BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik - Prarancangan Pabrik Etil Asetat Dari Etanol Dan Asam Asetat Dengan Reactive Distillation Kapasitas 20.000 Ton/Tahun

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Etil asetat merupakan salah satu jenis solvent atau pelarut yang memiliki

  rumus CH COOC H . Cairan jernih tak berwarna dan berbau harum atau khas ini

  3

  2

  5

  mempunyai beberapa sifat antara lain larut dalam khloroform, alkohol serta eter,

  o o

  mempunyai titik didih sebesar 77 C dan berat jenis 0,8945 gr/ml (25

  C) Di Indonesia, etil asetat memiliki pasar yang cukup luas seperti industri tinta cetak, cat dan thinner, PVC film, industri farmasi, dan sebagainya. Kendati industri yang menggunakan bahan baku etil asetat di dalam negeri dewasa ini sedang kurang menggairahkan, namun di masa mendatang diperkirakan mempunyai prospek yang cukup baik.

  Etil asetat di Indonesia diproduksi oleh PT Indo Aciditama Chemical Industri Solo, Jawa Tengah dan PT Showa Esterindo Industries Merak, Jawa Barat. Karena kebutuhan etil asetat di dalam negeri semakin meningkat, sedangkan hanya ada dua produsen etil asetat maka kami merancang pendirian pabrik etil asetat ini di dalam negeri. Pendirian pabrik etil asetat ini didasari oleh pertimbangan-pertimbangan berikut : a.

  Dapat memenuhi kekurangan kebutuhan etil asetat dalam negeri b. Membuka lapangan kerja baru, sehingga menurunkan tingkat pengangguran

  

commit to user

  

commit to user

c.

  Mendukung usaha pemerintah dalam pengembangan industri kimia yang menggunakan etil asetat sebagai bahan baku d.

  Menghemat devisa negara karena mengurangi beban impor.

I.2 Kapasitas Perancangan

  Dalam menentukan kapasitas rancangan pabrik perlu melihat kapasitas minimum atau sama dengan kapasitas pabrik yang sudah ada. Selain itu, penentuan kapasitas juga harus mendekati kebutuhan dalam negeri akan produk yang dihasilkan.

  Penentuan kapasitas pabrik etil asetat berdasar atas pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut :

1. Kebutuhan / pemasaran produk

  Kebutuhan etil asetat dalam negeri selama ini sebagian masih diimpor dari luar negeri. Impor etil asetat ini didatangkan dari banyak negara. Namun dalam beberapa tahun terakhir jumlah terbesar dipasok dari beberapa negara etil asetat di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini.

  Tabel I.1 Impor Etil Asetat di Indonesia ( Badan Pusat Statistik, 2009-2012) Tahun Jumlah (ton) 2009 7.936,195

  2010 10.054,766 2011 17.171,801 2012 31.610,803

  35000

  y = 7.814,09x - 1,5E+06 ) 30000

  R² = 0,89 on

  25000

   (t or

  20000

  p im

  15000

  lah

  10000

  jum

  5000 2008 2009 2010 2011 2012 2013

  tahun

  Gambar I.1 Grafik Impor Etil Asetat di Indonesia ( BPS, 2009-2012) Bila dilakukan pendekatan linier, akan diperoleh persamaan: y = 7814,09x (I

  • – 1,5E+06 –1) Berdasarkan persamaan (I-1) diperkirakan pada tahun 2017 Indonesia membutuhkan tambahan etil asetat sebesar 67.493,22 ton/tahun.

2. Ketersediaan bahan baku

  Ketersediaan bahan baku sangat mempengaruhi kelangsungan proses suatu pabrik. Bahan baku pembuatan etil asetat terdiri dari etanol dan asam asetat menggunakan katalis resin aktif amberlyst 35 wet. Bahan baku etanol diperoleh dari PT Molindo Raya Industrial di Malang dengan kapasitas produksi 50.000 kL/tahun, asam asetat diperoleh dari PT Indo Acidatama Tbk (Solo) dengan kapasitas produksi 33.000 ton/tahun (PT Indo Acidatama, 2012).

  

commit to user

  

commit to user

  3. Kapasitas minimum Kapasitas minimal pabrik yang layak berdiri dapat diketahui dari kapasitas pabrik-pabrik yang telah ada. Berikut ini pabrik etil asetat yang ada di dunia beserta kapasitasnya. Tabel I.2 Kapasitas Produksi Etil Asetat di Berbagai Negara (Dutia, 2004)

  Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas (ton/tahun)

  Aliachem Pardubice, Czech Republic 12000 Atanor Buenos Aires, Argentina 10000 BP Chemicals Hull, UK 220000 Celanese La Cangrejera, Mexico 92000

  Pulau Sakra Singapura 60000 Chiba Ethyl Acetate Ichihara, Jepang 50000 Eastman Kingsport, Tennessee, US 27000

  Longview, Texas, US 32000 Ercros Tarragona, Spain 60000 International Ester Ulsan, Korea Selatan 75000 Jubilant Organsys Gajraula and Nira, India 32000 Kyowa Hakko Kogyo Yokkaichi, Jepang 40000 Laxmi Organic Industries Mahad, India 35000 Rhodia Brasil Paulinia, Brazil 100000 Sasol Secunda, Afrika Selatan 50000 Shandong Jinyimeng Chemical Shandong, Cina 80000 Shanghai Jinyimeng Chemical Wujing, Cina 30000 Showa Esterindo Indonesia Merak, Indonesia 60000 Dengan mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan kapasitas pabrik di atas, maka ditetapkan kapasitas pabrik etil asetat 20.000 ton/tahun, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga dapat mengurangi beban impor.

I.3 Pemilihan Lokasi Pabrik

  Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam perancangan pabrik. Lokasi pabrik harus dapat memberikan keuntungan jangka panjang dan menjamin kelangsungan pabrik untuk terus beroperasi. Kawasan industri Gresik, Jawa Timur dipilih sebagai lokasi pendirian pabrik berdasarkan pertimbangan beberapa faktor, yaitu (Peters and Timmerhaus, 1991) : a.

  Lokasi sumber bahan baku b. Pemasaran produk c. Transportasi d. Utilitas Tenaga kerja

  f. lahan yang Ketersediaan memadai g.

  Iklim h. Komunikasi i. Kebijakan pemerintah j. Kondisi tanah dan daerah

  

commit to user

  I.3.1 Lokasi sumber bahan baku

  Lokasi sumber bahan baku merupakan hal yang paling utama dalam

  ahan baku asam asetat diperoleh dari PT Indo

  pengoperasian suatu pabrik. B

  Acidatama Tbk (Solo), etanol diperoleh dari PT Molindo Raya (Malang), dan katalis resin amberlyst-35 wet diperoleh dengan mengimpor dari Rohm and Haas Company.

  I.3.2 Pemasaran produk Pemilihan lokasi pendirian pabrik di Gresik dapat mempermudah pemasaran untuk industri dalam negeri maupun luar negeri, karena kota Gresik dilalui jalur

  Pantura yang menghubungkan Gresik-Surabaya.

  Jawa Timur juga memiliki banyak industri kertas (PT Kertas Leces (PERSERO) Integrated Pulp and Mill di Purbolinggo dan Surabaya), industri tinta cetak, tiner, dan cat (PT Warnatama Cemerlang di Gresik, Jawa Timur) serta industri lem perekat (perusahaan Meddha Sidha di Surabaya, Jawa Timur) yang menggunakan etil asetat untuk menunjang proses produksi. Selain itu, pendirian pabrik etil asetat di Gresik, Jawa Timur dapat mendorong pendirian industri-industri lain yang memerlukan etil asetat sebagai bahan baku.

  I.3.3 Transportasi

  Ketersediaan transportasi sangat mendukung distribusi produk dan bahan baku baik melalui laut maupun darat. Daerah yang dijadikan sebagai lokasi pabrik harus mempunyai fasilitas transportasi yang memadai dan biaya transportasi dapat ditekan sekecil mungkin. Daerah Gresik cukup ideal untuk transportasi laut

  

commit to user

. Hal ini dikarenakan Gresik dekat dengan Surabaya yang mempunyai

  ataupun darat

  

fasilitas transportasi lengkap (jalur kereta api, jalan darat, bandara, dan pelabuhan)

sehingga sangat memadai untuk pemasaran di luar pulau maupun untuk ekspor.

  I.3.4 Utilitas

  Lokasi pendirian pabrik hendaknya dekat dengan sumber air dan sumber bahan bakar untuk mendukung penyedian air, pengadaan bahan bakar dan listrik.

  Kebutuhan air diperoleh dari PT Petrokimia Gresik, sedangkan kebutuhan listrik diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara.

  I.3.5 Tenaga kerja dan tenaga ahli

  Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten dengan kepadatan penduduk yang tinggi di Indonesia, sehingga masalah penyediaan tenaga kerja mulai dari tenaga kasar sampai tenaga ahli diharapkan mudah terpenuhi. Jumlah pencari kerja berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gresik pada Tahun 2011 sebanyak 2.906 (laki-laki dan perempuan). Persentase yang terbesar adalah tamat SLTA (37,58 persen), berikutnya 34,65 persen adalah tamat sekolah kejuruan, dan ketiga 15,76 persen yang tamat sarjana.

  I.3.6 Ketersediaan lahan yang memadai

  Pabrik yang didirikan harus jauh dari pemukiman penduduk dan tidak mengurangi lahan produktif pertanian agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, hendaknya dipilih lokasi

  

commit to user pabrik yang masih memungkinkan untuk pengembangan area pabrik. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan pengembangan pabrik masa depan.

  I.3.7 Iklim

  Iklim yang terlalu panas mengakibatkan diperlukannya peralatan pendingin yang lebih banyak, sedangkan iklim yang terlalu dingin atau lembab mengakibatkan bertambahnya biaya konstruksi pabrik karena diperlukan perlindungan khusus pada alat-alat proses. Daerah Gresik merupakan daerah tropis basah sehingga memiliki iklim yang kering dengan curah hujan yang lebih sedikit sehingga pabrik layak didirikan di daerah ini.

  I.3.8 Komunikasi

  Komunikasi merupakan faktor yang penting untuk kemajuan suatu industri. Di daerah Jawa Timur khususnya di kawasan industri Gresik, fasilitas komunikasi sudah sangat lengkap dan memadai.

  I.3.9 Kebijakan pemerintah

  Daerah Gresik merupakan kawasan industri yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga hal-hal terkait kebijakan pemerintah dalam hal perijinan, lingkungan masyarakat sekitar, faktor sosial serta perluasan pabrik mudah diperoleh.

  

commit to user

  

commit to user

  I.3.10 Kondisi tanah dan daerah

  Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar dapat memberikan kenyamanan dan keamanan. Gresik telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan industri di Indonesia sehingga manajemen dampak lingkungan dapat dikelola dengan baik.

Gambar 1.2 Peta Lokasi

  II.4 Tinjauan Pustaka

  Ada beberapa macam proses pembuatan etil asetat, yaitu : a.

   Proses esterifikasi dengan katalis asam sulfat

  Etil asetat diproduksi melalui reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan etanol menggunakan katalis, seperti asam sulfat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi reversible, dimana konversi dari etil asetat sebesar

  Lokasi Pabrik

1.4.1 Macam-macam Proses

  67%. Untuk meningkatkan yield, pembentukan air harus diminimalkan (McKetta and Chuningham, 1994).

  Proses esterifikasi pembuatan etil asetat dibedakan menjadi dua macam, yaitu secara kontinyu maupun batch. Esterifikasi secara batch pada umumnya digunakan untuk kapasitas produksi yang relatif kecil, sedangkan untuk kapasitas industri yang relatif besar hendaknya dipilih esterifikasi kontinyu.

  1. Proses Batch Proses produksi etil asetat secara batch terjadi di dalam reaktor berbentuk silinder dan dipanaskan menggunakan closed coil steam

  

pipe . Umpan terdiri dari asam asetat, etanol 95%, dan asam sulfat

  dengan konsentrasi tertentu. Suhu atas kolom fraksinasi diatur 70ºC agar diperoleh komposisi 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap yang terbentuk dikondensasikan, sebagian dikembalikan ke atas plate

column sebagai refluk dan sisanya ditampung di tangki penyimpanan.

purifikasi (Kirk and Ortmer, 1982).

  2. Proses Kontinyu Proses produksi etil asetat secara kontinyu menggunakan prinsip untuk memperoleh produk (ester) yang maksimal. Asam

  azeotrop

  asetat, etanol dan katalis asam sulfat direaksikan pada reaktor yang dilengkapi pengaduk. Setelah kesetimbangan reaksi tercapai, campuran dipompa menuju tangki penampungan sementara dan campuran

  commit to user dialirkan menuju bubble cap plate column melewati preheater. Temperatur atas kolom diatur 80ºC dan uap yang terbentuk dikondensasikan. Recovery column yang pertama dioperasikan dengan temperatur atas 70ºC untuk menghasilkan 83% ester, 9% alkohol, dan 8% air. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke static mixer dan dilanjutkan pemisahan di dekanter. Hasil atas dekanter dimasukkan ke menara distilasi. Hasil atas dari kolom tersebut berupa 95-100% etil asetat yang nantinya dialirkan ke cooler kemudian dialirkan ke tangki penyimpanan (Kirk and Othmer, 1982).

b. Proses reaksi Tischenko

  Proses Tischenko merupakan produksi etil asetat secara komersial dengan mengubah etanol menjadi asetaldehid menggunakan katalis

  

aluminum alkoxide. Yield pada proses ini sebesar 61%. Reaksi yang terjadi

  yaitu (McKetta and Chuningham, 1994): c.

   Proses sintesis etil asetat dari etilen dan asam asetat

  Etil asetat dapat disintesis dari etilen dan asam asetat menggunakan katalis asam padat, misalnya zeolit. Reaksinya dituliskan: CH

  2 CH 2 + CH

3 COOH 2CH

  3 CHO (I-3)

  2CH

3 CHO  CH

  

3 COOC

  2 H 5 (I-4) commit to user Pada reaksi ini, tidak terbentuk produk samping sehingga dapat meminimalkan energi untuk proses pemurnian produk.

d. Proses esterifikasi dengan Reactive Distillation

  Reaksi yang terjadi :

  Katalis resin

  CH

  3 COOH + C

  2 H

  5 OH CH

  3 COOC

  2 H 5 + H

  2 O (I-5)

  Proses pembuatan ester dapat dilakukan dengan menggunakan reactive

  

distillation . Reactive distillation merupakan suatu alat yang

  menggabungkan antara proses reaksi kimia dan proses distilasi ke dalam satu unit proses. Dalam beberapa kasus tertentu, keseimbangan reaksi termodinamika membatasi konversi yang diperoleh. Reactive distillation didesain sedemikian rupa sehingga produk hasil reaksi meninggalkan zona reaksi, dengan demikian konversi dan selektivitas meningkat dengan signifikan. Penggabungan antara proses reaksi dan distilasi tersebut menghasilkan proses intensif yang sederhana, selain itu dapat mengurangi sehingga mengurangi biaya operasional dan investasi. Katalis yang digunakan dalam reaktor menara reactive distillation adalah resin aktif

  • yang mempunyai ion H . Ion ini berperan dalam mempercepat reaksi esterifikasi sebagai contoh adalah amberlyst-35. Proses dijalankan pada

  o

  suhu antara 100-140

  C, konversi maksimal yang diperoleh juga lebih besar yaitu 100 %.

  (Lai et al., 2007)

  commit to user

  

commit to user

  C 100-300

  reactive distillation menggunakan katalis resin aktif karena: 1.

  Biaya operasi tinggi sekali tinggi tinggi Rendah Dari beberapa pertimbangan di atas dipilih proses esterifikasi dengan

  C Korosifitas kecil kecil besar sekali sangat kecil Unit pemisahan katalis dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan tidak dibutuhkan

  o

  C 100-140

  o

  C 155

  o

  o

  Tabel I.3 Perbandingan Beberapa Proses Produksi Etil Asetat Pertimbangan Tishchenko Etilen dan asam asetat

  T operasi -20

  Konversi 61% 43,6% 66,57% ~100%

  Ketersediaan etanol di pasar cukup

  Ketersediaan etanol di pasar cukup

  Ketersediaan etilen di pasar terbatas, karena terbatasi oleh minyak bumi

  Bahan baku Ketersediaan asetaldehid cukup banyak di pasar

  Reactive Distillation

  Esterifikasi

  Esterifikasi etanol berkatalis asam

  Bahan baku diperoleh di dalam negeri 2. Konversi yang diperoleh sangat tinggi 3. Temperatur relatif rendah 4. Tingkat korosifitas kecil 5. Tidak diperlukan unit pemisahan katalis 6. Mengurangi arus recycle 7. Biaya investasi peralatan dan pengoperasian cukup rendah

  

commit to user

I.4.2 Kegunaan Produk.

  C  Freezing point

  C) : 1,17 cP  Kelarutan dalam air

  o

   Kekentalan (20

  3

   Densitas cair : 789,3 kg/m

  2

  : 6.383.480 N/m

  C  Tekanan kritis

  o

  : 243,1

  C  Suhu kritis

  o

  : -114,1

  o

  Etil asetat adalah cairan tidak berwarna, merupakan senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai resiko peledakan (eksplosif). Adapun kegunaan etil asetat dalam industri adalah sebagai berikut : a. Sebagai bahan pelarut cat dan bahan pembuatan plastik.

  : 14

  C (1 atm)  Flash point

  o

  : 78,29

  : 46,069 kg/kmol  Boiling point

  Sifat Fisis  Berat molekul

  Etanol ( Etil Alkohol ) A.

  I.4.3.1 Bahan Baku 1.

  I.4.3 Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku dan Produk Etil Asetat

  e. Sebagai bahan baku pabrik parfum, flavor, kosmetik, dan minyak atsiri.

  d. Sebagai reagen sintetik organik, misal pembuatan etil asetoasetat.

  c. Sebagai bahan baku bagi industri tinta cetak, dan industri resin sintetis.

  b. Untuk kebutuhan industri farmasi.

  : sangat larut o

  3 C) gas : 234,81.10 kJ/kmol

   Entalpi pembentukan (25

  

o

  3 C) cair : -174,78. 10 kJ/kmol

   Energi Gibbs pembentukan (25 (Kirk and Othmer, 1982)

  B. Sifat Kimia  Etanol adalah senyawa organik sintetis. Apabila mengalami dehidrasi akan membentuk etilen. Reaksi :

  C

  2 H

  5 OH C

  

2 H4 + H

  2 O (I-6)

  SO  Etanol dapat dibuat dari etilen dengan katalis H

  2

  4

  98% H

  2 SO

  4 H

  2 O heat

  CH == CH CH CH OSO H CH CH OH+ H SO (I-7)

  2

  2

  3

  2

  3

  3

  2

  2

  4

   Sifat kimia etanol terutama dalam hubungannya dengan gugus hidroksil misalnya reaksi dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan esterfikasi. Atom hidrogen ini dapat diganti dengan logam aktif misalnya natrium, kalsium dan kalium, serta menghasilkan logam etoksida seperti pada reaksi berikut ini :

  2 C

  2 H

  5 OH + 2 M

  2 C

  2 H

  5 OM + H 2 (I-8)

   Reaksi antara etanol dan asam klorida dengan katalis seng klorida pada

  o o

  temperatur 160 C-190 C dan tekanan 2 atm, akan menghasilkan etil klorida dan air.

  C

  2 H

  5 OH + HCl C

  2 H

  5 Cl + H

  2 O (I-9) commit to user

  • 3

  o

  3

   Kekentalan (20

  o

  C) : 1,22 cP  Kekentalan (110

  o

  C) : 0,42 cP  Energi Gibbs pembentukan (25

  C) cair : -6484,782 kJ/kg  Panas pembentukan (25

  /kgmol  Densitas (cair)

  o

  C) : -8062,99 kJ/kg  Specific gravity (20/20

  o

  C) : 1,051  Panas spesifik (25

  o

  C) : 2,03761 kJ/kg.K (McKetta and Chuningham, 1994) B. Sifat Kimia

  : 1043,92 kg/m

  3

  commit to user 2.

  : 117,9

  Asam asetat A.

  Sifat Fisis  Berat molekul

  : 60,053 kg/kmol  Melting point

  : 16,6

  o

  C  Boiling point

  o

  m

  C  Fase : cair  Suhu kritis

  : 321,3

  o

  C  Tekanan kritis

  : 5.785.700 N/m

  2

   Volume kritis : 2,85.10

   Asam asetat direaksikan dengan etanol dengan menggunakan katalisator asam kuat (asam kuat yang digunakan sebagai katalisatornya dapat berupa larutan asam sulfat ) membentuk etil asetat yang fase zat pereaksi dan produk adalah cairan.

  • Cl
    • )
      • H

3 COOH + Zn (CH

  • CH
  • HCl (I-12)

  2 COOH chloroacetic acid aminoacetic acid

  acid acid acid

   Reaksi dari halida dengan ammonia CH

  3 COOH  ClCH

  2 COOH  NH

  2 CH

  2 COONH

  4

   NH

  2 CH

   Bentuk : padatan  Bentuk ion

  (I-14) 3. Katalis Amberlyst 35 wet

  3 CCOOH (I-13)

  : H

  : 800  Surface area, m

  2

  /g : 50 H

  2 P Cl

  2 P Cl

  2 P

  H

  

3

  chloroacetic dichloroacetic trichloroacetic

  2 COOH Cl

  2 CHCOOH  Cl

  3 COO

  commit to user

  Reaksi : CH

  3 COOH + C

  2 H

  5 OH CH

  3 COOC

  2 H 5 + H

  2 O (I-10)  Dapat membentuk garam asetat jika direaksikan dengan Zn.

  Reaksi : 2 CH

  2 Zn

  2 (I-11)

   Apabila bereaksi dengan benzotrichloride dalam fase cair akan membentuk acetyl chloride. Reaksi : C

  6 H

  5 CCl

  3

  3 COOH CH

  3 COCl + C

  6 H

  5 COCl

   Substitusi dari alkyl /aryl group CH

  3 COOH  ClCH

  • Cl

2 NH

  • Matrix : Polystyrene Divinyl Benzene  Densitas, g/liter

I.4.3.2 Produk

  : 1,6% berat pada

  o

  C  Tekanan kritis

  : 3.830.085 N/m 2  Kekentalan (20

  o

  C) : 0,455 cP  Specific grafity ( 20

  o

  C) : 0,883  Kelarutan dalam air

  20

  C  Suhu kritis

  o

  C  Entalpi pembentukan (25

  

o

  C) gas : -442.920 kJ/kmol  Energi Gibbs pembentukan (25

  o

  C) cair : -327.400 kJ/kmol  Densitas : 902 kg/m

  3

  : 250,1

  

commit to user

   Ukuran, mm : 0,7-0,95

  2 CH

   Diameter pori, amstrong : 300

   Total pori, ml/g : 0,35

  (Rohm and Haas Company, 2013)

  1. Etil asetat

  A. Sifat Fisis  Rumus molekul

  : CH

  3 COOCH

  3

  : - 83,6

   Berat molekul : 88,1 kg/kmol

   Boiling point pada 1 atm : 77,15

  o

  C  Flash point

  : -4

  o

  C  Melting point

  o

  • NH
  • C

  2 H

  3 COOC

  2 H

5 C

  6 H

  6 CO-CH

  2 COOC

  2 H 5 + C

  5 OH

  6 COOC

  etil benzoat etil asetat etil benzoyl asetat (I-16) 2.

  Air A.

  Sifat fisis :  Rumus molekul

  : H

  2 O

   Fasa : cair  Warna : tidak berwarna  Berat molekul

  : 18 g / gmol  Densitas : 1,027 g / ml ( 25 °C )  Titik lebur

  2 H 5 + CH

  6 H

  commit to user

  2 H

   Panas spesifik (20

  o

  C) : 1,92046 kJ/kgK  Panas laten

  : 368,192 kJ/kg (McKetta and Chuningham, 1994)

  B. Sifat Kimia Etil asetat adalah senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai resiko peledakan (eksplosif).

   Membentuk acetamide jika diammonolisis Reaksi : CH

  3 COOC

  5

   Akan membentuk etil benzoyl asetat bila bereaksi dengan etil benzoat C

  3

  CH

  3 CONH

  2

  2 H

  5 OH (I-15)

   Apabila direaksikan dengan sodium etoksida membentuk etil asetoasetat yang dikenal dengan Claisen Condensation.

  : 0 °C

  : 100 °C  Titik didih

  : 218,4 atm  Tekanan kritis

  : 374,15 °C  Temperatur kritis joule

  : 75,55 ( 25 °C )  Kapasitas panas mol.K

  ( Perry’s, 1997 ) B.

  Sifat kimia :  Pelarut kimia yang baik (paling sering digunakan)  Merupakan reagen penghidrolisa pada reaksi hidrolisa  Memiliki sifat netral (pH 7)

  (Faith Keyes, 1957)

I.4.4 Tinjauan Pustaka Etil asetat dihasilkan dari reaksi esterifikasi antara etanol dan asam asetat.

  Reaksi yang terjadi bersifat reversible. Katalis yang digunakan adalah resin aktif

  

amberlyst 35 wet . Reaksi berlangsung dalam reaktor yang berupa menara reactive

o

distillation secara non-isothermal adiabatic pada suhu 100-140 C dan tekanan 2

atm.

  Reactive distillation adalah suatu menara distilasi yang disertai dengan

  reaksi, terdiri dari dua bagian yaitu seksi enriching dan seksi reaksi. Dalam seksi reaksi berisi padatan katalis. Etanol dan asam asetat masuk reaktor yang berupa menara reactive distillation pada bagian base column.

  

commit to user Hasil atas menara yang berupa etil asetat, etanol dan air kemudian dikondensasikan. Selanjutnya hasil atas menara tersebut bersama dengan hasil atas stripping column dimasukkan ke dalam dekanter. Di dalam dekanter terjadi proses pemisahan cair-cair berdasarkan berat jenis. Dekanter digunakan untuk memisahkan antara etil asetat dan air. Campuran yang mengandung sebagian besar etil asetat akan keluar sebagai hasil atas dekanter (light component). Light

  

component ini sebagian dikembalikan ke reaktor menara reactive distillation dan

  sebagian lagi diumpankan ke stripping column untuk mengalami pemurnian. Hasil bawah stripping column akan diambil sebagai produk dengan kemurnian etil asetat 99,75%. Sedangkan hasil atas diumpakan kembali ke dalam dekanter.

  

commit to user