Penerapan activity-based cost untuk menghitung biaya rawat inap di r.s pku aisyiyah boyolali tahun 2008

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki persaingan global yang semakin ketat, setiap perusahaan atau organisasi harus bisa merebut pangsa pasar agar dapat mempertahankan kelangsungan perusahaan dan memperbesar perkembangan perusahaan atau organisasi tersebut. Salah satu dampak dari perkembangan global tersebut adalah perkembangan teknologi yang semakin pesat. Setiap perusahaan atau organisasi harus dapat memanfaatkan dan menggunakan kemajuan teknologi tersebut dengan tepat, karena perkembangan teknologi dapat mempermudah sebagian besar aktivitas dari perusahaan atau badan organisasi tersebut. Selain itu kemajuan teknologi juga dapat mempermudah akses untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan atau organisasi.

Perkembangan teknologi yang pesat juga mempunyai dampak positif dan negatif bagi perusahaan atau organisasi yang menggunakannya. Salah satu dampak positif bagi perusahaan yang menggunakannya adalah informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat diakses dengan cepat, mudah dan praktis. Selaian itu, sarana komunikasi yang semakin canggih karena didorong oleh kemajuan teknologi dapat mempermudah interaksi dan koordinasi pada setiap bidang perusahaan tanpa harus bertatap muka secara langsung. Namun disamping dampak positif, perkembangan teknologi juga membawa dampak negatif bagi perusahaan atara lain, maraknya penyadatan informasi melalui jaringan internet atau yang sering disebut dengan istilah haicker merupakan salah satu bentuk dari dampak negatif kemajuan teknologi, karena informasi yang bocor tersebut dapat merugiakan perusahaan. Selain itu, dampak dari kemajuan teknologi adalah pergeseran faktor biaya yang semula didominasi oleh biaya tenaga keraja kini telah bergeser menjadi biaya overhead. Dampak tersebut terjadi pada perusahaan yang lebih banyak menggunakan teknologi yang canggih dibanding dengan tenaga kerja manusia yang dianggap kurang efisian.

Berhasil dan tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemamapuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam hal ini ukuran yang Berhasil dan tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemamapuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam hal ini ukuran yang

Akuntansi merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk memberi informasi tentang kejadian-kejadian keuangan selama satu periode waktu, sehingga manajemen dapat mengetahui, mengendalikan, dan mengawasi jalannya kegiatan perusahaan, serta dapat digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan atau kebijaksanaan perusahaan.

Dalam menghitung harga pokok penjualan, banyak perusahaan yang masih menggunakan metode konvensional. Penggunaan metode konvensional ini dianggap kurang mencerminkan aktivitas perusahaan yang spesifik dan perhitungan harga pokok penjualan yang dihasilkan dapat membuat informasi biaya yang terdistorsi (kesalahan perhitungan biaya) karena alokasi biaya overhead kepada produk barang atau jasa tidak menggunakan hubungan sebab akibab antara biaya yang dihasilkan karena suatu aktivitas dengan input yang dihasilkan.

Kelemahan yang ditimbulkan pada sistem perhitungan harga pokok konvensional di atas, menimbulkan pemikiran untuk mengurangi kelemahan yang timbul karena perhitungan dengan sistem akuntansi konvensional. Salah satu cara untuk mengurangi kelemahan sitem tersebut adalah dengan menerapkan Activity- Based Costing System atau yang lebih dikenal dengan ABC System sebagai alternatif penentu harga pokok produk.

ABC System kebanyakan masih dipakai oleh perusahaan manufaktur, perusahaan dagang dan perusahaan jasa masih jarang menggunakan system ini. Hal ini tidak sesuai dengan pendapa yang di utarakan Mulyadi dan Johny (2001: 683) bahwa “Semua jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dagang) sekarang dapat menggunakan ABC System sebagai system akuntansi biaya, baik untuk tujuan pengukuran biaya (cost reduction) maupun untuk tujuan perhitungan object cost yang akurat”

Rumah sakit umum adalah sebuah lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu bentuk dari rumah sakit adalah PKU (Pembina Kesejahteraan Umat). Dalam praktiknya rumah sakit harus bisa berjalan dengan efektif dan efisien, karena di samping harus bisa menutup semua biaya operasional sehari-hari, rumah sakit harus bisa mempertahankan fungsi sosialnya. Oleh karena itu rumah sakit perlu adanya pengendalian dan penekanan biaya operasional, agar dapat berlangsung terus menerus.

Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali adalah salah satu rumah sakit swasta yang berda di Kabupaten Boyolali. Rumah sakit ini termasuk dalam rumah sakit yang masih baru. Namun walupun demikian rumah sakit ini telah berkembang pesat. Hal ini bias diliat dari jumlah pasien yang semakin meningkat. Bahkan tidak jarang pihak rumah sakit kesulitan untuk menampung pasien yang melakukan pengobatan rawat inap.

Besarnya kepercayaan masyarakat terhadap PKU Aisyiyah Boyolali membuat pengelola untuk melakukan perbaikan dalam berbagai hal. Baik itu denga menambah jumlah kamar rawat inap maupun melengkapi fasilitas yang menambah keyakinan dan kepercayaan masyarakat terhadap PKU Aisyiyah Boyolali. Salah satu alasan pihak rumah sakit menambah unit kamar rawat inap karena, salah satu sektor pendapatan terbesar berasal dari rawat inap. Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali masih menggunaka sistem akuntansi biaya konvensional dalam mencatat transaksi yang berhubungan dengan rumah sakit. Pihak rumah sakit belum pernah melakukan perubahan perhitungan semenjak rumah sakit didirikan.

Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali menetapkan biaya pelayanan publik kamar rawat inap berdasarkan dari perbandinga harga yang berlaku pada rumah sakit swasta yang berada di Boyolali dan rumah sakit swasta yang berda di kawasan Surakarta. Dengan berdasarkan perbandingan tersebut rumah sakit telah menetakkan harga pelayanan publik rawat inap sama dengan harga pelayanan dirumah sakit swasta di Boyolali dan dibawah harga pelayanan publik rumah sakit di daerah Surakarta.

Dengan memperhatikan pertimbangan di atas penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai penerapan activit-based cost untuk menghitung biaya rawat inap pada PKU Aisyiyah Boyolali. Maka dari penelitian ini penulis mengambil judul : “PENERAPAN ACTIVITY-BASED COST

SYSTEM UNTUK MENGHITUNG BIAYA RAWAT INAP DI PKU AISYIYAH BOYOLALI TAHUN 2008”

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang muncul di Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Dengan berdirinya banyak sekali rumah sakit baik milik negri maupun swasta, membuat persaingan semakin ketat sehingga PKU Aisyiyah Boyolali harus dapat meningkatkan mutu pelayanannya terhadap para konsumen.

2. PKU Aisyiyah Boyolali harus dapat meningkatkan atau mengikuti perkembangan kemajuan teknologi yang dapat menunjang aktivitas di rumah sakit, agar dapat bersaing dengan rumah sakit yang lain.

3. PKU Aisyiyah Boyolali harus mempunyai metode yang efektif dan efisien untuk menghitung biaya operasional tanpa harus mengurangi mutu pelayanan terhadap pasiennya.

4. Penetapan metode dengan sistem akuntansi konvensional untuk menghitung biaya rawat inap membuat hasil perhitungan biaya yang terdistorsi, maka penentuan biaya rawat inap dapat diganti dengan Activity-Based Costing System. Namun pihak PKU Aisyiyah Boyolali belum menggunakan ABC system melainkan masih menggunakan sistem akuntansi konvensional.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan supaya peneliti lebih fokus, maka peneliti membatasi penelitian ini pada identifikasi masalah nomor 4 yaitu: Penetapan metode dengan sistem akuntansi konvensional untuk menghitung biaya rawat inap membuat hasil perhitungan biaya yang terdistorsi, maka penentuan Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan supaya peneliti lebih fokus, maka peneliti membatasi penelitian ini pada identifikasi masalah nomor 4 yaitu: Penetapan metode dengan sistem akuntansi konvensional untuk menghitung biaya rawat inap membuat hasil perhitungan biaya yang terdistorsi, maka penentuan

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Activity-based cost system dapat menetapkan perhitungan biaya rawat inap lebih akurat dibanding dengan sistem yang selama ini digunakan pada PKU Aisyiyah Boyolali?

2. Apakah terdapat selisih harga, perhitungan biaya rawat inap dengan Activity- based cost system dan sistim perhitungan yang digunakan oleh PKU Aisyiyah Boyolali selama ini?

E. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah Activity-based cost system dapat menetapkan perhitungan biaya rawat inap lebih akurat dibanding dengan sistem yang selama ini digunakan pada PKU Aisyiyah Boyolali.

2. Untuk mengetahui Apakah terdapat selisih harga, perhitungan biaya rawat inap dengan Activity-based cost system dan sistem perhitungan yang digunakan oleh PKU Aisyiyah Boyolali selama ini

F. Manfaat Teoritis

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran pada perkembangan dunia pendidikan kususnya akuntansi.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi lembaga: Memberikan masukan sebagai dasar pertimbangan PKU Aisyiyah Boyolali untuk menyempurnakan untuk menghitung biaya rawat inap pada PKU Aisyiyah Boyolali dengan penerapan activity-based cost.

2. Bagi Penulis: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah wawasan dan masukan untuk menghitung biaya pada PKU Aisyiyah Boyolali.

3. Bagi Peneliti: Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Usaha Rumah Sakit

Seirama dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, membuat pertumbuhan perkembangan rumah sakit di Indonesia semakin maju dan pesat. Perkembangan pada rumah sakit bukan berarti hanya terdapat pada gedung atau bangunan saja, melainkan perkembangan yang pesat pada sistem pelayanan baik dari sistem medis maupun pelayanan non medis. Hal ini juga dipicu dengan kemajuan teknologi yang berimbas pada banyaknya teknologi canggih yang digunakan oleh pihak rumah sakit untuk menunjang pelayanan yang maksimal dan efektifitas kinerja.

Sistem akuntansi yang digunakan oleh pihak pengelola rumah sakit adalah salah satu penunjang kelangsungan hidup rumah sakit tersebut. Karena apa bila kesalahan dalam menggunakan sistem akuntansi dapat membuat kerugian pada rumah sakit. Oleh karena itu perlu suatu metode kusus yang digunakan untuk mengelola rumah sakit.

Salah satu hal yang perlu diperhatiakan dalam rumah sakit adalah metode untuk penetapan tariff kamar pada unit rawat inap. Beberapa metode penerapan tarif kamar yang digunakan oleh rumah sakit, sebagai berikut:

a. Full Costing Princing Method

Dasar penetapan tarif kamar pada unit rawat inap dengan menggunakan metode ini adalah dengan menghitung biaya satuan ditambah dengan keuntungan. Dalam metode ini dijelaskan bahwa analisis biaya mutlak dilakukan.walaupun terlihat sederhana, namun metode ini mendapat kritikan karena:

1) Sering mengabaikan faktor demand,dengan berbasis pada biaya satuan maka asumsinya tidak ada pesaing. Dengan asumsi seperti ini pasien seakan-akan dipaksa untuk menerima jalur produksi yang menimbulkan 1) Sering mengabaikan faktor demand,dengan berbasis pada biaya satuan maka asumsinya tidak ada pesaing. Dengan asumsi seperti ini pasien seakan-akan dipaksa untuk menerima jalur produksi yang menimbulkan

2) metode ini sangat memerlukan perhitungan biaya yang tepat dan harus rinci sehingga memerlukan waktu yang relatif lama.

b. Contrac and Cost-Plus Method

Tarif kamar pada unit rawat inap ada juga yang menggunakan sistem kontrak, seperti pada perusahaan asuransi kesehatan, ataupun konsumen yang tergabung pada suatu organisasi. Dalam kontrak tersebut perhitungan tarif juga berdasar pada biaya satuan tambahan surplus sebagai keuntungan bagi rumah sakit.

c. Target Rate Of Retrun Princing Method

Metode ini merupakan modifikasi dari full costing princing method. Walaupun metode ini juga mendapat kritikan, namun pada metode ini faktor demand telah diperhitungkan. Kelemahan dari metode ini, metode target rate of retrun princing method hanya dapat digunakan pada rumah sakit yang dapat memenuhi persaratan penggunaan metode ini. Sarat dari metode ini adalah:

1) Rumah sakit dapat menentukan sendiri tariff tanpa harus menunggu persetujuan dari pihak lain.

2) rumah sakit harus dapat memikirkan sendiri besar pemasukan yang diinginkan.

3) rumah sakit harus mempunyai rencana jangka panjang terhadap perkembangan kegiatannya.

d. Aceeptance Princing Method

Metode ini hanya dapat dipakai jika pada pasr hanya terdapat satu rumah sakit yang dijadikan panutan untuk menentukan tarif, sehingga rumah sakit yang lain mengikuti penetapan tarif pada rumah sakit yang dianggap sebagai panutan. Keadaan ini juga terjadi bila dipasar semua rumah sakit tidak mau melakukan perang tarif, walaupun tidak ada komunikasi secara formal namun terdapat pengertiam antar rumah sakit

e. Competitive Princing Method

Pada kondisi yang kompetitif rumah sakit saling mengintai dan dalam menggunakan metode penetapan tarif kamar perlu memperhiyungkan analisi demand dan faktor persaingan.dengan demikian ada penyesuaian biaya dengan tarif. Ada batasan pada metode ini, yaitu penetapan tarifdiatas persaingan dan penetapan tarif dibawah persaingan.

2. Sistem Akuntansi Biaya Konvensional

a. Pengertian Sistem Akuntansi Biaya Konvensional

Sistem akuntansi konvesional dirancang dalam suatu era dimana tenaga kerja langsung dan bahan baku menjadi faktor utama, teknologi dalam keadaan stabil, kegiatan factory overhead mendukung proses produksi dan hanya jenis produksi yang terbatas.sehingga dapat dikatakan baha sistem akuntansi konvesional unit-unit produk dibebani biaya-biaya yang berasal dari biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung, factory overhead baik variable maupun tetap.

Sistem akuntansi konvensional mengasumsikan bahwa produk dan volume produksi yang berhubungan dengan produk merupakan penyabab timbulnya biaya. Oleh karena itu, akauntansi konvensional membuat produk individual menjadi fokus dari sistem biaya, dan biaya-biaya diklasifikasikan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan pengukuran volume produksi seperti unit produksi, jam kerja langsung, jam kerja mesin atau biaya bahan baku langsung seperti dasar alokasi biaya overhead pabrik ke produk.

Sistem akuntansi konvensional menyajikan biaya produksi yang cukup akurat bila aktivitas yang tidak langsung dikonsumsi sesuai dengan jam kerja mesin.tetapi biaya produk menjadi tidak akurat bila overhead activities yang tidak berhubungan dengan volume produksi meningkat kepentingannya. Aktivitas perusahaan seperti perencanaan, riset, dan development yang tidak berhubungan dengan volume produksi dalam basis volume yang berhubungan dengan produksi, akuntansi biaya konvesional menyediakan sedikit informasi Sistem akuntansi konvensional menyajikan biaya produksi yang cukup akurat bila aktivitas yang tidak langsung dikonsumsi sesuai dengan jam kerja mesin.tetapi biaya produk menjadi tidak akurat bila overhead activities yang tidak berhubungan dengan volume produksi meningkat kepentingannya. Aktivitas perusahaan seperti perencanaan, riset, dan development yang tidak berhubungan dengan volume produksi dalam basis volume yang berhubungan dengan produksi, akuntansi biaya konvesional menyediakan sedikit informasi

Definisi akuntansi biaya konvensional menurut Mulyadi (2003: 149) adalah “Akuntansi biaya yang didesain untuk perusahaan manufaktur dan yang berorientasi ke penentuan kos produk dengan fokus biaya pada tahap produksi. Akuntansi biaya tradisional terdiri dari dua macam: (1) akuntansi biaya dengan fokus kepenentuan kos produk dan (2) akuntansi pertanggungjawaban”. Pengertian diatas dikembangkan pada perusahaan manufaktur dan dilaksanakan pada waktu pengelola data masih secara manual.

Pengertian lain menurut Sulastiningsih dan Zulkifi (1999: 7) “Sistem biaya konvesional mempunyai dua fungsi sederhana, yaitu fungsi pengukuran kinerja bulanan dan fungsi pembebanan biaya”. Fungsi pengukuran kinerja bulanan ini dapat dilaksanakan melalui sitem pelaporan biaya bulanan dengan bentuk perbandingan pada anggaran dengan realisasi, sehingga tidak dapat menunjukan penyebab penyimpangan biaya yang terjadi, Karena tidak adanaya analisis pada penyimpangan yang terjadi. Fungsi kedua dari sitem akuntansi konvesional adalah fungsi pembebanan biaya, pada fungsi ini akuntansi biaya konvesional membebankan biaya yang terjadi hanya secara allocation intensive yang memberikan kesan arbriter, karena tidak menunjukan hubungan antara biaya dengan objek yang menyebabkan terjadinya biaya tersebut.

b. Penentuan Harga Pokok Berdasar Pada Akuntansi Biaya Konvesional

Metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk adalah metode Full Costing dan metode Variabel Costing. Metode Full Costing mengukur harga pokok produk dengan mengkombinasikan biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap dan variable menjadi tunggal yang ditransfer kepada setiat tahapan produksi. Sedangkan metode Variabel Costing hanya membebankan biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variable

Full Costing mengadakan pemisahan antara biaya produksi dengan biaya periode. Biaya produksi adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkan, sedangkan biaya periode adalah biaya-biaya Full Costing mengadakan pemisahan antara biaya produksi dengan biaya periode. Biaya produksi adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkan, sedangkan biaya periode adalah biaya-biaya

Penerapan sistem akuntansi biaya konvesional dalam menentukan harga pokok produk adalah:

1) Biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan langsung dapat diidentifikasikan secara langsung kepada produk. Alasannya karena perubahan biaya-biaya ini sebanding dengan volume keluaran atau unit yang diproduksi.

2) Biaya overhead terdiri dari biaya overhead tetap dan variable. Biaya overhead dapat didevinisikan secara sangat sederhana sebagai seluruh biaya produksi kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya yang termasuk dalam klasifikasi biaya overhead seperti bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, listrik dan air, depresiasi fasilitas dan gedung, reparasi dan pemeliharaan.

Pada tahap pertama, biaya overhead pabrik dikumpulkan dalam pusat biaya. Tahap kedua, biaya overhead pabrik yang telah melalui tahap pertama dibebankan kepada produk atas dasr alokasi tertentu, seperti: jam tenaga kerja langsung, jam mesin, unit produksi,dan pengukuran volume lainnya. Proses ini disebut dengan pembebanan biaya overhead pabrik.

c. Kelemahan dan Kelebihan Sistem Akuntansi Biaya Konvensional

Akuntansi konvensional memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan. Menurut Mulyadi dan Johny (2001) sitem akuntansi biaya memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

1) Penggunaan sistem akuntansi biaya konvensional hanya cocok untuk perusahaan manufaktur saja. Apa bila perusahaan jasa dan dagang menggunakan sitem ini menyebabkan adanaya kesulitan untuk 1) Penggunaan sistem akuntansi biaya konvensional hanya cocok untuk perusahaan manufaktur saja. Apa bila perusahaan jasa dan dagang menggunakan sitem ini menyebabkan adanaya kesulitan untuk

2) fokus dari sitem akuntansi biaya konvensional adalah pada biaya produksi, sehingga biaya diluar produksi, seperti;biaya pemasaran dan biaya administrasi umum yang jumlahnya mulai signifikan dari total pembuatan produk/jasa kurang mendapat perhatian kusus dari manager.

3) fokus lain dari sistem akuntansi biaya konvensional adalah menghasilkan informasi bagi luara perusahaan, sehingga mengakibatkan pihak manajemen perusahaan kesulitan untuk mendapatkan informasi biaya tersebut yang berdampak pada prose pengelolaan perusahaan dan ketidak tepatan dalam mengetahui informasi biayaproduk/jasa yang akurat.

4) pengendalian biaya pada sitem akuntansi biaya konvensional menggunakan sistem biaya standart, dimana sistem ini hanya memfokuskan pada biaya produk saja sehingga pada beberapa perusahaan yang jumlah biaya non produksi lebih besar dari biaya produksi maka sistem ini kurang tepatuntuk diterapkan pada perusahaan tersebut.

5) perlakuan biaya overhead perusahaan dalam akuntansi biaya konvesional menggunakan allocation instensif dengan dasar yang bersifat arbiter, sehingga menghasilkan total biaya produk atau jasa yang kurang akurat.

6) beberapa perusahaan yang mementingkan pilihan dan kepercayaan terhadap konsumen dimana konsumen menuntut produk atau jasa yang bervariasi dan mengikuti perkembangan jaman, maka perusahan akan meningkatkan jumlah desain produk. Hal ini menyebabkan kenaikan pada biaya overhead perusahaan, karena dibutuhkan banyak peralatan canggih untuk memproses pembuatan produk/jasa. Penggunaan voleme related drivers dalam membebankan biaya overhead pada produk menyebabkan perhitungan biaya produk yang kurang akurat. Pembebanan biaya overhead pada produk memerlukan berbagai drivers seperti batch drivers, product drivers, dan facilitysustaining drivers.

Dari beberapa kelemahan diatas penulis menyimpulkan bahwa sistem akuntansi biaya konvensional menyebabkan terjadinya distorsi biaya. Hal tersebut terjadi karena biaya overhead tidak ditelusuri ke individual produk atau jasa. Namun disamping memiliki kelemahan, sistem akuntansi konvensional juga memiliki kelebihan. Menurut Amin Widjaya Tunggal (1993: 136) sistem akuntansi konvensional memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

1) Mudah diterapkan

2) Mudah diaudit

3) Sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum Adapun penjelasan dari kelebihan-kelebihan diatas adalah sebagai berikut:

1) Mudah diterapkan Pemakaian sitem akuntansi biaya konvesional tidak memaki banyak cost driver dalam mengalokasikan biaya overhead, hal ini mempermudah perhitungan manajer dalam menghitung harga pokok. Selain itu sistem ini telah banyak diterapkan diperusahaan-perusahaan, jadi manajer tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap sistem ini.

2) Mudah diaudit Jumlah Cost driver dalam sistem akuntansi biaya tidak banyak digunakan. Biaya overhead pada sistem ini dialokasikan berdasarkan volume based relative driver/berdasarkan jumlah unit yang diproduksi saja, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan proses audit.

3) Sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum Sistem akuntansi biaya konvensional berfokus pada penyelidikan informasi bagi pihak luar manajemen, dimana bentuk pelaporan harus sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum, sehingga mudah diterima oleh pengguna laporan keuangan umum.bentuk laporan yang sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum adalah apabila biaya pemasaran dan administrasi umumdiperlukan sebagai biaya periode dan dibebankan sebagai biaya usaha. Biaya usaha ini akan mengurangi usaha bruto dan hasil pengurangan menjadi laba bersih usaha. Hal ini sesuai dengan prinsip akuntansi biaya konvesional dalam memperlakukan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.

3. Activity-Based Costing System (ABC System)

a. Pengertian Activity-Based Costing System (ABC System)

Dalam membahas Activity-Based Costing System (ABC System) terdapat beberapa ahli yang sangat menguasai sistem ini.

Menurut Mulyadi (2003: 25) adalah sebagai berikut:

ABC System adalah sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktifitas sebagai basis dan pengurangan terhadap biaya dan penentuan secara akurat kos produk/jasa sebagai tujuan.

Sedangkan menurut Garrison dan Noreen (2003: 342) adalah “Metode kosting yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan manajemen strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap”.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ABC System mengumpulkan biaya-biaya sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam suatu perusahaan, kemudian membebankan biaya yang digunakan tersebut pada produk atau jasa dengan menggunakan pemicu biaya unit dan non unit dengan tujuan untuk menghasilkan harga pokok yang akurat dan mengendalikan biaya melalui pengurangan biaya (cost reduction)

b. Ciri-Ciri Activity-Based Costing System

Menurut Garrison dan Norren (2000: 343) terdapat beberapa ciri ABC System yang membedakan dengan system akuntansi biaya konvesional antara lain:

1) Biaya produksi dan non produksi dibebankan pada produk

2) Beberapa biaya produksi tidak dimasukan ke biaya produk

3) Ada sejumlah pool biaya overhead, setiap pool dialokasikan kepada produk dan objek costing lainnya dengan menggunakan ukuran aktivitas masing- masing yang kusus

4) Basis alokasinya berbeda dengan basis alokasi dalam system akuntansi biaya konvesional

5) Tariff overhead atau tingkat aktivitas sesuai dengan kapasitas aktivitas dan bukan dengan kapasitas yang dianggarkan.

Dari pendapat diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa pada ABC System membebankan biaya produksi dan non produksi kepada produk/jasa. Biaya tersebut hanya akan dibebankan pada produk atau jasa apabila terdapat alasan dan kapasitas bahwa biaya berhububgan dan dipengaruhi oleh produk/jasa yang dibuat.

c. Kelemahan Activity-Based Costing System

Activity-Based Costing System juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut sesuai dengan Blocher et all (2000: 127) adalah sebagai berikut:

1) Alokasi Pada perusahaan yang mempunyai data tentang aktivitas apa saja yang menghasilkan produk/jasa, terdapat beberapa biaya yang membutuhkan alokasi keproduk berdasarkan ukuran unit/volume yang tidak sesuai karena pelacakan aktivitas spesifik yang menyebabkan timbulnya biaya tidak praktis untuk dilaksanakan, seperti biaya yang terjadi pada tingkat fasilitas.

2) Mengabaikan biaya Terdapat beberapa biaya yang berhubungan pada produk/jasa tertentu yang tidak berhubunga dengan analisis. Biaya-biaya pada aktivitas pemasaran, penelitian dan pengembangan tidak diperhitungka dalam menentukan biaya produksikarena pelaporan keuangan menurut GAAP menghendaki agar biaya-biaya tersebut dikelompokan kedalam biaya periode, padahal pada Activity Based Costing System dijadikan satu pada biaya produksi.

3) Pengeluaran waktu dan konsumsi Activity-Based Costing System memerlukan banyak biaya untuk dikembangkan dan diterapkan oleh perusahaan, selain itu juga memerlukan waktu yang lama agar system ini dapat berjalan dengan sukses. Sangat sulit untuk melakukan perubahan pada system yang digunakan oleh perusahaan, karena system tersebut sudah berupa program komputer yang sangat rumit dan sudah dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu kesulitan bila melakukan perubahan sistem tersebut tanpa mengorbankan sumberdaya perusahaan dan akan menaikkan biaya perusahaan.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh penulis relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Eni Haryanti Fakultas Ekonomi UNS Jurusan akuntansi tahun 2003 yang merupakan studi kasus pada RSUD Kabupaten Wonogiri dengan judul skripsi “Perbandingan Tradisional Costing dan Activity-Based costing System ”. Pada penelitian tersebut, peneliti terdahulu telah membandingan antara system tradisional dengan ABC Sistem yang diterapkan untuk menghitung harga pokok produk semua kelas rawat inap. Metode yang dipakai adalah metode studi pustaka dan studi lapangan.

Penelitian ini dianggap relevan karena sama-sama menghitung biaya rawat inap dengan menggunakan dua system yang sama yaitu tradisional system dan ABC System. Letak perbedaannya adalah:

1. Tempat penelitian. Peneliti melakukan penelitian di RS PKU Aisyiyah Boyolali, sedangkan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu adalah di RSUD Kabupaten Wonogiri.

2. Tahun Penelitian. Peneliti melakukan penelitian pada tahun 2008 dengan asumsi semua biaya rawat inap berdasarkan biaya yang berlaku pada tahun 2008, sedangkan peneliti terdahulu menggunakan biaya yang berlaku pada tahun 2003.

3. Peneliti terdahulu membandingkan harga pokok biaya overhead dengan menggunakan perhitungan ABC System dengan perhitungan biaya overheadtradisional costing. Sedangkan untuk membedakan dengan penelitian terdahulu, disini peneliti akan membandingkan perhitungan harga pokok dengan ABC System ditambah dengan mark up yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit yang menjadi harga pelayanan publik rawat inap, kemudian membandingkan dengan harga pelayanan publik yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.

C. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya kerangka pemikiran diperlukan dalam penelitian sebagai penunjuk jalan pikiran berdasarkan teori yang relevan. Seperti yang dikatakan Hadari Mawawi (1985; 39-40), bahwa :

Setiap penelitian itu memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Oleh karena itu, maka perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut manakah masalah penelitian akan disoroti.

Berdasarkan dengan hal-hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang masah, maka pengelola rumah sakit harus bisa menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat membuat pengelola rumah sakit harus bisa memberikan pelayanan dan fasilitas yang membuat pasien nyaman dan percaya dengan pihak rumah sakit. Namun pihak rumah sakit juga harus memperhitungkan biaya yang akan dibebankan pada konsumen, biaya tersebut harus akurat sehingga tidak merugikan salah satu pihak.

Salah satu hal yang menjadi kelemahan sistim akuntansi tradisional adalah apabila terjadi kenaikan biaya overhead akan menghasilkan perhitungan dengan system ini kurang akurat, sehingga akan merugikan salah satu pihak. Ketidak akuratan ini terjadi karena pada sistem akuntansi konvesional hanya menggunakan basis volume related draivers dalam membebankan biaya yang dikeluarkan.

Sejauh ini penggunaan ABC System banyak dilakukan oleh perusaan manufaktur saja, padahal perusahaan jasa juga bias menggunakan sistem ini. ABC Sytem juga bias diterapkan dalam rumah sakit salah satu halnya dengan menghitung biaya pelayanan publik kamar yang merupakan salah satu sumberpendapatan rumah sakit.

Perhitungan harga pokok dengan ABC System ditambah dengan mark up yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit yang menjadi harga pelayanan publik rawat inap, kemudian akan dibandingkan dengan harga pelayanan publik yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, sehingga akan timbul selisih harga diantara

kedua perhitungan tersebut dan akan menjadikan ABC System sebagai alternatif sistem penentuan harga pokok yang lebih akurat.

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Kemajuan Sistem Persaingan antar tekhnologi

penghitungan biaya

rumah sakit

akurat

Penghitungan biaya

rawat inap

Penghitungan biaya Penghitungan biaya rawat inap dengan ABC

rawat inap dengan

System akuntansi konvensional

Terdapat selisih

harga antara dua perhitungan tersebut

Perhitungan dengan ABC System lebih akurat

ABC System sebagai perhitungan alternatif biaya rawat inap

D. Perumusan Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 64) “Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Sedangkan pengertian hipotesis menurut Sri Sularso (2003:

26) “Hipotesis adalah suatu pernyataan dugaan yang logis mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji”. Berdasarkan kedua pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban yang mempunyai sifat sementara terhadap masalah penelitian yang dapat diuji kebenarannya. Berdasarkan teori dan kerangka penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1) Terdapat perbedaan antara penentuan harga pelayanan publik rawat Inap berdasarkan sistem biaya konvensional dengan harga pelayanan publik rawat inap dengan penerapan Activity-Based Costing System di Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali

2) Activity-Based Costing System dapat menentukan harga pelayanan publik rawat inap lebih akurat dibanding dengan harga pelayana publik rawat inap berdasarkan sistem biaya konvensional di Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Untuk mendapatkan data, informasi, keterangan dan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka diperlukan tempat yang sesuai dengan hal yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti mengambil tempat PKU Aisyiyah Boyolali yang beralamat di Jl.Pasar Sapi Baru Singkil Karanggeneng Boyolali, telp (0276) 322898. Alasan peneliti mengambil tempat tersebut sebagai penelitian adalah:

1. Belum pernah diadakan penelitian yang serupa di tempat yang akan diteliti

oleh peneliti.

2. Di tempat tersebut terdapat data-data yang diperlukan oleh peneliti.

3. Diperoleh ijin dari rumah sakit untuk mengadakan penelitian di tempat

tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan penelitian yang direncanakan dari bulan Juli 2008 sampai selesai.

Agustus september Mengajukan masalah Penelitian Menyusun Proposal Pengumpulan Data Penganalisisan Data Penyusunan Laporan Penelitian

Juni

Juli

B. Metode Penelitian

Suatu penelitian yang baik tidak akan bisa lepas dari metode penelitian. Winarno Surakhmad (1998: 131) pengertian metode penelitian ilmiah sebagai berikut:

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkai hipotesis yang mempergunakan tehnik serta Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkai hipotesis yang mempergunakan tehnik serta

Winarno Surakhman (1998: 131) menyebutkan bahwa ada tiga jenis metode penelitian: “1) Metode Historik, 2) Metode Eksperimental, 3) Metode Deskriptif”. Dari ketiga metode tersebut peneliti akan menggunakan metode yang ketiga yaitu metode deskriptif, dengan pendekatan atau tehnik analisis kuantitatif.

C. Populasi dan Sampel 1.Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108),”Populasi adalah keseluruhan subyek peneliti “.Sedangkan menurut Sri Sularso (2004:67),”Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang ingin diselidiki oleh peneliti “. Sehingga dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan individu dari obyek penelitian dan memenuhi syarat untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh unit kamar rawat inap di PKU Aisyiyah Boyolali.

2.Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:109) “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti “. Sedangkan menurut Sri Sularso (2004:67) “Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi”. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sample adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Dengan demikian, subyek yang dipilih sebagai sampel dianggap mewakili populasi secara keseluruhan. Agar pengambilan sampel dapat dilakukan dengan tepat maka harus diperhatikan teknik-teknik pengambilan sampelnya.

3.Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel penelitian harus berhati-hati dan memenuhi aturan pemilihan sampel, namun demikian mutu suatu penelitian tidak semata-mata ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, rancangan penelitian dan pelaksanaan serta pengolahannya. Penelitian yang Pengambilan sampel penelitian harus berhati-hati dan memenuhi aturan pemilihan sampel, namun demikian mutu suatu penelitian tidak semata-mata ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, rancangan penelitian dan pelaksanaan serta pengolahannya. Penelitian yang

Menurut Sri Sularso (2004:68) terdapat dua macam teknik pengambilan sampel antara lain: 1)Probability Sampling

a) Simple random sampling

b) Systematic sampling

c) Stratified random sampling

d) Cluster sampling

e) Area sampling

f) Double sampling 2)Nonprobability Sampling

a) Convenience sampling

b) Judgment sampling / Purposive sampling

c) Quota sampling

d) Snwball sampling

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik nonprobality sampling dengan menggunakan Judgment sampling atau purposive sampling (sampel bertujuan). Menurut Suharsimi Arikunto (2005:97) bahwa “Sampling bertujuan (purposive sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya”. Pada purposive sampling ini pengambilan sampel didasarkan atas tujuan tertentu dan biasanya dilakukan karena terdapat beberapa pertimbangan. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam purposive sampling ini, antara lain:

1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi

2) Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat dalam populasi (key subject).

3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam studi pendahuluan. (Suharsimi Arikunto, 2002:117)

Sampel dalam penelitian ini adalah kamar unit rawat inap dewasa yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas VIP, kelas I, dan Bangsal Mina yang terbagi dua kelas yaitu Kelas II, dan kelas III. Pengambilan sampel tersebut dilakukan oleh peneliti dengan alasan sebagai berikut:

1) Sampel yang diambil sudah mewakili ciri-ciri, sifat dan karakteristik tertentu yang merupakan ciri pokok populasi ,misalnya keberadaan fasilitas utama (bed, almari, kursi, kotak obat)

2) Harga pelayanan rawat inap unit dewasa ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk semua unit rawat inap.

D.Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan faktor yang penting dalam penelitian karena data adalah keterangan-keterangan penting dalam pemecahan suatu masalah dalam penelitian, agar dapat mengumpulkan data dalam penelitian diperlukan suatu metode pengumpulan data yang sesuai denagn penelitian yang dilakukan. Menurut Suharsimi Arikunto (2005:100) bahwa “ Metode pengumpulan data adalah cara- cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Tujuan dari pengumpulan data itu sendiri adalah untuk menjawab masalah dalam penelitian, mencapai tujuan penelitiandan membuktikan hipotesis. Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang secara langsung didapatkan dari rumah sakit.

Untuk mendapatkan data-data yang relevan diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa:

1.Dokumentasi

Perusahaan yang akan menjadi tempat dalam obyek penelitian mempunyai dokumen yang dapat membantu dalam penelitian. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang relevan dari sumber-sumber penelitian. Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumen-dokumen yang diperlukan oleh peneliti terdiri dari deskripsi data umum dan data khusus.

a. Deskripsi data umum,yang terdiri dari:

1) Sejarah perusahaan dan informasi umum perusahaan

2) Struktur organisasi perusahaan

b. Deskripsi data khusus,yang terdiri dari:

1) Berbagai aktivitas dibagian rawat inap dewasa yang digunakan sebagai dasar untuk alokasi biaya

2) Data biaya untuk setiap pusat aktivitas bagian rawat inap dewasa tahun 2008

3) Data akuntansi dar bagian kantor dan rekam medik tahun 2008

2.Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tanya jawab langsung dengan bagian yang berhubungan dengan penelitian yang mendukung validitas data serta jawaban yang diperoleh, yaitu pada bagian akuntansi. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan wawancara tidak berstruktur yang akan memuat pertanyaan secara garis besar saja. Informasi yang akan ditanyakan adalah perhitungan harga jasa kamar rawat inap yang ditentukan oleh pihak rumah sakit, karena rumah sakit tidak melakukan perhitungannya secara tertulis dan tidak membuat dokumentasinya. Selain itu wawancara juga dilakukan sebagai klasifikasi atas data yang belum penulis ketahui.

3.Observasi

Mengumpulkan data dengan cara melakukan penelitian secara cermat dan sistematik dengan melakukan pengamatan langsung ke obyek penelitian, sehingga diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi rumah sakit dan berbagai aktivitas yang terjadi pada kamar rawat ianp dewasa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi yang sistematis karena disini merupakan hal yang sifatnya khusus.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu teknik yang digunakan seorang peneliti untuk memecahkan masalah dan membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif non statistik. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menghitung harga kamar rawat inap dewasa dengan menggunakan perhitungan ABC System. Adapun langkah-langkah analisis data yang ditempuh sebagai berikut:

1). Menghitung harga pokok jasa kamar rawat inap dewasa dengan menggunakan ABC System dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Prosedur tahap pertama Pada prosedur tahap ini terdapat 4 tahap yaitu: (1) Penggolongan berbagai aktivitas dan mengelompokkanya menjadi empat kategori, antara lain: aktivitas berlevel unit, batch, produk, dan fasilitas.

(2) Pengasosiasian atau menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitas. (3) Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen (homogeneus cost pool ) yang merupajkan sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis denagn tugas yang dilaksanakan, sekumpulan biaya tersebut harus dapat diterangkan dengan satu cost driver tunggal.

(4) Penentuan tariff kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas, dengan rumus:

Pool rate = Total biaya overhead untuk aktivitas tertentu

Dasar pengukur (cost driver) aktivitas tersebut

b) Prosedur tahap kedua Pada prosedur ini biaya untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk, dengan rumus:

Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x unit-unit cost driver yang

digunakan

Setelah ditemukan besar biaya tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan biaya overhead per unit, dengan rumus:

Biaya over head per unit = Total biaya overhead per unit produk Jumlah unit yang diproduksi

(Supriyono, 2002:231)

2) Menentukan harga pelayanan publik yang akan dihitung dengan menambahkan harga jasa pokok rawat inap metode ABC System dengan persentase mark-up 2) Menentukan harga pelayanan publik yang akan dihitung dengan menambahkan harga jasa pokok rawat inap metode ABC System dengan persentase mark-up

DAFTAR PUSTAKA

Eni Haryanti. 2003. “Perbandingan Tradisional Costing dan Activity-based Costing System (Studi kasus pada RSUD. Kabupaten Wonogiri tahun 2003)”. Surakarta: UNS.

Garrison & Noreen, 2003. Akuntansi Manajerial. Terjemahan A. Totok Budisantoso. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyadi, 2003. Activity-Based Costing System, Sisitem Informasi Biaya Untuk Pengurangan Biaya . Yogyakarta : UUP AMP YKPN.

Mulyadi & Johny. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen:

Sistem Pelipat Ganda Kinerja Perusahaan . Jakarta: Salemba Empat. Sri Sularso, 2003. Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi.

Yogyakarta : BPFE. Suharsimi Arikunto. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sulastiningsih & Zulkifi. 1999. Akuntansi Biaya Dilengkapi Isu-Isu Kontemporer. Yogyakarta: UUP AMP YKPN.

Supriyono, 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju dan Globalisasi . Yogyakarta : BPFE. Winarno Surakhmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito.

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

i HALAMAN PENGESAHAN

ii DAFTAR ISI

iii PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 3

C. Pembatasan Masalah 3

D. Perumusan Masalah 3

E. Tujuan Penelitian 3

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis 4

2. Manfaat Teoretis 5 LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Usaha Rumah Sakit 6

2. Sistem Akuntansi Biaya Konvensional 8

3. Activity-Based Costing System (ABC System) 12

B. Penelitian yang Relevan 15

C. Kerangka berpikir 16

D. Perumusan Hipotesis 18 METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 19

B. Metode Penelitian 19

C. Populasi dan Sampel 20

D. Teknik Pengumpulan Data 22

E. Teknik Analisis Data 23 DAFTAR PUSTAKA 26

Daftar Susunan Organisasi R.S PKU Aisyiyah Boyolali Tahun

PENANGGUNG JAWAB : Ibu Hj. Yusuf (ketua PDA Boyolali) Dr. H. Suwito (Ketua MPK PDM Boyolali)

KETUA

: Ibu dr. Hj. Nanik Ambika

WAKIL KETUA

: Ibu Hj. Fachrudin

SEKERETARIS

: Ibu Yamtinah : Ibu Siti Zulaikah

BENDAHARA

: Ibu Hj, Fatimah

ANGGOTA

: Ibu Ahmad Madyo

DOKTER PENGAWAS: dr. Hj. Nanik Ambika

: Dokter Pengawas

dr. H. Suwito

: Dokter Spesialis Anak

dr. H. Darsono SNUK

: Dokter Kebidanan

dr. Indra Astuti

: Dokter Pelaksana BP

dr. Eva Tenastiti

: Dokter Pelaksana BP

BADAN PELAKSANA

Ibu Hj. Fatimah Ibu Hj. Sukitin Ibu Hj. Siti Zulaika

PERAWAT:

Ibu Sri Suwarti Ibu Yamtinah

ADMINISTRASI :

Mulyanto

Sumber Daya Manusia R.S PKU Aisyiyah Boyolali

Tahun 2008