FORMULASI SEDIAAN CAIR DAN SEMIPADAT

  FORMULASI SEDIAAN CAIR DAN SEMIPADAT Anggun Hari Kusumawati S.Farm.,M.Si.,Apt

  Pharmacy of Buana Perjuangan University

  

LARUTAN

  Definisi Larutan

  Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling (FI III, hal 32)

   Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misal: terdispersi

secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau

campuran pelarut yang saling bercampur (FI Ed IV hal 15-16 SAMA SEPERTI FI V, hal 46)

  

SIRUP

  

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa,

kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C H O , tidak kurang dari

  12

  22

  11 64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (FI Ed III, hal 31)

   Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain

dengan kadar tinggi. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal

sebagai Sirup atau Sirup Simpleks (FI Ed IV, hal 15SAMA SEPERTI FI V, hal sebagai Sirup atau Sirup Simpleks (FI Ed IV, hal 15SAMA SEPERTI FI V, hal 46)

  

Sirup tidak mengandung zat aktif, bukan merupakan suatu bentuk

sediaan, tetapi merupakan campuran yang seringkali digunakan sebagai pelarut atau zat pembawa karena rasa dan sifat manisnya.

  

Sebaiknya dibuat segar kecuali apabila ditambahkan zat pengawet

(BP, 2008, hal 2361 - 2362 (BP ebook 2009 vol III, general monograph

“Oral Liquids of the BP”, hal 6528)).

  

ATURAN UMUM/PERSYARATAN/KARAKTERISTIK

LARUTAN

Larutan merupakan sistem satu fase sehingga

perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  Kestabilan Kestabilan Kelarutan zat aktif Dosis Penyimpanan zat aktif dalam takaran larutan

  Larutan pada umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki

  Penggolongan Larutan

  • sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis,

  Larutan oral atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air (FI IV, hal 15). Sama Seperti FI V hal 46

  • larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain, seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit (atau dalam kasus larutan lidokain

  Larutan Topikal oral topical untuk penggunaanpada permukaan mukosa mulut).

  Istilah Lotio adalah larutan atau suspensi yang digunakan Istilah Lotio adalah larutan atau suspensi yang digunakan secara topikal (FI IV, hal 15). Sama Seperti FI V hal 46

  • larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk pengunaan dalam telinga luar (FI IV,

  Larutan Otik hal 15). Sama Seperti FI V hal 46

  • larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau

  Spirit

  

Penggolongan Larutan

Tingtur

  • larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia (FI IV, hal 16) .Sama Seperti FI V hal 47

  Air aromatik

  • larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap/senyawa aromatik/ bahan mudah menguap lain; yang dibuat secara destilasi atau dari larutan senyawa aromatik dengan/tanpa menggunakan bahan pendispersi (FI IV, hal 16). (FI IV, hal 16). Sama Seperti Sama Seperti FI V hal 47 FI V hal 47

  Cairan oral

  • sediaan cair untuk penggunaan oral yang biasanya merupakan larutan, suspensi atau emulsi dengan satu atau lebih zat aktif di dalam pembawa yang

    cocok. Namun demikian, dapat pula dipergunakan zat pembawa dimana zat

    aktifnya adalah pembawanya tersebut. (BP 2008, hal 2360 -2361). (BP ebook 2009 vol III, general monograph “Oral Liquids”, hal 6530).

  Larutan oral

  • cairan oral yang mengandung satu atau lebih zat terlarut dalam pembawa yang

    cocok (BP 2008, hal 2360 -2361) (BP ebook 2009 vol III, general monograph

  Kerugian

  Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Larutan Keuntungan

  • Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak, dan usia lanjut.
  • Segera diabsorpsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami proses disintegrasi dan pelarutan).
  • Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh sediaan (dosis seragam)
  • Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (cth: Aspirin, KCl),

    karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung.

  • >Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut dan disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan.
  • Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.
  • Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu memerlukan penambahan pengawet.
  • Ketepatan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar.
  • Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam larutan dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan dapat diberi pemanis dan perasa agar penggunaannya lebih nyaman.

  Formula Baku 

  R/ Zat aktif Pelarut/pembawa Pemanis Pengental Anti cap-locking agent Pengawet Pengawet Dapar (jika perlu) Pembasah (jika perlu) Solubilizer (jika perlu) Antioksidan (jika perlu) Flavouring agent (perasa) Pewarna (dye)

  BP 2008 ORAL DROPS Sodium fluoride,3078* Vitamin A, C & D oral drops, paediatric,3156* SYRUP

  Black currant, 2468 Invert,3105 Lemon,2831 Orange, 2953 Syrup, 3105 Tolu,3130

  ORAL SOLUTION (OS) Aciclovir* Alimemazine OS, 2400* Amantadine,2408* Atenolol, 2432 Baclofen, 2438 Bumetanide, 2474 Chlorpheniramine, 2526

  Ferrous sulphate OS, Paed., 2697 Flucloxacillin, 2703 Fluoxetine, 2714 Haloperidol, 2759 Haloperidol OS, Strong, 2760 Iodine OS, aqueous, 2802 Lithium citrate, 2848 Chlorpheniramine, 2526 Chlorpromazine, 2528

  Cimetidine, 2534 Clemastine, 2542 Clomethiazole, 2552 Codein phosphate, 2576 Diazepam, 2619* Dicycloverine/Dicyclomine, 2626 Digoxin OS, Paed. 2632 Dihydrocodein, 2634 Diphenhydramine,2636 Docusate, 2647* Docusate OS, Paed., 2648* Ethosuximide, 2683

  Lithium citrate, 2848 Methadone OS (1 mg per ml), 2876 Metoclopramide, 2887 Orciprenaline,2953 Paracetamol OS, Paed., 2966 Phenoxymethylpenicillin, 2988 Prochlorperazin, 3020 Promethazine,3026 Ranitidine, 3045* Selegiline,3061 Sodium feredetate, 3077 Sodium fluoride* Sodium Chloride* Sodium valproate, 3085 Temazepam, 3109

  Contoh Monografi dan Formula Sediaan Larutan di Buku FI IV (MONOGRAFI) Dextromethorphani hydrobromidi sirupus, 300 Solutio, 15

  Hydrogeni peroxydi solutio topicalis, 439

111

  Acetylcystein solutio, 30 Indii In oxyquinolini solutio, 460 Acidi valproici sirupus,56 Lidocaini hydrochloridi solutio orale topicalis, 498 Albumin humani solutio, 69 Metoclopramidi hydrochloridi solutio oralis, 558

  123 Calcii hydroxidi solutio topicalis, 164 Natrii iodide I solutio, 590

  131 Chloramphenicoli solutio oralis, 193 Natrii iodide I solutio, 592 Chlorhexidine gluconatis solutio,204 Paracetamoli solutio oralis, 651 Clotrimazoli solutio topicalis, 249 Piperazini citrates sirupus, 681

37 Cyanocobalamini Co solutio, 265 Povidoni iodii solutio topicalis, 688

  Cyclosporini solutio oralis, 271 Proteini plasma solutio, 716 FI III (MONOGRAFI) Fornas 1978 (FORMULA) (yang sudah dihapus di FI IV) (yang sudah dihapus di FI IV) Aethyl morphini ephetonini sirupus, hal 17 Aethyl morphini ephetonini sirupus, hal 17 Chlorpromazini hydrochloridi sirupus, 158 Bromidi thymi sirupus, hal 53

  Chlorpheniramini maleas sirupus, 155 Chlorpheniramini sirupus, hal 70 Cyproheptadini hydrochloridi sirupus, 187 Chlorpromazini sirupus, hal 72 Glucosi natrii citratis solutio, 270 Cyproheptadini sirupus, hal 92 Isoniazidi sirupus, 321 Dexchlopheniramini sirupus, hal 97 Methdilanizi hydrochloridi sirupus, 372 Dextromethorphani sirupus, hal 100 Methoxaleni solutio, 377 Dimethindeni sirupus, hal 110

57 Radiocyanocobalamini ( Co) solutio, 551 Diphenhydramini sirupus, hal 113

  Prometazini hydrochloridi sirupus, 528 Ephetonini sirupus, hal 120 Glycerilis guaiacolatis sirupus, hal 142 Hydroxyzini sirupus, hal 159 Isoniazidi sirupus, hal 167 Lincomycini sirupus, hal 178 Neomycini sirupus, hal 209

  USP 32/NF 27(MONOGRAFI) Acetaminophen, 1389 Amantadine HCl, 1505 Aminobenzoate potassium, 1515 Aminocaproic acid, 1518 Aminophylline, 1524 Amprolium, 1556 Ascorbic acid, 1581 Betamethasone, 1657 Betamethasone chloride, 1671 Bromodiphenhydramine HCl, 1711 Brompheniramine maleate, 1712 Butabarbital sodium, 1729 Captopril, 1780 Chloral hydrate, 1883 Chloramphenicol, 1887 Chlorpheniramine maleate, 1909 Clindamycin HCl, 1968 Clindamycin palmitate HCl, 1969 Cloxacillin sodium, 2005

  Ferrous gluconate, 2365 Ferrous sulfate, 2365 - 2366 Fluoxetine, 2417 Fluphenazine HCl, 2424 Furosemide, 2461 Glycerin, 2515 Guaifenesin, 2535 Haloperidol, 2548 Hydralazine HCl, 2565 Hydroxyzine HCl, 2597 Hyoscyamine sulfate, 2604 Isoniazid, 2701 Isosorbide, 2712 Lincomycin, 2770 Lithium, 2800 Loperamide HCl, 2802 Loratadine, 2807 Magnesium citrate, 2832 Meperidine HCl, 2882 Mesoridazine besylate, 2899 Cloxacillin sodium, 2005

  Cyanocobalamin Co 57, 2008 Cyclosporine, 2047 Dextromethorphan HBr, 2106 Dexamethasone, 2086 Dexchlorpheniramine maleate, 2095 Dicyclomine HCl, 2130 Digoxin, 2149 Dihydrotachysterol, 2155 Dimenhydrinate, 2166 Diphenhydramine HCl, 2176 Diltiazem HCl, 2163 Docusate sodium, 2196 Doxepin HCl, 2208 Dyphylline, 2224 Ephedrine sulfate, 2260 Ergocalciferol, 2270 Ergoloid mesylates, 2273

  Mesoridazine besylate, 2899 Metaproterenol sulfate, 2903 Methadon HCl, 2915 Methdilazine HCl, 2919 Methenamine, 2921 Phenylpropanolamine HCl, 3289 Piperazine citrate, 3315 Prednisolone, 3369 Prednisone, 3377 Promazine HCl, 3405 - 3406 Ranitidine, 3477 Reserpine, 3487 Teophylline, 3709 Thiamine HCl, 3719 Valproic acid, 3839 Vancomycin HCl, 3848 Verapamil HCl, 3859 Zidovudine, 3890 USP 32/NF 27(MONOGRAFI) Acetaminophen, 1389 Amantadine HCl, 1505 Aminobenzoate potassium, 1515 Aminocaproic acid, 1518 Aminophylline, 1524 Amprolium, 1556 Ascorbic acid, 1581 Betamethasone, 1657 Betamethasone chloride, 1671 Bromodiphenhydramine HCl, 1711 Brompheniramine maleate, 1712 Butabarbital sodium, 1729 Captopril, 1780 Chloral hydrate, 1883 Chloramphenicol, 1887 Chlorpheniramine maleate, 1909 Clindamycin HCl, 1968 Clindamycin palmitate HCl, 1969

  Ferrous gluconate, 2365 Ferrous sulfate, 2365 - 2366 Fluoxetine, 2417 Fluphenazine HCl, 2424 Furosemide, 2461 Glycerin, 2515 Guaifenesin, 2535 Haloperidol, 2548 Hydralazine HCl, 2565 Hydroxyzine HCl, 2597 Hyoscyamine sulfate, 2604 Isoniazid, 2701 Isosorbide, 2712 Lincomycin, 2770 Lithium, 2800 Loperamide HCl, 2802 Loratadine, 2807 Magnesium citrate, 2832 Meperidine HCl, 2882 Clindamycin palmitate HCl, 1969

  Cloxacillin sodium, 2005 Cyanocobalamin Co 57, 2008 Cyclosporine, 2047 Dextromethorphan HBr, 2106 Dexamethasone, 2086 Dexchlorpheniramine maleate, 2095 Dicyclomine HCl, 2130 Digoxin, 2149 Dihydrotachysterol, 2155 Dimenhydrinate, 2166 Diphenhydramine HCl, 2176 Diltiazem HCl, 2163 Docusate sodium, 2196 Doxepin HCl, 2208 Dyphylline, 2224 Ephedrine sulfate, 2260 Ergocalciferol, 2270

  Meperidine HCl, 2882 Mesoridazine besylate, 2899 Metaproterenol sulfate, 2903 Methadon HCl, 2915 Methdilazine HCl, 2919 Methenamine, 2921 Phenylpropanolamine HCl, 3289 Piperazine citrate, 3315 Prednisolone, 3369 Prednisone, 3377 Promazine HCl, 3405 - 3406 Ranitidine, 3477 Reserpine, 3487 Teophylline, 3709 Thiamine HCl, 3719 Valproic acid, 3839 Vancomycin HCl, 3848 Verapamil HCl, 3859

  

EKSIPIEN

Pelarut / pembawa

  • • Pelarut/pembawa yang biasa digunakan adalah air, air aromatik, sirup, juice

    (dari buah, dimana pemilihannya tergantung tujuan penggunaan sediaan dan sifat fisika-kimia zat aktif), spirits, dan minyak (TPC, 1994, hal 32-34).
  • Selain itu dapat juga digunakan: alkohol USP, alkohol yang diencerkan (diluted alcohol NF ), rubbing alcohol (70% etil alkohol), gliserin USP , isopropyl rubbing alcohol (70% isopropil alkohol), propilen glikol rubbing alcohol (70% isopropil alkohol), propilen glikol USP USP , dan air murni , dan air murni

  USP (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 9th ed USP (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 9th ed (2011), hal 336-337)

  Anticaplocking agent

  • Untuk mencegah kristalisasi gula pada daerah leher botol (cap locking),

    maka umumnya digunakan alkohol polyhydric seperti sorbitol, gliserol,

    atau propilenglikol, atau dapat pula ditambahkan sirup invert yang terdiri

    atas campuran glukosa dan fruktosa (Aulton, Pharmaceutics, The Science of

  Dosage Form Design 2nd ed (2001), hal 321). Yang paling umum digunakan adalah sorbitol sebanyak 15-30%. (HOPE Ed.6, hal 679)

  

EKSIPIEN

(TPC,1994, hal 35-36)

  Flavouring agent

  • Flavour digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan

    membuat agar obat dapat diterima oleh pasien terutama membuat agar obat dapat diterima oleh pasien terutama

    anak-anak. Dalam pemilihan pewangi harus

    dipertimbangkan, untuk siapa obat diberikan dan berapa

    usia pengkonsumsinya. Anak-anak lebih menyukai rasa manis atau buah-buahan sedangkan orang dewasa lebih menyukai rasa asam.

  Pertimbangan Pemilihan FA Harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup

Kadang-kadang sejumlah kecil alkoholditambahkan ke

dalam sirup untuk menjamin kelarutan flavouring agent

yang kelarutannya buruk dalam air. (Ansel’s

dalam sirup untuk menjamin kelarutan flavouring agent

yang kelarutannya buruk dalam air. (Ansel’s

  

Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 9th

ed (2011), hal 350)

Disesuaikan dengan tujuan pemberian Yaitu untuk anak-anak atau dewasa; juga berhubungan dengan zat pewarna yang digunakan.

FLAVOURING AGENT

  Flavour Rasa obat

  Buah-buahan (lemon, lime, jeruk, cherry, anggur, raspberry) Butterscotch, liquorice, cinnamon, nut butter, butterscotch, spice, maple Coklat, anisi, sirup buah-buahan, gentian, licorice, kopi, mint

  Asam Asin Pahit Manis Coklat, anisi, sirup buah-buahan, gentian, licorice, kopi, mint

  Vanilla, buah, anggur, bubblegum, berry Manis

  EKSIPIEN (TPC, 1994, hal 36-37)

  Zat Pewarna

  • Zat pewarna ditambahkan ke dalam sediaan oral cair untuk menutupi penampilan yang tidak menarik atau meningkatkan penerimaan pasien. Zat warna yang ditambahkan harus sesuai dengan flavour sediaan tersebut. Zat warna harus nontoksik, non-iritan, dan dapat tersatukan dengan zat aktif serta zat tambahan lainnya. dapat tersatukan dengan zat aktif serta zat tambahan lainnya.
  • Dalam pemilihan zat warna harus dipertimbangkan juga masalah:

    Kelarutan zat pewarna tersebut dalam air, Stabilitas warnanya stabil

    pada kisaran pH sediaan, di bawah cahaya yang intensif dan masa

    penyimpanan, Ketercampuran tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, Konsentrasi zat warna dalam sediaan
  • Zat warna yang digunakan adalah zat warna yang diizinkan untuk obat oral. Kebanyakan pewarna yang biasa digunakan pada sediaan farmasi mempunyai Nomor E100-180 dan Nomor FD&C, contoh: Tartrazine (E 102 dan FD & C yellow no 5), Citrus red no 2 (Aulton,

  1988, 262-263)

  EKSIPIEN Pengawet

  • Pengawet yang digunakan dalam sediaan larutan harus nontoxic, tidak sediaan larutan harus nontoxic, tidak berbau, stabil, dan dapat bercampur dengan komponen formula lain yang digunakan selama pengawet ini bekerja dalam melawan mikroba potensial spektrum luas.

  Pengawet 

  Pengawet yang banyak digunakan untuk oral diantaranya:

  

Kloroform: karsinogen dan mempunyai beberapa kekurangan seperti: cepat menguap, bereaksi dengan

plastik sehingga bisa menyebabkan distorsi wadah (TPC, 1994, hal 34-35).

   Etanol seringkali digunakan dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan bahan-bahan yang

larut alkohol. Tapi secara normal, kandungan alkohol dalam produk akhir tidak berada dalam

jumlah yang cukup untuk dianggap sebagai pengawet (15-20%) (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 9th ed (2011), hal 350).

    Asam benzoat (aktif pada pH rendah) Asam benzoat (aktif pada pH rendah) (TPC, 1994, hal 34-35) (TPC, 1994, hal 34-35)

   Asam sorbat (aktif pada pH rendah) (TPC, 1994, hal 34-35)

   Ester hidroksibenzoat

  

Syrup, dengan konsentrasi sukrosa lebih dari 65 %, bisa terjadi kristalisasi sukrosa (TPC, 1994, hal 34-

35).

  

Asam dan garam benzoate untuk larutan oral: 0,01-0,1% ;untuk sirup oral: 0,15% (HOPE Ed.6,hal 61)

   Asam dan garam sorbat 0,05-0,2 % (umumnya digunakan kombinasi dengan pengawet lain/glikol) ( HOPE Ed.6, hal 672)

   Methylparaben/nipagin : 0,015-0,2% (HOPE Ed.6 hal 441); 0,1–0,25 % (RPS, 2005, 748)

   Propylparaben/nipasol : 0,01-0,02% (HOPE Ed. 6, hal 596) ; 0,1–0,25 % (RPS, 2005, 748)

  EKSIPIEN

Antioksidan

  

Banyak obat dalam larutan mengalami penguraian secara Antioksidan ditambahkan ke dalam larutan tersendiri atau

oksidasi. Reaksi tersebut dimediasi oleh radikal bebas dalam bentuk kombinasi dengan zat pengkhelat atau

atau molekul oksigen dari hidrogen yang hilang. oksidan lain dan berfungsi sebagai oksidasi preferensial

Antioksidan adalah agen denganpotensial oksidasi lebih Antioksidan adalah agen denganpotensial oksidasi lebih yang secara bertahap dikonsumsi atau memblokir reaksi yang secara bertahap dikonsumsi atau memblokir reaksi

rendah dari obat. oksidasi berantai yang tidak dikonsumsi.

  

Antioksidan

Antioksidan di dalam sediaan larutan berfungsi sebagai proteksi terhadap bahan aktif

yang mudah teroksidasi. Antioksidan yang ideal bersifat: nontoksik, noniritan, efektif pada

konsentrasi rendah (pada kondisi penggunaan dan penyimpanan), larut dalam fase pembawa,

stabil, tidak berbau dan tidak berasa (TPC, 1998, hal 35).

  

EKSIPIEN

  Contoh antioksidan adalah (TPC, 1998, hal 35):  asam askorbat (pH stabilitas 5,4 ; penggunaan 0,01- 0,1% b/v) (HOPE Ed.6,hal 43)

   asam sitrat 0,3 – 2,0 % sebagai sequestering agent dan antioxidant sinergist (HOPE Ed.6 hal 181)

   Na-metabisulfit 0,01 – 1,0 % b/v untuk formulasi sediaan oral, parenteral, topikal (HOPE, Ed. 6 hal 654)

   Na sulfite (HOPE Ed. 6 hal 669)

  

EKSIPIEN

  Pemanis (Sweetening Agent)

  

Pemanis yang umum digunakan adalah glukosa, sukrosa, sirup, dan

madu, serta beberapa jenis pemanis sintetik (TPC, 1994, hal 35).

a. Sukrosa

  

Sukrosa membentuk larutan tidak berwarna yang stabil di pH 4-8,

konsentrasi tinggi memberikan rasa manis yang dapat menutupi rasa pahit/asin dari beberapa senyawa obat, tidak hanya dapat meningkatkan pahit/asin dari beberapa senyawa obat, tidak hanya dapat meningkatkan viskositas, tapi juga memberi tekstur yang menyenangkan di mulut (TPC, 1994, hal 35).

   Pemakaian sukrosa sering dikombinasikan dengan sorbitol, gliserin, dan poliol yang lain untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kristal gula dalam penyimpanan.

   Sediaan sirup itu banyak digunakan untuk obat batuk. Namun kekurangannya adalah, pada obat yang bergula yang digunakan dalam jangka waktu lama pada anak-anak bisa merusak gigi. Hati-hati untuk penderita diabetes, penggunaan fruktosa atau hydrogen glucose syrup, karena fruktosa juga akan diubah menjadi glukosa (TPC, 1994, hal 35).

  

EKSIPIEN

b.Sorbitol, manitol, xylitol

   Pada dosis tinggi bisa menyebabkan diare (TPC, 1994, hal 35).

c. Sirup

  adalah sediaan pekat dalam air dari gula/pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangidan zat aktif

obat.Contoh:sirup ceri, sirup coklat, akasia, raspberry, sirup jeruk.

  (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 9th ed (2011), hal 345-346)

  

EKSIPIEN

 Pemanis sintetik.

  

Penggunaan pemanis sintetik cenderung memberikan rasa pahit dan rasa logam setelah

mengkonsumsinya sehingga penggunaannya kadang dikombinasikan dengan gula (TPC,

1994, hal 35).

   Pemanis sintetik yang sering digunakan antara lain: Garam Na dan Ca dari sakarin

Pemanis ini digunakan untuk larutan. Sakarin larut di air, stabil pada range pH yang luas Pemanis ini digunakan untuk larutan. Sakarin larut di air, stabil pada range pH yang luas

(TPC, 1994, hal 35) . Dosis kecil bisa memberikan rasa manis. Kadar kemanisan 250-500 kali sukrosa, penggunaan terbatas karena memberikan rasa pahit setelah pemakaian.

   Aspartam Umum digunakan untuk makanan dan minuman. Aspartam ini bisa terhidrolisis ketika

dipanaskan pada suhu tinggi sehingga rasa manisnya bisa hilang. Penggunaan aspartam

tidak boleh berlebihan untuk pasien yang mengalami fenilketonuria (TPC, 1994, hal 35).

  Kadar kemanisan 200 kali sukrosa, tanpa rasa pahit setelah pemakaian.

   K-acesulfam (jarang digunakan)

  (TPC, 1994, hal 35) → tidak terpengaruh oleh panas.

   Thaumatin Senyawa ini merupakan senyawa paling manis (TPC, 1994, hal 35).

  EKSIPIEN 

  Pembasah

  Contoh pembasah (humektan) antara lain : 

  Gliserin : ≤30 % (HOPE Ed.6, 283)  

  Propilen glikol : 15% sbg humektan sed. topikal, 10- Propilen glikol : 15% sbg humektan sed. topikal, 10-

25 % sbg kosolven larutan oral (HOPE Ed.6, 592)

  Sorbitol : 3-15% (humektan), 20-35 % (pada larutan oral), 70 % (pada suspensi oral) (HOPE Ed.6, 679)

  

EKSIPIEN

  Dapar

  Zat yang memiliki rentang pH stabilitasnya sempit,sebaiknya didapar dengan larutan dapar yang sesuai, dengan memperhatikan:

  • ketercampuran dengan kandungan larutan
  • inert
  • tidak toksik
  • kapasitas dapar yang bersangkutan -kapasitas dapar yang bersangkutan

   Larutan yang mengandung asam kuat atau basa kuat adalah larutan yang mempunyai kapasitas dapar.

   Kebanyakan dapar terdiri dari campuran asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya.

   Larutan dapar seharusnya disiapkan segar. 

  Harus disimpan pada wadah gelas bebas alkali dan tidak lebih dari tiga bulan setelah tanggal pembuatan.

  (Lachman, The Theory and practice of Industrial Pharmacy, hal 460).

METODE PEMBUATAN

  (Pengembangan Sediaan Farmasi, 2008, hal 99) 

  Larutan encer dapat dibuat dengan cara melarutkan secara cepat dengan menambahkan

solut ke dalam solven dan diaduk sampai larut. Untuk zat yang tidak mudah larut atau

konsentrasi tinggi, kemungkinan diperlukan pemanasan (jangan pakai api langsung).

  

Eksipien biasanya ditambahkan menurut urutan tertentu untuk meningkatkan kecepatan

disolusi dan untuk mempermudah agar dapat cepat mencapai kesetimbangan.

  

Mentol dan flavor ditambahkan dalam bentuk larutan alkohol pada bets (penambahan

terakhir). terakhir).

   Solut yang berada dalam konsentrasi kecil, sebelum ditambahkan harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum dicampurkan untuk menjamin bahwa zat telah terdisolusi secara sempurna.

  

Aturan umum: kelarutan sempurna harus dikonfirmasikan pada setiap proses menufactur

sediaan homogen. Unit dalam proses skala industri adalah unit volume atau unit berat.

   Larutan harus disaring/klarifikasi untuk penyaringan digunakan ukuran 3 µm. Larutan tidak boleh mengandung serat. Oleh karena itu, penyaring yang digunakan tidak boleh melepas serat. Kadang-kadang digunakan dua macam penyaring untuk mengatasi masalah serat.

   Catatan : penyaringan di sini dimaksudkan untuk menghilangkan serat, BUKAN untuk menghilangkan partikulat akibat zat aktif atau eksipien yang TIDAK LARUT

PROSEDUR PEMBUATAN

   Air sebagai pelarut atau pembawa harus dididihkan, kemudian didinginkan dalam keadaan tertutup.

   Penimbangan zat aktif dan bahan pembantu yang diperlukan. 

  Pembuatan sirupus simpleks sebagai pengental dan pemanis (sukrosa yang telah ditimbang dilarutkan dalam sebagian air, panaskan hingga larut, kemudian disaring)  Zat aktif dan bahan pembantu berbentuk serbuk dihaluskan dalam mortir. 

  Melarutkan zat aktif dengan cara penambahan zat aktif sedikit-sedikit ke dalam sejumlah volume pelarut, sambil diaduk sampai larut sempurna. sejumlah volume pelarut, sambil diaduk sampai larut sempurna.

   Bahan pembantu dilarutkan dengan cara yang sama ke dalam sebagian pelarut yang

diperlukan, volume pelarut ditentukan berdasarkan kelarutan eksipien yang ditambahkan.

   Campurkan bahan-bahan yang sudah larut satu per satu, dan aduk sampai homogen. 

  

Penambahan flavour dalam keadaan terlarut dalam pelarut yang dapat bercampur

dengan pelarut yang digunakan.

   Tambahkan sisa pelarut sampai volume sediaan yang dibuat. 

  Masukkan ke dalam botol coklat yang telah ditara sebelumnya, penambahan volume larutan yang ditara di dalam botol disesuaikan dengan kekentalan larutan yang dibuat. Botol

sediaan diberi etiket, brosur, dikemas dan disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya.

  PERHITUNGAN 

   Identifikasi

  

Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang dari botol.

   Jadi jumlah sirup yg akan dibuat adalah Z + 30 = Y botol

  Penetapan potensi antibiotik (bila ZA antibiotik) 2 botol + Total 30 botol Karena dari seluruh uji diatas ada uji yg tidak destruktif shg dapat digunakan untuk evaluasi yg lain.

  5 botol 

   Uji efektivitas pengawet

   Penetapan kandungan pengawet 1 botol

  Penetapan kadar 3 botol

  3 botol 

   Uji kejernihan semua

  Perhitungan jumlah sediaan yang akan dibuat: 

  Volume terpindahkan 10 botol (+20 botol jika TMS)

  10 botol (+20 botol jika TMS) 

   Volume terpindahkan

   Penetapan viskositas (~120 ml) Hoppler … botol

  Penetapan pH 1 botol

  1 botol 

   Penentuan bobot jenis

  Organoleptik 1 botol

  Jumlah sediaan yang akan dibuat Z botol @ A ml. Untuk keperluan evaluasi sediaan akhir sebagai berikut: 

  Volume sediaan tiap botol = A mL+ (3% x A mL) = B mL

EVALUASI SEDIAAN

A. Evaluasi Fisik

   Evaluasi organoleptik sediaan : bau, rasa, warna. 

  Evaluasi sediaan : etiket, brosur, wadah dan peralatan pelengkap seperti sendok, no batch dan leaflet.

   Evaluasi kejernihan :

   FI IV hal 998 <881>, dibutuhkan 5 Ml

    Penentuan Bobot jenis larutan dengan Piknometer : Penentuan Bobot jenis larutan dengan Piknometer :

   FI IV hal 1030 <981>, dibutuhkan 10 Ml

   Penentuan Volume terpindahkan

   FI IV hal 1089 <1261>, dibutuhkan 30 wadah (dapat dipakai untuk uji-uji lain).

   Penentuan Viskositas

   Penentuan viskositas (sifat aliran) larutan dengan alat Hoppler : Petunjuk

paktikum Farmasi Fisika hal 9, 12 ; Farmasi Fisika, Martin hal 1101)

  → Alat viscometer Hoppler membutuhkan120mL (2botol) (Farmasi Fisika, hal 1100- 1101)

EVALUASI SEDIAAN

B. Evaluasi Kimia

   Penentuan stabilitas sediaan dalam kemasan primer dengan menyimpan Retained Sample sesuai petunjuk penyimpanan yang tertera pada etiket.

   Identifikasi dan Penetapan kadar zat aktif dalam sediaan (sesuai monografi masing-masing zat (sesuai monografi masing-masing zat pada FI 4/USP/ BP) pada FI 4/USP/ BP) . .

  Untuk keterangan identifikasi dan penetapan dengan metode kromatografi, lihat Suplemen FI4 hal 1550 Kromatografi <931>.

   Penentuan pH larutan: FI IV hal 1039 <1071>, Suplemen I FI IV hal 1572 , dibutuhkan 1 botol.

   pH meter dikalibrasi menggunakan buffer standar(atau disesuaikan dengan alat pH meter yang digunakan)

   ukur pH cairan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi

EVALUASI SEDIAAN

   Evaluasi Biologi

  

Jumlah cemaran mikroba (Uji Batas Mikroba): FI IV hal

847 - 854 <51>FI V hal 1325-1330

   Untuk sediaan antibiotik dilakukan Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi: Antibiotik secara Mikrobiologi: FI IV hal 891- 899 <131>, FI IV hal 891- 899 <131>, suplemen I FI IV hal. 1519

   Uji Efektivitas Pengawet : FI IV hal 854 – 855 <61>FI V hal 1336-1339