya sangatlah tinggi. Selain itu, permen kenyal akan lebih lama menempel pada gigi, membaur dengan bakteri dalam mulut, dan menghasilkan asam berbahaya. Tidak hanya permen kenyal permen keraspun juga dapat merusak gigi karena lama larut dalam mulut, sehingga memberi bakteri cukup waktu untuk menyatu dengan gula dan mengikis gigi. Menurut Sumawinata (2011) setelah 10-15 jam makan sisa makanan di mulut terasa menjadi asam (PH asam) lebih asam dari cuka. Asam tersebut merusak lapisan email paling luar. Berbagai kelompok masyarakat dan ilmuwan, khususnya para ahli kesehatan dan gizi berpendapat bahwa manusia akan lebih sehat bila mereka mengkonsumsi gula lebih sedikit. Diantara kerugian yang paling banyak disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti: permen, snack, dan minuman adalah kerusakan atau pengeroposan gigi, terutama pada anak-anak. Karena dapat menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula digolongkan sebagai senyawa kariogenik (Ramadhan, 2010). Di samping itu frekuensi konsumsi makanan kariogenik juga mempunyai kontribusi terhadap tingkat kariogenitas makanan. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan kariogenik menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam mulut dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi. Padahal anak-anak usia sekolah dasar mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa ini

lebih dari 3 kali sehari. Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai makanan cemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang dapat menyebabkan karies gigi makanan manis yang banyak mengandung gula atau sukrosa. Makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti: permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya. Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang punya sifat khas misalnya larut dalam air dan manis. Dalam arti sempit disebut sukrosa akan tetapi dalam arti luas merupakan monosakarida dan disakarida yakni: glukosa atau gula tebu atau gula pasir, maltose atau gula gandum, fruktosa atau gula buah bisa juga terdapat dalam madu, laktosa atau gula susu dan gula inverse atau campuran 50:50 glukosa dan fruktosa yang diperoleh dari hidrolisis sukrosa, tingkat kemanisan gula inverse ini 130% lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa (Tarigan, 2013).

  Menurut Sutrisna dan Rizal (2007) jika tingkat kemanisan sukrosa diberi angka 100 makan kandungan masing-masing tingkat kemanisan gula adalah sebagai berikut:

Table 2.1 Tingkat kemanisan gula No. Jenis Gula Tingkat kemanisan

  1. Fruktosa 173

  2. Gula inverse 130

  3. Sukrosa 100