BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS - Dewi Lestari BAB II

BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS

  1. Kehamilan

  a. Definisi Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, dan akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan (Prawiroharjo,2009; h. 213). Menurut Saifuddin (2009; h. 89) masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lairnya janin, lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah fertlisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum sampai lahirnya janin, dan berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan 7 hari.

  b. Pembagian kehamilan dan kunjungan antenatal Menurut Saifuddin (2009; h.89) kehamilan dibagi menjadi 3, yaitu:

  1) Triwulan I Dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan.

  Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) pada setiap kali kunjungan antenatal, terutama pada trimester I perlu didapatkan informasi yang sangat penting,yaitu:

  11 a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

  b) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

  c) Melakukan tindakan pencegahan seperi tetanus neonatorum, anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

  d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

  e) Mendorong prilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan ,istirahat, dan sebagainya).

  2) Triwulan II Dimulai dari bulan ke 4 sampai 6 bulan Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) pada setiap kali kunjungan antenatal, terutama pada trimester II perlu didapatkan informasi yang sangat penting,yaitu: 1) Sama dengan Trimester I.

  2) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu mengenai gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria. 3) Triwulan III Dimulai dari bulan ke 7 smapai bulan ke 9.

  Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) pada setiap kali kunjungan antenatal, terutama pada trimester II perlu didapatkan informasi yang sangat penting,yaitu:

  1) sama dengan Trimester II. 2) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

  3) Deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

  c. Tanda dan gejala Manuaba (2010; h. 107-109) menjelaskan tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi tanda dugaan hamil dan tanda pasti hamil. 1) Tanda dugaan hamil

  a) Amenorea (terlambat datang bulang) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan ovulasi.

  b) Mual dan muntah (emesis) Pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan.

  c) Ngidam Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginann yang demikian disebut ngidam.

  d) Pingsan Jika berada ditempat-tempat ramai dan sesak,seorang wanita hamil akan pingsan (Mochtar; 2011, h.35) e) Payudara tegang Pengaruh

  estrogen-progesteron dan stomatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.

  f) Sering miksi Desakan rahim kedepan menyebabkan rahim terasa penuh.

  g) Konstipasi atau obstipasi.

  Pengaruh

  progesteron dapat menghambat gerak peristaltik usus.

  h) Pigmentasi kulit Keluarnya melanophore stimulating hormon, menyebabkan pigmentasi di sekitar pipi

  (kloasma gravidarium), pada dinding perut (striae livida, striae nigra

  dan linea alba makin hitam), dan sekitar payudara ( hiperpigmentasi aerola). i) Pemekaran vena-vena

  

(Varises)

  Dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, biasanya akan muncul pada triwulan akhir (Mochtar, 2011; h.35).

  2) Tanda pasti hamil a) Gerakan janin dalam rahim.

  b) Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin. d) Terlihat tulang-tulang janin dalam

  foto rontgen (Mochtar, 2011; h.36).

  d. Perubahan fisiologis dalam kehamilan 1) Uterus

  Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami

  hipertrofit dan hiperplasia,

  sehingga beratnya menjadi 3000 gram pada saat akhir kehamilan (Manuaba, 2010; h.85).

  2) Serviks Satu bulan setelah konsepsi,

  serviks akan menjadi lebih

  lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan

  vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluhuh serviks (Prawiroharjo, 2009; h.177).

  3) Ovarium Proses

  ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

  pematangan

  folikel juga akan ditunda. Folikel ini akan berfungsi

  6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil

  progesteron dalam jumlah yang minimal (Prawiroharjo,2009; h.178).

  4) Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan yang sering dikenal tanda chadwicks (Manuaba, 2010; h.92).

  5) Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,kusam,dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha (Prawiroharjo, 2009; h.179).

  6) Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan pemberian ASI pada saat laktasi.

Perkembangan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin (Manuaba, 2010; h.92)

  e. Ketidaknyamanan pada masa kehamilan 1) Nausea

  Nausea adalah muntah-muntah yang sering terjadi pada siang atau sore hari (Varney, 2007; h.536).

  Penatalaksanaan Nausea menurut Varney (2007; h.573) a) Makan porsi kecil tetapi sering.

  b) Makan biskuit atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur dipagi hari.

  c) Jangan menyikat gigi anda segera setelah selesai makan, untuk menghindari stimulasi reflek

  gag.

  2) Petialisme (salivasi berlebihan)

  Petialisme disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut atau peningkatan asupan zat pati yang menstimulasi kelenjar saliva yang berlebihan. Biasanya dapat juga mengalami mual (Varney, 2007; h.537).

  3) Kram kaki Kejadian kram betis berkaitan dengan mual, muntah, kurangnya makanan, sehingga terdapat perubahan keseimbangan elektrolit dengan kalsium, kalium dan natrium yang menyebabkan terjadi perubahan berkelanjutan pada darah dan cairan tubuh (Manuaba,2010; h.228).

  Menurut Varney (2007; h.540) penatalaksanaan dari kram kaki, yaitu: a) Meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya.

  b) Anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari.

  4) Varises Varises sering dijumpai di sekitar vulva, vagina, paha, dan terutama tungkai bawah. Kejadian varises disebabkan oleh faktor keturunan, faktor multipara, faktor

  hormon estrogen dan progesteron selama hamil (Manuaba, 2010; h.228).

  Menurut Varney (2007; h.540) penatalaksanaan dari varises, yaitu: a) Gunakan kaoskaki penyongkong atau kaoskaki yang elastis. b) Hindari menggunakan pakaian yang ketat.

  c) Sediakan waktu istirahat, dengan kaki d

  ielevansi secara periodik sepanjang hari.

  5) Peningkatan frekuansi berkemih Peningkatan frekuansi berkemih disebabkan oleh peningkatan berat pada fundus uterus yang menimbulkan tekanan pada kandung kemih (Varney,2007; h.538). Menurut Kuswanti (2014; h.128) sering buang air kencing dapat ditangani dengan cara sebagai berikut: a) Perbanyak minum pada siang hari.

  b) Batasi minum teh, kopi dan soda.

  c) Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing.

  d) Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia,kecuali jika nokturia sangat mengganggu tidur diamalam hari.

  6) Nyeri punggung bagian atas Nyeri punggung bagian atas disebabkan karena adanya peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara menjadi berat (Varney,2007; h.538). 7) Hiperventilasi dan sesak nafas

  Uterus mengalami pembesaran hingga terjadi penekanan pada diagfragma (Varney,2007; h.543).

  Menurut Varney (2007; h.543)

  Hiperventilasi dan sesak

  nafas dapat ditangani dengan cara sebagai berikut: a) Anjurkan wanita berdiri dan meregangkan lengannya di atas kepala secara berkala dan mengambil nafas dalam.

  b) Anjurkan untuk mempertahankan postur tubuh yang baik, jangan menjatuhkan bahu.

  f. Komplikasi 1) Mola Hidatidosa

  Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah fertilisasi (Yulaikhah, 2009; h 90). 2) Hyperemesis Gravidarum

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah

  berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi. (Mochtar, 2011; h.141). 3) Preeklamsia

  Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan selama masa nifas, yang terdiri atas trias gejala yaitu

  hipertensi, proteinuria, dan edema,

  kadang-kadang disertai

  konvulsi sampai koma. (Yulaikhah, 2009; h.95).

  4) Abortus Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (Mochtar, 2011;h.150).

  Menurut Mochtar (2011; h.151) abortus dibagi menjadi 5, diantaranya yaitu : a) Abortus imminens

  Menurut Mochtar (2011; h.151)

  abortus imminens

  adalah keguguran mengancam,keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan.

  b) Abortus insipien Menurut Mochtar (2011; h. 151-152)

  abortus insipien adalah proses keguguran yang sedang berlangsung.

  Sedangkan menurut Prawiroharjo (2009; h.496)

  abortus

insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang

  ditandai dengan servik mendatar dan ostium uteri membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih berada dikavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

  abortus insipiens adalah proses

  keguguran yang sedang berlangsung dengan ditandai adanya

  serviks mendatar dan ostium uteri membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih berada di kavum uteri.

  c) Abortus inkompletus Menurut Prawiroharjo (2009; h.496)

  abortus

inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar

  dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Sedangkan menurut Mochtar (2011; h. 152) abortus inkompletus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

  abortus inkompletus adalah

  pengeluarah sebagian hasil konsepsi dan plasenta masih tertinggal.

  d) Abortus kompletus Menurut Prawiroharjo (2009; h.496)

  abortus kompletus

  adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sedangkan menurut Mochtar (2011;

  h. 152)

  abortus kompletus adalahseluruh hasil konsepsi

  telah dikeluarkan ( fetus dan desidua), sehingga rongga rahim kosong. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

  abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi (fetus dan desidua) telah keluar dari kavum uteri.

  e) Missed abortion

  Missed abortion adalah keadaan dimana janin yang

  telah mati masih berada di dalam rahim (Mochtar, 2011; h.152).

  5) Plasenta Previa

  Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di

  sekitar segmen bawah Rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

  ostium uteri internum (Yulaikhah, 2009; h 109).

  6) Solusio Plasenta

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum

  waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan lebih dari 28 minggu (Yulaikhah, 2009; hal.113).

  7) Ketuban Pecah Dini (KPD) KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi Rahim disebut periode laten (Yulaikhah, 2009; h.116).

  g. Kebijakan program dan kebijakan teknis 1) Kebijakan program

  Menurut Saifuddin (2009; h.90; 2010; h. N-2) kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu: a) Satu kali pada triwulan pertama.

  b) Satu kali pada triwulan kedua.

  c) Dua kali pada triwulan ketiga. Menurut Saifuddin (2009; h.90) pelayanan atau asuhan standar minimal, yaitu: a) (Timbang) berat badan.

  b) Ukur (Tekanan) darah.

  c) Nilai status gizi (nilai lengan atas) (sulistiyawati, 2011; h.121).

  d) Ukur (Tinggi) fundus uteri. e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) (sulistiyawati, 2011; h.121).

  g) Pemberian tablet zat besi, minimun 90 tablet selama kehamian.

  h) Tes terhadap penyakit menular seksual. i) Tata laksanaan kasus (Sulistiyawati,2011;h 121). j) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan . 2) Kebijakan teknis

  Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.

  Menurut Saifuddin (2009; h.90) penatalaksananan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut: a) Mengupayakan kehamilan yang sehat.

  b) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksananan awal serta rujukan bila diperlukan.

  c) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

  d) Perencananan

  antisipatif dan pesiapan dini untuk melakukan rujukan bila terjadi komplikasi.

  2. Persalinan

  a. Definisi

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau yang telah dapat hidup diluar kandungan,melalui jalan lahir atau jalan lain,dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) ( Manuaba, 2010; h.164).

  Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

  • uri) yang dapat hidup didunia luar,dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2011; h.15). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu (JNPK-KR, 2014; H.37). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2007; h.672). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya

  serviks dan janin turun kejalan lahir (Saifuddin, 2009; h.100).

  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin, plasenta dan selaput ketuban yang dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain.

  b. Tanda persalinaan Menurut Manuaba (2010; h.169) terdapat tanda-tanda persalinan diantaranya, yaitu:

  1) Adanya his yang makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

  2) Terjadi pengeluaran lendir darah. 3) Dapat disertai pengeluaran air ketuban.

  4) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan servik (perlunakan servik, pendataran servik, dan terjadi pembukaan servik).

  c. Mekanisme Persalinan normal 1) Engagement

  Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan dimulai kepala masuk PAP,umumnya dengan

  presentasi bipariental (Hidayat, 2010; h.23).

  2) Desent Penurunan kepala janin, kepala turun kedalam rongga panggul, akibat dari his didaerah fundus kearah bokong,tekanan dari cairan

  amnion, kontraksi otot dinding perut

  dan

  diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan tegang(Hidayat, 2010; h.24).

  3) Fleksi Pada umumnya terjadi

  fleksi sempurna sehingga sumbu panjang kepala sejajar sumbu panggul.

  Fleksi adalah kepala

  janin

  fleksi, dagu menempel ketoraks, posisi kepala berubah

  dari

  oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala) (Hidayat, 2010;

  h.24). 4) Rotaksi internal

  Putar paksi dalam selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil kearah depan (kebawah simfisis pubis) membawa kepala melewati distansia spinarum dengan diameter biparientalis (Hidayat, 2010; h.26).

  5) Ekstensi 6) Rotasi eksternal

  Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala keposisi pada saat

  engagement (Hidayat, 2010; h.27).

  7) Ekspulsi Setelah putar paksi luar, bahu depan diawah

  simfisis menjadi

  hipoklomion kelahiran bahu blakang, bahu depan dan diikuti seluruh badan (Hidayat, 2010; h.31).

  d. Tahap persalinan 1) Kala I

  Menurut JNPK-KR (2014, h.38) Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuansi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap. Menurut Mochtar (2011, h.71) kala I persalinan ditandai dengan keluar lendir bercampur darah (

  bloody show) karena serviks

  mulai membuka ( dilatasi) dan mendatar (effacement). Sedangkan menurut Saifuddin (2009; h.100) kala I persalinan dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).

  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala I persalinan adalah dimulainya kontraksi yang teratur dan kuat yang menyebabkan keluarnya lendir bercampur darah, hingga pembukaan lengkap.

  Kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu:

  a) Fase laten (1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

  (2) Berlangsung hingga serviks membuka kurag dari 4cm. (3) Pada umumnya berlangsung antara 6 hingga 8 jam.

  b) Fase aktif Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata- rata 1 cm perjam pada

  nulipara atau primigravida dan lebih

  dari 1 cm hingga 2 cm perjam pada multipara. Menurut Mochtar (2011; h.71) fase aktif dibagi menjadi 3, yaitu: (1) Periode

  akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

  (2) Periode

  dilatasi maksimal : selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat sehingga menjadi 9 cm.

  (3) Periode

  deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

  Menurut JNPK-KR (2014; h.49. h.53) Asuhan yang dilakukan pada Kala I yaitu: a) Memberikan dukungan emosional. b) Memberikan cairan dan nutrisi.

  c) Membantu pengaturan posisi ibu pencegahan infeksi

  d) Bila sudah memasuki fase aktif pantau DJJ,

  Kontraksi,nadi setiap 30 menit.

  e) Bila sudah memasuki fase aktif pantau pembukaan sevik, penurunan kepala, tekanan darah dan

  temperatur tubuh, kandung kemih setiap 4 jam.

  2) Kala II Kala II adalah dimulai dengan pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam untuk primigravida dan 1 jam untuk multigravida. (Saifuddin,2009; h.100).

  Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap

   serviks

  (10 cm), dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi (JNPK-KR, 2014; h.73). Kala II persalinan adalah kala pengeluaran janin sewaktu uterus dengan kekuatan his dan kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir (Mochtar, 2011; h.71). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

  a) Tanda kala II persalinan Menurut JNPK-KR (2014, h. 73) tanda-tanda kala II persalinan, yaitu:

  (1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

  (2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vagina.

  (3) Perineum menonjol (4) Vulva dan sfingter ani membuka (5) Menigkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

  (6) Pembukaan serviks telah lengkap (7) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

  3) Kala III Kala III dalam persalinan Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Saifuddin,2009; h.101). Sedangkan menurut JNPK-KR (2014; h.91) kala III dalam persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala III dimulai dari bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

  a) Menurut JNPK-KR (2014, h.91-92) tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu (1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. (2) Tali pusat memanjang. (3) Semburan darah mendadak dan singkat.

  4) Kala IV Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

  postpartum (Saifuddin,2009; h.101). Menurut JNPK-

  KR (2014; h.91) Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu.

  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala IV dalam persalinan dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir 2 jam setelah itu.

  Selama kala IV memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit menit dijam kedua setelah persalinan (Saifuddin,2009; h.118).

  e. Asuhan Persalinan Normal Menurut Prawiroharjo (2009; h.341-347) terdapat 60 langkah asuhan persalinan normal, yaitu: Melihat tanda dan gejala kala dua

  1) Mengamati tanda dan gejala kala dua a) Ibu mempunyai keinginan untuk mengejan.

  b) Ibu merasa tekanan semakin meningkat pada

  rektum dan/atau vagina.

  c) Perineum menonjol.

  d) Vulva-vagina dan sfingter anal terbuka. Menyiapkan pertolongan persalinan.

  2) Memastikas perlengkapan, bahan,dan obat-obat esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set. 3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir dan mengeringkan dengan handuk satu kali pakai ayau pribadi yang bersih.

  5) Memakai satu sarung DTT atau

  steril untuk setiap kali pemeriksaan dalam.

  6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan menggunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau

  

steril)dan meletakan kembali dipartus set/wadah desinfeksi

tingkat tinggi atau steril, tanpa mengontaminasi tabung suntik.

  Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik. 7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekannya dengan hati- hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

  perineum anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

  membersihkan dengan cara seksama dengan cara menyeka dari depan kebelakang.Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).

  8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap, Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan

  amniotomi.

  9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskanya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas)

  10) Memastikan Denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit).

  a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

  b) Mendokumentasikan hasil hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian dan asuhan lainnya pada partograf.

  Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran 11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginanya. a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan meneran.

  Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan temuan.

  b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran : a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

  c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihanya (tidak memonta ibu berbaring terlentang).

  d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

  e) Menganjurkan keluarga mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

  g) Menilai DJJ setiap lima menit . h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segeran dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1jam) untuk ibu multi para, merujuk segera, jika ibu tidak mempunyai keingina untuk meneran. i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman jika belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 mrnit meneran, merujuk ibu dengan segera .

  Persiapan Pertolong Kelahiran Bayi. 14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih dia atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15) Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

  16) Membuka partus set. 17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

  Menolong Kelahiran Bayi. Lahirnya Kepala. 18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perinium dengan satu tanaga yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir. 19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).

  20) Memerika lilitan tali puasat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :

  a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

  21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  Lahir Bahu. 22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan tangan di masing-masing sisi muka bayi, menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul dibarah arkus pubis dan kemudian menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu anterior.

  23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah ke arah perenium, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut, mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perenium, gunakan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan,Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

  24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menjaga saat punggung kaki terlahir.Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.

  Penanganan Bayi Baru Lahir. 25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami

  asfiksia,lakukan resusitasi. (lihat bab 26 resusitasi neoratus).

  26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan membiarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m. (lehiat keterangan dibawah ini). 27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

  28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

  29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,menutupi bagian kepala,membiarkan tali pusat terbuka,jika cinta mengalami kesulitan bernapas,ambil tindakan yang sesuai. 30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

  Oksitosin 31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. 32) Memberitahi kepada ibu bahwa ia akan disuntik. 33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

  Penegangan Tali Pusat Terkendali. 34) Memindahkan klem pada tali pusat. 35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat dia atas tulsng pubis, dan menggunakan tangan ini untuk palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

  36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

  Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakan ( dorso kersinal) dengan hati-hati untuk membantu terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

  a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seseorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

  Mengeluarkan Plasenta 37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

  a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarah 5-10 cm dari vulva.

  b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit c) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

  d) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik asptika jika perlu. e) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

  f) Memulai penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

  g) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir pada waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

  38) Jika plasenta terlihat di intosius vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

  a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian slaput yang tertinggal. Pemijat Uterus. 39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

  Menilai Pendarahan. 40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janindan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.Meletakan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

  41) Mengevakuasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami pendarahan aktif.

  Melakukan Prosedur Pasca Persalinan. 42) Menilai ulang uterus dan memastikanya berkontraksi dengan baik.

  43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkanya dengan kain yang bersih dan kering.

  44) Menempatkan klem di tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

  46) Melepaskan klem bedah dan meletakan klem bedah dan meletakanya di larutan klorin 0,5%.

  47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Memastikan handuk atau kainya bersih dan kering. 48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan pendarahan pervaginam : a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

  c) Setiap 20-30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.

  d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.

  e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan jahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. 50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana meakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

  51) Mengevaluasi kehilangan darah. 52) Memeriksa tekanan darah,nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam pasca persalinan.

  a) Memeriksa temeperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.

  b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

  Kebersihan dan Keamanan. 53) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai.

  55) Memebersihkan ibu dengan menggunakan cairan disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

  Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

  ASI. Menganjurkan keluarga memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

  57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

  58) Mencelup sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, Membalikkan bagiab dalam keluar dan mere ndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

  59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

  Dokumentasi 60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

  f. Kegawatdaruratan Persalinan 1) Retensio plasenta

  Terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam (30 menit) setelah persalinan bayi (Manuaba, 2010; h.399).

  2) Persalinan lama Persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam pada primigravida dan 18 jam pada multigravida (Manuaba, 2010; h.389). 3) Atonia uteri

  Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mau menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2009; h. 524).

  4) Inversio uteri Keadaan ketika fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, yang dapat terjadi secara mendadak atau perlahan (Manuaba,

  2010; h.406).

  g. Kebijakan palayanan dan rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalian.

  Menurut Saifuddin (2009; h.101) terdapat kebijakan pelayanan asuhan persalinan, yaitu: 1) Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.

  2) Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam. 3) Obat- obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.

  Menurut Saifuddin (2009; h.101) terdapat rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalian.

  , yaitu:

  1) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukan sebagian dari persalinan yang bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu. 2) Patograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan rekamedik untuk bersalin.

  3) Selama persalinan normal, intervensi dilaksanakan jike benar- benar dibutuhkan.prosedur ini dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit. 4) Manajemen aktif kala III, termasuk memberikan oksitosin IM, melakukan jepitan dan pemotongan tali pusat secara dini,melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan segera masase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal. 5) Penolong persainan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran,atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan perdarahan. 6) Selama 24 jam pertama setelah persalinan, funds harus dimasase sampai tonus baik. Ibu atau keluarga dapat diajarkan untuk melakukan hal ini.

  7) Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatan untuk mencegah hipotermi. 8) Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.

  3. NIFAS

  a. Definisi Nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 mingu (Saifuddin, 2010; h. N-25).

  Menurut Prawiroharjo (2009; h.356) masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari).setelah itu Menurut Mochtar (2011; h.18) masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil,lamanya yaitu 6-8 minggu.

  Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah dimulai setelah proses persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, lamanya 6 sampai 8 minggu.

  b. Perubahan-perubahan fisiologi masa nifas 1) Involusi uterus

  Secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Mochtar, 2011; h. 87).

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa infolusi.

  Waktu involusi Tinggi fundus Berat uterus

  

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

2 jari dibawah pusat 750 gram

  Uri lahir Pertengahan pusat simfisis 500 gram

  1 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram

  2 minggu 6 minggu Bertambah kecil 50 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram

  2) Lochea Menurut Manuaba (2010; h.201) lokia adalah pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi plasenta. Pengeluaran lokia dibagi menjadi empat yaitu:

  a) Lokia rubra :keluar dari hari ke satu sampai hari ke tiga,berwarna merah dan hitam. Terdiri dari sel desidua, vernic caseosa, lanugo,sisa mekonium dan sisa darah.

  b) Lokia sanguinolenta : keluar dari hari ketiga sampai hari ketuju, berwarna putih bercampur merah.

  c) Lokia serosa : keluar dari hari ke tujuh sampai hari ke empat belas. d) Lokia alba : keluar setelah hari ke empat belas berwarna putih.

  3) Serviks Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong, berwarna merah kehitaman (Mochtar, 2011; h.88).

  4) Vagina dan ostium vagina Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya secara perlahan akan berkurang namun jarang kembali ke ukuran saat nulipara. Rugae mulai muncul kembali pada minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya (Cunningham, 2012; h.674).

  5) Rasa Nyeri setelah melahirkan Disebabkan karena adanya kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan (Mochtar, 2011; h.87).

  6) Penurunan berat badan Pada kondisi setelah persalinan atau pengeluaran bayi dan pengeluaran darah normal, berat badan akan turun 5 sampai 6 kg (Cunningham, 2012; h.677). 7) Laktasi atau pengeluaran air susu

  Setelah pelahiran, payudara mulai menyekresi kolostrum, suatu cairan berwarna kuning lemon tua. Setelah itu akan muncul air susu ibu yang merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan karbohidrat (Cunningham, 2012; h.678). c. Tujuan asuhan masa nifas Menurut Saifuddin (2009; h.122) tujuan asuhan masa nifas dibagi menjadi beberapa,diantaranya yaitu :

  1) Menjaga kesehatan fisik dan psikologik ibu 2) Mendeteksi masalah,merujuk atau mengobati bila terjadi komplikasi pada ibu.

  3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan pada bayinya.

  4) Memberikan pelayanan pada keluarga berencana.

  d. Komplikasi pada masa nifas 1) Infeksi

  Infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu tubuh melebihi 38 ºC (Manuaba, 2010; h.415). 2) Perdarahan kala nifas sekunder

  Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama . Penyebab terjadinya perdarahan adalah terdapat sisa plasenta atau slaput ketuban,infeksi pada endometrium, dan inversio uteri (Manuaba, 2010; h.418).

  3) Bendungan ASI Terjadi karena sumbatan saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya (Manuaba, 2010; h.418). e. Program dan kebijakan teknis Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi, menangani maslah-masalah yang terjadi (Saifuddin, 2009; h.123).

Tabel 2.2 Program dan kebijakan teknis

  Kunjungan Waktu Tujuan

  1 6-8jam

  a. Mencegah perdarahan masa setelah nifas karena atonia uteri. persalinan

  b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan(rujuk jika perdarahan berlanjut).

  c. Memberikan konseling keibu atau salah satu anggota keluarganya bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

  d. Pemberian ASI awal.

  e. Melakukan hubung an antara ibu dan bayi baru lahir.

  f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir

  2 jam pertama setelah kelahiran,atau setelah keadaan ibu dan bayi stabil.

  2 6 hari