BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi - Analisis Investasi Ekonomi Sektor Unggulan Kota Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Investasi

  Investasi juga diartikan sebagai suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang. Investasi tercipta dari pendapatan yang di tabung atau dari penanaman modal baik secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai pihak dengan tujuan memperbesar output dan meningkatkan pendapatan di kemudian hari. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk perluasan usaha dan peralatan baru, dan hal itu menyebabkan persediaan modal bertambah (Mankiw, 2007:186).

  Dalam perhitungan pendapatan nasional, investasi meliputi hal-hal:’’ Seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah dan tempat tinggal, pertambahan dalam nilai stok barang-barang berupa bahan mentah, barang yang belum selesai di proses dan barang jadi”. (Sukirno,1994).

  Investasi dapat dilakukan oleh Pemerintah maupun rumah tangga dan

perusahaan/swasta.Investasi yang dilakukan pemerintah baik pemerintah pusat dan

daerah yang bertujuan untuk penyediaan sarana barang-barang publik. Barang-barang

publik ini dibiayai oleh Pemerintah karena sangat besarnya biaya yang harus dikeluarkan

untuk pengadaannya dan karena itulah rumah tangga maupun swasta tidak akan mampu

  

membiayainya. Investasi perusahaan adalah investasi yang dilakukan oleh pengusaha

yang bertujuan mencari keuntungan sebanyak mungkin. Pihak swasta pada umumnya

tidak akan mau berinvestasi pada pengadaan barang publik karena biayanya yang sangat

besar, dan waktu pengembaliannya yang lama jadi tidak menguntungkan mereka secara

langsung.

  Menurut konsep ekonomi mikro penambahan asset perusahaan untuk meningkatkan skala operasi diartikan sebagai investasi. Asset yang dimaksud mencakup asset seperti bangunan, mesin, peralatan dan sejenisnya dan asset lancar seperti uang dan asset lain yang dapat segera diuangkan. Sedangkan dalam konsep ekonomi makro, investasi dapat diartikan sebagai penambahan fisik atas barang- barang modal tetap dan perubahan stok (sesuai perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)/ PDRB.

  Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi. Untuk memahami proses investasi, seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi yang akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan keputusan investasi yang akan dibuat. Adapun beberapa alasan orang untuk melakukan investasi,antara lain adalah: • Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

  Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatanya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

  • Mengurangi tekanan inflasi.

  Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain,seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

  • Dorongan untuk menghemat pajak

  Beberapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong pertumbuhan investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.1.2 Teori Pembagunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

  Pembangunanekonomidaerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu prosesyang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah meningkat dalam jangka panjang (Arsyad, 1992). MenurutBlakely (1989), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untukmenciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industrialternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmupengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad, 1999).

  Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah yaitu tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luarnegeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam prosespembangunan perekonomiannya, Kenyataannya bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda (Kuncoro, 2004).

  Menurut teori ekonomi Neo Klasik, ada dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi daerah. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang memiliki upah tinggi menuju daerah yang memiliki upah rendah.

  Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya.Dalam kaitan ini daerah memiliki hak otonom.Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana

  Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah.Dalam arti ekonomi pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

  Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok tanam, masa perdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis.

  Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas kerja.

  Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting. Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi.Suatu masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi.

2.1.3 Pendapatan Regional

  Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat dimanfaatkansebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan.Untuk dapat mengukurseberapa jauh keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang ekonomi salah satualat yang dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayahadalah melalui penyajian angka-angka pendapatan regional.Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang danjasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah selamasatu tahun (Sukirno, 1985:17).Sedangkan menurut Tarigan (2007:13), pendapatanregional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis.

  Tingkatpendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.

  Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional, diantaranya adalah:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

  PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, yaitu: a. Pertanian.

  b. Pertambangan dan Penggalian.

  c. Industri Pengolahan.

  d. Listrik, Gas dan Air Bersih.

  e. Bangunan/Konstruksi.

  f. Perdagangan, Hotel dan Restoran.

  g. Pengangkutan dan Komunikasi.

  h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. i. Jasa- Jasa

  Aggregat PDRB

  Secara teoritis agregat PDRB dibedakan menjadi :

  

a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku yaitujumlah nilai produksi, nilai pendapatan atau

  pengeluaran yangdinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yangbersangkutan

  b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yangdinilai berdasarkan tahun dasar.

  2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar.

  PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan. Penyusutan yang dimaksud di sini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lainnya) karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan penyusutan keseluruhan.

  3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor.

  Jika pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas Dasar Harga Pasar, maka didapatkan Produk Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi.

  Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan.

2.1.4 Teori Basis Ekonomi

  Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout.Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis.Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat

  

exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan

  sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri.Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut.Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh).Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2007).

  Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan lapangan kerja (Lincolin, 1999).

  Studi basis ekonomi regional umumnya berupaya untuk mengenali aktivitas- aktivitas ekspor wilayah, sebagai bahan dalam meramalkan pertumbuhan ekonomi pada aktivitas–aktivitas itu dan mengevaluasi dampak dari kenaikan dari aktivitas ekspor atas aktivitas-aktivitas ekonomi lainnya.Basis ekonomi dari sebuah komunitas terdiri atas aktivitas-aktivitas produksi yang mampu menciptakan pendapatan dan kesempata kerja lebih besar pada masyarakat sehingga menjadi tumpuan dalam perekonomian di wilayah tersebut.

  Semua kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan basis maka akan masuk kedalam sektor jasa (service) atau pelayanan, tetapi untuk tidak menciptakan pengertian yang keliru tentang arti service disebut saja sektor non basis. Sektor non basis (economic non-base) adalah sektor ekonomi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi-konsumsi lokal.Dengan demikian, sektor ini sangat terikat dengan kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar definisi diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan ekonominya adalah sektor basis, karena dari sektor basis inilah yang akan wilayah tersebut. menggerakkan pertumbuhan ekonomi di

  Dalam teori basis ekonomi ini, lebih memusatkan pada kegiatan-kegiatan basis atau ekspor, tetapi tidak melihat pentingnya impor. Suatu peningkatan dalam kesempatan kerja dan pendapatan basis mungkin hanya mempunyai suatu efek pengganda yang sangat terbatas terhadap kegiatan bukan basis jika sebagian besar dari pendapatan ekstra mengalir keluar wilyah dalam bentuk pengeluaran untuk impor. Yang sangat penting dalam hal ini, bahwa suatu perekonomian dapat bertambah tidak hanya dengan peningkatan ekspor dari industri basis tetapi juga dengan mengganti barang-barang impor dari industri basis dengan barang-barang hasil produksi wilayah yang bersangkutan.

2.1.5 Metode Tipologi Klassen

  Tipologi Klassen pada dasarnya digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah. Menurut Tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang prima, berkembang, potensial dan terbelakang. . (Tri Widodo, 2006; 120)

  Analisis ini mendasarkan pengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah.

  Dengan menggunakan analisis tipologi klassen, suatu sektor dapat dikelompokan ke dalam empat kategori, yaitu: (1) sektor prima, (2) sektor potensial, (3) sektor berkembang, dan (4) sektor terbelakang. (Tri Widodo, 2006; 120)

2.1.6 ICOR

  ICOR (Incremental Capital Output Ratio) adalah ukuran yang menyatakan besarnya tambahan modal yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit pengeluaran.ICOR juga merupakan rasio antara penambahan modal dengan penambahan pengeluaran.Rasio ini menunjukan efisensi penggunaan modal yang ditambahkan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu Negara.Untuk dapat menghitung berapa investasi yang harus dikeluarkan agar dicapai penambahan GDP tertentu, maka penambahan modal dinyatakan sebagai investasi dan penambahan pengeluaran dinyatakan sebagai penambahan GDP.

  Pengkajian menegenai ICOR menjadi sangat menarik karena ICOR dapat merefleksikan besarnya produktifitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bias dicapai.Secara teoritis hubungan ICOR dengan pertumbuhan ekonomi dikembangkan pertama kali oleh R.F.Harrod dan Evsey Domar (1939-1947).Namun karena kedua teori tersebut banyak kesamaanya, maka kemudian kedua teori tersebut lebih dikenal sebagai teori Harrod Domar. Pada Rasio Modal-Output yaitu : (i). Rasio Modal-Output atau Capital Output Ratio (COR) atau yang sering disebut

  

Average Capital Output Ratio (ACOR), yaitu perbandingan antara kapital yang

  digunakan dengan output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. COR atau ACOR ini bersifat statis karena hanya menunjukkan besaran yang menggambarkan perbandingan modal dan output.

  (ii). Ratio Modal - Output Marginal atau Icremental Capital Output Ratio (ICOR) yaitu suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan capital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikan/menambah satu unit output baik secara fisik maupun secara nilai (uang). Konsep ICOR ini lebih bersifat dinamis karena menunjukkan perubahan kenaikan/penambahan output sebagai akibat langsung dari penambahan capital.

  Sebenarnya ICOR dapat dibagi ke dalam Net ICOR (ICOR bersih) dan

  

Adjusted ICOR (ICOR yang disesuaikan).Net ICOR mengiterprestasikan ICOR yang

  telah bersih dari perubahan-perubahan yang telah terjadi pada faktor-faktor lain seperti tambahan tenaga kerja, kemampuan teknologi dan lain sebagainya.Konsep ini mempertimbangkan ICOR dengan suatu asumsi cateris paribus yaitu bahwa pasokan faktor-faktor lain dianggap tetap. Sedangkan Adjusted ICOR mengasumsika bahwa investasi diikuti oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor lain.

  Menurut Lincoln Arsyad (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai ICOR adalah apabila :

  1. Ketersediaan sumberdaya alam terbatas dan pertumbuhan penduduk rendah.

  2. Inovasi hitech dan sifat teknologi padat modal.

  3. Laju investasi tinggi dan komposisi investasi terbesar berupa proyek barang publik.

  4. Tingkat efisiensi faktor produksi modal rendah.

  5. Kualitas ketrampilan manajerial dan organisasional rendah.

  6. Tingginya suku bunga

2.2 Penelitian Terdahulu

  Nilai ini menunjukkan kondisi perekonomian yang relative menjanjikan, khususnya bagi iklim investasi di Kota Semarang

  3. Komoditi-komoditi pertanian yang merupakan sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan

  2. Bahwa sektor basis di Kabupaten Mamuju yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan dan persewaan dan sektor jasa-jasa.

  Terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabuapetn Mamuju dari sektor primer ke sektor sekunder.

  Share, Analisis

Location

Quotient (LQ) 1.

  Analisis Shift

  PDRB Kabupaten Mamuju dan PropinsiSulawesi Barat tahun 2004-2009 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.

  2 ST.Nadira 2012 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat Periode 2004- 2009

  Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian dapat dilihat melalui Tabel 2.1 berikut:

Table 2.1 Penelitian Terdahulu

  Menggunakan analisis ICOR

  Semarang 2010 PDRB, investasi (PMTB)

  (Incremental Capital Output Ratio ) Kota

  1 Analisis ICOR

  Hasil

  Metode Analisis

  Judul Variabel

  No Nama, Tahun,

  ICOR pada tahun 2009 Kota Semarang sebesar 6,95 artinya untuk meningkatkan satu unit output dibutuhkan investasi sebesar 6,95 unit. pada perekonomian Kabupaten Mamuju dapat dijumpai pada komoditi bahan tanaman pangan yaitu padi, jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai

  3 Margareta Nilai PDRB Analisis 1.

  Investasi yang masuk Hutasoit Sulawesi Selatan Efisiensi ke Provinsi Sulawesi 2009 periode tahun Investasi Selatan dari periode Analisis 2000-2009, dengan 2000-2009 tergolong Efisiensi Pendapatan Per menggunakan efisien.

  Investasi di kapita

  ICOR, kebijakan yang 2. Propinsi Analisis ditempuh dalam Sulawesi Kebijakan menarik investor Selatan Pendukung adalah dengan

  Masuknya mempermudah Investasi pengurusan izin usaha, dengan membangunan sarana menggunakan dan prasarana

  Content pendukung dan Analysis penciptaan iklim usaha

  yang kondusif, seperti mempermudah izin usaha dengan memberikan informasi yang transparan

2.3 Kerangka Konseptual

  Seperti telah dijelaskan dalam teori-teori diatas, bahwa sektor unggulan sangatlah berperan penting dalam meningkatkan perekonomian suatu wilayah.

  Untuk menentukan sektor unggulan suatu wilayah dapat dianalisis dari sektor- sektor perekonomian yang dibagi ke dalam Sembilan sektor, yaitu:

Gambar 2.1 Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi 1.

  Pertanian 2. Pertambangan dan

  Penggalian 3. Industry pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air minum

5. Bangunan dan

SEKTOR UNGGULAN

  Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel, dan

  Restoran 7. Pengangkutan dan

  Komunikasi 8. Keuangan, Asuransi,

  Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa

  Investasi memegang peranan penting dalam mendorong perekonomian suatu wilayah. Suatu daerah yang mempunyai potensi wilayah yang baik dan mempunyai daya tarik akan mengundang para investor untuk mau menanamkankan modal nya pada daerah tersebut, dengan demikian akan tercipta suatu iklim investasi yang kondusif bagi daerah tersebut. Sektor unggulan dan komoditi unggulan adalah salah satu daya tarik bagi kaum investor untuk berinvestasi pada daerah tersebut.Sektor unggulan dan komuditi unggulan dapat menggunakan analisis LQ dan Shift

  Share .Setelah sektor unggulan dan komuditi unggulan yang dimiliki suatu daerah

  sudah ditentukan barulah kemudian dapat diidentifikasi potensi dan peluang investasi untuk daerah tersebut.

  1. Sektor Unggulan Primer

  INVESTASI 2.

  Berkembang 3. Potensial 4. terbelakang

Gambar 2.2 Hubungan Investasi dan Sektor Unggulan

  Investasi dalam suatu daerah sangatlah berpengaruh dan memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Iklim investasi yang baik atau kondusif akan mempengaruhi pada tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Untuk itu suatu daerah perlu meningkatkan daya tarik daerah tersebut agar iklim ekonomi akan tetap terjaga dan meningkat. Bukan hanya dalam kurun waktu tertentu saja tetapi juga perlu dipertahankan dan meningkatkan nilai investasi yang diperlukan pada masa-masa yang akan datang agar pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat.

  2014 2015

  Pertumbuhan

  INVESTASI 2016

  Ekonomi

Gambar 2.3 Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

  Dengan demikian terdapat sebuah garis yang berhubungan anatar sektor unggulan suatu daerah, investasi, dan pertumbuhan ekonomi. Proses itu dapat digambarkan dalam kerangka konseptual pada gambar 2.4

  PERTUMBUHAN SEKTOR

  INVESTASI EKONOMI UNGGULAN

Dokumen yang terkait

1.1 Latar Belakang - Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

0 0 17

PROSES PELAKSANAAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA MEDAN (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Il

0 0 15

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Kerja Karyawan (Studi Pada Hotel Rudang Berastagi)

0 0 30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Kerja Karyawan (Studi Pada Hotel Rudang Berastagi)

0 0 8

Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus tereus, dan Trichodermaharzianumuntuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Bruguiera cylindrica di Desa Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan

0 0 11

Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMP Negeri Di Kota Pekanbaru

0 0 17

Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMP Negeri Di Kota Pekanbaru

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Gambaran Kesejahteraan Psikologis pada Wanita Dewasa Madya ditinjau dari Grandparenting Style

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 9