FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAWATAN MANDIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW) PUSPAKARMA MATARAM

  ISSN : 2477

  • – 0604

  Vol. 2 No. 2 Oktober-Desember 2016 | 45-53

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAWATAN MANDIRI

PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW) PUSPAKARMA

  

MATARAM

  1

  1

  1 Ni Made Sumartyawati,

  I Made Eka Santosa, Dzoharat Saida Marwa

1 Staf Pengajar STIKES Mataram

  ABSTRAK Salah satu permasalahan yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lansia adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut usia yang dirawat oleh keluarga. Pada Usia lanjut terjadi penurunan fisik dan mental namun penting sekali menyiapkan mereka untuk mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari sehingga tidak bergantung kepada keluarga termasuk dalam hal perawatan diri. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik ingin mengkaji beberapa faktor yang berhubungan dengan kemandirian lanjut usia dalam hal perawatan mandiri pada PSTW Puspakarma Mataram.

  Desain penelitian yang digunakan studi korelasional dengan pendekatan Cross

  

sectional. Populasi sebanayk 76 dengan teknik sampling purposive sehingga didapatkan 43

  responden. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan pengolahan data menggunakan Spearman rank.

  Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji korelasi Spearman rank didapatkan nilai Rho (r)untuk faktor fisik dengan perawatan mandiri sebesar 0,536 artinya kekuatan korelasi sedang dan significant (2- tailed) sebesar 0,000 angka ini lebih kecil dari nilai α=0.05 artinya bahwa Ha diterima. Kemudian untuk uji hubungan faktor kesehatan psikis dengan perawatan mandiri pada lansia, didapatkan nilai Rho (r) sebesar 0,434 artinya kekuatan korelasi sedang dan significant (2- tailed) sebesar 0,004 angka ini lebih kecil dari nilai α=0.05 artinya bahwa Ha diterima. Dan untuk uji hubungan faktor kesehatan sosial dengan perawatan mandiri pada lansia, didapatkan nilai Rho (r) sebesar -0,128 artinya tidak ada kekuatan korelasi hubungan antar variabel artinya bahwa Ha ditolak.

  Faktor- faktor yang berhubungan dengan perawatan mandiri pada lansia di PSTW Puspakarma Mataram terdapat 2 faktor yang mendukung yaitu faktor kesehatan fisik dan psikis. diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan lansia agar kemandirian lansia didorong dalam perawatan dirinya.

  Kata kunci : perawatan mandiri, lansia

  Indonesia akan mengalami pertambahan

  PENDAHULUAN

  warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia Pada tahun 2000 jumlah lansia di pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar

  Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% 414%. Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat dan pada tahun 2020 menjadi sebesar Statistik menggambarkan bahwa antara

  11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro tahun 2005-2010 jumlah lansia di Sensus Amerika Serikat memperkirakan

  Indonesia akan sama dengan jumlah anak

NI MADE SUMARTYAWATI

  balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.

  Di Nusa tenggara Barat (NTB) pada tahun 2010 jumlah lansia 325.369 jiwa, sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah lansia yaitu sebanyak 566.611 jiwa dan diperkirakan jumalah lansia akan terus meningkat pada tahun 2020 mencapai 28 juta jiwa. klasifikasi pada lansia meliputi: lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa, lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

  Menurut teori Dorothea Orem dalam A. Aziz Alimul Hidayat (2008), yang dikenal dengan model self care menjelaskan bahwa setiap manusia menghendaki adanya self care dan sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia, seseorang mempunyai hak dan tanggung jawab dalam perawatan diri sendiri dan orang lain dalam memelihara kesejahteraan. Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya.

  Orem mengemukakan bahwa self

  care itu sendiri meliputi: pertama; self care itu sendiri; kedua, self care agency;

  ketiga, adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyedia dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam kebutuhan dasar manusianya.

  Salah satu permasalahan yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lansia adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut usia (old age

  dependency ratio ) yang dirawat oleh

  keluarga. Setiap usia produktif semakin banyak menanggung penduduk lansia. Ini berarti peningkatan rasio ketergantungan pada lansia akan mengakibatkan meningkatnya beban keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

  Berdasarkan data observasi dan wawancara dengan salah satu staf pegawai keperawatan pada bulan Oktober 2015 yang dilakukan peneliti di Panti Sosial

  I MADE EKA SANTOSA

  46

DZOHARAT SAIDA MARWA

NI MADE SUMARTYAWATI

  47

  I MADE EKA SANTOSA

DZOHARAT SAIDA MARWA

  Mataram mengatakan bahwa pada METODE PENELITIAN umumnya sebagian besar lansia sudah mandiri yaitu 83,3 % dan hanya sedikit Populasi lansia 16,7% yang dibantu dalam Populasi dalam penelitian ini memenuhi kebutuhan dasarnya seperti adalah lanjut usia yang menetap di PSTW makan, mandi dan aktivitas lainnya. Puspakarma Mataram dengan jumlah 76 Fenomena tersebut justru bertolak orang lanjut usia. belakang dengan teori yang menyatakan Sampel bahwa semakin meningkatnya jumlah Sampel pada penelitian ini adalah penduduk lansia mengakibatkan lanjut usia yang disantun dan tinggal di meningkatnya beban keluarga, masyarakat, PSTW Puspakarma Mataram. dan pemerintah (old age dependency Tehnik sampling yang digunakan

  

ratio ). Meskipun di usia lanjut terjadi pada penelitian ini adalah dengan teknik

  penurunan fisik dan mental namun penting purvosive sampling , yaitu teknik sekali menyiapkan mereka untuk mandiri penetapan sampel dengan cara memilih dalam melakukan aktivitas sehari-hari sampel diantara populasi sesuai dengan sehingga tidak bergantung kepada yang dikehendaki peneliti, sehingga keluarga termasuk dalam hal perawatan sampel tersebut dapat mewakili diri. karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya (Nursalam,2003).

  Tujuan Khusus Kriteria Sampel

  Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : Adapun kriteria sampel yang

  a. hubungan faktor dipergunakan adalah : Mengetahui kesehatan fisik dengan perawatan a.

  Kriteria inklusi mandiri pada lansia di PSTW 1) Lanjut usia berumur lebih atau Puspakarma Mataram. sama dengan 60 tahun

  b. hubungan faktor Mengetahui

  2) Lansia yang bersedia menjadi kesehatan psikis dengan perawatan mandiri pada lansia di PSTW responden Puspakarma Mataram.

  3) Lanjut usia yang mandiri dalam c.

  Mengetahui hubungan faktor sosial rentangan mandiri ringan dengan perawatan mandiri pada lansia di PSTW Puspakarma Mataram. sampai sedang

NI MADE SUMARTYAWATI

DZOHARAT SAIDA MARWA

Tabel 1.3. Distribusi RespondenTabel 1.2. Distribusi Responden

  Berdasarkan Faktor Kesehatan Psikis

  No Fak. Kesehatan Jumlah %

  1 Sangat baik 13 30,2%

  2 Baik 18 41,9%

  3 Cukup 12 27,9%

  4 Kurang - - Total 43 100% Sumber data : Data Primer

  Berdasarkan table di atas sebagian besar responden baik dalam melakukan faktor kesehatan psikis sebanyak 18 responden (41,9%) dan yang tersedikit 12 responden (27,9%)yang cukup dalam melakukan faktor kesehatan psikis.

  Berdasarkan Faktor Sosial

  Kriteria eksklusi 1)

  No Fak. Kesehatan Jumlah %

  1 Sangat baik 12 27,4%

  2 Baik 29 67,4 %

  3 Cukup 2 4,7 %

  4 Kurang - - Total 43 100%

  Sumber data : Data Primer Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden baik dalam melakukan

  I MADE EKA SANTOSA

  48

  Berdasarkan table di atas sebagian besar responden sangat baik dalam melakukan faktor kesehatan fisik sebanyak 18 responden (41,9%) dan sebanyak 12 responden (27,9%) yang baik dalam melakukan faktor kesehatan fisik.

  4) Lansia yang mampu berkomunikasi atau menjawab pertanyaan (kooperatif) b.

  3 Cukup 13 30,2%

  2 Baik 12 27,9%

  Lansia yang sedang sakit 2)

  Lansia yang tidak sedang berada di PSTW saat penelitian

RANCANGAN PENELITIAN

  Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain “Studi

  Korelasional dengan pendekatan Cross sectional. Pendekatan “Cross sectional

  yaitu suatu penelitian yang menekankan pada proses pengukuran atau observasi data variabel independen maupun dependen dilakukan satu kali pada satu saat.

  Analisa Data

  Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Spearman

  Rank dengan taraf signifikan 5%.

  Hipotesis diterima jika r

  hitung

  (r

  hit

  ) > r

  tabel

  (r tab ) dan hipotesis ditolak jika r hitung (r hit ) < r tabel (r tab ).

HASIL PENELITIAN

Tabel 1.1. Distribusi Responden

  Berdasarkan Faktor Kesehatan Fisik

  No Fak. Kesehatan Jumlah %

  1 Sangat baik 18 41,9%

  4 Kurang - Total 43 100% Sumber data : Data Primer

NI MADE SUMARTYAWATI

  49

  I MADE EKA SANTOSA

DZOHARAT SAIDA MARWA

  faktor sosial sebanyak 29 responden hubungan sedang. Pada penelitian ini (67,4%) dan yang tersedikit 2 responden terdapat hubungan yang signifikan (4,7%)yang cukup dalam melakukan antara faktor kesehatan fisik dengan faktor sosial. perawatan mandiri pada di PSTW

Tabel 1.3. Distribusi Responden Puspakarma Mataram dengan kekuatan

  Berdasarkan Perawatan Mandiri hubungan antar variabel adalah sedang.

  No Perawatan Mandiri Jumlah % di PSTW Puspakarma Mataram.

  1 Ketergantungan 7 16,3%

  Hal ini diperkuat dengan hasil

  ringan

  2 Ketergantungan 24 51,8 %

  wawancara responden dimana hasil

  sedang

  terbanyak dapat dilihat pada pertanyaan

  3 Mandiri 12 27,4 % Total 43 100%

  no 4 yang menunjukkan responden Sumber data : Data Primer mempunyai kemampuan fisik yang bagus yaitu responden mampu

  PEMBAHASAN

  mengontrol ketika akan melakukan 1.

   Hubungan Faktor Kesehatan Fisik

  BAK sebanyak 131. Ahmad Zakaria

  Dengan Perawatan Mandiri Pada Lansia Di PSTW Puspakarma

  (2009) menyatakan faktor kesehatan

  Mataram

  fisik adalah kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap serangan Berdasarkan perhitungan yang penyakit atau kesehatan fisik adalah dilakukan melalui rumusan Spearman kondisi fisik lansia dalam melakukan

  rank untuk uji hubungan faktor

  aktivitas sehari-hari.Hal tersebut juga kesehatan fisik dengan perawatan sesuai dengan pernyataan yang mandiri pada lansia di PSTW menyatakan bahwa lansia yang mampu

  Puspakarma Mataram, didapatkan nilai menjaga kesehatannya memiliki

  significant (2-tailed) sebesar 0,000

  kemampuan fisik yang bagus. Semakin angka ini lebih kecil dari nilai α=0.1 seringnya responden melakukan yang artinya bahwa Ho ditolak dan Ha kegiatan fisik seperti kegiatan-kegiatan diterima, hal ini berarti terdapat yang dilakukan pada kuesioner seperti: hubungan signifikan antara faktor melakukan kegiatan menyenangkan, kesehatan fisik dengan perawatan mengingat barang-barang yang mandiri pada lansia di PSTW diletakan dan pengontrolan aktivas Puspakarma Mataram. Coefficient

  BAB dan BAK, dengan begitu lanjut

  correlation Sperman Rho (r) sebesar

  usia dapat menyesuaikan diri kembali 0,536 artinya kekuatan korelasi

NI MADE SUMARTYAWATI

  Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 orang ibu hamil yang menjadi responden mempunyai dukungan keluarga dalam memilih tempat bersalin paling banyak dalam kategori baik yaitu sebanyak 11 orang (36,7%) dan paling sedikit dalam kategori kurang yaitu sebanyak 9 orang (30,0%).

  Dukungan keluarga dalam memilih tempat bersalin pada ibu hamil sebagian besar dalam kategori baik disebabkan karena secara nyata, secara harapan dan secara emosional keluarga ibu hamil mempunyai dukungan yang baik dalam pemilihan tempat bersalin bagi ibu hamil. Hal ini ditunjukkan bahwa dari 30 orang ibu hamil mendapat dukungan keluarga secara nyata paling banyak mempunyai baik yaitu sebanyak 14 orang (46,7%), secara harapan paling banyak mempunyai dukungan baik yaitu sebanyak 18 orang (60,0%), sedangkan secara emosional paling banyak mempunyai dukungan baik sebanyak 12 orang (40%).

  Berdasarkan perhitungan yang dilakukan melalui rumusan Spearman

  rank untuk uji hubungan faktor

  kesehatan fisik dengan perawatan mandiri pada lansia di PSTW Puspakarma Mataram, didapatkan nilai

  significant (2-tailed) sebesar 0,004

  angka ini lebih kecil dari nilai α=0.1 yang artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti terdapat hubungan signifikan antara faktor kesehatan psikis dengan perawatan mandiri pada lansia di PSTW Puspakarma Mataram. Coefficient

  correlation Sperman Rho

  (r) sebesar 0,536 artinya kekuatan korelasi hubungan sedang. Pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kesehatan psikis dengan perawatan mandiri pada di PSTW Puspakarma Mataram dengan kekuatan hubungan antar variabel adalah sedang. di PSTW Puspakarma Mataram.

  Ahmad Zakaria (2009) menyatakan kesehatan psikis adalah sikap lansia mengenai proses menua yang mereka hadapi. Kriteria optimal kesehatan psikis lansia menurut WHO 1959 (Maryam, dkk., 2012) adalah sebagai berikut: dapat menerima kenyataan yang baik maupun buruk, puas dengan hasil karyanya, merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima, secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas, berhubungan dengan orang lain untuk tolong menolong dan saling memuaskan, mengambil hikmah

  I MADE EKA SANTOSA

  50

DZOHARAT SAIDA MARWA

2. Hubungan Faktor Kesehatan psikis Dengan Perawatan Mandiri Pada Lansia Di PSTW Puspakarma Mataram

NI MADE SUMARTYAWATI

  permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif, mempunyai rasa kasih sayang yang besar.

  Hal ini ditunjukan dengan sebagian besar responden memiliki psikis yang bagus di tunjukan dengan responden memiliki kepuasan apabila telah bisa melakukan sesuatu seperti menjahit, sesuai dengan pertanyaan wawancara no 2 yang memimiliki jumlah nilai terbanyak yaitu 139.

  Hal tersebut juga ditunjukkan oleh kriteria optimal kesehatan psikis lansia menurut WHO 1959 (Maryam,2012) yaitu puas denga hasil karyanya dan mempunyai rasa kasih sayang yang besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh kepribadian lansia. Kepribadian lanjut usia (sifat

  stereotype ) sebagai berikut: pertama,

  tipe kostruktif, orang yang mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri. Kedua, tipe ketergantungan (dependent), orang lanjut usia masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Ketiga, tipe defensive, orang ini biasanya dahulu mempunyai pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, tidak terkontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. Keempat, tipe bermusuhan (hostility), mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Kelima, tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (self haters), orang ini bersifat kritis terhadap diri sendiri dan menyalahkannya, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonominya.

  3. Hubungan Faktor Kesehatan Sosial Dengan Perawatan Mandiri Pada Lansia Di PSTW Puspakarma Mataram

  Berdasarkan perhitungan yang dilakukan melalui rumusan

  Spearman rank

  untuk uji hubungan faktor kesehatan fisik dengan perawatan mandiri pada lansia di PSTW Puspakarma Mataram, didapatkan nilai

  significant (2-tailed) sebesar 0,412

  angka ini lebih besar dari nilai α=0.1 yang artinya bahwa Ha ditolak dan Ho diterima , hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara faktor kesehatan sosial dengan perawatan mandiri pada lansia di PSTW Puspakarma Mataram.

  Ahmad Zakaria (2009) menyatakan kesehatan sosial adalah kemampuan lansia berinteraksi, bermasyarakat/berkelompok. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

  I MADE EKA SANTOSA

  51

DZOHARAT SAIDA MARWA

NI MADE SUMARTYAWATI

  52

  I MADE EKA SANTOSA DZOHARAT SAIDA MARWA yang ditunjukan pada hasil wawancara, banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

  dimana responden menyatakan bahwa Sebaliknya pendidikan yang kurang mereka berbagi tugas dalam mengatur akan menghambat perkembangan sikap kehidupan bersama di panti sosial seseorang terhadap nilai

  • –nilai yang terlihat pada master tabel. Hal ini juga baru diperkenalkan. sesuai dengan tujuan pemeriksaan Perilaku ibu hamil dalam interpersonal dan sosial (Surini memilih tempat bersalin yang sebagian dkk,2003) yaitu kemampuan lansia besar dalam kategori baik dan cukup dalam berinteraksi, berperan atau dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap menempatkan diri dalam berinteraksi, dan tindakan ibu hamil yang baik. bermasyarakat / berkelompok. Sesuai dengan pendapat

  Berdasarkan hasil penelitian Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku diketahui bahwa perilaku ibu hamil manusia adalah semua kegiatan atau dalam memilih tempat bersalin paling aktivitas manusia, baik yang diamati banyak dalam kategori baik dan cukup langsung, maupun yang tidak dapat yaitu masing-masing berjumlah 13 diamati oleh pihak luar, karena perilaku orang (43,3%) dan ibu hamil yang dapat dipengaruhi beberapa faktor memilih tempat bersalin paling sedikit yakni : persepsi, pengetahuan, dalam kategori kurang yaitu sebanyak 4 keyakinan, keinginan, motivasi, orang (13,3%). dukungan, niat dan sikap.

  Hal ini dipengaruhi oleh usia dari ibu hamil yang sebagian besar

DAFTAR PUSTAKA

  dalam masa produktif yaitu 20

  • – 30

  Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: tahun sebanyak 17 orang (56,7%)dan Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Cetakan 15. sebagian besar mempunyai pendidikan Jakarta: Rineka Cipta. sedang yaitu paling banyak mempunyai

  Budiman, dkk. (2013). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan pendidikan SMP sebanyak sebanyak 16 dan Sikap Dalam Penelitian orang (53,3%). kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Sesuai dengan pendapat dari

  David, Amrullah. (2013). Pelaksanaan Self Kuncoroningrat yang dikutip dari

  Care Assisstance Di Panti Wreda. Nursalam dan Pariani (2001), mengatakan bahwa makin tinggi tingkat Diakses november 2014.

  Erdhayanti, Silis. (2010). Hubungan pendidikan seseorang, makin mudah Tingkat Pengetahuan

NI MADE SUMARTYAWATI

  53

  I MADE EKA SANTOSA

DZOHARAT SAIDA MARWA

  Lansia Dengan Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan

  Personal Hygiene Di Panti

  Wreda Darma Bakti Pajang Surakarta.

   Diakses november 2014.

  Hidayat, A A. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik.

  Jakarta: Salemba Medika. Maryam, dkk. (2012). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya.

  Jakarta: Salemba Medika. Nugroho, Wahyudi. (2003). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik.

  Jakarta: EGC. Nursalam. (2011). Metodologi Penelitian

  Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Pratikwo, Suryo. (2006). Analisi Pengaruh

  Faktor Nilai Hidup, Kemandirian Dan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Sehat Lansia Di Kelurahan Medoda Kota Pekalongan.

  

  Diakses november 2014. Rinajumita. (2011). Faktor-Faktor Yang

  Berhubungan Dengan Kemandirian Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara.

   Diakses november 2014.

  Zakariya, Ahmad. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia

  04 Margaguna Jakarta Selatan.

   Diakses november 2014.

Dokumen yang terkait

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA PENYAKIT GINJAL STADIUM AKHIR YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI BRSU TABANAN-BALI I Gusti Ayu Puja Astuti Dewi

0 0 9

GAMBARAN SWAMEDIKASI ANALGESIK PADA LANSIA DENGAN NYERI SENDI DI PELAYANAN KOMUNITAS Description of self-medication for joint pain with anlagesic on geriatric patients at community Dwi Arymbhi Sanjaya1 , Ida Ayu Manik Damayanti2 , Ni Wayan Sukma Antari3,

0 0 7

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN DAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN BUN- DLE VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA Yuyun Durhayati1 , Denissa Faradita Aryani2

1 1 8

PERILAKU KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA DENGAN PASIEN KANKER Health Behaviors in Family Members of Cancer Patients

0 0 6

HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA KLIEN DM TIPE 2 DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KECAMATAN TEBET Muhammad Ihsan

0 0 8

PENGARUH STRES TERHADAP FUNGSI MEMORI PADA PASIEN DIA- BETES MELITUS DI KOTA DEPOK Fathiya Hanisya

0 0 8

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN PADA PEMERINTAH KOTA MALANG San Rudiyanto¹ dan Mirza Dyah Ariyanti²

0 0 13

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN STATUS EKONOMI TERHADAP TINGGINYA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA KARANG BAYAN KECAMATAN LINGSAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIGERONGAN

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU IBU HAMIL DALAM MEMILIH TEMPAT BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANTANG LOMBOK TENGAH

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN YANG BEROBAT DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

0 0 7