Perancangan Model Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusiadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Perancangan Model Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusiadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perancangan Model Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusiadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Andita Sayekti JAM

Lindawati Kartika 14, 2

  Direvisi, Agustus 20 15 Diterima, Maret 20 15 Lecture in Department of Management, Faculty of Economics and Management, Disetujui, April 2016 Maret 20 16 Desember 20 15 Bogor Agricultural University (IPB)

  Abstract: The problem of inefficiency faced by Rural Banks is caused by non optimal human resource’s performance. There are many Rural Banks that have not enough employees, so many employees do double tasks, uncompleted management happened, and low compe- tence-compensations, that obstruct the performance of them. Because of that, the objective of this research is to map the condition of Rural Banks’ human resource based on its quality and quantity, identify the policy and strategy of Human Resource Development, evaluate the effectiveness of the rules that exist at Rural Banks, and formulate Rural Banks’ cooperation’s scheme with others agencies or education institution. This research was held at Jakarta, Bandung, Denpasar, Manado, Medan, Surabaya, and Yogyakarta. The methods of this re- search were explorative, quantitative description, and qualitative approach, such as field survey, purposive random sampling, and focus group discussion.The results are map of Rural Banks’ human resource’s condition from its distribution and quality, identification of Rural Bank’s human resource’s problems, recommendation of recruitment and selection system, analysis of position based on competency and its standard, recommendation of training, curriculum’s scheme, recommendation of compensation, and cooperation with others agen- cies/education institution that provide labor that are ready to be used by Rural Banks.

  Keywords: capacity building, human resource, performance, rural banks Abstrak: Masalah inefisiensi yang dihadapi oleh BPR disebabkan oleh kinerja sumber daya manusia yang belum optimal. Banyak BPRyang belum memiliki cukup karyawan, sehingga banyak karyawan yang melakukan tugas-tugas ganda, manajemen yang belum terbentuk, danrendahnya kompetensi serta kompensasi, yang menghambat kinerja mereka. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk pemetaan kondisi sumber daya manusia BPR berdasarkan pada kualitas dan kuantitas, mengidentifikasi kebijakan dan strategi pengembangan sumber daya manusia, mengevaluasi efektivitas ketentuan yang berlaku bagi BPR, dan merumuskan skema kerjasama yang tepat dengan lembaga pendidikan/instansi terkait. Penelitian ini diadakan di Jakarta, Bandung, Denpasar, Manado, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta. Metode

  Jurnal Aplikasi yang digunakan adalah eksploratif, deskriptif kuantitatif dan kualitatif, meliputifield survey,

  Manajemen ( JAM) purposive random sampling, dan fokus group discussion. Hasil dari pemetaan kondisi sumber

  Vol 14 N o 2, 20 16 daya manusia BPR berdasarkan pada kualitas dan kuantitas, mengidentifikasi masalah sumber

  Terindek s dalam daya manusia BPR, rekomendasi sistem rekrutmendanseleksi, analisis berdasarkan posisi

  Google Scholar berbasis standar kompetensi, rekomendasi pelatihan, skema kurikulum, rekomendasi kompensasi, dan kerja sama dengan instansi lain/lembaga pendidikan yang menyediakan tenaga kerja yang Andita S., Lecture in Department of Management, Faculty of Alamat Korespondensi: siap untuk digunakan oleh BPR. 18202/jam23026332.14.2.04 IPBDOI: http://dx.doi.org/10. Economics and Management, Kata Kunci: peningkatan kapasitas, sumber daya manusia, kinerja, BPR

  Andita Sayekti, Lindawati Kartika

  Industri BPR mengalami gejolak yang cukup meng- khawatirkan dalam kurun waktu dua tahun terakhir (terhitung selama bulan Desember 2010 hingga Desember 2012). Pada periode data tersebut, bebe- rapa indikator keuangan BPR mengalami pertum- buhan yang menurun dibandingkan periode sebelum- nya. Dampak dari kondisi ini adalah penurunan per- tumbuhan laba tahun berjalan BPR hingga mencapai 8,41%. Walaupun jumlah BPR turun sebagai akibat likuidasi, namun jaringan usaha BPR terus meningkat. Per Juli’13 tercatat terdapat 1,641 BPR dengan jumlah jaringan kantor sebesar 4,584 kantor (Bank Indonesia, 2013).Persaingan yang sangat ketat antara BPR dengan bank umum dan lembaga keuangan lainnya diindikasikan menjadi salah satu penyebab pelemahan indikator keuangan BPR ini.

  Persoalan inefisiensi yang dialami oleh BPR ini salah satunya disebabkan oleh faktor kinerja SDM yang belum optimal. Terkait dengan SDM, saat ini biaya SDM menduduki porsi terbesar (46,85%) dari biaya overhead yang harus ditanggung BPR setiap bulan. Banyak BPR yang masih kekurangan jumlah personil sehingga terjadi perangkapan tugas, ketidak- lengkapan pengurus, serta minimnya kompetensi dan keterampilan SDM yang menghambat produktivitas kerja. Bagi BPR yang belum memenuhi jumlah mini- mal Direksi (2 orang), alasan yang banyak dikemuka- kan adalah kesulitan memperoleh orang yang tepat baik dari sisi kompetensi, pengalaman, maupun peme- nuhan persyaratan Direksi BPR sebagaimana yang ditetapkan oleh BI. BPR dengan modal kecil bahkan mengeluhkan sulitnya memperoleh kandidat untuk posisi Direksi karena kecilnya gaji dan fasilitas yang ditawarkan.

  Secara umum, mengingat brand image BPR belum tertanam secara kuat dikalangan masyarakat, maka bekerja di BPR belum menjadi pilihan yang menarik bagi para lulusan akademi dan perguruan tinggi. Setidaknya terdapat 256 BPR dengan karya- wan berjumlah hingga 10 orang, sedangkan untuk dapat memenuhi semua fungsi standar agar operasio- nal BPR dapat berjalan dengan baik, setidaknya sebuah BPR memiliki SDM minimal 12 orang terma- suk Pengurus (Direksi dan Komisaris). Kebutuhan jumlah personil BPR tentu saja akan bertambah seiring dengan pertumbuhan volume usaha dan penambahan jaringan kantor.

  Oleh karena perkembangan BPR mengalami pelemahan indikator keuangan yang salah satunya disebabkan oleh faktor Sumber Daya Manusia (SDM) meliputi: kinerja SDM tidak optimal, kom- petensi SDM rendah, kompensasi kurang menarik, dan rendahnya komitmen pemilik dan pengelola, maka pada penelitian ini disusun suatu perancangan model peningkatan kapasitas SDM di Bank Perkreditan Rakyat supaya terjadi penguatan produktivitas dari SDM dan berdampak juga pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan.

Tujuan

  Melakukan pemetaan kondisi SDM BPR menurut kualitas dan kuantitas pada saat ini. Melakukan identifikasi terhadap kebijakan dan strategi pengembangan SDM BPR saat ini yang tercermin pada (a) keterlibatan Pemilik dalam peme- nuhan dan pengembangan SDM Pengurus dan Karyawan BPR dan (b) kebijakan penetapan gaji dan fasilitas, serta program pendidikan dan pelatihan bagi SDM BPR.

  Melakukan evaluasi terhadap efektivitas keten- tuan yang berlaku bagi BPR dalam mengatur persya- ratan Dewan Komisaris dan Direksi untuk mendukung optimalitas operasional BPR: (a) melakukan identifi- kasi terhadap kendala yang dihadapi oleh BPR untuk mendapatkan SDM dalam jumlah yang memadai dan memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh BPR ber- dasarkan level jabatan. (b) merumuskan rekomendasi mengenai kualitas dan kuantitas SDM BPR yang ideal untuk dapat menjalankan kegiatan usaha secara optimal dan mampu bertahan dalam persaingan.

  Merumuskan skema kerjasama yang tepat dengan lembaga pendidikan/instansi terkait untuk menghasilkan tenaga kerja siap pakai bagi industri BPR.

TINJAUAN PUSTAKA

  Menurut Schermerhorn(1997), rekrutmen (recruitment) adalah proses penarikan sekelompok kandidat SDM untuk mengisi posisi yang lowong.

  Sumber untuk melakukan proses rekrutmen adalah

  advertising (surat kabar, majalah, radio, internet), rekrutmen di kampus, danmelalui agen.

  Perancangan Model Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusiadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

  Menurut Dubois (2004), kompetensi adalah karakteristik dasar yang membawa ke arah suksesnya kinerja.Sehingga, kompetensi adalah kemampuan yang terwujud dari unsur-unsur pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude) sebagai dasar untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan efektif dan efisien. Kompetensi Jabatan adalah suatu tingkatan kemampuan tertentu yang menjadi syarat suatu jabatan sesuai dengan jenjangnya dalam struktur organisasi, sehingga apabila persyaratan tersebut dipenuhi maka jabatan tersebut akan berfungsi sebagaimana mestinya.

Pendekatan Penelitian dan Metode Analisis

Pemetaan Sumber Daya Manusia BPR

  Jumlah SDM minimum 12 orang. Bila SDM BPR dipilah menjadi 3 komponen yakni komisaris, direksi, dan staf, secara keseluruhan terdapat 78,3% BPR yang memenuhi persyaratan jumlah minimum atau lebih untuk direksi maupun komisaris.Saat ini tumbuh

  menggali informasi mengenai upaya peningkatan kua- litas dalam penyediaan SDM BPR, dengan asosiasi BPR dan lembaga/yayasan pendidikan serta pergu- ruan tinggi untuk menjajagi kerjasama pengembangan SDM BPR.

  Fokus Group Discussion (FGD) dalam rangka

  11 orang) dan kelengkapan pengurus (Direksi dan Dewan Komisaris minimal 2 orang); keterwakilan jumlah jaringan kantor cabang; dan keterwakilan kepemilikan BPR (Pemda/perseorangan/grup/holding company).

  

  Pemilihan sampel BPR dilakukan menggunakan metode purposive random sampling dengan jumlah sampel BPR sebanyak ± 30 BPR dengan pertim- bangan keterwakilan sebaran BPR di wilayah pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi; keterwakilan strata aset untuk masing-masing wilayah; keterwakil- an kondisi jumlah SDM (< 11 orang dan

  dilakukan melalui wawancara atau diskusi dengan BPR sampel (dengan responden Direksi dan Pejabat BPR) untuk mengetahui kondisi pemenuhan SDM BPR dan kelengkapan struktur organisasi, serta ken- dala dalam pemenuhan SDM BPR untuk setiap jenjang dan posisi jabatan.

  Field survey dalam rangka proses verifikasi yang

  baran nyata BPR yang terkait dengan beberapa aspek seperti kondisi SDM serta berbagai dinamikanya. Tahapan yang dilakukan meliputi:

  Discussion ) digunakan untuk mendapatkan gam-

  Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eks- ploratif, deskriptif kuantitatif dankualitatif. Pendekatan deskriptif Kuantitatif dan Kualitatif (Focus Group

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di 7 lokasi yang dijadikan sebagai tujuan pengumpulan data yaitu: Jakarta, Bandung, Denpasar, Manado, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta. Pemilihan wilayah didasarkan atas karakteristik BPR yang ada pada masing-masing wilayah tersebut guna mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kondisi BPR. Waktu penelitian dilakukan awal Maret hingga akhir Juni 2013.

  Mangkuprawira (2010) dan Prabu (2009) men- jelaskan bahwa kualitas SDM dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman serta integritasnya yang meliputi sikap dan mental SDM, dan kinerjanya.BPR di masa mendatang diharapkan dikelola oleh SDM yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi serta menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam me- rancang peningkatan kualitas SDM adalah memeta- kan atau mengidentifikasi permasalahan SDM yang dihadapi BPR.

  Noe, et al. (2003:251) mengemukakan pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk mem- fasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkait- an dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai. Sementara menurut Gomes (2003:197), pelatihan adalah usaha untuk memperbaiki perfor- mansi SDM pada suatu aktivitas tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemetaan kondisi SDM BPR

  Andita Sayekti, Lindawati Kartika

  persepsi bahwa kualitas SDM BPR relatif rendah, namun belum ada studi yang menyatakan indikitor baku yang dapat digunakan sebagai tolak ukur kualitas tersebut. Dari beberapa literatur seperti Mangkuprawira (2010) dan Prabu (2009), dijelaskan bahwa kualitas SDM dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman serta integritasnya yang meliputi sikap dan mental SDM, dan kinerjanya.Apapun kondisinya, BPR di masa mendatang diharapkan dikelola oleh SDM yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi serta menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, kualitas kompetensi SDM BPR perlu terus ditingkatkan. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam merancang peningkatan kualitas SDM adalah memetakan atau mengidentifi- kasi permasalahan SDM yang dihadapi BPR.

  Identifikasi permasalahan, pada dasarnya adalah memastikan akar permasalahan yang menjadi penye- bab rendahnya kualitas SDM dengan menggunakan Analisis Fishbone. Analisis ini dikenal juga sebagai

  Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram

  diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang. Dasar pemikiran yang melandasi penggunaan analisis ini adalah; suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Oleh karena itu, langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, kemudian menganalisis masalah tersebut. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming ataupun Focus Group Discussion (FGD) dengan stake holders terkait.

  Merujuk pada penjelasan awal mengenai rendah- nya kualitas SDM BPR, disebabkan kinerja yang tidak atau belum optimal. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan melalui Fishbone analysis hasilnya dipa- parkan pada Gambar 1.

  Dari analisis Fishbone, tidak optimalnya Kinerja SDM BPR diperkirakan disebabkan oleh beberapa hal yaitu; tidak adanya aturan formal mengenai penilai- an kinerja; aturan yang masih tradisional dan keke- luargaan menyebabkan atasan sulit menegur bawah- an, rendahnya komitmen pemilik untuk meningkatkan kualitas SDM, penilaian kinerja tidak bebasis kinerja, belum adanya Segregacy of Duty, pembagian job

Identifikasi Permasalahan SDM BPR

  desk belum rapi dan benar; serta input SDM kurang

  kompeten dan tidak ada sistem karir yang jelas.Lebih lanjut, input SDM yang kurang kompeten terjadi akibat dari;SDM yang tidak bekerja dengan passion; kom- petensi SDM BPR yang rata-rata pendidikannya

  Gambar1. Kendala Kinerja SDM BPR belum Optimal

  Perancangan Model Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusiadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

  rendah dan tidak inline dengan pekerjaannya; sistem rekrutmen dan seleksi cenderung seadanya; peminat untuk bekerja di BPR terlalu sedikit; serta sistem karir pendek, kebijakan karir yang tidak pasti, dan kompen- sasi kurang menarik untuk karir tersebut. Kompensasi yang kurang menarik SDM yang berkualitas meru- pakan penyebab langsung terjadinya input SDM yang kurang kompeten. Kendala kompetendi SDM yang kurang kompeten tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. kompensasi disebabkan oleh berbagai hal seperti yang digambarkan pada Gambar 3, diantaranya karena: struktur organisasi tidak berbasis kinerja; SDM tidak bekerja dengan passion; belum ada pengukuran analisis be- ban kerja dan bussiness process mapping untuk ke- giatan dan SDM; kompensasi belum berbasis kinerja; kesulitan, ketidaktahuan dan rendahnya komitmen pengelola dan pemilik; serta kapasitas BPR dalam bersaing dengan Bank Umum dan lembaga keuangan

  Gambar 2. Kendala Kompetensi SDM yang Kurang Kompeten

  Penelusuran lebih lanjut dengan menggunakan diagram fishbone terkait kurang menariknya

  Gambar 3. Kendala Kompensasi yang Kurang Menarik

  lainnya. Ketidakmampuan pengelola dan pemilik menjadi penyebab langsung kurang menariknya kompensasi.

  Andita Sayekti, Lindawati Kartika

  Berdasarkan tiga diagram fishbone yang telah diuraikan sebelumnya, sebab dan akibat yang ada saling terkait satu sama lainnya. Kinerja SDM yang tidak optimal disebabkan langsung oleh Input SDM yang kurang kompeten. Kurang kompetennya SDM oleh karena BPR tidak mampu mendapatkan SDM yang berkualitas karena kompensasi yang diberikan kurang menarik. Keadaan ini dijelaskan oleh Gambar 4.

Sistem Rekrutmen BPR

  Permasalahan ini sekilas seperti masalah “telur dan ayam”, namun hal ini bisa diatasi oleh dua solusi. Pertama adalah, meningkatkan komitmen pemilik BPR, dan kedua adalah meningkatkan kompensasi SDM khususnya pada posisi penting (SDM pemasaran, akuntan dan kredit), guna meningkatkan peluang untuk mendapatkan SDM yang memiliki kompetensi yang memadai, yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja BPR. Untuk mendapatkan SDM yang kompeten da- pat dilakukan dengan beberapa cara, pertama adalah melakukan rekrutmen sesuai dengan spesifikasi SDM yang diperlukan. Kedua adalah melakukan pelatihan kepada SDM yang ada untuk meningkatkan kompe- tensinya. Berikut dijabarkan kondisi aktual SDM BPR serta rekomendasi yang diusulkan untuk peningkatan kompetensinya, serta sistem kompensasi yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan ataupun untuk mempertahankan SDM yang berkualitas.

  Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar BPR tidak memanfaatkan sumber rekrutmen untuk menda- patkan SDM baru. Terdapat dua sistem rekrutmen yang direkomendasikan bagi BPR, yaitu rekrutmen internal dan rekrutmen eksternal.

  Rekrutmen internal yaitu rekruitmen yang dilaku- kan melalui promosi SDM di dalam BPR. Keuntungan rekrutmen internal adalah: biaya relatif murah, organi- sasi mengetahui pekerja yang memiliki kemampuan untuk jabatan yang kosong, pekerja memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja karena mengetahui kemung- kinan peningkatan karir, alur jelas dari pengembangan karir, pekerja telah memahami keadaan perusahaan, penilaian kemampuan yang lebih baik, menggaji hanya pada tingkat entry, tersedia data performance, me- ngurangi training/tim sosialisasi, dan proses rekruitmen menjadi lebih cepat. Sedangkan kerugian rekrutmen internal adalah: tidak selalu memberikan perspektif baru, pekerja yang dipromosikan akrab dengan ba- wahannya sehingga sulit menjalankan kewenangan dan kekuasaannya, terjadinya perkawinan antara keluarga dekat, konflik internal untuk promosi, perlu program keberlanjutan sistem manajemen, inbreeding, dan terbatasnya jenjang promosi.

  Rekrutmen Eksternal yaitu rekrutmen yang dilakukan melalui pencarian melalui media massa, rekomendasi dari karyawan/asosiasi, job hunter, kerjasama dengan SMK/perguruan tinggi tertentu, dan walk in interview. Keuntungan rekrutmen eksternal adalah: memiliki gagasan dan pendekatan baru, bekerja mulai dengan lembaran yang bersih dan memperhatikan spesifikasi pengalaman, pemenuhan tingkat pengetahuan dan keahlian tidak tersedia dalam perusahaan yang sekarang, lebih murah dan lebih cepat dari pelatihan professional, tidak ada kelompok pendukung politis dalam organisasi, mungkin mem- bawa wawasan industri baru, serta memperluas dasar pengetahuan. Sedangkan kerugian rekrutmen ekster- nal adalah: keterbatasan keteraturan antara karyawan dengan perusahaan, moril dan komitmen karyawan rendah, periode penyesuaian yang relatif lama, tidak mungkin memilih beberapa orang yang akan mem- perbaiki pekerjaan antara organisasi, kesatuan yang

  Kinerja SDM BPR Tidak Opt imal Rendahnya

  Komit men Pemilik dan Pengelola Kompensasi

  Kurang M enarik Kompet ensi SDM

  Rendah Gambar 4. Lingkaran Permasalahan BPR

  Perancangan Model Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusiadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

  tidak dikenal, merugikan pelamar internal, perlu training dan waktu sosialisasi, konsumsi waktu, dan bisa lebih mahal.

Analisis Jabatan Berbasis Kompetensi

Sistem Seleksi

  Proses seleksi yang dilaksanakan BPR melalui seleksi administrasi, tes Potensi Akademik (TPA), wawancara serta program magang (rata-rata satu bulan) dengan didampingi oleh supervisor. Pada kurun waktu magang tersebut calon karyawan akan dinilai kecakapan kerjanya baik secara operasional maupun

  attitude nya. Pada level direktur seleksi dilaksanakan

  dengan lebih selektif dengan pertimbangan komisaris serta pemegang saham.Sistem rekrutmen SDM yang disarankan bagi BPR dengan kondisi manajemen yang sangat beragam dapat mengikuti tahapan (1)Screening Portofolio calon pegawai. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan adalah: pengetahuan, keterampilan, pengalaman, networking dan marketing. Marketing merupakan faktor yang menjadi pertimbangan utama dalam screening portofolio; (2)Tes potensi akademik/ pengetahuan para calon pegawai.Psikotest diperlukan sesuai dengan kebutuhan pegawai; dan (3)Tes Kesehatan.

  Dalam menjalani pekerjaannya seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah kompetensi. Kompetensi terkait erat dengan dengan seluruh fungsi dalam HRM. Setiap karyawan harus memiliki kriteria dan ukuran kompetensi yang memiliki ciri khas tersendiri.Proses analisis jabatan berbasis kompetensidapat dilihat pada Gambar 5.

  Dalam proses identifikasi dan penyusunan kom- petensi setiap jabatan sebaiknya BPR harus meru- muskan kondisi pekerjaan dan Job Profile  terlebih dahulu. Selanjutnya, perumusan kompetensi setiap jabatan dapat difungsikan bagi pemangku jabatan dalam bekerja dalam rangka mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi (perusahaan). Identifi- kasi pekerjaan setiap levelnya dapat digunakan matriks pada Gambar 6.

IdentifikasiPekerjaan Setiap Level

  Kondisi manajemen BPR dan kemampuan seba- gian besar BPR dalam memberikan kompensasi ke- pada karyawannya berbeda-beda sehingga berdam- pak pada tingkat kompetensi SDM yang dimiliki juga

  Gambar 5. Proses Analisis Jabatan Berbasis Kompetensi untuk BPR

  Andita Sayekti, Lindawati Kartika

  BPR mengenai analisa kredit, marketing, serta pena- nganan kredit bermasalah.Materi pelatihan yang dibutuhkan yaitu (a) Aset 1–3 M): 14% Analisa Kredit Mikro, 57% Marketing, 29% Penanganan Kredit Bermasalah; (b)Aset 3–10 M): 22% Analisa Kredit Mikro, 45% Marketing, 33% Penanganan Kredit Bermasalah; dan (c)Aset 10-30 M dan > 30 M): 100% Marketing.

  Gambar 6. Identifikasi Pekerjaan Setiap Level Organisasi BPR Ident ifi kasiPekerjaan Set iap Level

  Berdasarkan aspek-aspek yang terkait dengan peningkatan kompetensi SDM BPR dan penjaminan pencapaian kinerja, maka jenis pelatihan yang

  peraturan BI. Materi pelatihan yang dibutuhkan yaitu (a) Aset 1–3 M:29% akunting, 14% asset dan liability, 14% perpajakan, 29% pajak dan akunting, dan 14% perpajakan dan ETAB; (b)Aset 3–10 M: 25% akunting, 12% APU dari PPT, 12% laporan keuangan, 13% motivasi, 25% perpajakan dan akunting, dan 13% perpajakan dan peraturan BI; (c) Aset10–30 M: 100% perpajakan dan akunting, dan (d)Aset > 30 M: 100% perpajakan.

  ment , perpajakan, ETAB, APU dan PPT, serta

  Pelatihan yang dibutuhkan bagi level akunting BPR mengenai akunting, asset & liability manage-

  pelatihan yang dibutuhkan yaitu (a)Aset 1–3 M): 17% marketing, 83% analisis kredit; (b) Aset 3–10 M: Analisa Kredit, Komunikasi, Leadership, Marketing, Mengatasi Kredit Bermasalah; dan (c) Aset 10–30 M dan > 30 M: 100% Analisa kredit.

  leadership , dan mengatasi kredit bermasalah.Materi

  Pelatihan yang dibutuhkan bagi level analis kredit BPR mengenai analis kredit, marketing, komunikasi,

  marketing

  sangat beragam. Upaya yang dilakukan oleh sebagian BPR dalam mengatasi kesenjangan kompetensi ini juga bervariasi, ada yang menggunakan pengem- bangan kompetensi karyawan melalui serangkaian pelatihan baik yang dilaksanakan oleh internal BPR, asosiasi BPR (PERBARINDO), pihak ketiga (kon- sultan), maupun pelatihan reguler yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Rekomendasi kompetensi untuk SDM di BPR harus memenuhi standar yang telah ditetapkan sesuai dengan LSP LKM Certif yaitu SKKNI Sektor Keuangan Sub Sektor Perbankan, Bidang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP. 263 /MEN/ XI /2004, yang ditetapkan pada tanggal 26 November 2004.

  Pelatihan yang dibutuhkan bagi level

  Pelatihan yang dibutuhkanbagi level direksi BPR mengenai business plan, leadership, kemampuan manajerial di manajemen fungsional, sertasertifikasi. Materi pelatihan yang dibutuhkanyaitu (a) Aset 1-3 M: 12% Business Plan, 25% Leadership, 12 % Manajemen Organisasi, 13% Manajemen SDM, 13% Manajerial, 25 % Sertifikasi Direktur; (b) Aset 3–10 M: 42% Leadership, 17% Manajemen SDM, 8% Manajemen Strategi, 8% Pengembangan Diri, 8% Perbankan, dan 17% Sertifikasi Direktur; (c) Aset 10–30 M: 34% Business, 33 % Manajemen Operasio- nal, dan 33% Manajemen Strategi; dan (d) Aset >30 M: 100% Seminar Bisnis.

  30 M: 100% Fraud Audit; dan (d)Aset >30 M: 100% tata cara pengawasan BPR.

Pelatihan (Training)

  peraturan perbankan terbaru, 13% sertifikasi jabatan, dan 38% teknik pengawasan perbankan; (c)Aset 10–

  Corporate Governance , 25% Leadership, 12%

  audit. Materi pelatihan yang dibutuhkan berdasarkan hasil survey yaitu (a)Aset 1–3 M: 20% sertifikasi jabatan, 20% tata cara pengawasan BPR, 20% per- aturan perbankan terbaru, dan 40% teknik penga- wasan perbankan; (b)Aset 3–10 M: 12% Good

  Corporate Governance , leadership, dan fraud

  Secara umum pelatihan yang dibutuhkan bagi level komisaris BPR mengenai sertifikasi, tata cara pengawasan, peraturan perbankan terbaru, Good

  Perancangan Model Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusiadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

  dan perbankan. (2) Skills, yaitu keterampilan dan keahlian baik yang bersifat teknis (hard skill) maupun

  KKNI merupakan dasar penetapan kurikulum BPR. KKNI diharapkan dapat mengubah cara meli- hat kompetensi seseorang, tidak lagi semata Ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang secara luas yang akuntanbel dan transparan. Kurikulum pendidikan untuk memenuhi kebutuhan SDM BPR terdiri dari dua kelompok, yaitu kurikulum berbasis SDM internal (diperuntukkan bagi karyawan BPR yang potensial melalui program sertifikasi dan ekstensi) dan SDM eksternal (diperuntukkan bagi calon karyawan BPR melalui program internship). Secara lebih lengkap disampaikan dalam Gambar 7.

  IV (D2) sampai kualifikasi VI (D4/S1), dan ahli meliputi kualifikasi VII (profesi) sampai kualifikasi IX (S3).

  Jenjang pendidikan pada Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dibagi menjadi dua kategori yaitu akademik dan kejuruan, vokasi, profesi. Adapun jen- jang pendidikan nonformal, informal, pelatihan dan pengalaman dibagi menjadi empat tingkatan yaitu operator mulai dari kualifikasi I (SD/SMP) sampai kualifikasi III (D1), teknis/analis meliputi kualifikasi

  learning outcomes .

  Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, pemerintah melakukan kualifikasi terhadap para lu- lusan lembaga pendidikan di Indonesia dengan mener- bitkan Perpres No. 08 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang terdiri dari Sembilan level kualifikasi akademik SDM Indonesia dan menjadi acuan dalam penyusunan capaian pembelajaran lulusan dari setiap jenjang pen- didikan secara nasional. Terbitnya Perpres tersebut telah berdampak pada kurikulum dan pengelolaannya di setiap program. Kurikulum yang awalnya mengacu pada pencapaian kompetensi, saat ini mengacu pada

  integrity /jujur.

  komunikasi. (3) Attitude, yaitu sikap pro aktif, kritis dan objektif serta yang terpenting adalah adanya sikap

  soft skill seperti kepemimpinan, kerjasama tim dan

  Knowledge, yaitu pengetahuan di bidang keuangan

  disarankan untuk SDM BPR pada berbagai level yaitu Keterampilan Teller; Akuntansi dan Restrukturisasi Kredit; Penilaian TKS dan Software Aplikasi; Ren- cana Kerja BPR dan Software Aplikasi; Pengawasan BPR; APU dan PPT; Analisa Kredit Mikro; Akun- tansi Dasar; Pedoman Kebijakan Pokok Perkreditan BPR; Training of Trainer; Akuntansi Kredit BPR (SAK-ETAP); Certified Direksi; Certified Komisaris; Manajemen Konflik; Manajemen Perubahan dan Inovasi; Human Resources Profesional Certifica-

  Secara yuridis formal, batasan kurikulum kita sudah mencakup dua dimensi pokok kurikulum yaitu produk dan proses. Dalam konteks pendidikan, fokus perhatian tertuju pada outcomes sebagai wujud kinerja lulusan yang peduli, memiliki apresiasi, dan bersikap positif terhadap lingkungan. Adapun tantangan yang dihadapi oleh BPR meliputi kebutuhan SDM yang memiliki dasar pengetahuan, tugas dan tanggung jawab yang harus dimiliki sebagai karyawan/pegawai BPR sehingga tujuan BPR dapat dicapai dengan opti- mal. Ruang lingkup kurikulum pendidikan meliputi: (1)

  Untuk dapat melaksanakan fungsinya secara optimal, maka diperlukan suatu sistem pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia BPR yang siap pakai dengan kompetensi tinggi terhadap tugas yang diembannya. Sistem pendidikan tersebut dijelaskan melalui suatu kurikulum yang baik dan tepat guna mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicita-citakan.

  provision of financial services to low-income client, including the self-employed. Financial services generally include savings and credit; Microfinance is not simply banking, it is a development tool.” (Ledgerwood, 1999: page 1) .

  Sebagai lembaga keuangan, BPR diharapkan tidak hanya memberikan pelayanan jasa keuangan, namun juga berfungsi sebagai agen pembangunan bagi pengembangan masyarakat pedesaan. Hal ini seperti dinyatakan dalam “Microfinance Handbook” bahwa “The term [microfinance] refers to the

  Psikologi Pemasaran; Feasibility Study; Integritas; Etos Kerja; Pembuatan Rencana Strategik jangka pendek dan jangka panjang; Analisa dan mekanisme laporan Evaluasi Usaha; Achievement Motivation Training (AMT); dan Outbond (Kekompakan tim).

  Computer Skill; Bahasa Inggris; Adversity Quotient;

  Partisipatif; Coaching, Counseling dan Mentoring;

  tion; Selling Skill; Communication Skill; Tata Ke- lola Organisasi (GCG) Perbankan; Kepemimpinan

Skema Kurikulum Bagi BPR

Andita Sayekti, Lindawati Kartika Kurikulum Berbasis SDM Internal

  Kurikulum berbasis SDM internal difokuskan bagi para karyawan BPR dengan tujuan untuk meng- ubah perilaku karyawan agar sesuai dengan tujuan organisasi. Dalam kurikulum ini diciptakan suatu pembelajaran di mana karyawan dapat mempelajari tentang sikap, kemampuan, skills, pengetahuan, dan perilaku tertentu yang berkaitan dengan jabatannya. Pendekatan kurikulum berbasis SDM meliputi sertifi- kasi dan ekstensi.

  Sertifikasidilaksanakan oleh lembaga sertifikasi profesional yang ditunjuk. Dalam program sertifikasi tersebut karyawan dididik dan dilatih melalui berbagai materi yang relevan dengan bidang pekerjaannya dan standar kompetensi yang dibutuhkan. Materi tersebut dapat berupa Keterampilan Teller; Akuntansi Restruk- turisasi Kredit; Penilaian TKS dan Software Aplikasi; Rencana Kerja BPR dan Software Aplikasi; Penga- wasan BPR; APU & PPT; Analisa Kredit Mikro; Akuntansi Dasar; Pedoman Kebijakan Perkreditan BPR; Akuntansi Kredit BPR (SAK-ETAP); dan Pemahaman Akuntansi.

  Sedangkan Ekstensi merupakan program pendi- dikan yang dirancang untuk menghasilkan calon karyawan BPR yang berlatar belakang pendidikan Diploma. Program ini dilaksanakan bekerjasama dengan lembaga pendidikan/Perguruan tinggi yang profesional. Salah satu mata kuliah dalam kurikulum yang akan dikembangkan adalah program intern-

  ship .Tujuan dari program ini adalah para lulusan siap praktik langsung dengan kondisi pekerjaan di BPR.

  Kurikulum Program Studi Keuangan dan Perbankan dengan konsentrasi Manajemen BPR adalah Mata Kuliah Semester 1: Pendidikan Pancasila

  & Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa Inggris + Lab. Bahasa, Matematika Keuangan, PIE Mikro, Pengantar Manajemen Bisnis & Resiko, Pengantar Akuntansi I, dan Produk & Jasa Bank.

  Mata Kuliah Semester 2: Statistika Bisnis, PIE Makro, Pengantar Akuntansi II, Pengantar Aplikasi Komputer, Pengantar Manajemen Resiko, Kegiatan Usaha Bank, English Com. In Banking/Personal Com.Skill, Ekonomi Moneter, dan Aspek Hukum dalam Bisnis & Perbankan.Mata Kuliah Semester 3: Corporate Finance, Akuntansi Bank, Perpajakan, Resiko Pasar I, Resiko Kridit I, Resiko Operasional I, Teknologi Administrasi Bank, dan Bank & Lembaga Keuangan.

  Mata Kuliah Semester 4: Metode Penelitian, Manaje- men Arsip, Akuntansi BPR, Tata Kelola Perusahaan & Integritas, Pengendalian Internal, Business Plan BPR, Aspek Hukum Perkreditan BPR, dan Peraturan & Pengawasan BPR. Mata Kuliah Semester 5: Manajemen Aktiva & Pasiva, Manajemen Perkreditan BPR, Analisa Kredit Mikro, Penetapan Harga, Prak- tek Operasional BPR, dan Tugas Akhir/PKL. Pela- tihan Wajib: Lab Bahasa, Service Excellent, Kepri- badian, Trade Financing, Manajemen Treasury, Analisa Kredit, dan Keterampilan Teller.

  Kurikulum berbasis SDM eksternal diberlakukan bagi para calon karyawan yang berasal dari lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi dan Sekolah) untuk mencari calon karyawan dengan kompetensi tinggi dan sesuai dengan kebutuhan BPR. Kurikulum ber- basis SDM eksternal ini yaitu internship. Internship

  Gambar 7. Capacity Building SDM BPR

Kurikulum Berbasis SDM Ekstenal

  Perancangan Model Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusiadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

  dilaksanakan atas kerjasama antara Sekolah Mene- ngah Kejuruan (SMK) dengan Bank Perkreditan Rakyat melalui proses magang di BPR-BPR (atas persetujuan Bank Indonesia) selama kurun waktu tertentu untuk dididik dan dilatih terkait tugas dan tanggung jawab karyawan BPR, kemudian mereka diterjunkan langsung (on the job training) untuk melaksanakan tugas dan fungsi karyawan dibawah monitoring pejabat BPR yang berwenang.

  Jenis Kegiatan Siswa SMK berupa pelatihan Customer Service, Service Excellent, Account Officer, dan Trade Financing serta magang Kunjungan Praktek kerja ke BPR, Analisis Kredit, dan magang Basic Treasury. Selain mengikuti kuliah di atas, siswa juga diwajibkan mengikuti program ko-kurikuler dalam bentuk magang dan keterampilan khusus di bidang teknik perbankan dan keuangan, antara lain mengenai

Sistem Kompensasi Direktur

  customer service, service excellence, analisis kredit, account officer, trade financing dan basic treasury.

  Peningkatan ketrampilan dalam berbahasa Inggris juga dilakukan antara lain melalui program TOEFL atau IELTS Preparation.

  Rekomendasi Sistem Kompensasi SDM BPRBerdasarkan Hasil Survey

  Rekomendasi kompensasi didasarkan pada pengamatan melalui fakta empiris, survey gaji, Upah minimum Regional (UMR) atauUpah Minimum Kabupaten/Kota, keragaman BPR, serta kapabilitas BPR dalam memberikan kompensasi yang sesuai dengan kemampuan finansialnya.dibawah ini disajikan mengenai kompensasi rekomendasi bagi Critical position dan supporting staf yang dianggap penting guna mendukung tata kelola BPR terutama sebagai persiapan menuju Good Corporate Governance.

  1. Critical Position

  a. Sistem Kompensasi Direktur Utama Kisaran gaji Direktur Utama ditentukan berdasarkan aset yang dimiliki untuk aset 1-3M (4-8 juta). Aset 3-10M (5-15 juta), Aset 10-30 M (10-30 juta), Aset 30-100 M (15-40 juta), Aset 100-200 M (20-60 juta), dan Aset >200 M (50-100 juta). Benefit yang diberikan sangat bervariasi antara BPR dengan modal inti yang berbeda. Benefit lain di luar gaji pokok dibutuhkan pegawai sebagai motivasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diterimanya dalam melaksanakan pekerjaan. Benefit yang diterima pega- wai diantaranya: Tunjangan komunikasi, mobil dinas/ program kepemilikan mobil dan supir ditanggung, biaya operasional kendaraan (bensin, parkir, tol, pera- watan kendaraan, dll), tunjangan hari raya, bonus tahunan, opsi saham, tunjangan kesehatan, jamsostek, tunjangan pensiun, fasilitas perjalanan dinas. Benefit pokok: Tunjangan jabatan, THR, Tunjangan Kesehatan, bonus tahunan/Jasa produksi, Jamsostek, fasilitas perjalanan dinas, dan Tunjangan komunikasi.

  Kisaran gaji Direktur juga ditentukan berdasar- kan aset yang dimiliki untuk aset 1–3M (1.75–2.5–5 juta). Aset 3–10M (3–8 juta), Aset 10–30 M (5–18 juta), Aset 30-100 M (8–22 juta), Aset 100–200 M (12–40 juta), dan Aset >200 M (30–60 juta). Benefit yang diterima pada direktur sama dengan benefit pada direktur utama.

Kompensasi SDM BPR

Sistem Kompensasi Analisis Kredit

  Kisaran gaji analis kredit juga ditentukan berda- sarkan aset yang dimiliki untuk aset 1–3M (3–5 juta). Aset 3–10M (2–2.5 juta), Aset 10–30 M (2–3 juta), Aset 30–100 M (2.2–3.5 juta), Aset 100–200 M (3– 5 juta), dan Aset >200 M (4–6 juta). Benefit yang diterima yaitu Mobil sewaan/Milik perusahaan, Bonus akhir tahun, tunjangan keluarga, Pembagian laba produksi, jatah liburan, bonus prestasi kerja,fasilitas kredit, tunjangan makan, dan tunjangan transportasi, Bonus prestasi kerja, tunjangan pensiun, THR, Jamsostek, Tunjangan kesehatan. Sedangkan benefit pokok yang diterima yaitu Mobil sewaan/Milik peru- sahaan, Bonus akhir tahun, THR, Tunjangan kesehatan, Jamsostek, Pembagian laba produksi, jatah liburan, bonus prestasi kerja.

Sistem Kompensasi Marketing

  Posisi marketing merupakan posisi yang penting dan rawan terjadinya turn over, oleh karena itu kese- jahteraan dalam menjaga loyalitas pada posisi marketing penting untuk diutamakan. Kisaran gaji

  Andita Sayekti, Lindawati Kartika

  10M (1.5–3.5 juta), Aset 10-30 M (2.25–4 juta), Aset 30-100 M (2.5–5.5 juta), Aset 100–200 M (3–5.5 juta), dan Aset >200 M (3.2–6 juta). Benefit yang diterima yaitu Bonus prestasi kerja, Fasilitas perawatan ken- daraan, fasilitas kredit,Tunjangan penampilan,THR, Tunjangan kesehatan, Jamsostek, Tunjangan bensin, Tunjangan komunikasi, Bonus tahunan/jasa produksi, dah jatah cuti.Sedangkan benefit pokok yaitu Bonus prestasi kerja, THR, Tunjangan makan, Tunjangan kesehatan, Jamsostek, Tunjangan bensin, Tunjangan komunikasi, Bonus tahunan/jasa produksi, Jatah cuti.

Sistem Kompensasi Bagian Umum

Sistem Kompensasi Sistem Pengawasan Internal

Sistem Kompensasi Akuntan

  Kisaran gaji akuntan untuk aset 1–3M (1.75–3 juta). Aset 3–10M (2–3 juta), Aset 10–30 M (2.5–4 juta), Aset 30–100 M (2.75–4.5 juta), Aset 100–200 M (3–5 juta), dan Aset >200 M (3.5–6 juta). Peker- jaan akuntan memerlukan ketelitian dan keakuratan, oleh karena itu memerlukan benefit lain di luar gai pokok. Benefit yang diterima yaitu Bonus prestasi kerja, THR, Tunjangan kesehatan, Jaminan hari tua, Tunjangan keluarga, fasilitas kredit, Jamsostek, Tun- jangan makan, Tunjangan transportasi, Tunjangan komunikasi, Bonus tahunan/jasa produksi, Jatah cuti. Sedangkan benefit pokok yang diterima yaitu THR, Jamsostek, Tunjangan Kesehatan, Bonus tahunan/ Jasa produksi, Bonus prestasi kerja, jatah cuti, tunjangan makan, tunjangan transportasi.

  Tunjangan Kesehatan, Bonus tahunan/Jasa produksi, jatah cuti, tunjangan makan, tunjangan transportasi.

  Kisaran gaji pada bagian umum untuk aset 1-

  3M (1.75–2.5 juta). Aset 3–10M (2–2.75 juta), Aset 10–30 M (2.5–4 juta), Aset 30–100 M (2.75–4.5 juta), Aset 100–200 M (3–4.75 juta), dan Aset >200 M (3.5–5.5 juta). Benefit dan benefit pokok pada bagian umum sama dengan kompensasi pada bagian IT.

  Kisaran gaji pada bagian Sistem Pengawasan Internal untuk aset 1-3M (2-3 juta). Aset 3–10M (2.5– 3.3 juta), Aset 10–30 M (3–4 juta), Aset 30–100 M (3.25–4.5 juta), Aset 100–200 M (3–5 juta), dan Aset >200 M (4–6.5 juta). Benefit dan benefit pokok pada bagian Sistem Pengawasan Internal sama dengan kompensasi pada bagian IT dan umum.

  marketing untuk aset 1–3M (1.5–2.5 juta). Aset 3–

Model Manajemen Perubahan untuk Pening- katan Capacity Building BPR Analisis IPA dan AHP

Supporting Staf Sistem Kompensasi IT

  3 : Sistem karier berbasis kinerja dan profesional 12 : Pelatihan berbasis kebutuhan BPR dan pega-

  wai merupakan program peningkatan kualitas SDM BPR yang diutamakan

  13 : Bonus dan insentif merupakan faktor penting

  untuk meningkatkan kinerja pegawai BPR

  profesional

  Analisis Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk membandingkan tingkat ke- pentingan dan kinerja berbagai atribut SDM. Analisis ini akan memetakan berbagai atribut SDM tersebut ke dalam 4 (empat) kuadran yang nantinya akan digunakan sebagai dasar pembuatan strategi kebijakan pengembangan SDM di BPR. Empat kuadran yang terdapat Importance and Performance matrixdapat dijelaskan sebagai berikut (Gambar 8).

  Kisaran gaji staf IT untuk aset 1–3M (1.75–2.5 juta). Aset 3–10M (2–3 juta), Aset 10–30 M (2.2– 3.5 juta), Aset 30–100 M (2.5–4 juta), Aset 100–200 M (3–4.25 juta), dan Aset >200 M (3.25–5.5 juta). Benefit pada posisi IT tentunya dibedakan juga ber- dasarkan pengalaman dan latar belakang pendidikan. Benefit yang diterima yaitu Mobil sewaan/Milik peru- sahaan, Bonus akhir tahun, tunjangan keluarga, Pembagian laba produksi, jatah liburan, bonus prestasi kerja, fasilitas kredit, tunjangan makan, tunjangan transportasi, Bonus prestasi kerja, tunjangan pensiun, THR, Jamsostek, Tunjangan kesehatan. Sedangkan benefit pokok yang diterima yaitu THR, Jamsostek,

  KUADRAN I 2 : Rekrutmen pegawai berbasis kompetensi dan

  Perancangan Model Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusiadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

  Berdasarkan hasil analisis dengan metode

  KUADRAN II

1 : Kompetensi Top Manajement (Direksi) melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) diperoleh hasil

fit and proper test terpusat bahwa, faktor kesempatan pengembangan karir

  

4 : Kompensasi non finansial (fasilitas, tanggung merupakan atribut yang paling diprioritaskan dengan

  jawab, lingkungan yang nyaman) merupakan bobot (0,128). Hal ini relevan mengingat dalam struk- faktor yang diutamakan oleh manajemen BPR tur organisasi BPR yang cukup terbatas sehingga

  

7 : Attitude merupakan kompetensi soft skill yang kesempatan atau peluang pengembangan karir sangat

  perlu dimiliki oleh seluruh pegawai/calon sulit dilaksanakan. Oleh karenanya diperlukan kebi- pegawai BPR jakan dan sistem pengelolaan BPR yang profesional, sehingga kesempatan karir karyawan untuk mendu- duki level diatasnya (promosi) terbuka lebar, terutama

  KUADRAN III

5 : Kompetensi pengetahuan umum dan khusus bagi karyawan yang memiliki prestasi kerja yang baik.

  mengenai BPR harus dimiliki oleh pegawai/ Kondisi kerja dan gaji pokok juga merupakan indikator calon pegawai yang diprioritaskan karyawan.

  

8 : Networking yang luas merupakan kompetensi Sedangkan aspek Kompetensi, attitude merupa-

  yang perlu dimiliki oleh semua pegawai BPR kan indikator yang paling diprioritaskan dengan bobot

  

9 : Kompensasi yang kompetitif dengan Bank 0,233. Attitude karyawan BPR merupakan hal menda-

  Umum untuk pekerjaan sejenis merupakan hal sar karena terkait dengan kejujuran karyawan, dengan yang penting bagi BPR untuk mempertahan- attitude yang baik maka akan mencerminkan baiknya kan karyawan kinerja dan integritas BPR yang bersangkutan. Selain itu indikator networking dan experience merupakan

  10 : Pengalaman kerja yang sejalan merupakan

  faktor penting bekerja di BPR dua indikator yang cukup signifikan dibutuhkan dari 11 : Pendidikan yang sesuai dengan pekerjaan karyawan dalam rangka pengembangan BPR. merupakan faktor penting bekerja di BPR Dari hasil AHP juga diperoleh informasi bahwa

  

14 : Desain pekerjaan (Deskripsi pekerjaan dan faktor kompetensi lebih dipentingkan daripada kom-

  Kualifikasi pekerjaan) yang proporsional pensasi dalam pengembangan BPR. Hal ini menunjuk- kan bahwa peran kompetensi sangat besar dalam

  

KUADRAN IV mempengaruhi kinerja SDM BPR. Dengan kompe-