KOLOKASI DAN HIPONIM SEBAGAI ASPEK KEUTUHAN WACANA IKLAN “OTOMOTIF” DALAM SURAT KABAR SUARA MERDEKA PERIODE MEI 2014 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN DI SMA - repository perpustakaan

  i

  KOLOKASI DAN HIPONIM SEBAGAI ASPEK KEUTUHAN WACANA IKLAN “OTOMOTIF” DALAM SURAT KABAR SUARA MERDEKA PERIODE MEI 2014 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN DI SMA

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata (S-1) Oleh : Pandu Rizki Aji 1001040099 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2015

  MOTTO “Nilai dalam kehidupan bukanlah hasil dari tujuan, tetapi

proses mencapai tujuan”

v

  PERSEMBAHAN

  Sembah sujud dan syukur kepada Allah SWT. Seluruh hidup yang kujalani hanyalah bagian dari skenario-Mu, sebagai hamba-Mu tentunya saya harus berusaha dan berdoa dalam mencapai tujuan. Atas segala karunia yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  

Kupersembahkan karya ini sebagai wujud syukur, sayang, dan terimaksihku

untuk:

  1. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan doa, materi, serta memberikan motifasi dalam hidupku.

  2. Kakakku tersayang Rizka Meinar 3.

  Adikku tersayang Ardi Kurniawan dan Anggita Mileni Religia 4. Sahabatku tersayang Mirna Kuswidyawati 5. Teman-temanku Yusuf Akbar, Guntur, Muhammad Ropiqi, Dilli juang yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi ini.

  

vi

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berisi deskripsi kolokasi dan hiponim dalam wacana iklan “Otomotif” surat kabar Suara Merdeka serta implikasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1.

  Drs. Eko Suroso, M.Pd, selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2. Dra. Hj. Tutut Tugiati, M.Hum, selaku pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  3. Dra. Noorliana, M.Pd, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Dra. Siti Fatonah, M.Hum, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasihat kepada peneliti selama menimba ilmu di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

  Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

  vii Pihak-pihak yang telah membantu semoga mendapat balasan dari Allah SWT atas semua kebaikan yang telah diberikan. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

  Purwokerto, 14 Januari 2015 Peneliti

  

viii

  

ABSTRAK

  Penelitian yang berjudul Kolokasi dan Hiponim Sebagai Aspek

  

Keutuhan Wacana Iklan “Otomotif” Dalam Surat Kabar Suara Merdeka

Periode Mei 2014 dan Implikasinya Pada Pembelajaran Di SMA merupakan

  kajian terhadap kata yang mengandung kolokasi dan hiponim pada iklan “Otomotif” dalam surat kabar Suara Merdeka edisi Mei 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penggunaan kolokasi dan hiponim sebagai aspek keutuhan wacana iklan “Otomotif”

  Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif. Data yang dihasilkan berupa kata-kata kolokasi dan hiponim yang terdapat dalam iklan “Otomotif” surat kabar Suara Merdeka. Tahap penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Pada tahap penyediaan data terdapat tiga tahap yaitu mengumpulkan data yang ditandai dengan pencatatan, pemilihan dan pemilah-milahan dengan membuang yang tidak diperlukan, penataan menurut tipe atau jenis apa yang telah dicatat, dipilih, dan dipilah-pilahkan. Pada tahap analisis data peneliti menggunakan metode padan

  

referensial karena penelitian ini merujuk pada kata benda. Peneliti juga

menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL), teknik perluas, dan teknik ganti.

  Tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian data informal pada penggunaan kolokasi dan hiponim.

  Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu (1) kata terbanyak yang mengandung kolokasi terdapat pada iklan mobil Toyota, dengan jumlah data 81 yang mengandung kolokasi. (2) pada aspek kolokasi ditemukan kolokasi dua susunan hingga tujuh susunan. (3) pada aspek hiponim ditemukan merk produksi mobil yang memiliki sejumlah hiponim berupa merk tipe mobil (4) kata terbanyak yang mengandung hiponim terdapat pada iklan mobil Toyota, dengan jumlah data 29 yang dapat mencirikan hiponim. (5) kajian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif bahan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA sesuai dengan kompetensi inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang

  

dianutnya, 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli ( toleransi, gotong royong ), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan jangkauan pergaulan

dan keberadaannya, 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya, tentang ilmu pengetahuan, teknologi

seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata, 4. Mencoba, mengolah,

dan menyaji dalam ranah konkret ( menggunakan, mengurai, memodifikasi, dan

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama

dalam sudut pandang atau teori. Kompetensi Dasar : 1.1 Mensyukuri anugerah

Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana

komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis

melalui eksposisi, 1.2 Memproduksi eksposisi baik melalui lisan maupun tulisan

dalam kurikulum 2013. ix

  ABSTRACT

  The study entitled Collocation and Hyponymy as Discourse Integrity Aspect of “Otomotif” Advertisement in Suara Merdeka Newspaper May 2014 Edition and Its Implication on learning In Senior High School is a study of collocation and hyponymy words in “Otomotif” advertisement in Suara Merdeka newspaper May 2014 edition. This Study aims to describe the use of collocation and hyponymy as discourse integrity of “Otomotif” advertisement.

  This research is a descritive qualitative. The data taken are collocation and hyponymy words contained in “Otomotif” advertisement in Suara Merdeka newspaper. Stages of study are divided into three, namely stage of data provision, stage of data analysis, and stage of data analysis result presentation. At stage of data provision, there are three stages namely collecting data which is marked by recording, selecting and sorting by removing unneeded data; arranging based on type or kind of what has been recorded, selected and sorted. At stage of data analysis, researcher used referential match method since this study refers to noun. The researcher also used divide direct element (BUL) tecnique, expanding technique, and substitute technique. Stage of data analysis result presentation used informal data presentation method.

  The result is (1) the biggest number of collocation words found in Toyota advertisement, with 81 data containing collocation. (2) on collocation aspect found two to seven constructions. (3) the biggest of hyponymy words found in Toyota advertisement, with 29 data characterized hyponymy. (4) the study conducted can be used as an alternative of Indonesian language learning material in high school based on core competence in curriculum 2013.

  

x

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………. iii SURAT PERNYATAAN…………………………………………......... iv HALAMAN MOTTO………………………………………………….. v HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………..

  D. Hiponim………………………………………………………. 13

  B. Hiponim………………………………………………………. 69

  29 A. Kolokasi………………………………………………………. 30

  D. Metode Penelitian……………………………………………. 24 BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….

  C. Sumber Data…………………………………………………. 23

  B. Data………………………………………………………….. 23

  22 A. Jenis Penelitian………………………………………………. 22

  G. Iklan Otomotif………………………………………………... 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………….

  F. Implikasi Kolokasi dan Hiponim Dalam Pembelajaran……… 16

  E. Iklan…………………………………………………………... 15

  10 2. Pengertian Makna Kolokasi………………………………... 11

  vi

  9 C. Semantik………………………………………………………. 10 1. Pengertian Semantik………………………………………..

  8 2. Aspek-Aspek Keutuhan Wacana…………………………....

  Pengertian Wacana………………………………………......

  B. Wacana……………………………………………………….... 8 1.

  7 A. Penelitian Relevan……………………………………………... 7

  D. Manfaat Penelitian……………………………………………... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN LANDASAN TEORI……….

  C. Tujuan Penelitian……………………………………………..... 6

  B. Rumusan Masalah…………………………………………….... 5

  1 A. Latar Belakang………………………………………………..... 1

  KATA PENGANTAR…………………………………………………. vii ABSTRAK ……………………………………………………………... ix ABSTRACT…………………………………………............................. x DAFTAR ISI…………………………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xiii DAFTAR SINGKATAN………………………………………………. xiv DAFTAR TANDA………………………………………………........... xv BAB I PENDAHULUAN………………………………………….…..

  xi

  C. Implikasi Pembelajaran…………………………………......... 82 BAB V PENUTUP…………………………………………………...

  93 A. Kesimpulan…………………………………………………… 93

  B. Saran………………………………………………………….. 93 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….

  95 LAMPIRAN………………………………………………………….

  97

  xii

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

  Lampiran………………………………………………………………...

  97 Lampiran 1 ( Data )………………………………………….................

  98 Lampiran 2 ( Tabel Susunana Kolokasi)……………………………….. 117 Lampiran 3 ( Urutan Susunana Kolokasi )……………………………. 167 Lampiran 4 ( Bagan Hiponim) ………………………………………… 206

  xiii

DAFTAR SINGKATAN

  Alrm = Alarm A/T = Automatik Transmisi Bdy = Bodi Bgs = Bagus Bnsn = Bensin Br = Baru Brg = Barang Cklt = Coklat Dbl = Doubel Dsl = Diesel F.Modif = Full Modifikasi F.Var = Full Variasi Hrg = Harga Htm = Hitam Int = Interior Istw = Istimewa Jrg = Jarang Jt = Juta Kjg = Kijang Km = Kilometer Met = Metalik Mits = Mitsubishi Mls = Mulus Msh = Masih Msn = Mesin Nsmc = Nasmoco Ori = Original Ors = Orisinal Outlndr = Outlander Pjg = Panjang Pjk = Pajak PS = Power Stering Pth = Putih PU = Pick Up Rndh = Rendah Slvr = Silver Skl = Sekali Spr = Super Spt = Seperti Tdk = Tidak Tgn = Tangan Th = Tahun Trwt = Terawat Vr = Velg Racing Wrn = Warna

  

xiv

DAFTAR TANDA

  I, II, III, IV, V = Tanggal Terbit Surat Kabar

  a, b, c, d, e, f, . . . = Produksi Mobil 1, 2, 3, 4, 5, . . . . = Merk Mobil

  xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

  memberikan informasi kepada orang lain. Bahasa pada prinsipnya digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Kebutuhan utama dalam pemakaian bahasa yaitu mampu merujuk objek ke dalam dunia nyata, misalnya mampu menyebut nama, keadaan, peristiwa, dan ciri-ciri benda dengan kata-kata yang dikuasai. Bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan komunikasi antar manusia, karena bahsa merupakan wujud dari penyampaian informasi baik informasi tulis maupun lisan. Tentunya jika berbicara tentang bahasa bukan hanya tentang ilmu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik, tetapi dari bidang ilmu tersebut masih banyak sub bidang ilmu lain dan salah satu yang akan saya angkat yaitu bidang ilmu semantik khususnya yaitu kolokasi dan hiponim yang berhubungan dengan keutuhan wacana.

  Semantik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna dan semantik terbagi menjadi dua bagian secara umum yaitu semantik gramatikal dan semanti leksikal. Semantik gramatikal merupakan studi semantik yang khusus mengkaji makna yang terdapat dalam satuan kalimat (Pateda, 2010: 71). Sedangkan menurut Verhaar (dalam Pateda, 2010:71) semantik gramatikal jauh lebih sulit dianalisis karena orang tidak boleh menafsirkan kalimat hanya dari segi kata yang membentuknya melainkan harus menafsirkan dari keseluruhan isi kalimat bahkan sesuatu yang ada dibalik kalimat tersebut. Sedangkan semantik leksikal merupakan

  1 kajian semantik yang lebih berpusat pada kajian sistem makna yang terdapat dalam kata. Di dalam semantik leksikal terdapat materi berupa kolokasi, hiponim, homonim, antonim, polisemi dan analisis komponen. Dari kedua pembagian semantik maka peneliti hanya mengambil semantik leksikal karena penelitian ini hanya berfokus pada makna kata atau kelompok kata. Sebagai mana diketahui, semantik leksikal lebih menekankan kajiannya pada masalah makna kata dan kelompok kata. Inti dari pembahasan semantik leksikal berupa kolokasi, hiponim, sinonim, antonim dan hubungan bertentangan, polisemi dan homonim, serta analisis komponen makna kata.

  Semantik leksikal juga berhubungan dengan keutuhan wacana karena di dalam bidang ilmu wacana terdapat topik yang juga di semantik, yaitu kolokasi dan hiponim. Perbedaanya adalah dalam semantik, kolokasi dan hiponim dibahas dalam semantik leksikal, sedangkan pada ilmu wacana kolokasi dan hiponim dibahas dalam kohesi leksikal. Kohesi leksikal sendiri merupakan hubungan leksikal antara bagian- bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Unsur kohesi leksikal terdiri dari sinonim, antonim, hiponim, repetisi, kolokasi, dan ekvivalensi. Kohesi leksikal merupakan salah satu aspek yang menentukan keutuhan teks sebagai wacana. Dengan kohesi leksikal akan terlihat hubungan antara kalimat yang satu dengan yang lain atau bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain dalam teks. Tujuan digunakannya unsur-unsur leksikal adalah untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejelasan informasi, dan keindahan bahasa lainnya. Salah satu unsur kohesi leksikal yang dibahas dalam penelitian ini adalah kolokasi dan hiponim. Kolokasi dan hiponim ini juga ditemukan dalam teks iklan “Otomotif” pada surat kabar Suara Merdeka.

  Terkait dengan penelitian ini peneliti memilih menganalisis kolokasi dan hiponim sebagai aspek keutuhan wacana iklan “Otomotif” dalam surat kabar Suara

  

Merdeka karena Suara Merdeka merupakan surat kabar yang memuat berita-berita

up to date. Hal itu dapat dibuktikan dengan terbitnya Suara Merdeka setiap hari

  mulai hari Senin hingga Minggu kecuali hari libur. Selain itu Suara Merdeka juga mudah untuk dicari dan didapatkan di Jawa Tengah pada umumnya dan Banyumas pada khususnya. Buktinya Suara Merdeka banyak terdapat dipenjual koran maupun warung-warung di tepi jalan. Selain memuat berita lokal, Suara Merdeka juga memuat berita nasional dan internasional serta memuat informasi tentang penjualan mobil melalui iklan “Otomotif”. Dari pengamatan sepintas, peneliti melihat adanya penggunaan kolokasi dan hiponim dalam iklan “Otomotif” pada surat kabar Suara

  

Merdeka . Contohnya antara lain iklan Mitsubishi berikut yang dimuat dalam Suara

Merdeka edisi 23 April 2014.

  Mitsubishi (1) Kuda Diesel 2001 Super Exceed, H, Istmw 81 jt (2) Pajero Sport 11 Exceed htm Pada wacana tersebut dijelaskan melalui tabel berikut.

  Merk Kolokasi Kendaraan Tahun Tipe Warna Kondisi Harga Plat Kuda 2001 Super Exceed istimewa

  81 Jt H Pajero 2011 Sport Exceed hitam

  Deskripsi kolokasi pada tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.

  Kata kuda berhubungan dengan tahun, type, warna, kondisi, dan harga.

2. Kata pajero berhubungan dengan tahun, tipe, warna, kondisi, dan harga.

  Kata-kata tersebut memiliki hubungan makna karena sama-sama terdapat dalam iklan penjualan mobil.

  Contoh hiponim juga dapat dilihat pada iklan Mitsubishi berikut.

  Mitsubishi Pajero Galant Lancer Kuda

  Pada contoh tersebut bisa dijelaskan kata Mitsubishi memiliki hiponim segala macam merk kendaraan, misalnya Pajero, Galant, Lancer, dan Kuda. Kata

  

Mitsubishi berada pada tingkat atas dalam sistem hierarkinya (superordinat) dan

  anggota-anggota seperti Pajero, Galant, Lancer, dan Kuda berada pada tingkat bawah (hiponim). Setelah peneliti mengetahui bahwa terdapat kolokasi dan hiponim dalam iklan “Otomotif” pada surat kabar Suara Merdeka, peneliti membandingkan data per hari yang banyak mengandung kolokasi dan hiponim. Setelah membandingkan data, peneliti memutuskan data terbitan tiap hari sabtu, karena pada hari sabtu iklan “Otomotif” lebih banyak dibandingkan hari-hari lainnya. Peneliti juga mempertimbangkan jika semua data diambil setiap hari maka data kurang efisien dan menguras banyak waktu.

  Peneliti juga mempertimbangkan bahwa ada hubungan antara analisis kolokasi dan hiponim dengan pembelajaran di SMA pada penulisan paragraf, khususnya paragraf eksposisi. Implikasi pembelajaran Bahasa Indonesia ini sesuai dengan KI dan KD dalam kurikulum 2013. Paragraf eksposisi merupakan karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan tujuan memaparkan, menjelaskan, dan menyampaikan informasi, mengajarkan dan menerangkan sesuatu tanda disertai ajakan atau desakan, agar pembaca menerima dan mengikutinya. Kolokasi dan hiponim dapat menjadi bahan untuk pengembangan paragraf eksposisi. Perhatikan contoh berikut.

  Toyota Avansa 85 jt silver nego Kata-kata tersebut dapat diterapkan ke dalam suatu paragraf dengan cara mengambil atau menambahkan objek, tema, dan penjelasannya. Sesuai dengan kegiatan belajar mengajar di SMA berupa mengungkapkan informasi dalam bentuk paragraf. Contohnya sebagai berikut. Mobil Toyota ternyata mobil yang paling besar tingkat penjualannya di Indonesia, khususnya avanza karena banyak masyarakat yang berminat untuk membeli mobil tersebut. Harganya cukup terjangkau yakni sekitar 100-150 jt. Selain harganya yang terjangkau, tentunya banyak pilihan warna misalnya silver, hitam, merah, dan abu- abu, sehingga cocok bagi kaum masyarakat menengah, maka pilihlah avanza untuk menemani kebersamaan anda dengan keluarga.

  Paragraf tersebut merupakan paragraf eksposisi yang tentunya mempunyai hubungan antara penelitian dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA khususnya paragraf eksposisi.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah penggunaan kolokasi dan hiponim sebagai aspek keutuhan wacana dalam iklan “Otomotif” dalam surat kabar Suara Merdeka dan implikasinya pada pembelajaran di SMA?”

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan kolokasi dan hiponim sebagai aspek keutuhan wacana iklan “Otomotif” pada surat kabar Suara

  Merdeka serta implikasinya pada pembelajaran di SMA .

  D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a.

  Hasil penelitian ini dapat memperkaya hazanah penelitian pada bidang linguistik, khususnya semantik dan wacana.

  b.

  Penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai kolokasi dan hiponim dalam iklan “Otomotif” surat kabar Suara

  Merdeka.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi pelajar dan mahasiswa: hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan tambahan dalam penguasaan materi kolokasi dan hiponim, serta implikasinya pada pembelajaran.

  b.

  Bagi guru, khususnya guru Bahasa Indonesia: penelitian ini mejadi tambahan ilmu dalam pembelajaran supaya lebih memahami dan lebih kreatif dalam mengembangkan materi pembelajaran .

  c.

  Bagi penerbit: hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam penulisan iklan “Otomotif”, supaya pembaca lebih memahami arti dari tulisan yang terdapat pada iklan “Otomotif”.

  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Kajian Hipernim dan Hiponim pada Rubrik “Spirit” Surat Kabar Suara Merdeka dan Saran Implementasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA kelas XII Semester 2 oleh Yogi Okta Pradana mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto

  Penelitian ini mengenai hipernim dan hiponim pada rubirk “Spirit” surat kabar Suara Merdeka serta saran implementasi pada pembelajaran di SMA kelas XII semester 2. Penelitian tersebut dilakukan oleh Yogi Okta Pradana mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu, sama-sama membahas tentang hiponim.

  Adapun perbedaan penelitian terdapat pada kajian hipernim dan hiponim, sedangkan penelitian yang peneliti tidak memuat unsur hipernim melainkan unsur kolokasi.

  Dalam penelitian karya Yogi Okta Pradana menerapkan saran implementasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas XII semester 2, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menerapkan implikasi pembelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas X semester 1. Rubrik penelitian yang peneliti lakukan juga berbeda, karena peneliti menggunakan rubrik iklan “Otomotif”, sedangkan penelitian yang dilakukan Yogi Okta Pradana menggunakan rubrik “Spirit” 2.

  Penelitian dengan judul Hiponim dan Hipernim Kosakata Peristiwa pada

  Tabloid Nova oleh Daryoto mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  Penelitian ini mengenai hiponim dan hipernim kosakata peristiwa pada tabloid Nova. Penelitian tersebut dilakukan oleh Daryoto mahasiswa Universitas

  7 Muhammadiyah Purwokerto. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu, sama-sama membahas tentang hiponim. Adapun perbedaan penelitian terdapat pada kajian hiponim dan hipernim, sedangkan penelitian yang peneliti tidak memuat unsur hipernim melainkan unsur kolokasi. Dalam penelitian karya Daryoto tidak menerapkan implikasi, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menerapkan imlpikasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia SMA. Sumber data pada penelitian Daryoto menggunakan tabloid Nova, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menggunakan rubrik iklan “Otomotif” surat kabar Suara Merdeka.

B. Wacana 1. Pengertian Wacana

  Menurut Cook dalam Badara (2013:16) wacana adalah suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Mulyana (2005:1), wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap karena mempunyai satuan pendukung kebahasaan yang meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Menurut Lubis (2010:23) kesatuan bahasa yang lengkap sebenarnya bukanlah kata atau kalimat, melainkan wacana atau discourse. Penyelidikan dan diskripsi sintaksis tidak boleh dibatasi pada satuan kalimat saja, tetapi harus dilanjutkan ke kesatuan yang lebih besar. Menurut Sobur (2009:9), istilah wacana digunakan sebagai bentuk terjemahan dari istilah bahasa Inggris “discourse”. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari ke sana kemari dan lari bolak-balik. Kata ini diturunkan dari dis (dari/ dalam arah yang berbeda) dan curree (lari). Jadi discursus berarti lari dari arah yang berbeda. Perkembangan asal-usul itu dapat digambarkan dengan :

  dis + currere discursus discourse (wacana)

  Webster dalam Mulyana(2005:4) memperluas makna discourse menjadi tiga yaitu : a. komunikasi kata-kata, b. ekspresi gagasan-gagasan, c. risalah tulis, ceramah, dan sebagainya.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa discourse (wacana) merupakan unsur bahasa yang relatif paling kompleks dan paling lengkap.

  Wacana mempunyai satuan pendukung berupa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat paragraf, hingga karangan utuh. Wacana juga berkaitan dengan komunikasi kata-kata, ekspresi gagasan-gagasan, risalah tulis, dan ceramah. Kesatuan bahasa yang lengkap bukanlah kata atau kalimat, melainkan wacana. Ilmu tentang wacana digunakan oleh peneliti, karena pada data penelitian yang peneliti analisis terdapat penggunaan aspek-aspek keutuhuan wacana yaitu kohesi leksikal yang terdapat pada iklan “Otomotif” Surat Kabar Suara Merdeka.

2. Aspek-Aspek Keutuhan Wacana

  Menurut Mulyana (2005:25) aspek-aspek keutuhan wacana yaitu kohesi, koherensi, topik wacana, aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek fonologis, dan aspek semantis. Khusus pada aspek kohesi dan koherensi dapat dikatakan bahwa unsur kohesi meliputi aspek-aspek leksikal, gramatikal, fonologis, sedangkan unsur koherensi mencakup aspek semantik dan aspek topikalisasi. Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktikal. Menurut Tugiati (2004:43) kohesi adalah keserasian hubungan antar unsur (bentuk) dalam suatu wacana sehingga wacana (karangan) akan padu, runtut, dan mudah diahami atau dapat dikatakan kohesi adalah keterkaitan dalam unsur sintaksis. Moeliono dalam Mulyana, (2005:26) menyatakan bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif.

  Kohesi wacana terbagi ke dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal antara lain referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, sedangkan yang termasuk kohesi leksikal adalah sinonim, repitisi, kolokasi. Mulyana (2005:29) menyatakan kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Unsur kohesi leksikal terdiri dari: sinonim (persamaan), antonim (lawan kata), hiponim (hubungan bagian atau isi), repitisi (pengulangan), kolokasi (sanding kata), dan ekvivalensi. Tujuan digunakannya aspek-aspek leksikal itu diantaranya untuk mendapatkan efek intesitas makna bahasa, kejelasan informasi, dan keindahan bahasa lainnya.

C. Semantik 1. Pengertian Semantik

  Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna Verhaar (2001:385). Menurut Aminudin (2011:15) semantik merupakan studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik. Sedangkan menurut Pateda (2010:25) semantik merupakan studi ilmiah tentang makna yaitu makna unsur bahasa, baik dalam wujud morfem, kata, atau kalimat. Semantik meruakan kajian ilmu yang mempelajari tetang makna dalam bahasa. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan ilmu bahasa yang mengkaji tentang makna yaitu makna unsur bahasa baik dalam wujud morfem, kata, atau kalimat.

2. Pengertian Makna Kolokasi Salah satu jenis makna yang dibahas dalam semantik adalah makna kolokasi.

  Makna kolokasi adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama Leech dalam Pateda (2010:110). Kata-kata seperti

  

garam, gula, ikan, sayur, terong, tomat, kata-kata ini berhubungan dengan

  lingkungan dapur. Sementara, kata-kata seperti gergaji, gurdi, ketam, pahat, prang,

  

tukul, berhubungan dengan lingkungan tukang kayu. Kalau seseorang menyebut kata-

  kata daftar gaji, kertas, lem, tinta stensil, maka bayangan kita adalah kantor atau sekolah. Selain itu, ada juga yang sama maknanya tetapi tidak cocok untuk lingkungan tertentu. Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat kata berpulang ke

  

Rahmatullah, kembali ke alam baka, mampus, mati, meninggal, tewas, wafat yang

  pemakainnya tidak cocok utuk semua manusia. Palmer dalam Mansoer(2010:110) menyebutkan ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokasi yaitu : a.

  Makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau urutan kata, misalnya urutan kata sapi belang yang pembatasnya adalah kata belang, sebab yang namanya sapi di dunia ini banyak, tetapi yang dimaksud hanya sapibelang dan kalau seseorang berkata “sapi belang itu,” maka yang dimaksud lebih terbatas lagi.

  b.

  Makna kolokasi dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, misalnya kata cantik hanya dapat digunakan untuk gadis, dan tidak digunakan untuk pemuda serta kata wafat dahulu hanya digunakan untuk pejabat, kini digunakan pula untuk orang yang dihormati sedangkan kata wafat tidak cocok digunakan untuk pencuri.

  c.

  Makna kolokasi dibatasi oleh ketepatan, misalnya sudut siku-siku pasti 90 derajat.

  Menurut Aminuddin (2011:110) makna kolokasi adalah asosiasi hubungan makna kata yang satu dengan yang lain yang masing-masingnya memiliki hubungan ciri yang relatif tetap. Kata pandangan berhubungan dengan mata, bibir, dengan

  

senyum, serta kata menyalak memiliki hubungan dengan anjing. Pada dasarnya

  mengabstrasikan ciri hubungan makna kata yang satu dengan lainnya, pada dasarnya juga tidak sederhana. Kata anjing, misalnya memiliki hubungan dengan kata

  

binatang, bentuk, umpatan, menggigit , dan sebagainya. Begitu pula kata bibir, dalam

  perluasannya tidak hanya mengacu pada organ fisis manusia, tetapi juga mengacu pada tepi jurang, rayuan, pembicaraan maupun mulut botol sehingga asosiasi hubungan kesejajaran ciri maknanya dengan makna dalam kata yang lain menjadi rumit.

  Menurut Chaer (2013:112) kolokasi berasal dari bahasa Latin colloco yang memiliki arti ada di tempat yang sama dengan menunjuk kepada hubungan sintagmatik yang terjadi antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal. Misalnya, pada kalimat Tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam badai, lalu perahu itu

  

digulung ombak, dan tenggelam beserta isinya, terdapat kata-kata layar, perahu,

nelayan, badai, ombak, dan tenggelam yang merupakan kata-kata dalam satu

  kolokasi satu tempat atau lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam satu tempat atau satu lingkungan. Kata-kata

  

layar, perahu, badai, ombak, dan tenggelam merupakan berada dalam satu

  lingkungan, yaitu dalam pembicaraan mengenai laut. Contoh lain, kata-kata lahar,

lereng, puncak, curam, dan lembah berada dalam lingkungan mengenai pegunungan.

  Kata-kata garam, gula, kunyit, lada, daging, sayur, dan bumbu berkolokasi dalam pembicaraan tentang dapur. Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kolokasi merupakan penggunaan beberapa kata dalam lingkungan yang sama serta memiliki arti pada tempat yang sama dengan menunjuk hubungan secara sintagmatik antar kata dan unsur leksikal.

D. Hiponim

  Menurut Verhaar (2001:396) hiponim merupakan hubungan antara yang lebih kecil (secara ekstensional) dan yang lebih besar (secara ekstensional juga).

  Ungkapan biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Dapat dijadikan contoh misalnya kata tongkol adalah hiponim terhadap ikan sebab makna tongkol berada atau termasuk dalam makna kata ikan. Tongkol memang ikan tetapi ikan bukan hanya tongkol melainkan juga termasuk bandeng, tenggiri, hiu, paus, teri dan sebagainya. Kalau diskemakan menjadi :

  Ikan tongkol bandeng tenggiri hiu paus teri Relasi antara dua buah kata yang besinonim, berantonim, dan berhomonim bersifat dua arah maka relasi antara dua buah kata yang berhiponim ini adalah searah. Jadi, kata tongkol berhiponim terhadap kata ikan, tetapi kata ikan tidak berhiponim terhadap kata tongkol, sebab makna ikan meliputi seluruh jenis ikan. Dalam hal ini relasi antara ikan dengantongkol (atau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi. Kesimpulannya, kalau tongkol berhiponim terhadap ikan, maka ikan berhipernim terhadap tongkol.

  Chaer (2013:100) menjelaskan bahwa konsep hiponim dan hipernim mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya. Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernimi terhadap sejumlah kata lain, akan menjadi hiponim terhadap kata lain yang hierarkial berada di atasnya. Umpamanya kata ikan yang merupakan hipernimi terhadap kata tongkol, bandeng, tenggiri, hiu, paus, dan teri akan menjadi hiponimi terhadap kata binatang karena yang termasuk binatang bukan hanya ikan, tetapi juga kucing, monyet, singa, dan sebagainya. Menurut Depdiknas (2012:99) hiponim adalah bentuk yang maknanya terangkum dalam hipernim, atau subordinatnya, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas. Kata

  

mawar, melati, cempaka, misalny, masing-masing disebut hiponim terhadap bunga

  yang menjadi hipernim atau superordinatnya. Di dalam terjemahan, hipernim atau superordinat pada umumnya tidak disalin dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam bahasa Indonesia tidak terdapat istilah superordinatnya.

  Menurut Djajasudarma (2008:48) hiponim yaitu hubungan makna yang mengandung pengertian hierarki. Hubungan hiponim dekat dengan sinonim, karena sebuah kata yang memiliki semua komponen makna kata lainnya, tetapi tidak sebaliknya maka perhubungan itu disebut hiponim. Kata warna meliputi semua warna, dapat dikatakan sebagai superordinat dari hijau, merah, kuning, dan biru. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hiponim merupakan ungkapan yang maknanya dianggap bagian dari makna suatu ungkapan lain yang relasinya bersifat searah, serta kata yang berada di bawah makna kata lain. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan hiponim merupakan hubungan makna yang bersifat atas bawah dan terdapat sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya.

E. Iklan

  Menurut Klepper dalam Mulyana (2005:63) iklan disejajarkan dengan konsep

  

advertising. Kata advertising sendiri berasal dari bahasa Latin ad-vere yang berarti

  menyampaikan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Sementara Wahyudi dalam Mulyana(2005:63) menyatakan bahwa advetrtising adalah setiap penyampaian informasi tentang barang atau jasa dengan menggunakan media non-personal yang dibayar. Menurut Mulyana (2005:64) iklan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yang pertama iklan perniagaan dan iklan pemberitahuan. Sementara menurut Kasali dalam Mulyana(2005:64) iklan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : iklan baris, iklan

  

display , dan iklan suplemen. Iklan baris berisi pesan-pesan komersial yang

  berhubungan dengan kebutuhan pihak pengiklan, misalnya lowongan pekerjaan, kehilangan, jual-beli kendaraan bermotor, dan sebagainya. Iklan display lebih bervariasi, dan biasanya memiliki jangkauan yang lebih luas. Iklan suplemen menyajikan informasi persuasif yang dikemas secara lebih formal. Berdasarkan pembagian iklan di atas dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan penyampaian pikiran, informasi, dan gagasan tentang barang atau jasa kepada pihak lain.

  F.

  

Implikasi Kolokasi dan Hiponim dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di

SMA

  Menurut Arifin (2013:1) kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Pada dasarnya kurikulum bersifat dinamis, artinya kurikulum dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman baik dari ilmu pengetahuan, kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat. Kurikulum pada hakikatnya ilmu tentang tentang proses mencerdaskan anak bangsa, serta untuk mencapai tujuan pendidikan. Implikasi kurikulum tentunya tidak hanya terdiri dari atas sejumlah mata pelajaran, kegiatan dan pengalaman belajar di dalam sekolah, tetapi meliputi semua kegiatan belajar mengajar yang terjadi di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah..Kegiatan belajar di sekolah meliputi menyimak, bertanya, diskusi, melakukan demonstrasi, belajar di perpustakaan, melakukan eksperimen di laboratorium, olahraga, kesenian, dan lain- lain. Implikasi pembelajaran Bahasa Indonesia tentunya dilakukan pembelajaran di dalam sekolah, karena berhubungan dengan kegiatan menyimak, menulis, bertanya, diskusi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan menyimak, menulis, bertanya dan diskusi pada pembelajaran Bahasa Indonesia diimplikasikan melalui media iklan “Otomotif” yang kemudian dikembangkan menjadi paragraf eksposisi sesuai dengan KI dan KD pada Kurikulum 2013. Hamalik (2008:3) menyebutkan bahwa kurikulum dapat dipandang dari dua sisi yang berbeda, yaitu menurut pandangan lama dan pandangan baru.

1. Pandangan Lama (Tradisional)

  Pandangan lama, atau sering disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Menurut Hamalik (2008: 3) pengertian tersebut mempunyai implikasi sebagai berikut: a.

  Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri pada hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau. Berbagai pengalaman tersebut dipilih, dianalisis, serta disusun secara sistematis dan logis, sehingga muncul mata pelajaran seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat, dan sebagainya.

  b.

  Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk mereka menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir.

  c.

  Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau memperoleh ijazah.

  d.

  Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama.

  e.

  Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (imposisi).

  f.

  Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah.

2. Pandangan Baru (Modern)

  Dalam Pandangan baru (modern) menurut Romine dalam Hamalik, (2008:4) kurikulum diartikan semua program yang diselenggarakan, kegiatan, dan pengalaman yang siswa miliki di bawah arahan sekolah, baik di kelas atau tidak. Dapat digolongkan sebagai berikut : a.

  Tafsiran tentang kurikulum bersifat luas karena kurikulum bukan hanya terdiri atas mata pelajaran, tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah.

  b.