11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Bank

  Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.

  Menurut Undang–Undang No. 10 tahun 1998 (pasal 1 ayat 2) tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 31 tentang perbankan, Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak- pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Berdasarkan beberapa uraian dari definisi bank dapat diambil kesimpulan bahwa bank adalah suatu lembaga usaha keuangan yang bertugas menghimpun dana masyarakat yang lebih dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana sebagai modal usaha, serta memberikan pelayanan-pelayanan lainnya sebagai profit dan membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup secara umum.

2.1.2 Jenis Bank

  Bank di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis. Jenis bank dapat dibedakan sesuai dengan fungsi, kepemilikan, status, penetapan harga dan tingkatannya (Ismail, 2010:13). Berikut ini merupakan penjelasan dari jenis- jenis bank yang ada di Indonesia yaitu :

  1. Jenis Bank Menurut Fungsinya

  a. Bank Sentral Bank sentral adalah bank yang berfungsi sebagai pengatur bank-bank yang ada di dalam suatu negara. Bank sentral hanya ada satu di setiap negara dan mempunyai kantor yang hamper di setiap provinsi. Bank sentral yang ada di Indonesia adalah Bank Indonesia.

  b. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan bank umum secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu, penghimpunan dana kepada masyarakat, penyaluran dana kepada masyarakat dan pelayanan jasa.

  c. Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran atau

  2. Jenis Bank Menurut Kepemilikannya

  a. Bank Pemilik Pemerintah Bank milik pemerintah adalah suatu bank yang unsur permodalannya mayoritas merupakan dari pemerintah sendiri dan juga permodalannya ini mayoritas dimiliki oleh pemerintah. Contoh : bank yang termasuk ke dalam jenis golongan ini antara lain adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Nasional Indonesia (BNI).

  b. Bank Swasta Milik Nasional Bank swasta nasional adalah bank yang modalnya dimiliki oleh pihak swasta dalam negeri atau merupakan murni dimiliki oleh pihak swasta yang merupakan warga negara Indonesia. Contoh : Bank Danamon, Bank Mega, Bank Panin dan Bank BCA.

  c. Bank Swasta Milik Asing Bank Swasta Asing adalah suatu bank yang unsur permodalannya merupakan bersumber dari orang asing yang menanamkan modal dan usahanya di Indonesia.Bank swasta asing merupakan suatu bank yang mayoritas modalnya dimiliki oleh pihak asing (warga negara asing).

  Contoh : Hongkong Bank, City Bank, dan Bank ABN dari Belanda dan berbagai bank asing lainnya.

  d. Bank Milik Koperasi Bank yang didirikan oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi, dan seluruh modalnya menjadi milik koperasi. Di Indonesia, terdapat satu bank yang didirikan oleh koperasi atau bank yang menjadi milik koperasi, yaitu Bank Bukopin.

  e. Bank Campuran Bank campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh swasta asing dan nasional. Meskipun, pemilik bank campuran adalah warga negara asing atau perusahaan asing dan warga Indonesia atau perusahaan dalam negeri, akan tetapi kepemilikan sahamnya mayoritas dimiliki oleh swasta nasional.

  3. Jenis Bank Menurut Segi Statusnya

  a. Bank Devisa Bank devisa merupakan bank yang dapat melakukan aktivitas transaksi ke luar negeri dan atau transaksi yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Produk yang ditawarkan oleh bank devisa lebih lengkap dibanding dengan produk yang ditawarkan oleh bank non devisa.

  Contoh Bank Devisa antara lain Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, Bank Permata, BTN dan BII. Produk yang ditawarkan bank devisa antara lain giro dalam mata uang asing dan mata uang rupiah, LC, transfer ke luar negeri dan dari luar negeri, Foreign Exchange, Bank Guarantee.

  b. Bank Non Devisa Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi yang dilakukan oleh bank non devisa masih terbatas pada transaksi dalam negeri dan/atau mata uang rupiah saja. Bank non devisa dapat mengubah statusnya menjadi bank devisa. Salah satu persyaratan menjadi bank devisa adalah telah memperoleh keuntungan dua tahun terakhir secara berturut-turut.

  4. Jenis Bank Menurut Dari Segi Cara Penentuan Harga

  a. Bank Konvensional Bank konvensional merupakan bank yang dalam penentuan harga menggunakan bunga sebagai balas jasa. Balas jasa yang diterima oleh bank atas penyaluran dana kepada masyarakat, maupun balas jasa yang dibayar oleh bank kepada masyarakat atas penghimpunan dana. Di samping itu, untuk mendapatksn keuntungan dari pelayanan jasanya, bank konvensional akan membebankan fee kepada nasabahnya.

  b. Bank Syariah Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan pihak bank. Perjanjian tersebut didasarkan pada hukum syariah baik perjanjian yang dilakukan bank dengan nasabah dalam penghimpunan dana, maupun penyalurannya. Perjanjian atau akad yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad tersebut.

2.1.3 Fungsi Bank

  Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014:9), fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada utama bank secara spesifik dibagi menjadi 3 yaitu :

  1. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank karena adanya kepercayaan. Pihak bank juga akan menyalurkan dananya kepada debitur karena adanya unsur kepercayaan.

  2. Agent of Development Kegiatan bank yang berupa menghimpun dan menyalurkan dana memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran kegiatan investasi–distribusi–konsumsi adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

  3. Agent of Services Bank memberikan penawaran jasa perbankan lain, seperti jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

2.1.4 Peran Bank

  Dalam menjalankan kegiatannya, bank mempunyai peran penting dalam sistem keuangan nasional. Menurut Totok Budisantoso dan Nuritomo (2014: 11- 12) peran bank adalah sebagai berikut :

  1. Pengalihan asset (Asset Transmutasion) Pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit defisit. Dalam hal ini, yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dengan demikian, bank berperan sebagai pengalih aset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrower).

  2. Transaksi (Transaction) Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi keuangan. Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Untuk itu, produk, jasa dan layanan yang ditawarkan oleh bank (seperti tabungan, deposito, giro, pemberian kredit, jasa pengiriman uang, layanan ebanking serta layanan perbankan lainnya) memudahkan masyarakat dalam bertransaksi.

  3. Likuditas (Liquidity) Bank berperan sebagai penjaga likuiditas masyarakat, dengan membantu aliran likuiditas atau dana dari unit surplus kepada unit defisit yang dilakukan dengan cara unit surplus menempatkan dana nya dalam bentuk giro, tabungan, depostio dan produk dana bank lainnya yang kemudian disalurkan dalam bentuk kredit kepada pihak yang mengalami defisit. Dengan demikian bank memberikan layanan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami kekurangan likuiditas.

  4. Efisiensi (Efficiency) Adanya informasi yang tidak simetris (asymetric information) antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran bank menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk jelas peran bank dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya ekonomi. Dengan adanya bank sebagai broker maka masalah tersebut dapat teratasi.

  2.1.5 Karakteristik Bank

  Menurut Taswan (2008: 2), lembaga perbankan mudah dikenali karena memiliki karakteristik umum sebagai berikut :

  1. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak–pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran dengan berpijak pada falsafah kepercayaan.

  2. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus selalu menjaga likuiditasnya sehingga mampu memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar.

  3. Bank selalu dihadapkan pada dilema antara pemeliharaan likuiditas atau peningkatan earning power. Kedua hal ini berlawanan dalam mengelola dana perbankan. Yang artinya jika menginginkan likuiditas tinggi maka earnings atau rentabilitas rendah dan sebaliknya.

  4. Bank sebagai lembaga kepercayaan mempunyai kedudukan yang strategis untuk menunjang pembangunan nasional.

  2.1.6 Sumber Dana Bank

  Sumber dana bank adalah usaha-usaha yang dilakukan bank dalam menghimpun dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Sumber-sumber

  1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Sumber dana yang bersumber dari bank itu sendiri merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencarianya dapat di lakukan dengan menjual saham kepda pemegang saham lama. Akan tetapi jika tujuan perusahaan untk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari :

  a. Setoran modal dari pemegang saham Dalam hal ini pemilik saham lama dapat menyetor dana tambahan atau membeli saham yang di keluarkan oleh perusahaan b. Cadangan - cadangan bank

  Adalah cadangan – cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengatisipasi laba tahun yang akan datang.

  c. Laba bank yang belum dibagi Merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sewaktu waktu.

  Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana dalalam jumlah besar memerlukan waktu yang relatif lama. Hal ini disebabkan untuk melakukan penjualan saham bukanlah hal yang mudah.

  2. Dana yang berasal dari masyarakat (Product Funding) Sumber dana ini merupakan sumber dana tepenting bagi kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.Untuk memperoleh sumber dana dari masyarakat luas, bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan yang terdiri dari :

  a. Simpanan Giro (Demand Deposit) Yaitu simpanan nasabah kepada bank yang penarikannya dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro dan surat perintah dari bank lain.

  b. Deposito (Time Deposit) Yaitu simpanan nasabah kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.

  c. Tabungan (Saving Deposit) Yaitu simpanan nasabah kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan sesuai peraturan yang ditetapkan oleh bank.

  3. Dana yang berasal dari lembaga lain Sumber dana yang lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum. a. Setoran Jaminan Merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa – jasa tertentu dari bank. Dengan adanya setoran jaminan, nasabah diharapkan mempunyai komitmen untuk berperilaku positif sehingga dikemudian hari bank tidak harus mengalami kerugian karena menanggung risiko yang timbul. Setoran jaminan juga dibutuhkan sebagai dana untuk menutup sebagian kerugian bank yang mungkin timbul akibat terjadinya risiko. Jasa – jasa bank yang biasanya memerlukan setoran jaminan adalah letter of credit (LC) dan Bank Garansi (BG).

  b. Dana Transfer Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana. Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening dari uang tunai ke suatu rekening atau dari suatu rekening untuk kemudian di tarik tunai. Sumber dana transfer ini ditarik oleh penerima transfer atau selama masih mengendap dibank, dana ini dapat digunakan oleh bank untuk mendanai kegiatan usahanya.

  c. Surat berharga pasar uang Sebagai salah satu instrumen yang dipergunakan pihak bank untuk menghimpun dana. SPBU merupakan surat berharga jangka pendek yang dapat diperjual-belikan dengan cara diskonto oleh Bank Indonesia.

  d. Diskonto Bank Indonesia Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembeliaan promes yang diterbitkan oleh bank – bank atas dasar diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya terakhir bank dan merupakan bantuan bank sentral sebagai lender of last resort. Fasilitas diskonto ini dibagi 2 yaitu fasilitas diskonto yang diberikan dalam rangka memperlancar pengaturan dan bank sehari –hari dan fasilitas diskonto yang diberikan untuk memudahkan bank dalam menanggulangi kesulitan pendanaan.

  e. Kredit Likuiditas dari Bank Indonesia Merupakan kredit yang di berikan bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan liquiditasnya. Kredit likuiditas ini juga di berikan kepada pembiayaan sector-sektor tertentu.

  f. Pinjaman antar Bank Pinjaman antar bank biasanya di berikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kriling di dalam lembaga kliring . pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi pinjaman atar bank lebih di kenal nama call Money.

  g. Pinjaman dari bank bank luar negri Merupakan pinjaman yang di peroleh oleh perbankan dari pihak luar negeri, misalnya pinjaman dari bank di singapura,Amerika serikat atau dari negara-negara eropa.

2.2.1 Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan laporan mengenai posisi kemampuan keuangan dan kinerja keuangan perusahaan serta informasi lainnya yang diperlukan oleh pemakai informasi akuntansi.

  Menurut PSAK No. 1 (2015 : 1), Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan ini menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.

  Laporan Keuangan menurut PSAK No. 1 (2015 : 2), Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

  Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan mencerminkan semua transaksi usaha sepanjang waktu yang menghasilkan baik peningkatan maupun penurunan bersih nilai ekonomi bagi pemilik modal. Oleh karena itu laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

  Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan (arus kas) suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dan pengambil keputusan (PSAK 3, 2012).

  PSAK No. 1 (2012) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta arus kas dalam membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

2.2.3 Komponen Laporan Keuangan

  Laporan keuangan dibuat sebagai alat pertanggngjawaban pihak manajemen terhadap pemilik perusahaan. PSAK No. 1 (2012) tentang penyajian laporan keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

  1. Laporan Posisi Keuangan / Neraca (Statement of Financial Position) Yaitu suatu daftar yang menunjukkan posisi keuangan, yaitu komposisi dan jumlah aset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas tertentu pada suatu tanggal tertentu.

  2. Laporan Laba Rugi Komprehensif (Statement of Comprehensive Income) Yaitu laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas yag menimbulkan perubahan pada jumlah ekuitas entitas yang bukan berasal dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

  3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity) Yaitu laporan yang menunjukkan sebab–sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode menjadi ekuitas pada akhir periode.

  4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) Yaitu menunjukkan arus kas masuk dan keluar yang dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan asrus kas pendanaan selama pemakai laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan kas atau setara kas dan menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan kas tersebut.

  5. Catatan Atas Laporan Keuangan Yaitu berisi informasi keuangan yang tidak dicantumkan dalam laporan keuangan tetapi informasi tersebut merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

2.2.4 Jenis Laporan Keuangan Bank

  Jenis laporan keuangan bank terdiri dari (Taswan 2008: 39-65) :

  1. Laporan Keuangan Bulanan

  a. Laporan bulanan bank umum yang disampaiakan oleh bank kepada Bank Indonesia untuk posisi bulan januari sampai dengan Desember akan diumumkan pada homepage Bank Indonesia.

  b. Format yang digunakan untuk laporan keuangan publikasi bulanan tersebut sesuai format pada laporan keuangan bulanan di bawah ini.

  c. Laporan keuangan bulanan merupakan laporan keuangan bank secara individu yang merupakan gabungan antara kantor pusat bank dengan seluruh kantor bank.

  2. Laporan Keuangan Triwulan Laporan keuangan triwulan disusun antara lain untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau hasil usaha bank serta informasi keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan usaha bank. Laporan keuangan triwulan yang wajib disajikan adalah : a. Laporan keuangan Triwulan Posisi Akhir Maret Dan September

  b. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Juni

  c. Laporan Keuangan Triwulan Posisi Akhir Desember

  3. Laporan Keuangan Tahunan Laporan keuangan tahunan bank dimaksudkan untuk memberikan informasi berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank. Seluruh informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.

2.3.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

  Darmawi (2011:42) yang mengartikan bahwa kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan, karena kegagalan dalam industri perbankan akan berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia.

  Menurut Triandaru dan Budisantoso (2008:51) Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan cara yang sesuai sebagai kondisi keuangan dan manajemen bank diukur melalui rasio-rasio hitung. Tingkat kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, yaitu pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, dan bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank-bank yang ada di Indonesia (Sunarti, 2011:144).

2.4.1 Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Faktor penilaian tentang kesehatan bank yaitu RGEC, Pada PBI No.

  13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011 yang menjadi indikator adalah:

  1. Risk Profile Penilaian terhadap Risiko terbagi menjadi delapan bagian yaitu :

  a. Risiko kredit Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko Kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Rasio kredit dihitung dengan menggunakan rasio Non

  Performing Loan : NPL = 100%

  Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011

  Tabel 1. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Non Performing Loan (NPL)

  Peringkat Keterangan Kriteria

  1 Sangat sehat 0% < NPL<2%

  2 Sehat 2% < NPL<5%

  3 Cukup sehat 5% < NPL<8%

  4 Kurang sehat 8%< NPL<11%

  5 Tidak sehat NPL >11% Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.

  b. Risiko pasar Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar, Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Rasio pasar dihitung dengan menggunakan rasio Interest Rate Risk :

  ( )

  IRR = 100%

  ( )

  c. Risiko likuiditas Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat

  Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).

  2 Sehat 75% < LDR<85%

  c) Cash Ratio

  LAR = 100%

  b) Loan to Assets Ratio (LAR)

  5 Tidak sehat LDR >120% Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.

  4 Kurang sehat 100%<LDR<120%

  3 Cukup sehat 85%< LDR<100%

  1 Sangat sehat 50% < LDR<75%

  Rasio likuiditas dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut : a) Loan to Deposit Ratio (LDR)

  Peringkat Keterangan Kriteria

  Tabel 2. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Loan to Deposit Ratio (LDR)

  Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011

  = 100%

  100% LDR

  LDR =

  Cash Ratio = 100% d. Risiko operasional Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sumber Risiko Operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.

  e. Risiko hukum Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.

  f. Risiko Strategi Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

  g. Risiko kepatuhan Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. h. Risiko reputasi Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

  2. Good Corporate Governance (GCG) Good Corporate Governance merupakan suatu tata kelola yang didasarkan pada prinsip keterbukaan, akuntabilitas, pertanggung jawaban, independensi dan kewajaran yaitu yang terkait dengan hubungan antara dewan komisaris, dewan direktur eksekutif, stakeholder dan pemegang saham.

  Menurut Sidharta dan Cynthia dalam Oktapiyani ( 2009 : 12) istilah

  Good Corporate Governance secara umum dikenal sebagai suatu sistem

  dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders), seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas. Prinsip good corporate governance ini dapat digunakan untuk melindungi pihak- pihakminoritas dari pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham denganmekanisme legal.

  Penilaian faktor Good Corporate Governance merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.

  Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip- prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai dan kompleksitas usaha Bank. Berdasarkan SE BI No. 15/15/DPNP Tahun 2013 bank diharuskan melakukan penilan sendiri (self assessment) terhadap pelaksanaan GCG. Nilai komposit GCG membantu peneliti dalam melihat keadaan GCG masing masing bank.

  

Tabel 3. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat

Komponen Good Corporate Governance (GCG)

  Peringkat Keterangan Kriteria

  1 Sangat sehat Memiliki NK < 1,5

  2 Sehat Memiliki NK 1,5<NK<2,5

  3 Cukup sehat Memilki NK 2,5< NK<3,5

  4 Kurang sehat Memilki NK 3,5 < NK<4,5

  5 Tidak sehat Memilki NK 4,5 < NK< 5 Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP/2007

  3. Earnings

  

Earnings adalah satu penilaian kesehatan bank dari sisi

rentabilitas.Indikator rentabilitas adalah ROA, ROE, NIM, dan BOPO.

  Karakteristik bank dari sisi rentabilitas adalah kinerja bank dalam menghasilkan laba, kestabilan komponen-komponen yang mendukung core

  earning, dan kemampuan laba dalam meningkatkan permodalandan prospek laba di masa depan.

  Penilaian terhadap faktor earnings didasarkan pada dua rasio yaitu :

  a. Return On Assets (ROA)

  ROA =

  100% (

  ) ∶ Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011.

  Tabel 4. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Return On Asset (ROA)

  Peringkat Keterangan Kriteria

  1 Sangat sehat ROA > 1,5%

  2 Sehat 1,25% < ROA <1,5%

  3 Cukup sehat 0,5% < ROA <1,25%

  4 Kurang sehat 0%< ROA <0,5%

  5 Tidak sehat ROA <0% Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.

  b. Return On Equity ( ROE)

  ROE = 100%

  c. Net Interest Margin (NIM)

  NIM = 100%

  & & NIM=

  100%

  ( )∶

  Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011

  Tabel 5. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Net Interest Margin (NIM)

  Peringkat Keterangan Kriteria

  1 Sangat sehat 3% < NIM

  2 Sehat 2% < NIM <3%

  3 Cukup sehat 1,5% < NIM <2%

  4 Kurang sehat 1% < NIM <1,5%

  5 Tidak sehat NIM <1% Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.

  d. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

  BOPO = 100%

  4. Capital

  Capital atau permodalan memiliki indikator antara lain rasio

  kecukupanmodal untuk mengantisipasi kerugian sesuai profil Risiko yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Rasio kecukupan modal :

  CAR = 100%

  CAR = 100% Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP/2011.

  Tabel 6. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Capital AdequacyRatio (CAR)

  Peringkat Keterangan Kriteria

  1 Sangat sehat CAR >11%

  3 Cukup sehat 8% <CAR < 9,5%

  4 Kurang sehat 6,5% <CAR < 8%

  5 Tidak sehat CAR < 6,5% Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.

  5. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Peringkat komposit tingkat kesehatan bank ditetapkan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap faktor dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank umum. Adapun Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011 sebagai berikut : a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi Bank yang secaraumum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruhnegatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

  b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

  c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

  e. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

  Menentukan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Untuk setiap peringkat akan dikalikan sebagai berikut :

  1. Peringkat 1 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 5

  2. Peringkat 2 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 4

  3. Peringkat 3 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 3

  4. Peringkat 4 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 2

  5. Peringkat 5 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 1 selanjutnya menentukan bobot untuk menilai keseluruhan dari aspek yang dinilai dari hasil setiap checklist dikalikan dengan jumlah komponen. Berikut bobot nilai komposit dari keseluruhan komponen yang dinilai :

  Tabel 7. Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC

  Bobot Peringkat Komposit Keterangan 86-100 PK 1 Sangat Sehat

  61-70 PK 3 Cukup Sehat 41-60 PK 4 Kurang Sehat

  <40 PK 5 Tidak Sehat Sumber : Refmasari dan Ngadirin Setiawan Tahun 2014.

2.2 Kerangka Penelitian

  Penilaian kesehatan bank adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasi perbankan secara normal dan memenuhi kewajibannya. Penilaian kesehatan bank sangat penting karena untuk membentuk kepercayaan masyarakat dan untuk melaksanakan prinsip kehati–hatian dalam dunia perbankan, serta diharapkan hanya bank–bank yang benar–benar sehat yang dapat beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat. Keseahatan suatu bank umum perlu diketahui karena untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat diperlukan bank yang sehat.

  Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia penilaian kesehatan bank umum ditentukan dalam Surat Edaran No.

  13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 menyatakan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank dinilai dengan analisis RGEC yang terdiri dari : Risiko (Risk), Manajemen yang baik (Good Corporate Governance), Rentabilitas (Earnings) dan Permodalan (Capital). Penilaian tingkat kesehatan bank melalui RGEC ini merupakan salah satu indikator manajemen yang baik dalam mengelola perbankan dengan adanya pencapaian tingkat peringkat kesehatan bank dengan peringkat komposit 1 dan peringkat komposit.

2.3 Paragdima Penelitian

  

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Penelitian Terdahulu

  2.4

  1. Berdasarkan penelitian yang disusun oleh Heidy Arrvida Lasta, Zainul Arifin, dan Nila Firdausi Nuzula (2014) yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital)

  (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2011-2013)”. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia dengan menggunakan metode RGEC ini menunjukkan predikat kesehatan bank pada periode 2011-2013 secara keseluruhan sehat. Faktor Risk Profile yang dinilai melalui NPL, IRR, LDR, LAR dan

  

Cash Ratio secara keseluruhan menggambarkan pengelolaan risiko

  yang telah dilaksanakan dengan baik. Faktor Good Corporate

  

Governance BRI sudah memiliki dan menerapkan tata kelola

  perusahaan dengan sangat baik. Faktor Earnings atau Rentabilitas yang penilaiannya terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan dan hal ini menandakan bertambahnya jumlah aset yang dimiliki BRI diikuti dengan bertambahnya keuntungan yang didapat oleh BRI. Dengan menggunakan indikator CAR, peneliti membuktikan bahwa BRI memiliki faktor Capital yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%.

  2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nur Artyka (2015) berjudul “Penilaian Kesehatan Bank dengan RGEC(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2011-2013)”. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Periode 2011menunjukkan bahwa Tingkat Kesehatan Bank sangat sehat, ditunjukkan pada aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar 2,30% dan LDR 76,20%. Untuk aspek Earnings yang mencakup rasio ROA 4,93%, dan NIM 9,58. Aspek Capital yang mencakup rasio CAR

  16,16%. Untuk tahun 2012 menunjukkanbahwa tingkat kesehatan bank sangat sehat ditunjukkan pada aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar 1,78% dan LDR 79,85%. Untuk aspek Earnings yang mencakup rasio ROA 5,15% dan NIM 8,42%. Aspek Capital mencakup rasio CAR 18,95%. Dan untuk tahun 2013 menunjukkan bahwa tingkat kesehatan bank sangat sehat ditunjukkan pada aspek Risk Profile yang mencakup rasio NPL sebesar 1,55% dan LDR 88,54%. Untuk aspek

  

Earnings yang mencakup rasio ROA 5,03% dan NIM 8,55%. Aspek

Capital mencakup rasio CAR 21,56%. Kinerja PT Bank Rakyat

  Indonesia (Persero) Tbk harus dipertahankan dengan cara menjaga tingkat kesehatan bank. PT Bank Rakyat Indonesia dapat meningkatkan kemampuan aset, pengelolaan modal, serta pendapatan operasional, sehingga kualitas laba bank dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.

  3. Berdasarkan penelitian disusun oleh Putu Ania Cahyani Putri dan A. A.

  Gede Suarjaya (2017) yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Mengggunakan Metode RGEC (Studi Pada PT. Bank Tabungan Negara, Tbk Periode 2013-2015)”. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT. Bank Tabungan Negara, menunjukkan Bank BTN memperoleh predikatcukup sehat yang mana bank masih cukup mampu melaksanakanmanajemen perbankan berbasis risiko dengan baik, sehingga masih pantas untuk dipercaya masyarakat. Namun, pada perhitungan rasio NPL proporsi kredit bermasalah tergolong tinggi yang menyebabkan nilai rasio NPL memperoleh predikat kurang sehat begitu pula pada rasio LDR masih dibawah standar dengan predikat kurang sehat.

  4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kadek Septa Riadi, Anantawikrama Tungga Atmadja, dan Made Arie Sriwahyuni (2016) yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance,

  

Earnings, dan Capital) (Studi Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode

  2013-2015)”. Hasil penilaian yang telah dilakukan pada PT Bank Mandiri (Persero), menunjukkan bahwa : (1) Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Risk Profile tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat sehat. (2) Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Good

Corporate Governance tahun 2013 sampai 2015 tergolong cukup sehat.

  (3) Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Earnings tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat sehat. (4) Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Capital tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat sehat. (5) Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Risk Profile, Good

  

Corporate Covernace, Earnings, dan Capital tahun 2013 sampai 2015

tergolong sangat sehat.

  5. Berdasarkan penelitian yang disusun oleh Santi Budi Utami (2015) yang berjudul “Perbandingan Analisis CAMELS Dan RGEC Dalam Menilai Tingkat Kesehatan Bank Pada Unit Usaha Syariah Milik Pemerintah (Studi Kasus: PT Bank Negara Indonesia, TBK Tahun 2012-2013)”. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank

  Negara Indonesia Syariah dengan mengguanakan metode CAMELS dan RGEC ini menunjukkan predikat kesehatan bank tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, untuk periode Maret 2012 sampai dengan Desember 2013 rata-rata Bank Negara Indonesia Syariah memperoleh predikat SEHAT, sehingga kinerja Bank Negara Indonesia Syariah harus dipertahankan dengan cara menjaga tingkat kesehatan bank. Bank Negara Indonesia Syariah dapat meningkatkan kemampuan aset, pengelolaan modal, serta pendapatan operasional, sehingga kualitas laba bank dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.

  6. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Made Paramartha, dan Ni Putu Ayu Darmayanti (2017) yang berjudul “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC. (Studi Pada PT.

  Bank Mandiri, Tbk Periode 2013-2015)”. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan Bank Mandiri selama periode tahun 2013-2015 memperoleh Peringkat Komposit 1 dengan predikat Sangat Sehat. Hasil ini mencerminkan bahwa secara umum Bank Mandiri mampu menghadapi pengaruh negatif dari perubahan kondisi bisnis yang mungkin terjadi, baik dari faktor internal maupun eksternal lainnya.

  7. Berdasarkan penelitian yang disusun oleh Bella Puspita Sugari, Bambang Sunarko, dan Yayat Giyatno (2015) yang berjudul “Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank dengan Mengunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance,

  

Earnings, danCapital) Pada PT. Bank Umum Konvensional dan

  Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode pengamatan 2012- 2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kinerja bank syariah dan bank konvensional. Pendirian penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap profil risiko dan tata kelola perusahaan yang baik, sedangkan modal dan pendapatan tidak. Semakin beragam proxy dan jangka waktu yang lebih lama akan memberikan hasil yang lebih baik dalam penelitian selanjutnya.

  8. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuti Alawiyah (2016) yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Pada PT. Bank Umum BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012- 2014”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tahun 2012-2014: (1) Aspek Risk profile bank umum BUMN berada dalam kondisi sehat dengan rata-rata nilai NPL berturut-turut sebesar 2,55 persen, 2,35 persen, 2,35 persen, dan LDR sebesar 85,50 persen, 90,94 persen, 90,59 persen. (2) Aspek GCG pada tahun 2012 berada dalam kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai sebesar 1,36, namun pada tahun 2013 dan 2014 menurun menjadi 2,07 dan 1,78 dengan kriteria sehat. (3) Aspek Earnings berturutut-turut berada dalam kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai ROA sebesar 3,20 persen, 3,29 persen, 3,02 persen, dan NIM sebesar 6,11 persen, 6,35 persen, 6,08 persen. (4) Aspek Capital berturut-turut berada dalam kondisi sangat sehat dengan rata-rata nilai CAR sebesar 16,70 persen, 15,66 persen, dan 16,44 persen. (5) Aspek RGEC secara keseluruhan berturut-turut berada dalam Peringkat Komposit 1 yaitu sangat sehat dengan nilai sebesar 90,00 persen, 86,67 persen, dan 86,67 persen.