BAB II TINJAUAN TEORI - Agus Vina Wardiana BAB II

  1. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (10 bulan atau 9 bulan) menurut kalender internasional.

  Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu (minggu ke-0 hingga minggu ke- 12), trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke- 27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2011: h.213). Sedangkan menurut (Manuaba, 2010: h.75) kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari : ovulasi, migrasi, spermatozoa dan ovum. Konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantassi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterem.

  2. Fisiologi Kehamilan Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi di aterm di dalam uterus yang berlangsung selama lebih kurang 40 minggu (Mochtar, 2012: h.35).

  3. Tanda-Tanda Kehamilan

  a. Tanda tidak pasti Tanda-tanda tidak pasti kehamilan diantaranya adalah :

  1) Amenorea (tidak adanya haid) 2) Nause dan emesis (mual dan muntah) atau mornig sickness 3) Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu) 4) Mastodonia akibat Pembesaran payudara (mamae) 5) Anoreksia (tdak ada nafsu makan) 6) Frekuensi buang air kecil bertambah 7) Obstipasi dan konstipasi 8) Pigmentasi kulit 9) Varises 10) Peningkatan suhu basal 11) Adanya HCG dalam urin sebagai kehamilan palsu 12) Pada pemeriksaan ditemukan : tanda hegar, tanda goodell’s, tandachadwick, tanda Mc Donald, tanda piscaseks, kontraksi braxton hicks, dan terabanya ballottement(Manuaba,2010: h.73).

  b. Tanda Pasti Kehamilan 1) Adanya gerakan janin sejak usia kehamilan 16 minggu.

  2) Terdengar denyut jantung janin pada kehamilan 12 minggu denganfetal elektro cardiograph dan pada kehamilan 18-20 minggu denganstethoscope leannec.

  3) Terabanya bagian-bagian janin. 4) Terlihat kerangka janin bila dilakukan pemeriksaan Rongent. 5) Terlihat kantong janin pada pemeriksaan USG(Manuaba,2010: h.74).

  4. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Ibu hamil

  a. Uterus Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin (Prawirohardjo, 2010: h.179).

  b. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan(Prawirohardjo, 2010: h.179).

  c. Ovarium Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia

  16 minggu(Prawirohardjo, 2010: h.180). d. Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron dan somatotropin.Kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat putting payudara membesar, kehitaman, dan tegak. Bulan pertama cairan berwarna kuning keluar disebut kolostrum(Prawirohardjo, 2010: h.180).

  e. Sirkulasi darah ibu Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu(Prawirohardjo, 2010: h.181).

  f. Sistem pernafasan Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem pernafasan untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen (O2), disamping itu desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar

  20 % sampai 25 % dari pada biasanya(Prawirohardjo, 2010: h.182). g. Traktus urinarius Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan dalam bentuk sering BAK(Prawirohardjo, 2010: h.183).

  h. Perubahan pada kulit Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh MSH lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum livid atau alba, areola payudara, papila payudara, linea nigra, pipi (kloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan hilang(Prawirohardjo, 2010: h.184). i. Metabolisme

  Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI(Prawirohardjo, 2010 :h.185)

  5. Ketidaknyamanan pada kehamilan dan cara mengatasinya

  a. Morning sickness (mual dan muntah) Biasanya dirasakan pada saat kehamilan dini.Disebabkan oleh respons terhadap hormon dan merupakan pengaruh fisiologi.Untuk penatalaksanaan khusus bisa dengan diet.Untuk asuhannya berikan nasihat tentang gizi, makan sedikit-sedikit tetapi sering, makan- makanan padat sebelum bangkit dari berbaring (Rukiyah, 2009: h.116).

  b. Mengidam Terjadi setiap saat, disebabkan karena respon papila pengecap pada hormon sedangkan pada sebagian wanita, mungkin untuk mendapatkan perhatian.Untuk pelaksanaan khusus yaitu dengan nasihat dan menentramkan perasaan pasien. Berikan asuhan dengan meyakinkan bahwa diet yang baik tidak akan terpengaruh oleh makanan yang salah(Rukiyah, 2009: h.116).

  c. Konstipasi Terjadi pada bulan-bulan terakhir dan disebabkan karena progesteron dan usus yang terdesak oleh rahim yang membesar atau bisa juga karena efek dari terapi tablet zat besi. Penatalaksanaan khusus yaitu dengan diet atau kadang-kadang dapat diberikan pencahar ringan (dengan resep dokter).Asuhan yang diberikan yaitu dengan nasihat makanan tinggi serat, buah dan sayuran, ekstra cairan, hindari makanan berminyak dan anjurkan olahraga tanpa dipaksa (Rukiyah, 2009: h.117).

  d. Buang air kecil yang sering Keluhan dirasakan saat kehamilan dini, kemudian kehamilan lanjut.Disebabkan karena progesteron dan tekanan pada kandung kemih karena pembesaran rahim atau kepala bayi yang turun ke rongga panggul.Yang harus dilakukan adalah dengan menyingkirkan kemungkinan infeksi. Berikan nasihat untuk mengurangi minum setelah makan malam atau minimal 2 jam sebelum tidur, menghindari minum yang mengandung kafein, jangan mengurangi kebutuhan air minum (minimal 8 gelas per hari) perbanyak di siang hari dan lakukan senam(Rukiyah, 2009: h.117).

  e. Bengkak pada kaki Dikarenakan adanya perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.Yang harus dilakukan adalah dengan segera berkonsultasi dengan dokter jika bengkak yang dialami pada kelopak mata, wajah dan jari yang disertai tekanan darah tinggi, sakit kepala, pandangan kabur (tanda pre-eklampsia).Kurangi asupan makanan yang mengandung garam, hindari duduk dengan kaki bersilang, gunakan bangku kecil untuk menopang kaki ketika duduk, memutar pergelangan kaki juga perlu dilakukan(Rukiyah, 2009: h.118).

  6. Tanda dan bahaya dalam kehamilan

  a. Perdarahan pervaginam Perdarahan pervaginam pada ibu hamil merupakan keadaan yang tidak normal, perdarahan yang keluar banyak maupun bercak.Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda dapat disebabkan karena abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa.Sedangkan perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dapat menandakan plasenta previa maupun solusio plasenta (Kusmiyati, 2009: h.59). b. Pandangan Mata Kabur Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan, perubahan minor adalah normal.Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang, perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin merupakan suatu tanda pre- eklamsia(Kusmiyati, 2009: h.61).

  c. Gerakan Bayi tidak seperti Biasa Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal, bayi harus bergerak lebih dari 10 kali dalam periode 12 jam, gerakan bayi akan mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik(Varney, 2007: h.536).

  d. Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunyatanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya(Manuaba, 2010: h.456).

  7. Antenatal Care (ANC)

  a. Pengertian Antenatal Care (Anc)

  Antenatal Care (pelayanan antenatal) adalah pelayanan kesehatan olehtenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan(Varney, 2007: h.532).

  Tujuan utama dari pelayanan Antenatal Care (ANC) yaitu memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan bayinya dengan trauma semaksimal mungkin, serta mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif(Varney, 2007: h.533).

  b. Kunjungan ANC Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang biasa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlikan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal : a) 1 x kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu) b) 1 x kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

  c) 2 x kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36)(Varney, 2007: h.536).

  Menurut Kemenkes RI (2012), kebijakan program pelayanan asuhan antenata l harus sesuai standar yaitu “10 T” meliputi : 1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

  2) Ukur tekanan darah. 3) Nilai status gizi (ukur LILA). 4) Ukur tinggi fundus uteri. 5) Tentukan presentasi janin dan DJJ. 6) Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap. 7) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8) Pemeriksaan Laboratorium ( rutin dan khusus). 9) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. 10) Tatalaksana penanganan khusus. B. Persalinan

  1. Pengertian Persalinan Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010: h.164). Sedangkan menurut Varney (2007: h.672), persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

  2. Jenis Persalinan

  a. Persalinan Spontan, adalah persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

  b. Persalinan buatan, adalah persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstaksi forceps, ekstrasi vakum dan sectio sesaria.

  c. Persalinan anjuran, adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin (Rukiyah dkk, 2009: h.132).

  3. Teori terjadinya persalinan

  a. Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dimulai(Manuaba, 2010 : h.168)

  b. Teori penurunan hormon Hormon progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif terhadap oksitosin, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone(Manuaba, 2010 : h.168).

  c. Teori oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior, perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi.Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat mulai(Manuaba, 2010 : h.169).

  d. Teori pengaruh prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan dan dapat dianggap pemicu terjadinya persalinan(Manuaba, 2010 : h.170).

  e. Teori plasenta menjadi tua Dengan bertambahnya usia kehamilan plasenta menjadi tua dan menyebabkan vili korialis mengalami perubahan sehingga kadar estrogen dan progesteron turun(Manuaba, 2010 : h.170).

  f. Teori distensi rahim Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenter(Manuaba, 2010 : h.171).

  g. Teori berkurangnya nutrisi Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hipokrates. Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan (Manuaba, 2010 : h.171).

  4. Tanda - tanda persalinan

  a. Terjadinya his persalinan, mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, semakin beraktivitas kekuatan makin bertambah(Manuaba, 2010 : h.173).

  b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan.Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah(Manuaba, 2010 : h.174).

  c. Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan.Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba, 2010 : h.175).

  5. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan Menurut Manuaba (2010:h.169) faktor-faktor yang berperan dalam persalinan meliputi : Power (His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan dan kontraksi ligamentum rotundum), passenger (janin dan plasenta), passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis ibu bersalin, penolong.

  6. Tahap- tahap persalinan

  a. Kala I Menurut (JNPK-KR, 2008: h.39) kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) sehingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu :

  1) Fase laten Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara lengkap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam(Manuaba, 2010: h.172). 2) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi menjadi 3 (Manuaba, 2010: h.173) yaitu : a) Fase akselerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

  b) Fase dilatasi maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.

  c) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.

  b. Kala II Menurut (JNPK-KR, 2008: h.79) dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

  Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua di antaranya : Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya.Perineummenonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka.Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

  c. Kala III Menurut JNPK-KR (2008 : h.101) yang menyatakan bahwa Manajemen Aktif Kala (MAK) III terdiri dari pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dengan dosis 10 Internasional Unit (IU) secara Intra Muskular (IM), melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri selama 15 detik. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda seperti uterus menjadi bulat, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan.

  d. Kala IV Kala IV dimaksudkan untuk melahirkan observasi karena pendarahan pasca persalinan paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadi perdarahan. Menurut Saifuddin (2009: h.21) bahwa selama kala

  IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.

  7. Mekanisme Persalinan

  a. Engagement

  Kepala dikatakan telah menancap (engage) pada pintu atas panggul apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul.Pada nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih tegang sehingga bagian presentasi terdorong ke dalam panggul.Pada multipara yang otot- otot abdomennya lebih kendur kepala seringkali tetap dapat digerakkan di atas permukaan panggul sampai persalinan dimulai (Rohani, 2011: h.145).

  b. Descent (penurunan) Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan, disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin.Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks.Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir.Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterin, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen, kontraksi diafragma dan melurusnya badan anak (Rohani, 2011: h.146).

  c. Fleksi Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.

  Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir, diameter suboksipito- bregmatika (9,5 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul (Rohani, 2011: h.147).

  d. Putar paksi dalam Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan memutar ke depan ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya untuk bidang tengah dan pintu bawah panggul (Rohani, 2011: h.147).

  e. Ekstensi Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi (Rohani, 2011: h.148). f. Ekspulsi Setelah ekstensi bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir (Rohani, 2011: h.148).

  g. Putar paksi luar Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi.Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ishiadikum sepihak.Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul (Rohani, 2011: h.149). 8. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)

  Menurut Prawirohardjo (2010: h.341-347), prosedur persalinan normal antara lain : 1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya. c) Perineum menonjol.

  d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka. 2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan essensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin

  10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

  3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/bersih.

  5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/ wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

  7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum,atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.

  8) Dengan menggunkan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dlam untuk memastikan bahwa pembukan serviks sudah lengkap.

  Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

  9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan srung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya ke dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan. 10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit).

  a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

  b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. 11) Memberi tahu pembukaan suddah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

  a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikannya. b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaima mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepda ibu saat ibu mulai meneran. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

  13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

  a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

  c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya.

  d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

  e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

  g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

  h) Jika bayi belum lahir atau kelhiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit meneran untuk ibu primipara atau 60 menit untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran. i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jikaibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran padda puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi. j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

  14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

  16) Membuka partus set. 17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. 18) Saat kepal bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letkkan tangan yang lain di kepal bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepal bayi, membiarkan kepal keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

  19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

  20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

  a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepal bayi.

  b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

  21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  22) Setelah kepal melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke aarah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menariknya ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

  23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran tanngan dan siku bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.

  25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di ats perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.

  26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan membiarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/im. 27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari kelm ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. 28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

  29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang bsah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

  30) Memberikan bayi kepada ibunya danmenganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. 31) Melatakkan kain yang besih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

  32) Memberi tahu pada ibu bahwa ia akan disuntik. 33) Dalam waktu 2 menit stelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di gluteus atau sepertiga atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. 34) Memindahkan klem pada tali pusat. 35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan kiri untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

  36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat denga lembut.

  Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontaksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

  37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

  a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

  b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit.

  (1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM. (2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

  (3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

  (4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

  (5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

  38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. jika selpaut ketuban ketuban robek, memakai sarung tangan steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal. 39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.

  40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikann bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plassenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

  41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagian dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

  43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

  44) Menempatkan klem tali pusta desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari tali pusat. 45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

  46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.

  47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering. 48) Mengajurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

  a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

  b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

  c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

  d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan perawatan yang sessuainuntuk menatalkasana atonia uteri.

  e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan mengunakan teknik yang sesuai.

  50) Mengajarkan pda ibu atau keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

  51) Mengevaluasi kehilangan darah. 52) Memrikssa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascaeprsaalinan. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. 53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 54) Membuang bahan-bahan yang tekontaminasi ke dalam tempat smapah yang sesuai.

  55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat itnggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

  Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 56) Memastikan bahwa aibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

  Menganjurkan keluarga untk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

  57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

  58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% membalikkan bagian ke dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

  60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

  C. Bayi Baru Lahir

  1. Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir (BBL) atau neonatus adalah janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Sondakh, 2013: h.150).

  2. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional BBL dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan da luar uterus.

  a. Adaptasi pernapasan 1) Penapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik dan kimia.

  a) Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps (misalnya, perubahan dalam gradien tekanan) b) Faktor-faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara dan penurunan suhu c) Faktor-faktor kimia meliputi perubahan dalam darah

  (misalnya, penurunan kadar oksigen, penigkatan kadar karbondioksida, dan penurunan Ph) sebagai akibat asfiksia sementara selama kelahiran. 2) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir sebesar 30-60 kali/menit 3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah, terutama selama 12-18 jam pertama (Sondakh,2013: h.151).

  b. Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat di dalamnya, sehingga tersisa 80-100 ml. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan udara (Sondakh,2013: h.152).

  c. Adaptasi kardiovaskuler 1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Bebrapa perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring dengan waktu. 2) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis. 3) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/menit saat tidur.

  4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi (Sondakh,2013: h.152).

  d. Perubahan termoregulasi dan metabolik 1) Suhu bayi baru lahir dapat turun bebrapa derajat karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada uterus. 2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan. 3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi, koneveksi, radiasi dan evaporasi.

  4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat (Sondakh,2013: h.153).

  e. Adaptasi neurologis 1) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang sempurna.

  2) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

  3) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala, tersenyum, meraih dengan tujuan). 4) Refleks bayi baru lahir merupakan medikator penting perkembangan normal (Sondakh,2013: h.154).

  f. Adaptasi gastrointestinal 1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu 2) Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir 3) Perncernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim- enzim pankreas dan lipase

  4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3 bulan 5) Pengeluaran mekonium yaitu feses berwarna hitam kehijauan, lenget dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam 90% bayi baru lahir normal

  6) Variasi besar terjadi diantara bayi baru lahir tentang minat terhadap makanan, gejala-gejal lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada setiap kali pemberian makanan

  7) Bayi baru lahir menyusui segera bila diletakkan pada payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusui secara efektif. 8) Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati di dalam uterus, tindakan-tindakan ini berkembang baik pada saat lahir dan diperketat dengan rasa lapar(Sondakh,2013: h.155).

  g. Adaptasi ginjal 1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus 2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespons terhadap stresor

  3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidaksimbangan cairan

  4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam

  5) Urine dapat keruh karena lendir dan asam garam urat, noda kemerahan dapat diamati pada popok karena kristal asam urat(Sondakh,2013: h.155).

  h. Adaptasi imun 1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di dalam pintu masuk 2) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir a) Respons inflamasi berkurang baik secara kualitatif maupun kuantitatif b) Fagositosis lambat

  c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu d) Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA juga tidak terdapat dalam saluran GI (Sondakh,2013: h.155).

  3. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

  a. Kriteria fisik BBL normal : 1) Cukup bulan : Usia kehamilan 37 - 42 minggu.

  2) Berat badan lahir : 2500 - 4000 gr (sesuai masa kehamilan)

  3) Panjang badan : 44 - 53 cm 4) Lingkar kepala : 31- 36 cm 5) Skort Apgar : 7

  • – 10 6) Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan

  (Sondakh, 2013: h.150)

  5. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir

  a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit,

  b. Kehangatan tubuh (> 37,5 C atau terlalu dingin < 36,5

  C),

  c. Warna kulit, kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar, d. Pemberian makanan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah, e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah,

  f. Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit, g. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua,ada lendir atau darah pada tinja h. Aktivitas menggigil , atau nangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus (Saifuddin, 2009: h.153- 155).

  1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.

  6. Penatalaksanaan bayi baru lahir Menurut Saifuddin (2009: h.163-167), penatalaksaan pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut a. Jagalah bayi agar tetap hangat

  2) Gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh. 3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit: 4) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi 5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5°C, segera hangatkan bayi tersebut.

  b. Kontak dini dengan ibu 1) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk: a) Kehangatan

  • – mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir.
b) Ikatan batin dan pemberian ASI. 2)

Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap”

  (dengan menunjukkan refleks rooting). Jangan paksakan bayi untuk menyusu.

  3) Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi, dan biarkan bayi bersama ibunya paling sedikit satu jam setelah persalinan.

  c. Pernafasan Sebagian besar bayi akan bernafas secara spontan.

  Pernapasan bayi sebaiknya diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.

  1) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit. 2) Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal berikut:

  a) Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat b) Gosoklah punggung bayi dengan lembut.

  3) Jika bayi masih belum mulai bernapas setelah 60 detik mulai resusitasi.

  4) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit), berilah oksigen kepada bayi dengan kateter nasal. d. Perawatan Mata Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Yang lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir.Jangan tinggalkan ibu dan bayi kapan pun.Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan berikut: 1) Lanjutkan pengamatan pernapasan, warna, dan aktivitasnya. 2) Pertahankan suhu tubuh bayi 3) Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap.

  4) Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan, suntik (I.M) Vitamin K 0,5mg

  5) Identifikasi Bayi, alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. 6) Perawatan lain-lain :

  a) Lakukan perawatan tali pusat

  b) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan ke rumah, berikan imunisasi BCG, polio oral, dan hepatitis B. c) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua dan beritahu pada orang tua agar merujuk bayi segera untuk perawatan lebih lanjut, jika ditemui tanda-tanda tersebut.

  d) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan harian untuk bayi baru lahir: (1) Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam mulai dari hari pertama.