Pembagian Filsafat dan Cara Mempelajarin

Pembagian Filsafat dan Cara Mempelajarin
Filsafat
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Mata Kuliah : FILSAFAT UMUM
Dosen : M. ALKAMUIS, MA.Pd
DISUSUN
OLEH
Kelompok 3 (Tiga)
Semester I-C Tarbiah
1. ASRI NIARTI
2. KHAIRUNNISA
3. RIKI ANDRIAN

\

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
2017-20

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pembagian Filsafat dan Cara Mempelajarin Filsafat ”pembuatan
makalah dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala
keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah FILSAFAT UMUM yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung
kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim yang selalu kompak dan konsisten
dalam penyelesaian tugas ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading
yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Tanjung Pura Oktober 2017
Tim Penulis
Kelompok 11 (Tiga)


1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Filsafat...........................................................................................2
B. Pembagian Filsafat...........................................................................................3
C. Metode Mempelajarin Filsafat.......................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................13
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................14

2


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kita mungkin sering mendengar kata
filsafat. Lalu apakah kita sudah mengetahui pengertian dari filsafat tersebut?
Banyak juga orang yang belum mengetahui makna sesungguhnya dari filsafat
padahal filsafat adalah ilmu yang penting karena filsafat adalah induk dari segala
ilmu pengetahuan. Selain itu banyak pula yang belum mengetahui ruang lingkup
dari filsafat. Sesungguhnya ruang lingkup filsafat saling berhubungan dengan
pengertian filsafat itu sendiri.

Maka dari itu kami menyusun makalah ini untuk memberi penjelasan
sedikit tentang Pengertian Filsafat serta Macam-macam Filsafat dan Cara
Mempelajarin Filsafat. Selain itu, makalah ini juga ditujukan sebagai tugas mata
kuliah Filsafat Umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Filsafat ?
2. Bagaimana Pembagian Filsafat ?
3. Bagaimana Metode Mempelajarin Filsafat ?


C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Filsafat
2. Untuk Mengetahui Pembagian Filsafat
3. Untuk Mengetahui Metode Mempelajarin Filsafat

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak
didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan,
tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi
falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan
sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu
membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di

samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan
ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling
dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap
skeptis yang mempertanyakan segala hal.1

Secara harfiyah atau etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan
kebenaran. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan katan majemuk
dari Philia dan Sophia. MenurutPoedjawijatna filsafat berasal dari kata Arab yang
erat hubungannya dengan bahasa Yunani, bahkan asalnya memang dari kata
Yunani, yaitu philosophia, yang merupakan bentuk kata majemuk dari philodan
sophia. Philo berarti cinta atau keinginan dan karenanya berusaha untuk mencapai
yang diinginkan itu. Sedangkan sophia berarti kebijakan (hikmah) atau
kepandaian. Jadi filsafat adalah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan
kepandaian atau cinta pada kebijakan. Harun Nasution juga mengatakan bahwa
filsafat

berasal

dari


bahasa Arab,

yaitu

falsafa

dengan

wazan

atau

timbanganfa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Kalimat isim atau kata benda dari katafalsafa
1 A. Khudori Soleh. M.Ag. Wacana Baru Filsafat Islam. (Pustaka Pelajar 2004) .
Hal. 57

2

ini adalah falsafah dan filsaf. Dalam bahasa Indonesia, lanjut Harun banyak
terpakai kata filsafat, padahal bukan dari kata falsafah(Arab) dan bukan pula dari

philosophy (Inggris), bahkan juga bukan merupakan gabungan dari dua kata fill
(mengisi atau menempati)dalam bahasa Inggris dengan safah (jahil atau tidak
berilmu) dalam bahasa Arab sehingga membentuk istilah filsafat. Dalam bahasa
Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut"filsuf".

B. Pembagian Filsafat
1. Teologi

Mengkaji persoalan-persoalan tentang eksistensi Tuhan yang dibahas
secara terlepas dari keprcayaan agama. Eksistensi Tuhan hendak dipahami secara
rasional. Konsekwensinya, Tuhan menjadi sistem filsafat yang perlu dianalisis dan
dipecahkan lewat metode ilmiah. Apabila Tuhan dilepaskan dari kepercayaan
agama, maka hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh bisa berupa satu dari
beberapa kemungkinan sebagai berikut :

(a). Tuhan tidak ada.

(b). Tidak dapat dipastikan apakah Tuhan ada atau tidak.

(c). Tuhan ada tanpa dapat dibuktikan secara rasional.


(d). Tuhan ada, dengan bukti rasional

Para filsuf terkenal seperti Anselmus, Descartes, Thomas Aquinas dan
Immanuel Kant telah mebuktikan bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Bukti-bukti
rasional yang diutarakan adalah :

3

1. Argumen Ontologis. Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan.
Sementara itu, diketahui pula bahwa kenyataan atau realitas senantiasa lebih
sempurna daripada ide. Dengan demikian, Tuhan pasti ada dan realitas
adaNya pasti lebih sempurna daripada ide manusia tentang Tuhan.

2. Argumen Kosmologi. Setiap akibat pasti ada sebab. Dunia (kosmos) adalah
akibat, karena itu pasti memiliki sebab di luar dirinya sendiri. Penyebab
adanya dunia itulah Tuhan.2

3. Argumen Teleologis. Segala sesuatu ada tujuannya. Sebagai contoh, mata
untuk melihat, telinga untuk mendengar dan kaki untuk berjalan. Karena

segala sesuatu memiliki tujuan, itu berarti seluruh realitas tidak terjadi
dengan sendirinya, melainkan dijadikan oleh yang mengatur tujuan itu.
Pengatur tujuan itu adalah Tuhan.

4. Argumen Moral. Manusia bermoral karena dapat membedakan yang baik
dan yang buruk, yang benar dan yang salah, dan seterusnya. Itu
menunjukkan bahwa ada dasar dan sumber moralitas. Dasar dan sumber
moralitas itu adalah Tuhan.

Skeptisisme secara umum meragukan segala keyakinan yang telah
digenggam selama ini. Menurut aliran ini sesungguhnya tak dapat dipastikan
apakah Tuhan itu benar-benar ada atau tidak mungkin saja ada tapi mungkin juga
tidak ada. Skepteisisme merupakan pintu yang terbuka lebar ke arah ateisme
(dalam arti teoritis), yaitu suatu paham yang berupaya mempertanggungjawabkan
secara falsafati keyakinan bahwa Tuhan tidak ada.

Karena itu, David Hume menegaskan bahwa tidak ada bukti yang benarbenar shahih tentang adanya Tuhan dan bahwa Dia menyelenggarakan dunia ini.
Hume menolak eksistensi Tuhan dan kebenaran agama, bahkan menolak gagasan
tentang Tuhan serta menganggap bahwa moralitas semata-mata hanya perasaan
2 Ibid hal. 57-58


4

manusia belaka. Terhadap perasaan sendiri, akal sehat tidak memiliki wewenang
untuk mengendalikan atau mengawasinya.

Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa Tuhan memiliki tiga fungsi
utama bagi kehidupan praktis manusia di dunia, yaitu :3

1. Tuhan dianggap penguasa alam. Oleh karena itu dengan menyembahNya,
manusia akan dapat mengatasi kecemasannya terhadap alam yang begitu
dahsyat.

2. Keyakinan agama memperdamaikan manusia dengan nasibnya yang
mengerikan, terutama setelah kematian

3. Tuhan memelihara dan menjaga agar ketentuan dan peraturan kultur akan
dilaksanakan.

Kehidupan moral merupakan tempat bagi Tuhan untuk berperan. Segala

perbuatan yang baik akan memperoleh ganjaran dan segala perbuatan yang jahat
akan dihukum. Hukuman itu akan berlangsung nanti setelah kematian, karena di
sanalah segala ganti rugi terhadap kesusahan dan penderitaan akan diperoleh dan
kejahatan akan dibalas setimpal dengan perbuatn manusia. Freud kemudian
menyimpulkan bahwa religi adalah suatu ilusi yang berasal dari semacam
infantilisme atau sifat kekanak-kanakan. Dengan demikian, bagi Freud, Tuhan
hanyalah ilusi.

2. Kosmologi

Kosmologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata kosmos dan logos.
Kosmos berarti dunia, alam atau ketertiban (lawan dari chaos = kacau balau) dan
logos berarti kata atau ilmu. Jadi kosmologi berarti pembicaraan atau ilmu tentang
3 Mustofa. Filsafat Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia 1997) hal. 78

5

alam semesta dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas.
Kosmologi memandang alam semesta sebagai suatu totalitas dari fenomena dan
berupaya untuk memadukan spekulasi metafisika dengan evidensi ilmiah di dalam
suatu kerangka yang koheran. Hal-hal yang biasa disoroti dan dipersoalkan adalah
mengenai ruang dan waktu, perubahan, kebutuhan, kemungkinan-kemungkinan
dan keabadian. Metode yang digunakan bersifat rasional dan justru hal itulah yang
membedakannya dari berbagai kisah asal mula struktur alam.

3. Epistemologi

Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang
berarti pengetahuan dan “logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu.
Kata“episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya
menundukan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harfiah episteme
berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu
dalamkedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi
ilmuitu,

jenis

pengetahuannya,

pembagian

ruang

lingkupnya,

dan

kebenaranilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.4

Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).
Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan
dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan
lainsebagainya. Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada
epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah
cabangfilsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba
mendefinisikan epistemologi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa
epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, dasar dan pengandaian-pengandaian serta secara umum hal itu dapat
di andalkannya sebagai penegas bahwa orang memiliki pengetahuan.
4 Ibid hal. 79

6

Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemologiy is the branch of
philosophy which invetigates the origin, structure, methods and validity
ofknowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah
epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada
tahun 18545

Aliran-aliran Epistemologi Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini,
diantaranya:

a. Empirisme Kata empiris berasal dari kata Yunani empieriskos yang
berasaldari kata empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran
inimanusia

memperoleh

pengetahuan

melalui

pengalamannya.

Dan

biladikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksudadalah
pengalaman

inderawi.

Manusia

tahu

es

dingin

karena

manusia

menyentuhnya, gula manis karena manusia mencicipinya.

Maksudnya adalah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari
pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu,lantas ia
memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yangmasuk itu
sederhana, lama-lama sulit, lalu tersusunlah pengetahuan. Berarti,
bagaimanapun kompleks (sulit) pengetahuan manusia, iaselalu dapat dicari
ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan
indera bukan pengetahuan yang benar.Jadi, pengalaman indera itulah
sumber pengetahuan yang benar.Karena itulah metode penelitian yang
menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen. Kesimpulannya
bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu kecil ketika
dilihat dari jauh, sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.

b. Rasionalisme Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah
dasarkepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
5 A. Khudori Soleh. M.Ag op cit. Hal. 45

7

dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui
kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah. Descartes seorang
filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastik yang pandangannya
bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh kurangnya metode
berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode baru, yaitu metode
keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keraguraguanitu jelas ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada
dan jelas ia sedang terang menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir,maka
saya ada). Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang
dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakan akal
yang terang benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang
terang benderang dan terpilah-pilah).

Ide terang benderang inilah pemberian tuhan kepada seorang yang
dilahirkan (idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian tuhan, maka tak
mungkin tak benar. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber
kebenaran, aliran ini disebut rasionalisme. Aliran rasionalisme ada dua
macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang
agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya
digunakan untuk mengkritik ajaran agama.6

c. Positivisme Tokoh aliran ini adalah August Compte. Ia menganut paham
empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam
memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan
diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat
eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya
untuk mengukur jarak kita harus menggunakan alat ukur misalnya meteran,
untuk mengukur berat menggunakan neraca atau timbangan misalnya
kiloan. Dan dari itulah kemajuan sains benar benar dimulai. Kebenaran
diperoleh dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan alat bantu
itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada dasarnya positivisme
6 Ibid hal. 47

8

bukanlah

suatu

aliran

yang

dapat

berdiri

sendiri.

Aliran

ini

menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.

d. Intuisionisme Henri Bergson adalah tokoh aliran ini. Iamenganggap tidak
hanya indera yang terbatas. Akal juga terbatas.Objek yang selalu berubah,
demikian bargson. Jadi, pengetahuan kitatentangnya tidak pernah tetap.
Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek
bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia
tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami sifat-sifat
yang tetap pada objek. Misalnya manusia mempunyai pemikiran yang
berbeda- beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal maka
Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yangdimiliki
manusia, yaitu intuisi.

e. Kritisme Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana
seseorang ahli pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan
antara rasioanalisme dengan empirisme. Seorang ahli pikir Jerman
Immanuel Kant. mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya,
Kant mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme.
Akhirnya Kant mengakui peranan akal harus dan keharusan empiris,
kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan
bersumber pada akal(rasionalisme) tetapi adanya pengertian timbul dari
pengalaman (empirisme). Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis.
Walaupun ia mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi iatidak
mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan yang melampuiakal.7

f. Idealisme. Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh.Istilah
idealisme diambil dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa.
Pandangan ini dimiliki oleh Plato pada filsafat modern. Idealisme
mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh
7 Ibid hal 57-50

9

yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut
idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang
digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan
rasionalisme. Ini adalah madzhab epistemologi yang mengajarkan bahwa
pengetahuan apriori (masa bodoh) atau deduktif dapat diperoleh dari
manusia denganakalnya.8

4. Logika

Logika sebagai salah satu cabang filsafat pada dasarnya adalah cara untuk
menarik kesimpulan yang valid. Secara luas logika dapat didefinisikan sebagai
pengkajian untuk berfikir secara sahih. Ada banyak cara menarik kesimpulan.
Namun secara garis besar, semua itu digolongkan menjadi dua cara yaitu logika
induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum. Sedangkan logika deduktif berhubungan dengan penarikan kesimpulan
dari kasus-kasus yang umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus atau
individual. Baik logika induktif maupun logika deduktif, dalam proses
penalarannya mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang
dianggap benar. Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal, yakni
kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan
keputusan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka
kesimpulan yang ditariknya akan salah.

5. Etika

Etika (dalam Islam dikenal akhlaq) adalah ilmu yang membahas perbuatan
baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia. Etika berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, ethos dan
8 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, PT. (Remaja Rosdakarya Bandung, 2000) hal. 78

10

ethikos. Ethos berarti sifat, watak dan kebiasaan, sedangkan ethikos berarti susila,
keadaban atau perbuatan dan kelakuan yang baik. Adapun istilah moral berasal
dari bahasa Latin, yaitu mores merupakan bentuk jamak dari mos, yang berarti
adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat dan cara hidup. Mempelajari
etika bertujuan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik
dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Etika biasanya
disebut ilmu pengetahuan normatif, sebab etika menetapkan ukuran bagi
perbuatan manusia dengan penggunaan norma tentang baik dan buruk.

Etika merupakan cabang filsafat yang amat berpengaruh sejak zaman
Socrates. Etika membahas baik dan buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan
tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika
tidak mempersoalkan apa atau siap manusia itu, tetapi bagaimana manusia
seharusnya berbuat dan bertindak.

6. Estetika.

Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan masalah seni (art) dan
keindahan (beauty). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, aisthesis yang berarti
penyerapan inderawi, pemahaman intelektual atau bisa juga berarti pengamatan
spritual. Dengan kata lain, estetika merupakan studi filsafat yang mempersoalkan
atau mengkaji hal-ihwal nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di
dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan
harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh dan menyeluruh. Bagi ilmu
pengetahuan yang beraneka ragam itu, filsafat berfungsi sebagai pengikat ke arah
keseragaman dan kesatuan. Keanekaragaman ilmu pengetahuan yang berada
secara terpisah-pisah antara satu dengan yang lain itu terjadi seragam, tertata
secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh
di dalam obyek, metode dan teori kebenaran filsafat 9

9 Ibid hal. 79
11

Estetika dapat dibagi menjadi dua, yaitu estetika deskriptif yang
menguraikan dan melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan, dan
estetika normatifyang mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar dan ukuran
pengalaman keindahan. Ada pula yang membagi estetika kepada filsafat seni dan
filsafat keindahan. Filsafat seni mempersoalkan status ontologis dari karya seni
dan mempertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni serta apakah
yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas.
Sedangkan filsafat keindahan membahas apakah keindahan itu dan apakah nilai
indah itu obyektif atau subyektif.

C. Metode Mempelajarin Filsafat
Dalam mempelajari filsafat kita memerlukan penjelasan mengenai cara
mempelajari / memahami filsafat ini.

Cara mempelajari filsafat Ada 3 macam metode mempelajari filsafat : metode
sistematis, metode historis, dan metode kritis

1.

Metode sistematis

Adalah cara mempelajari filsafat mengenai materi/masalah-masalah yang
dibicarakannya. Sistematis disini artinya adanya susunan dan urutan
(hierarki) juga kaitan suatu masalah dengan materi/masalah lain yang
terdapat dalam filsafat

Misalnya mula menghadapi teori pengetahuan dari beberapa cabang filsafat.
Lalu mempelajari teori hakekat yang merupakan cabang lain. Kemudian ia
mempelajari teori nilai atau filsafat nilai.

Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatian kita terpusat pada isi
filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada periode.10
10 Dr.Ahmad Tafis,Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra,
( Bandung: Remaja Rosdakarya)1990, hal.15

12

2.

Metode historis

Metode historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu,
perkembangan pemikiran filsafat yang telah terjadi sejak kelahirannya
sampai saat ini sepanjang dapat dicatat dan memenuhi syarat-syarat
pencatatan serta pemikiran sejarah. Metode ini digunakan untuk
mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan
dengan membicarakan tokoh, riwayat hidup, pokok ajarannya, baik dalam
teori pengetahuan, teori hakikat, maupun teori nilai.

Menurut Bertens sejarah perkebangan filsafat dibagi dalam 4 tahap yaitu,

a. zaman yunani kuno dari abad ke 6 SM sampai dengan 200 M.

b. zaman patristik dan pertengahan dari 200 sampai 1500 M.

c. zaman modern dari 1500 sampai 1800 dan

d. zaman baru sejak 1800.

3.

Metode kritis

Digunakan untuk mempelajari filsafat tingkat intensif. Pelajaran filsafat
pada tingkat sekolah pascasarjana sebaiknya menggunakan metode ini.
Pengajaran dapat dilakukan dengan pendekatan sistematis, atau historis.

13

Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian mengajukan
kritikan. Karena kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat juga
berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Ia
mengkritik mungkin dengan menggunakan pendapatnya sendiri ataupun
pendapat orang lain. Jadi, jelas pengetahuan ala kadarnya, tatkala memulai
pelajaran, amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini. Selain
metode diatas ada juga metode lain yaitu metode ihtisar (sari:singkatan)
yang secara ringkas mengemukakan inti dari berbagai aliran atau masalah
filsafat yang pernah berkembang baik secara berurutan menurut waktu
ataupun tidak.11

11 Ibih hal.16

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Filsafat Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep
mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika
bahasa
Macam-macam Filsafat
1. Teologi
2. Kosmologi
3. Epistemologi
4. Logika
5. Etika
6. Estetika
Metode Mempelajarin Filsafat Ada 3 macam metode mempelajari filsafat :
metode sistematis, metode historis, dan metode kritis

15

DAFTAR PUSAKA
A. Khudori Soleh. M.Ag. 2004. Wacana Baru Filsafat Islam. Pustaka Pelajar.
Mustofa. 1997. Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ahmad Tafsir. 2000. Filsafat Umum. PT. (Remaja Rosdakarya Bandung.
Dr.Ahmad Tafis1. 990,Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra
Bandung: Remaja Rosdakarya

16