KEDUDUKAN MAJELIS PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DESA (Studi di Kabupaten Sumbawa Barat)

  [JATISWARA [Vol. 32 No.3, November 2017]

   Jurnal Ilmu Hukum] KEDUDUKAN MAJELIS PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DESA (Studi di Kabupaten Sumbawa Barat)

1 Ahmad Irfan Sani

  Program Pascasarjana UniversitasMataram, Jln. Majapahit No. 62 Mataram 83125, Telp. (0370), 633035, Fax. 626954

  Email

  : airfansanihukum1945@gmail.com

  ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan menganalisis Kedudukan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan kepala desa (studi di kabupaten sumbawa barat). Isu hukum yang muncul dalam penelitian ini meliputi: Bagaimanakah kewenangan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa dalam penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa Barat dan Bagaimanakah bentuk dan sifat serta implikasi putusan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa terhadap penyelenggaraan pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa Barat.

  Penelitian ini merupakan penelitian normatif berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian ini berangkat dari analisis peraturan perundang-undangan yang menjelaskan tentang aspek-aspek hukum terkait tentang Kedudukan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan kepala desa. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan peraturan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus. Tehnik pengumpulan bahan hukum dengan studi kepustakaan. Setelah itu dilakukan pengolahan bahan hukum dengan mengadakan sistematisasi kemudian dilakukan penalaran secara logis dan sistematis dengan analisa deskriptif kualitatif dan menarik kesimpulan dengan cara deduktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa Kewenangan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa dalam penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa Barat sejatinya adalah kewenangan Bupati Sumbawa Barat yang diberikan oleh Pasal 37 ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa melalui Atribusi dalam rangka penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala desa. Kewenangan tersebut dilimpahkan oleh Bupati Sumbawa Barat kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Daerah (PPKD Kabupaten) melaui Mandat dan kewenangan tersebut dilimpahkan kembali oleh PPKD Kabupaten kepada MPS pilkades melalui Sub Mandat. Bentuk dan sifat serta implikasi putusan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa terhadap penyelenggaraan pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa Barat, yakni: bentuknya adalah putusan majelis. Yang sifatnya tidak tepat dikatakan final dan mengikat. Implikasi putusan secara sosial dan politik mampu memperbaiki hubungan yang harmonis.

1 Mahasiswa Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Mataram. Email:rozisaka@yahoo.com

  [JATISWARA Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]

  Kata Kunci : Majelis Penyelesaian, Sengketa, pilkades

  ABSTRACT

This study aimed to analyze the Status of Assembly Resolution Election Dispute village head (studies

in western Sumbawa district). Issue law that emerged in this study include: How Assembly authority

Dispute Resolution in the village election dispute resolution village elections in West Sumbawa regency

and What is the nature and the nature and implications of the decision of the Assembly Settlement of

the implementation of village elections village elections in West Sumbawa regency. This research is a

normative under consideration that this study departs from the analysis of the regulations legislation

that describes the legal aspects related The position of the Assembly on Electoral Dispute Settlement

village head. The approach used is a regulatory approach legislation, the conceptual approach and the

approach to the case. Technics collection of legal materials to the study of literature. After that legal

materials processing performed by holding systematization then do reasoning logically and

systematically with descriptive qualitative analysis and draw conclusions in a manner deductive. Based

on the results of this study concluded that based It can be concluded,that the authority of the Assembly

Dispute settlement in the settlement village election dispute over village elections in West Sumbawa

regency true West Sumbawa Regent is the authority granted by Article 37 paragraph (6) of Law No. 6

of 2014 on the village through Attribution in order to dispute election results village. The authority

delegated by the Regent of West Sumbawa to Village Head Election Committee of the Regional level

(PPKD District) through The mandate and the authority delegated back by PPKD District the MPS

Pilkades through Sub Mandate. Shape and the nature and Settlement implications of the verdict of the

village election on the implementation of village elections in Sumbawa West, namely: the shape is the

decision of the panel. Disposals rightly said final and binding. The implications socially verdict political

and able to repair a harmonious relationship. Keywords: Assembly Resolution, Dispute, Pilkade.

  membentuk panitia di kabupaten/kota yang A. salah satu tugasnya memfasilitasi penyelesaian

   PENDAHULUAN

  perselisihan pemilihan kepala desa Dalam proses pemilihan kepala desa yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) mengakibatkan terjadinya sengketa hasil dan ayat (2) huruf f Peraturan Menteri Dalam pemilihan kepala desa, bupati/walikota wajib Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang menyelesaikan sengketa sebagaimana Pemilihan Kepala Desa, yang menyatakan dimaksud dalam Pasal 37 ayat (6) Undang- sebagai berikut : Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, (1) Bupati/Walikota membentuk panitia yang menyatakan “Dalam hal terjadi pemilihan di Kabupaten/Kota. perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa, (2) Panitia pemilihan di Kabupaten/Kota Bupati/Walikota wajib menyelesaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perselisihan dalam jangka waktu sebagaimana mempunyai tugas meliputi:

  1

  f. memfasilitasi penyelesaian permasalahan dimaksud pada ayat (5)”. Mencermati Pasal 37 ayat (6) Undang- pemilihan kepala desa tingkat

  2 Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa kabupaten/kota.

  sampai dengan peraturan pelaksananya, maka Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) huruf bupati/walikota wajib menyelesaikan f Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 perselisihan hasil pemilihan kepala Desa dalam

  Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa, jangka waktu 30 (tiga puluh) hari. Dalam Bupati Sumbawa Barat membentuk Panitia implementasi penyelenggaraan penyelesaian Pemilihan Kepala Desa tingkat Daerah (PPKD perselisihan kepala desa, Bupati/walikota 1 kabupten) yang salah satu tugasnya 2 Indonesia,Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 37 ayat (6).

  Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa, Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) huruf f.

  [Vol. 32 No.2, Juli 2017] [JATISWARA

   Jurnal Ilmu Hukum] [Implementasi Asas Kebebasan Berkontrak …] | Yudi Setiawan

  memfasilitasi penyelesaian permasalahan atau sengketa pemilihan Kepala Desa. PPKD Kabupaten atas nama Bupati Sumbawa Barat membentuk Tim Majelis Khusus yang bertugas untuk memfasilitasi dan memutus sengketa perselisihan hasil pemungutan dan penghitungan suara pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa Barat. Urgensi dibentuknya MPS pilkades oleh PPKD kabupaten dikarenakan dalam penyelenggaraan pemilihan kepala desa serentak gelombang pertama yang diikuti oleh 16 (enam belas) desa pada tanggal 6 November Tahun 2016, telah terjadi sengketa hasil pemilihan kepala desa di 3 (tiga) desa, meliputi Desa Poto Tano, Desa Temekan dan Desa Bukit Damai yang mengakibatkan situasi tidak aman dan nyaman di desa tersebut serta terjadinya ketidak efektifan pada roda pemerintahan desa dalam pelaksanaan fungsinya. MPS Pilkades merupakan inovasi dari PPKD Kabupaten yang berifat ad hoc (sementara) dalam rangka penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala desa melalui mekanisme diluar pengadilan atau non litigasi. Penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala desa melalui mekanisme non litigasi yang dilakukan oleh MPS Pilkades adalah salah satu solusi untuk mempercepat penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa guna mewujudkan jalannya penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pemerintahan desa yang baik. Metode yang digunakan oleh MPS pilkades dalam penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala desa mengadopsi metode penyelesaian arbitrase yang telah mengalami transformasi (perubahan) dari hukum perdata ke hukum administrasi pemerintahan. Namun dalam pengaturan mengenai kedudukan MPS pilkades telah timbul beberapa permasalahan yang sangat signifikan. Sehingga penyusun tertarik untuk melakukan penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kewenangan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa dalam penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa Barat? 2. Bagaimanakah bentuk dan sifat serta implikasi 3

  .Diangsa Wagian dan M. Yazid Fathoni, “Penyelesaian Sengketa Kontraktual Pemerintah Melalui Arbitrase Internasional dan Berbagai Permasalahannya”, Jurnal IUS, Vol. 572 No.II, 6 Desember 2014.

  putusan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa terhadap penyelenggaraan pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa Barat? Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengkaji pokok permasalahan dalam penelitian ini, menggunakan metode penelitian hukum normatif. pendekatan masalah yang digunakan adalah Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach), Pendekatan Konsep (Conceptual Approach) dan Pendekatan Kasus (Case Approach).

  3 Teknik Pengumpulan Bahan

  Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library

  research ). Analisis bahan hukum diperoleh

  dalam penelitian ini selanjutnya akan dipilah- pilah sehingga diperoleh bahan hukum yang mempunyai kaedah-kaedah hukum yang mengatur tentang Kedudukan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa. Kemudian bahan hukum tersebut di sistematisasikan sehingga dapat dihasilkan klasifikasi yang sejalan dengan permasalahan penelitian ini. Selanjutnya bahan hukum yang diperoleh tersebut akan dianalisis dengan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan yang bersifat khusus.

  B. PEMBAHASAN

  1. Kewenangan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan Kepala Desa dalam penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa Barat a. Sumber Kewenangan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa.

  Kewenangan MPS pilkades dalam penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala desa sejatinya adalah kewenangan Bupati yang diatur dalam

  Pasal 37 ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang menyatakan “Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa, Bupati/Walikota wajib menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5)”.

  4 Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban

  bupati/walikota dalam penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala desa diatur dalam Pasal 41 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 43 4 Indonesia,Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 37 ayat (6).

  [JATISWARA Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]

  7 Dalam hal terjadi sengketa hasil pemilihan

  30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa, Pasal 52 ayat (2). 8 Indonesia, Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, Pasal 102 ayat (2). 9 Indonesia, Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor

  Perolehan kewenangan dari peraturan perundang-undangan sebagaimana dikemukakan oleh para ahli hukum yang disajikan sebagai berikut: Indroharto mengemukakan tiga macam kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan. Kewenangan itu 7 Indonesia, Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor

  pilkades ditetapkan dengan Keputusan Bupati Sumbawa Barat Nomor 1429.c Tahun 2016 tentang Pembentukan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan Calon Kepala Desa Serentak Gelombang Pertama Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2016.

  9 Adapun pembentukan dan susunan MPS

  ”.

  “Dalam rangka penyelesaian sengketa pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) PPKD Kabupaten, dapat membentuk Tim Majelis Khusus yang bertugas untuk memfasilitasi dan memutus sengketa perselisihan hasil pemungutan dan penghitungan suara pemilihan Kepala Desa

  pembentukan MPS pilkades oleh PPKD kabupaten diatur dalam Pasal 52 ayat (3) Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pemilihan Kepala Desa yang menyatakan:

  8 Dan Ketentuan lebih lanjut mengenai

  kepala desa, PPKD Kabupaten membentuk MPS pilkades untuk memfasilitasi dan memutus sengketa hasil pemungutan dan penghitungan suara pemilihan Kepala Desa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (3) Peraturan Daerah kabupaten Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, yang menyatakan: “Dalam rangka penyelesaian sengketa pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) PPKD Kabupaten, dapat membentuk Tim Majelis Khusus yang bertugas untuk memfasilitasi dan memutus sengketa perselisihan hasil pemungutan dan penghitungan suara pemilihan Kepala Desa ”.

  pengaduan/laporan dari Calon Kepala Desa/Pengadu/Pemohon”.

  4 Ahmad Irfan Sani | [Kedudukan Majelis Penyelesaian …]

  Pemberhentian Kepala Desa, Pasal 102 ayat (2).

  tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan , Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 41 ayat (7). 6 Indonesia, Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan

  “Dalam hal terjadi sengketa pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD Kabupaten atas nama Bupati menyelesaikan sengketa dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya 5 Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

  PPKD kabupaten khususnya dalam memfasilitasi penyelesaian hasil pemilihan kepala desa diatur dalam Pasal 52 ayat (2) Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pemilihan Kepala Desa yang menyatakan:

  6 Dan Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban

  “dalam hal terjadi sengketa pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD Kabupaten atas nama Bupati menyelesaikan sengketa dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pengaduan/laporan dari Calon Kepala Desa/Pengadu/Pemohon ”.

  Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Bupati/Walikota dalam penyelesain sengketa hasil pemilihan kepala desa, diberikan kewenangan atribusi, yang kewenangannya diperoleh dari undang-undang. Dari kewenangan atribusi tersebut Bupati Sumbawa Barat memberikan mandat kepada PPKD kabupaten atas nama Bupati untuk memfasilitasi penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala desa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (2) Peraturan Daerah kabupaten Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, yang menyatakan:

  5 Mencermati Pasal 37 ayat (6) Undang-Undang

  Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan ”Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala Desa, bupati/walikota wajib menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari”.

  30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa, Pasal 52 ayat (3).

  [Vol. 32 No.2, Juli 2017] [JATISWARA

   Jurnal Ilmu Hukum] [Implementasi Asas Kebebasan Berkontrak …] | Yudi Setiawan

  meliputi: 1. atribusi; 2. delegasi; 3. mandat.

  bersifa t interna l antara bawah an denga n atasan. Skema 1. Perbedaan cara perolehan dan tanggungjawab wewenang pemerintahan.

  ang: undang- undang dengan organ pemerintah an. g atribusi yang dilimpahk an kepada

10 Menurut Sadjijono untuk memperjelas

  Pelimpah an Pelimp ahan

  delegatari s

  Pemberi delegasi tidak menggunak an sendiri wewenang tersebut. 11 Sadjijono, Bab-Bab Pokok Hukum Administrasi, Cetakan II, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2011, hlim 67.

  Setiap saat dapat menggunak an sendiri wewenang tersebut.

  Tanggungja wab dialihkan. Wewenang pemberi.

  Tetap pada pemberi mandat.

  Dari organ pemerintah kepada organ lain: dengan peraturan perundang- undangan. Delegasi tidak diberikan kepada bawahan. Tanggungjaw ab

  Atasan kepada bawahan: hal biasa kecuali dilarang oleh perundang- undangan.

  Mandat Delegasi Prosedur Pemberian wewenang.

  tinjauan tentang Algemene Wet Bestuursrecht (AWB) mengartikan istilah mandat dan delegasi. Mandat adalah ke wenangan yang diberikan suatu organ pemerintahan kepada organ lain untuk dan atas namanya membuat besluit. Sedangkan delegasi, adalah pelimpahan kewenangan dari suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan kepada organ lain untuk dapat membuat besluit atas tanggungjawab organ tersebut (yang menerima delegasi). Dengan demikian ada perbedaan yang mendasar antara wewenang mandat dan delegasi. Perbedaan tersebut dapat digambarkan dalam skema di bawah ini, sebagai berikut:

  11 Di sisilain Philipus M. Hadjon dkk, dalam

  perbedaan yang mendasar antara wewenang atribusi, delegasi dan mandat, berikut dikemukakan skema tentang perbedaan tersebut, sebagai berikut:

  Atribusi Delegasi Manda t Cara Perole han

  Kekua tan Mengi katnya :

  Persada, Jakarta, 2008. Hlm. 104

  Hubun gan yang 10 Ridwan HR, Hukum Admnistrasi Negara, Rajagrafindo

  Perundang- Undangan

  Hubungan hukum pembentuk

  Hubun gan wewen

  Berada pada pembe ri manda te (mand ans).

  Pemberi wewenan g (delegans ) melimpah kan tanggungj awab dan tanggung gugat kepada penerima wewenan g (delegatar is ).

  Penerima wewenang bertanggun gjawab mutlak akibat yang timbul dari wewenang.

  Dapat ditarik atau diguna kan sewakt u- waktu oleh pembe ri wewen ang (mand ans ). Tangg ungja wab dan Tangg ung gugat:

  Dapat dicabut atau ditarik kembali apabila ada pertentan gan atau penyimpa ngan (contrariu s actus).

  Tetap melekat sebelum ada perubahan peraturan perundang- undangan.

  Berdasark an atas wewenan

  [JATISWARA Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]

  Skema. Perbedaan wewenang delegasi kecuali ditentukan lain dalam peraturan

  12 dan mandat dalam AWB. perundang-undangan.

  Dalam ketentuan peraturan perundang- (4) Dalam hal ketentuan peraturan perundang- undangan, perolehan kewenangan diatur dalam undangan menentukan lain sebagaimana Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang dimaksud pada ayat (3) Badan Administrasi Pemerintahan. Kewenangan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang diperoleh melalui Atribusi, Delegasi, dan/atau memperoleh Wewenang melalui Delegasi Mandat. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat 11, Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Undang- mensubdelegasikan Tindakan kepada Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lain Administrasi Pemerintahan, yang menyatakan : dengan ketentuan:

  Pasal 11 a. dituangkan dalam bentuk peraturan sebelum

  Kewenangan diperoleh melalui Atribusi, Wewenang dilaksanakan; Delegasi, dan/atau Mandat.

  b. dilakukan dalam lingkungan pemerintahan

  Pasal 12 itu sendiri; dan

  (1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan

  c. paling banyak diberikan kepada Badan memperoleh Wewenang melalui Atribusi dan/atau Pejabat Pemerintahan 1 (satu) apabila: tingkat dibawahnya. a.diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan/atau (5) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Delegasi dapat menggunakan undang-undang; sendiri Wewenang yang telah diberikan b. merupakan Wewenang baru atau sebelumnya tidak ada;dan melalui Delegasi, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-

  c. Atribusi diberikan kepada Badan dan/atau undangan.

  Pejabat Pemerintahan. (2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang

  Pasal 14 (1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh Wewenang melalui Atribusi, tanggung jawab Kewenangan berada pada memperoleh Mandat apabila:

  a. ditugaskan oleh Badan dan/atau Pejabat Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang

  Pemerintahan di atasnya; dan bersangkutan. (3) Kewenangan Atribusi tidak dapat b. merupakan pelaksanaan tugas rutin.

  (2) Pejabat yang melaksanakan tugas rutin didelegasikan, kecuali diatur di dalam Undang- sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

  Undang Dasar NegaranRepublik Indonesia Tahun 1945 dan/atau undang-undang. terdiri atas:

  Pasal 13 a. pelaksana harian yang melaksanakan tugas

  (1) Pendelegasian Kewenangan ditetapkan rutin dari pejabat definitif yang berhalangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- sementara; dan undangan.

  b. pelaksana tugas yang melaksanakan tugas

  (2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan rutin dari pejabat definitif yang berhalangan memperoleh Wewenang melalui Delegasi tetap. apabila:

  (3) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat

  a. diberikan oleh Badan/Pejabat Pemerintahan memberikan Mandat kepada Badan dan/atau kepada Badan dan/atau Pejabat

  Pejabat Pemerintahan lain yang menjadi Pemerintahan lainnya; bawahannya, kecuali ditentukan lain dalam b. ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Peraturan Presiden, dan/atau Peraturan (4) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang

  Daerah; dan menerima Mandat harus menyebutkan atas c. merupakan Wewenang pelimpahan atau nama Badan dan/atau Pejabat sebelumnya telah ada.

  Pemerintahan yang memberikan Mandat. (3) Kewenangan yang didelegasikan kepada

  (5) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memberikan Mandat dapat menggunakan tidak dapat didelegasikan lebih lanjut, 12 sendiri Wewenang yang telah diberikan Sadjijono, Op. Cit., hlim 68. Ahmad Irfan Sani

  | [Kedudukan Majelis Penyelesaian …]

  6

  [Vol. 32 No.2, Juli 2017] [JATISWARA

   Jurnal Ilmu Hukum] [Implementasi Asas Kebebasan Berkontrak …] | Yudi Setiawan

  melalui Mandat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang- undangan. (6) Dalam hal pelaksanaan Wewenang berdasarkan Mandat menimbulkan ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat dapat menarik kembali Wewenang yang telah dimandatkan. (7) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Mandat tidak berwenang mengambil Keputusan dan/atau Tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek organisasi, kepegawaian, dan alokasi anggaran. (8) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Mandat tanggung jawab Kewenangan tetap pada pemberi Mandat.

  13

  implementasi kewenangan MPS pilkades dalam rangka fasilitasi dan memutus sengketa hasil pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian Kepala Desa dan penjabaran lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pemilihan Kepala Desa dan Keputusan Bupati Sumbawa Barat Nomor 1429.c Tahun 2016 tentang Pembentukan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan Calon Kepala Desa Serentak Gelombang Pertama Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2016.

  Dalam kedudukan MPS pilkades terdapat konflik norma pada penentuan batas sengketa hasil pemilihan kepala desa, konflik tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

  N O PER MAS ALA PERATU RAN PERUN KONFLIK NORMA

  tentang Administrasi Pemerintahan, ,Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14.

  HAN DANG – UNDAN GAN

  1 Prose dur perole han kewen angan manda t Undang-

  Undang Nomor

  30 Tahun 2014 tentang Administ rasi Pemerint ahan

  Pasal 14 (1)Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh Mandat apabila: a.ditugaskan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan di atasnya; dan b.merupakanpelaksanaan tugas rutin. (2)Pejabat yang melaksanakan tugas rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a.pelaksana harian yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan sementara; dan b.pelaksana tugas yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan tetap. (3) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Mandat kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lain yang menjadi bawahannya, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menerima Mandat harus menyebutkan atas nama Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat. (5) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat dapat menggunakan sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui Mandat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang- undangan. (6)Dalam hal pelaksanaan

b. Implementasi kewenangan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa

c. Konflik norma dalam penentuan batas sengketa hasil pemilihan kepala desa

13 Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014

  [JATISWARA Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]

  | [Kedudukan Majelis Penyelesaian …] Wewenang berdasarkan Mandat menimbulkan ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat dapat menarik kembali Wewenang yang telah dimandatkan.

  (7) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Mandat tidak berwenang mengambil Keputusan dan/atau Tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek organisasi, kepegawaian, dan alokasi anggaran. (8) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Mandat tanggung jawab Kewenangan tetap pada pemberi Mandat. Peraturan Daerah Kabupate n Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemiliha n, Pengangk atan dan Pemberh entian Kepala Desa

  Pasal 102 (2) Dalam hal terjadi sengketa pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),PPKD Kabupaten atas nama Bupati menyelesaikan sengketa dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pengaduan/laporan dari Calon Kepala Desa/Pengadu/Pemohon. sengketa pemilihansebagaimana Kabupaten,dapat membentuk Tim memfasilitasi dan memutus sengketa nghitungan suara pemilihan Kepala

  Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor

  30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pemiliha n Kepala Desa

  Pasal 52 (2) Dalam hal terjadi sengketa pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD Kabupaten atas nama Bupati menyelesaikan sengketa dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pengaduan/laporan dari CalonKepalaDesa/Pengadu/Pe mohon. (3)Dalam rangka penyelesaian sengketa pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) PPKD Kabupaten,dapat membentuk Tim Majelis Khusus yang bertugas untuk memfasilitasi dan memutus sengketa perselisihan hasil pemungutan dan penghitungan suara pemilihan Kepala Desa

  2 .

  Ketida k jelasa n Judul Keput usan Bupati Sumb awa Barat Undang-

  Undang Nomor

  12 Tahun 2011 tentang Pembent ukan Peraturan Perundan

  g- Undanga n

  Pasal 5 Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan Harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi: a. kejelasan tujuan Penjelasan Pasal 5 Huruf a

  Yang dimaksud dengan “asas kejelasan tujuan” adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Keputusa n Bupati Sumbawa Barat Nomor 1429.c Tahun 2016 tentang Pembent ukan Keputusan Bupati

  Sumbawa Barat Nomor 1429.c Tahun 2016 tentang Pembentukan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan Calon Kepala Desa Serentak Gelombang Pertama Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2016

8 Ahmad Irfan Sani

  [Vol. 32 No.2, Juli 2017] [JATISWARA

   Jurnal Ilmu Hukum] [Implementasi Asas Kebebasan Berkontrak …] | Yudi Setiawan

  Majelis Penyeles aian Sengketa Pemiliha n Calon Kepala Desa Serentak Gelomba ng Pertama Kabupate n Sumbawa Barat Tahun 2016

  3 .

  Putusa n final dan mengi kat Undang-

  Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaim ana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubaha n Atas Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

  Pasal 48 (1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus diselenggarakan melalui upaya administratif yang tersedia. (2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutuskankan dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan.

  Peraturan Daerah Kabupate n Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemiliha n, Pengangk atan dan Pemberh entian Kepala Desa

  Pasal 107 ayat (4) Putusan Majelis PPKD Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan mengikat.

  Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor

  30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pemiliha n Kepala Desa

  Pasal 57 ayat (4) Putusan Majelis PPKD Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan mengikat.

  3 .

  Jangk a waktu penyel esaian sengk eta Peraturan

  Daerah Kabupate n Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemiliha n, Pengangk atan dan Pemberh entian Kepala Desa

  Pasal 107 ayat (1) Putusan mengenai perselisihan hasil ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara di PPKD Kabupaten.

  [JATISWARA Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]

  diatur dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan, yang menyatakan sebagai berikut: (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang- undangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik

  tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2).

  MPS pilkades dalam penyelesaian sengketa hasil pemlihan kepala desa melalui mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau non litigasi. Penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala desa melalui mekanisme non litigasi yang dilakukan oleh MPS Pilkades adalah salah satu solusi untuk mempercepat 16 Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

  2. Bentuk dan Sifat serta Implikasi Putusan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan Kepala Desa Terhadap Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa di Kabupaten Sumbawa Barat a. Bentuk Putusan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan Kepala Desa

  16

  f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang- undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

  e. Peraturan Presiden;

  d. Peraturan Pemerintah;

  Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

  Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan

  Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan

  15 Penormaan asas lex superior derogate legi inferior

  | [Kedudukan Majelis Penyelesaian …] Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor

  dikemukakan oleh Salim HS bahwa “hierarki peraturan perundang-undangan adalah penjenjangan setiap jenis peraturan perundang- undangan yang didasarkan pada asas bahwa peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi”.

  14 Hal ini sejalan dengan apa yang

  kepala desa sebagaimana disebutkan pada tabel diatas, secara yuridis konflik norma tersebut diselesaikan dengan menggunakan asas hukum, yaitu: “lex superior derogate legi inferior (peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang rendah)”.

  2013hlm 47.

  diakses pada tanggal 13 Juni 2017 pukul 15.00 wita. 15 Salim HS, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Cetakan II, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta,

  Sumber: Bahan hukum diolah Mencermati konflik norma yang terjadi dalam penentuan batas sengketa hasil pemilihan

  1.menyelesaikan perselisihan hasil pemilihan kepala desa paling lambat 30 hari sejak tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan kepala desa;

  Keputusa n Bupati Sumbawa Barat Nomor 1429.c Tahun 2016 tentang Pembent ukan Majelis Penyeles aian Sengketa Pemiliha n Calon Kepala Desa Serentak Gelomba ng Pertama Kabupate n Sumbawa Barat Tahun 2016 DIKTUM KEDUA

  Pasal 57 ayat (1) Putusan mengenai perselisihan hasil ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara di PPKD Kabupaten.

  30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pemiliha n Kepala Desa

10 Ahmad Irfan Sani

  [Vol. 32 No.2, Juli 2017] [JATISWARA

  3 PUTUSAN Nomor: 03/S/XII/2016/MPS PILKADES.

  30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa, Pasal 57ayat (4).

  Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, Pasal 107 ayat (4) . 20 Indonesia, Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor

  bersifat final dan mengikat, memberikan konsekuensi hukum terhadap calon kepala desa yang merasa dirugikan kepentingannya, bahwa tidak ada upaya hukum selanjutnya yang bisa 19 Indonesia, Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa

  20 Mencermati putusan MPS pilkades yang

  Majelis PPKD Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan mengikat.

  ayat (4) Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pemilihan Kepala Desa, yang menyatakan “Putusan

  19 Dan Pasal 57

  .”

  Putusan MPS pilkades yang bersifat final dan mengikat telah diatur dalam Pasal 107 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, yang menyatakan “Putusan Majelis PPKD Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan mengikat

  b. Sifat Putusan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan Kepala Desa

  2 PUTUSAN Nomor: 02/S/XII/2016/MPS PILKADES

   Jurnal Ilmu Hukum] [Implementasi Asas Kebebasan Berkontrak …] | Yudi Setiawan

  1 PUTUSAN Nomor: 01/S/XII/2016/MPS PILKADES

  NO PUTUSAN MPS PILKADES

  oleh MPS pilkades, yakni: pembacaan tuntutan oleh Pemohon, mediasi, jawaban termohon, replik, duplik, pemeriksaan saksi-saksi dan bukti-bukti, putusan. Dari tahapan proses persidangan yang dilakukan oleh MPS pilkades sebagaimana telah dijabarkan diatas, maka MPS pilkades memutuskan sengketa hasil pemilihan kepala desa yang tertuang dalam 3 (tiga) putusan pada tabel di bawah ini:

  18 Tahapan proses persidangan yang dilakukan

  1. Lembaga Arbitrase Institusional 2. Lembaga Arbitrase Ad Hoc (…).

  maka akan di temukan dua bentuk atau jenis lembaga arbitrase yang biasanya dipakai dalam penyelesaian sengketa, yaitu:

  Penyelesaian Sengketa Alternatif Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Cetakan I, Bandung, 2013, hlm. 62.-63. 18 Sudiarto, Ibid, hlm. 77-79.

  arbitrase yang di apdopsi oleh MPS pilkades, melainkan juga siifat terbentuknya yang adhoc (sementara) seperti yang dikemukakan oleh Sudiarto, yakni: Menurut Sudiarto, memperhatikan lembaga arbitrase yang berkembang di dalam praktek, 17 Sudiarto, Negosiasi, Mediasi dan Arbitrase

  30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pemilihan Kepala Desa. Metode yang digunakan dalam penyelesaian sengketa oleh MPS pilkades mengadopsi metode penyelesaian arbitrase yang telah mengalami transformasi dari hukum perdata ke hukum administrasi pemerintahan. Transformasi metode tersebut disebabkan karna timbulnya permasalahan atau sengketa baru didalam masyarakat, khususnya sengketa hasil pemilihan kepala desa sehingga memerlukan penyelesaian yang cepat, biaya murah dan memberikan keadilan serta kepastian hukum bagi pihak-pihak yang bersengketa. Metode penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa yang mengadopsi metode penyelesaian arbitrase dapat dicermati dari beberapa pendapat yang dipaparkan oleh sarjana dan peraturan perundang-undangan, yakni sebagai berikut : Menurut Frank Elkoury dan Edna Elkoury “arbitrase adalah suatu proses yang mudah atau simpel yang dipilih oleh para pihak secara sukarela yang ingin agar perkaranya diputus oleh juru pisah yang netral sesuai dengan pilihan mereka di mana keputusan berdasarkan dalil-dalil dalam perkara tersebut. Para pihak setuju sejak semula untuk menerima putusan tersebut secara final dan mengikat.

  penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala desa guna mewujudkan jalannya penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pemerintahan desa yang baik. Proses ini dinilai lebih cepat dan murah, dikarenakan jangka waktu penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa adalah 14 (empat belas) hari kerja berdasarkan Pasal 107 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian Kepala Desa dan Pasal 57 ayat (1) Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor

17 Bukan hanya definisi dan metode serta putusan

  [JATISWARA Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.3, November 2017]

  a. menguji undang-undang terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

  tentang tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Pasal 60 dan Penjelasan Pasal 60.

  Secara sosial dan politik implikasi putusan MPS pilkades terhadap penyelenggaraan pemilihan kepala desa serentak gelombang pertama di Kabupaten Sumbawa Barat, mampu meredam gejolak sosial dan politik dalam masyarakat di 3 (tiga) desa yang bersengketa, meliputi: Desa Poto Tano Kecamatan Poto Tano, Desa Tamekan Kecamatan Taliwang dan Desa Bukit Damai Kecamatan Maluk, dari 16 (enam belas) desa pasca penyelenggaraan pemilihan kepala desa yang berlangsung pada tanggal 6 November Tahun 2016 di Kabupaten Sumbawa Barat. Situasi yang aman dan terkendali tersebut memberikan implikasi positif kepada pemerintah Daerah Kabupaten 23 Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

   Implikasi Putusan Majelis Penyelesaian Sengketa Pemilihan Kepala Desa secara Sosial dan Politik

  23 c.

  Pasal 60 Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. Penjelasan Pasal 60 Putusan arbitrase merupakan putusan final dan dengan demikian tidak dapat diajukan banding, kasasi atau peninjauan kembali.

  Pasal 60 dan Penjelasan Pasal 60 yang menyatakan sebagai berikut:

  Sifat putusan final dan mengikat diatur dalam

  2. Sifat final dan mengikat pada putusan Arbitrase

  22

  d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Penjelasan Pasal 10 (1) Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final, yakni putusan Mahkamah Konstitusi langsung memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang dapat ditempuh.

  c. memutus pembubaran partai politik; dan

  b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

  Malang, 2013.hlm. 81 22 Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah KonstitusiPasal 10 ayat (1) dan Penjelasan

  12 Ahmad Irfan Sani | [Kedudukan Majelis Penyelesaian …]

  final adalah salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi yang telah diatur dalam Pasal 10 ayat (1) dan penjelasan Pasal 10 ayat (1) yang menyatakan sebagai berikut: Pasal 10 (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: 21 I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum, Setara Press,

  Mahkamah Konstitusi Menjatuhkan putusan

  1. Sifat final dan mengikat pada putusan

  undangan adalan sebagai berikut:

  and binding ) menurut peraturan perundang-

  Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutuskankan dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan. Makna dari putusan final dan mengikat (final

  Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus diselenggarakan melalui upaya administratif yang tersedia. 2)

  Pasal 48 1)

  Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 48 dan Pasal 50 menyatakan sebagai berikut:

  21 Berenjak dari hal itu, dalam Undang-Undang

  Alf Ross berpendapat bahwa ide keadilan itu itu sendiri terletak pada tuntutan bahwa putusan harus dihasilkan berdasarkan penerapan aturan umum. Keadilan adalah penerapan hukum dengan cara yang benar.

  yang merasa dirugikan kepentingannya dibatasi hak-haknya untuk mencari keadilan. Hal ini menjadi problema bagi para pencari keadilan, sehingga perlu dicermati hakekat dari Adil.

  ditempuh. Dengan demikian calon kepala desa

Pasal 10 ayat (1).

  [Vol. 32 No.2, Juli 2017] [JATISWARA

  1. Bentuk dan sifat serta implikasi putusan Majelis Penyelesaian Sengketa pemilihan kepala desa terhadap penyelenggaraan pemilihan kepala desa di Kabupaten Sumbawa Barat, yakni:

  Sebaiknya Pemerintah Daerah melakukan revisi terhadap Pasal-Pasal yang terdapat konflik norma dalam Kedudukan MPS pilkades, yaitu Pasal 102 (3) dan Pasal 107 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa dan Pasal 52 ayat (3) dan Pasal 57 ayat (4) Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 30.A Tahun 2016 tentang Pedoman Pemilihan Kepala Desa serta Judul dan Diktum

  b.

  6 Tahun 2016 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, sehinggga menjadi ciri khas Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat yang berinovasi dalam rangka penyelesaian sengketa hasil pemillihan kepala desa secara non litigasi.