13 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAM TEORI 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 LANDASAM TEORI

2.1.1 Pasar Modal

2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal

  Pasar modal menurut UU RI No 18 tahun 1995 merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek atau surat-surat berharga. Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

  Menurut Fahmi (2013: 55), pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. Dalam usaha membantu pemahaman investor, pasar modal menyediakan berbagai macam informasi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pasar modal yang jelas terserap kedalam harga saham.

  Menurut Darmadji (2012:1), pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Dengan berkembangnya pasar modal merupakan sumber dana yang potensial bagi perusahaan yang membutuhkan dana jangka panjang dan jangka menengah. Sedangkan bagi masyarakat kehadiran pasar modal merupakan tambahan alternatif investasi yang selama ini dirasakan sangat terbatas di Indonesia.

  Pasar modal merupakan sarana yang menjembatani perusahaan dalam mencari dana dengan para investor yang akan menanamkan modalnya. Perkembangan yang sangat pesat pada pasar modal ini sangat menarik perhatian investor atau para pemilik modal untuk berinvestasi di pasar modal.

  Dalam pasar modal yang diperjualbelikan adalah bermacam- macam surat berharga yang diantaranya seperti saham, obligasi dan sekuritas efek. Tetapi pasar modal lebih dikenal dengan nama pasar saham (the stock market) karena memang yang diperjualbelikan lebih banyak saham daripada obligasi (Kasmir, 2016:62).

  Dalam melakukan investasi di pasar modal khususnya investasi dalam saham, investor yang rasional harus memiliki pemahaman dan analisis yang baik mengenai instrumen investasi serta mengumpulkan informasi yang lengkap mengenai perusahaan yang memiliki kinerja perusahaan karena transaksi di pasar saham memiliki resiko yang cukup tinggi.

  Tujuan pasar modal di Indonesia adalah disamping untuk mengerahkan dana dari masyarakat agar dapat disalurkan di sektor- sektor produktif, juga ikut mewujudkan pemerataan pendapatan melalui kepemilikan saham-saham perusahaan. Tujuan tersebut dapat dicapai secara bertahap dengan semakin banyaknya jenis dan jumlah surat-surat berharga yang diperjualbelikan sejalan dengan bertambahnya lembaga-lembaga yang mendukung terselenggaranya pasar modal tersebut.

2.1.1.2 Jenis Pasar Modal

  Pada pasar modal ada berbagai jenis pasar yang dikenal untuk menawarkan efek, antara lain: a.

  Pasar Perdana Pasar perdana adalah pasar dalam masa penawaran efek dan perusahaan penjual efek (emiten) kepada masyarakat untuk pertama kalinya. Pasar Perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan emiten terlebih dahulu akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detail (prospectus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga investor dapat mengetahui prospek perusahaan di masa datang dan dan tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan oleh emiten.

  Dalam menjual sekuritasnya, perusahaan umumnya menggunakan jasa profesional dan lembaga pendukung pasar modal untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang diperlukan untuk go public. Di Indonesia, proses penawaran umumnya adalah Initial Public Offening (IPO) di pasar perdana.

  b.

  Pasar Sekunder Pasar sekunder adalah penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs suatu efek tersebut. Naik turunnya kurs ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran efek tersebut. Bagi efek yang dapat memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya dalam bursa efek, sedangkan bagi efek yang tidak dapat memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di luar bursa efek.

  Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, selanjutnya sekuritas emiten tersebut dapat diperjualbelikan oleh antar investor di pasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan likiuditas kepada investor, bukan kepada perusahaan seperti pasar perdana. Pasar sekunder biasanya memanfaatkan untuk perdagangan saham biasa, saham preferen, obligasi, warrant maupun sekuritas derivatif (option dan futures).

  Meskipun perusahaan tidak mendapatkan tambahan dana, tetapi perdagangan di pasar sekunder sangat penting untuk menentukan likuiditas di pasar perdana. Hal ini terkait dengan sikap pesimis atau optimis dari para investor terhadap kemampuan sekuritas yang diterbitkan emiten untuk memberikan keuntungan selisih harga (capital gain) yang berkala dari penjualan sekuritas di pasar sekunder.

  c.

  Pasar Paralel Pasar paralel adalah merupakan pelengkap bursa efek yang ada.

  Bagi perusahaan yang menerbitkan efek dan akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa paralel.

  Bursa paralel diselenggarakan oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek-Efek.

  Selain ketiga jenis pasar di atas, ada juga yang membagi pasar modal dalam berbagai bentuk, yaitu:

  1. Pasar reguler adalah sarana perdagangan efek untuk transaksi yang dilakukan berdasarkan proses tawar-menawar secara berkesinambunagan untuk efek dalam satuan perdagangan efek.

  2. Pasar negosiasi adalah sarana perdagangan efek untuk transaksi yang dilakukan berdasarkan tawar-menawar individual antara anggota bursa jual dan anggota bursa beli.

  3. Pasar tunai adalah sarana perdagangan efek untuk transaksi yang dilakukan dalam rangka pemenuhan kewajiban anggota bursa yang gagal dalam penyelesaian transaksi efek, berdasarkan prinsip pembayaran dan penyelenggaraan seketika.

2.1.2 Saham dan Harga Saham

2.1.2.1 Saham

  Menurut Darmadji dan Fahruddin (2011:5) saham adalah sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbatas. Wujud saham adalah berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Selanjutnya Fahmi (2013: 81) pengertian saham adalah: 1.

  Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada perusahaan.

  2. Kertas yang tercantum dengan nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.

3. Persediaan yang siap untuk dijual.

  Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat rapat umum pemegang saham (RUPS).

  Menurut Husnan Suad (2008:29) pengertian saham adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

  Nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

  1. Par Value (Nilai Nominal) Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan dan berfungsi untuk tujuan akuntansi. Dalam modal suatu perseroan, dikenal adanya modal disetor. Perubahan modal disetor ini sama dengan merupakan suatu nilai yang berguna bagi pencatatan akuntansi, di mana nilai nominal dicatat sebagai model ekuitas perseroan di dalam neraca. Setiap saham yang diterbitkan di Indonesia harus mempunyai nilai nominal yang tercantum pada surat sahamnya. Namun untuk satu jenis saham yang lama harus mempunyai satu jenis nilai nominal.

  2. Base Price (Harga Pasar) Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini berubah sesuai aksi emiten yang dilakukan seperti right issue, stock split, warrant dan lain- lain, sehingga harga saham dasar yang baru harus dihitung 19 sesuai dengan perubahan harga teoritis hasil perhitungan antara harga dasar dengan jumlah saham yang diterbitkan.

3. Market Price (Harga Saham)

  Harga saham merupakan harga saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price). Jadi harga pasar ini yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga pasar dikalikan jumlah saham yang diterbitkan, maka didapat market value .

  Dengan memiliki saham suatu perusahaan maka manfaat yang diperoleh adalah: a)

  Dividen (dividend), yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham.

  b) Perolehan modal (capital gain), yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli saham.

  c) Manfaat bukan finansial, yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.

  Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk. Macam-macam saham terbagi berdasarkan peralihan hak, berdasar

  1. Berdasarkan Peralihan Hak a.

  Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) Yaitu jenis saham yang tidak menyertakan nama pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindahtangankan atau mudah berganti pemilik dan siapapun yang memegang saham tersebut secara sah menjadi pemilik saham tersebut dan berhak ikut dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).

  b.

  Saham Atas Nama (Registered Stock) Saham ini mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar sahamnya. Saham ini dapat dipindahtangankan tetapi harus melalui prosedur tertentu.

  2. Berdasarkan Hak Tagih atau Klaim a.

  Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasar laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham biasalah yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dan penjualan asset perusahaan.

  b.

  Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset.

3. Berdasarkan Kinerja Saham a.

  Blue Chip Stock Yaitu saham unggulan karena diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki kinerja baik, dapat membagikan dividen secara stabil dan konsisten. Perusahaan yang menerbitkan saham ini biasanya adalah perusahaan besar yang telah memiliki pangsa pasar tetap.

  b.

  Growth Stock Merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan tinggi.

  c.

  Income Stock Merupakan saham yang memiliki dividen progresif atau besarnya dividen yang dibagikan lebih tinggi dari rata-rata dividen tahun sebelumnya.

  d.

  Speculative Stock Saham ini menghasilkan dividen yang tidak tetap karena perusahaan yang menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah-ubah, dan memungkinkan memiliki prospek yang bagus di masa yang akan datang. e.

  Counter Cyclical Stock Perusahaan yang menerbitkan saham ini operasionalnya tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro.

  Perusahaan ini biasanya bergerak dalam bidang produksi atau layanan jasa vital.

  Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.

2.1.2.2 Harga saham

  Menurut Van Horne (2007:562) harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan tersebut. Saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek atau sekuritas. Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal.

  Sartono (2008:70) menyatakan bahwa “Harga saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal.

  Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham cenderung naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun”.

  Menurut Brigham dan Houston (2010:7) harga saham adalah “Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham.

  Maksimalisasi kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “rata-rata” jika investor membeli saham”.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Harga Saham

  Adapun jenis-jenis harga saham menurut Widoatmojo (2005:54) adalah sebagai berikut:

  1. Harga Nominal Harga yang tecantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

  2. Harga Perdana Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat dibursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwrite) dan emiten. akan dijual kepada masyarakat biasanya untk menentukan harga perdana.

  3. Harga Pasar Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat dibursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

  4. Harga pembukaan Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat dimulainya hari nursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan harga sesuai dengan yang diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam keadaan demikian, harga pembukuan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar mungkin juga akan menjadi harga pembukaan. Namun tidak selalu terjadi.

  5. Harga Penutupan Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja terjadi pada saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham, karena ada kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga penutupan itu telah menjadi harga pasar. Namun demikian, harga ini tetap menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut.

  6. Harga Tertinggi Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.

  7. Harga Terendah Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama. Dengan kata lain, harga terendah merupakan lawan dari harga tertiggi.

  8. Harga Rata-Rata Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan terendah.

2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

  Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham di pasar modal, hal ini terjadi karena harga saham dapat mempengaruhi oleh faktor eksternal dari perusahaan maupun faktor internal perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2010:33) harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu: 1.

  Faktor internal a.

  Pengumuman tentang pemasaran produksi penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan, dan laporan penjualan.

  b.

  Pengumuman pendanaan, seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

  c.

  Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director ann nouncements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen dan struktur organisasi.

  d.

  Pengumuman pengambilalihan diverifikasi seperti laporan merger investasi, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan investasi dan lainnya.

  e.

  Pengumuman investasi seperti melakukan ekspansi pabrik pengembangan riset dan penutupan usah lainnya.

  f.

  Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi baru, kotrak baru, pemogokan dan lainnya. g.

  Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalaba sebelum akhir tahun viscal dan setelah akhir tahun vicscal earning per share (EPS), dividen per shere (DPS), Price Earning Ratio, Net profit margin, return on assets (ROA) dan lain-lain.

2. Faktor eksternal a.

  Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan regulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

  b.

  Penguman hukum seperti tuntutan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

  c.

  Pengumuman industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan insider trading, volume atau harga saham perdagangan pembatasan atau penundaan trading.

2.1.3 Laporan Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

  Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 1 tahun 2015 yaitu sebagai berikut, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

  Munawir (2007:2) adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang bersangkutan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Dalam hal laporan keuangan, sudah merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini.

2.1.3.2 Rasio Keuangan

  Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne dalam Kasmir (2015:104), merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Menurut Fahmi (2015:49), rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan formula-formula yang dianggap representatif untuk diterapkan. Pendapat lain oleh Harahap (2010:291) menyatakan, bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Perhitungan rasio akan menjadi bermanfaat apabila diinterpestasikan dalam perbandingan dengan rasio tahun sebelumnya, atau dengan standar yang ditentukan sebelumnya atau dengan rasio pesaing. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

2.1.3.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan

  Terdapat empat jenis rasio keuangan yang dapat digunakan dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan yaitu:

a. Rasio Likuiditas

  Rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu, menurut Fahmi (2015:65). Menurut Sartono (2011:114) rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.

  Rasio likuiditas secara umum terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : a) Rasio Lancar (Current Ratio)

  Rasio lancar atau current ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek (hutang lancar). Rumus yang digunakan menurut Sartono (2011:114) :

  Aktiva Lancar Current Ratio = x 100%

  Hutang Lancar

  Semakin tinggi current ratio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.Aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas,surat . berharga, piutang, dan persediaan

  b) Rasio Cepat (Quick Ratio)

  Quick ratio (acit test ratio) sering disebut dengan istilah rasio

  cepat. Rasio cepat adalah perbandingan antara aset lancer dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini memberikan ukuran yang lebih mendalam tentang likuiditas daripada rasio lancar, (Nana, 2013). Rumus yang digunakan menurut Sartono (2011:114):

  Aktiva Lancar−Persediaan

  = x 100%

  Quick Ratio Hutang Lancar

  Quick ratio yang rendah menunjukkan adanya investasi yang

  sangat besar dalam persediaan atau disebabkan perputaran persediaan yang lambat.

b. Rasio Aktivitas

  Menurut Fahmi (2015:77), rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. Menurut Sartono (2011:114) rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan. Yang termasuk dalam rasio aktivitas adalah : a)

  Inventory Turn Over Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama tahun tertentu. Angka ini mengukur efisiensi pengelolaan persediaan dalam perusahaan. Rumus yang digunakan menurut Sartono (2011:114):

  Inventory Turn Over = Penjualan Persediaan

  x 1 kali Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin kecilnya persediaan dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen perusahaan. Sebaliknya perputaran persediaan yang rendah menandakan kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.

  b) Fixed Assets Turnover

  Rasio fixed assets turnover disebut juga dengan perputaran aktiva tetap. Rasio ini melihat sejauhmana aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan memiliki tingkat perputarannya secara efektif, dan memberikan dampak pada keuangan perusahaan, (Fahmi, 2015:79). Rumus yang digunakan menurut Sartono (2011:114):

  Penjualan Fixed Assets Turnover = x 1 kali

  Aktiva tetap bersih

  c) Total Assets Turnover Total assets turnover disebut juga dengan perputaran total aset.

  Rasio ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif, (Fahmi, 2015:80). Rumus yang digunakan menurut Sartono (2011:114):

  Penjualan Total Assets Turnover = x 1 kali

  Total Aktiva

  d) Average Collection Period

  Periode pengumpulan piutang yaitu rata-rata yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Biasanya ditentukan dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan harian. Rumus yang digunakan menurut Sartono (2011:114):

  Piutang

  = x 360 hari

  Average Collection Period Penjualan Kredit e) Receivable Turn Over

  Perputaran piutang menunjukkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam mengumpulkan piutang.

  Semakin cepat perputaran piutang, maka current ratio dan quik

  ratio semakin bagus dalam analisis keuangan. Rumus yang

  digunakan menurut Sartono (2011:114):

  Penjualan Kredit Receivable Turn Over = x 1 kali

  Piutang

  f) Working Capital Turn Over

  Digunakan untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja perusahaan dalam satu tahun. Makin cepat perputaran modal kerja maka current ratio dan quick ratio yang dimiliki akan semakin bagus. Rumus yang digunakan menurut Sartono (2011:114):

  Penjualan Bersih Total Assets Turnover = x 1 kali

  Aktiva Lancar−Utang Lancar c.

   Rasio Profitabilitas

  Menurut Fahmi (2015:80), rasio profitabilitas ialah rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Menurut Sartono (2011:114) rasio profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik dalam hubungan dengan penjualan, asset maupun modal sendiri. Semakin baik rasio profitabilitas makan semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Yang termasuk dalam rasio profitabilitas ialah :

  a) Gross Profit Margin

  Rasio gross profit margin merupakan margin laba kotor. Menurut Nana (2013) Gross profit margin yaitu perbandingan antara laba kotor dengan tingkat penjualan yang dicapai perusahaan pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan yang terjadi. Rumus yang digunakan menurut:

  Penjualan−Harga Pokok Penjualan GPM = x 100%

  Penjualan

  b) Net Profit Margin

  Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Menurut Nana (2013), net profit margin yaitu perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Secara umum rasio rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen.

  Artinya berapa persen keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu dari setiap penjualan. Rumus yang digunakan menurut Sartono (2011:114):

  Laba Setelah Pajak NPM = x 100%

  Penjualan c) Return on Investment (ROI) Rasio Return on Investment (ROI) atau pengembalian investasi.

  Tingkat pengembalian aset merupakan kemampuan perusahaan mengoperasikan harta untuk mencari keuntungan. Rumus yang digunakan Kuswadi (2004:190):

  Laba Setelah Pajak Return on Investement = x 100%

  Total Aktiva

  d) Return on Equity

  Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rumus yang digunakan menurut Kuswadi (2004:190):

  Laba Setelah Pajak Return on Equity = x 100%

  Modal Sendiri d.

   Rasio Solvabilitas

  Menurut Fahmi (2015:72), rasio solvabilitas adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Menurut Sartono (2011:114) rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Yang termasuk dalam rasio solvabilitas yaitu : a) Debt to Total Assets atau Debt Ratio

  Dimana rasio ini disebut juga sebagai rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan total aset, (Fahmi, 2015:72). Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditur maupun pemegang saham. Selain itu, Merupakan rasio yang menghitung persentase total dana yang disediakan kreditur.

  Rumus yang digunakan menurut Sawir (2005:13):

  Total Hutang Debt to Total Asset/Debt Ratio = x 100%

  Total Aktiva

  b) Debt to equity ratio

  Digunakan untuk menghitung seberapa besar modal sendiri yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. Rumus yang digunakan menurut Sawir (2005:13):

  Total Hutang Debt to equity ratio = x 100%

  Modal Sendiri e.

   Rasio Pasar

  Menurut Gitman (2015:131) rasio pasar berhubungan dengan nilai pasar perusahaan yang dapat diukur dengan harga saham. Rasio pasar memberikan wawasan untuk bagaimana investor di dalam pasar modal melihat resiko dan return dalam berinvestasi. Rasio pasar terdiri dari: a) Earning Per Share

  Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar pula keuntungan yang diterima pemegang saham. Rumus yang digunakan menurut Tandelilin (2010: 374):

  Laba Bersih Setelah Pajak

  EPS =

  Jumlah Lembar Saham yang Beredar

  b) Dividend per share

  Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa

  besar dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Menurut Tandelilin (2010: 384), untuk menghitung dividend per share dapat menggunkan rumus:

  Dividen Tunai

  DPS =

  Jumlah Lembar Saham yang Beredar

  c) Price Book Value

  Menurut Sihombing (2008:95) Price to Boook Value (PBV) merupakan suatu nilai yang dapat digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau lebih murah dibandingkan dengan saham lainnya. Nilai price book yang semakin besar menunjukkan harga pasar dari saham

  value tersebut semakin tinggi pula. Rumus yang digunakan menurut Rahardjo (2009):

  Harga Pasar Saham Prince Book Value (PBV) =

  Harga Buku Per Saham Total Ekuitas

  Harga Buku Per Saham =

  Jumlah Saham Beredar

  d) Prince Earning Ratio

  Menurut Moeljadi (2006:75) Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula (Prastowo 2005:96). Rumus yang digunakan:

  Harga Pasar Per Lembar Saham

  PER =

  Laba Per Lembar Saham

  e) Dividend Yield Ratio

  Sedangkan menurut Mamduh M. Hanafi (2009:83): “Dari segi investor, rasio ini cukup berarti karena dividend yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Bagian return yang lain adalah capital gain, yang diperoleh dari selisih positif antara harga jual dengan harga beli. Apabila selisih negatif yang terjadi, maka terjadi capital loss. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali, dan juga karena harga dividen yang tinggi (PER yang tinggi) yang mengakibatkan dividend yield akan menjadi kecil. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang rendah akan memberikan dividen yang tinggi dan dengan demikian mempunyai dividend yield yang tinggi pula.“ Rumus yang digunakan menurut Mamduh M. Hanafi (2009:83):

  Dividen Per Lembar Saham Dividend Yield =

  Harga Pasar Per Lembar Saham

  f) Dividend Payout Ratio

  Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan (Hanafi, 2004:44). Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah.

  Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alwi (2003:78), semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan. Rumus yang digunakan:

  

Dividen Per Lembar Saham

  DPR = x 100%

  

Laba Per Lembar Saham

  2.1.4 Smooting Theory

  Teori smooting theory yang dikembangkan oleh litner yang menyatakan bahwa jumlah deviden bergantung pada keuntungan perusahaan sekarang dan tahun sebelumnya. Untuk melihat keuntungan perusahaan sekarang maka perusahaan dan investor bisa melakukan analisis rasio keuangan perusahaan tersebut. Karena dengan menganalisis rasio keuangan, baik perusahaan maupun investor akan mengetahui keadaan keuangan perusahaan dan seberapa besar perusahaan menghasilkan laba dengan demikian laba perusahaan yang tinggi akan meningkatkan harga saham perusahaan (Harahap:2004).

  2.1.5 Earning Per Share (EPS)

  Menurut Fahmi (2013:96) Earning Per Share (EPS) adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. EPS dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham ekuitas dengan jumlah saham ekuitas yang beredar.

  Menurut Kasmir (2008:127) earning per share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham. Laba yang digunakan adalah laba bersih setelah pajak. Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk Earning Per Share (EPS).

  Earning per share dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan perusahaan, menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham. Sedangkan EPS yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.

  Pengertian EPS menurut Sutrisno (2012:223) earning per share atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba per lembar saham dapat memberikan informasi bagi investor untuk mengetahui perkembangan dari perusahaan.

  Menurut Tandelilin (2010: 374) earning per share merupakan rasio yang paling mendasar dan berguna bagi investor untuk memperoleh gambaran prospek earning di masa depan. EPS dapat digunakan para investor sebagai informasi besarnya laba bersih perusahaan yang siap di bagikan untuk pemegang saham perusahaan.

  EPS dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. EPS juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan. Oleh karena itu, dengan mengetahi Earnig Per Share (EPS) suatu perusahaan maka investor dapat menilai potensi pendapatan yang akan diterimanya.

  Dengan kata lain bila perusahaan ingin meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham maka harus memusatkan perhatiannya pada

  

Earnig Per Share (EPS) sehingga jika EPS suatu perusahaan tidak

  memenuhi harapan para pemegang saham maka keadaan ini akan berdampak pada harga saham yang rendah. Penjelasan di atas dapat diketahui bahwa hubungna antara EPS dengan harga saham sangnat erat. Kenaikan Earnig Per Share (EPS) dapat disebabkan karena: 1.

  Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

  2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

  3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.

  4. Presentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada prensentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

  5. Presentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada prensentase penurunan laba bersih.

  Sedangkan penurunan Earnig Per Share (EPS) dapat disebabkan karena: 1.

  Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

  2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.

  3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

  4. Presentase penurunan laba bersih lebih besar dari pada prensentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

  5. Presentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada prensentase kenaikan laba bersih.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa perhitungan EPS menurut Tandelilin (2010: 374) sebagai berikut:

  Laba Bersih Setelah Pajak

  EPS =

  Jumlah Lembar Saham yang Beredar

2.1.6 Dividend Per Share (DPS)

2.1.6.1 Pengertian Dividen

  Menurut Darmadji (2012: 141) dividen merupakan pembagian sisa laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan RUPS. Dividen dapat berbentuk dividen tunai (cash dividend) atau dividen saham (stock dividend). Salah satu keuntungan memiliki saham adalah memperoleh dividen.

  Menurut Fahmi (2013:83), dividen adalah “The distribution of current of accumulated earning to the shareholders of corporation pro rate based on the number of shares owned”. Artinya adalah distribusi arus akumulasi laba kepada pemegang saham korporasi tingkat pro berdasarkan jumlah saham yang dimiliki.

  Selanjutnya menurut Sunariyah (2011:48) “dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan”. DPS merupakan salah satu faktor yang mepengaruhi harga saham, jika pendapatan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen akan menjadi lebih rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin bisa berdampak buruk terhadap harga saham. Penurunan dividen akan menurunkan nilai pasar saham dan kondisi yang sebaliknya kenaikan dividen akan meningkatkan nilai pasar saham.

  Menurut Darmadji (2012:179) dividen diberikan dalam berbagai bentuk. Dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham dividen dapat dibedakan menjadi beberapa jenis : 1.

  Dividen tunai (cash dividend) Adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang kas tersebut. Pada umumnya dividen tunai ini lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering dipakai oleh perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain.

2. Dividen saham (stock dividend)

  Adalah dividen yang dibagikan bukan dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.

  Pembayaran didasarkan kepada adanya laba atau keuntungan yang tersedia. Adanya pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan sebab dibayarkan oleh perusahaan dan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan. Dengan kata lain, pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah jumlah modal perusahaan, tetapi akan mengubah struktur modal perusahaan yang bersangkutan.

  3. Dividen proverti (property dividend) Adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain sekalian kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat- surat berharga. Dividen yang dibayar dalam bentuk barang (aktiva selain kas) yang dibagkan tersebut haruslah merupakan barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian yang homogen serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan. Dalam pembayaran tersebut para pemegang saham tidak dapat dipaksakan untuk menerima sebagai dividen oleh karena itu perusahaan dapat menjulanya terlebih dahulu.

  4. Dividen likuidasi (liquidating dividend) Adalah dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat diliquidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi aset perusahaan dikurangi semua dengan kewajibannya.

  Menurut Sudana (2011:167), terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen yang menjelaskan pengaruh besar kecilnya dividend pay out ratio. Pengaruh kebijakan dividen tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Teori Dividend Irrelevant Teori ini dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller yang menyatakan kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atas nilai perusahaan. Mereka berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi arus kas pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

  2. Teori Bird-In-The-Hand Teori ini dikemukan oleh Myron Gordon dan John Litner yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor.

  3. Teori Tax Preference Berdasarkan teori ini, kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Artinya semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan maka semakin rendah harga saham yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gain.

2.1.6.2 Dividend Per Share (DPS)

  Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa

  besar dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai seberapa besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham untuk tiap lembar saham. Menurut Tandelilin (2010: 384), untuk menghitung dividend per share dapat menggunkan rumus:

  Dividen Tunai

  DPS =

  Jumlah Lembar Saham yang Beredar