seorang wanita boleh membaca alquran dan

Mengalami haid bagi bagi wanita merupakan buah simalakama. Banyak aktifitas
peribadatan yang terhenti saat masuk siklus menstruasi. Bukan hanya tak bisa sholat dan
puasa, kaum ibu yang biasanya rajin mengikuti taklim majelis ilmu di mesjid pun terhalang.
Meraka takut berdosa jika memasuki mesjid. Dalam hal ini mereka sedikit keliru dalam
menginterprestasikan ayat yang terkandung dalam:(Q.S. An-Nisa: 43)
‫س‬
‫س‬
‫ل‬
‫ما ت س ن‬
‫جن نببا إ بلل س‬
‫ي يسىأي يسها ٱل ل ب‬
‫ن وسسل ن‬
‫قونلو س‬
‫سك ىسسرىى س‬
‫ري س‬
‫صل سوىة س وسأنت نمع ن‬
‫موا ا س‬
‫ى ت سععل س ن‬
‫ن سءا س‬
‫مننوا ا سل ت سقعسرنبوا ا ٱل ل‬
‫سسسببي ل‬

‫ذي س‬
‫عاب ب ب‬
‫حت ل ى‬
‫س‬
‫س‬
‫س‬
‫س‬
‫س‬
‫من ن‬
‫سنلوا ا وسبإن ن‬
‫سسساسء فسل سسسمع‬
‫س س‬
‫ن ٱلعغسسسائ ب ب‬
‫ى ت سغعت س ب‬
‫جاسء أ س‬
‫فرل أوع س‬
‫مرع س‬
‫س‬
‫مٱٱٱٱلن ن س‬
‫ى س‬

‫م ٱٱت نسع ن‬
‫ط أوع ل ىس س‬
‫كم ن‬
‫حدد ن‬
‫كننتم ل‬
‫م س‬
‫ى أوع ع سل ى‬
‫ض يى‬
‫حت ل ى‬
‫س‬
‫ل‬
‫ا‬
‫س‬
‫ا‬
‫ا‬
‫س‬
‫ن‬
‫ن‬
‫س‬
‫س‬

٤٣ ‫فوبرا‬
‫وا غ س ن‬
‫ن‬
‫ف‬
‫ع‬
‫ن‬
‫كا‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ٱ‬
‫ن‬
‫إ‬
‫م‬
‫ع‬
‫م‬
‫ك‬
‫دي‬
‫ي‬
‫ع‬

‫أ‬
‫و‬
‫م‬
‫ع‬
‫ك‬
‫ه‬
‫جو‬
‫و‬
‫ب‬
‫ا‬
‫حو‬
‫س‬
‫م‬
‫ع‬
‫ٱ‬
‫ف‬
‫با‬
‫ي‬
‫ط‬
‫دا‬

‫عي‬
‫ص‬
‫ا‬
‫مو‬
‫م‬
‫ي‬
‫ت‬
‫ف‬
‫ب‬
‫ء‬
‫ما‬
‫ا‬
‫دو‬
‫ج‬
‫س‬
‫ب‬
‫ب‬
‫ب‬
‫س‬
‫س‬

‫ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ن‬
‫ب‬
‫س‬
‫ن‬
‫س‬
‫س‬
‫ل ن‬
‫س‬
‫تس ب‬
‫س‬
‫و‬
‫س‬
‫ب ن‬
‫ب‬
Artinya:


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun

‫سسسنلوا ا‬
‫جن نببا إ بلل س‬
‫ى ت سغعت س ب‬
‫ل س‬
‫( وسسل ن‬jangan pula hampiri mesjid) sedang
‫ري س‬
‫سببي ل‬
‫عاب ب ب‬
‫حت لسس ى‬
kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi). Dalam
tafsir Ath-Thabari, ayat ini tidak di jelaskan tentang tidak bolehnya wanita haid memasuki

mesjid. Akan tetapi kebanyakan dijelaskan hanya orang yang junub(hadas besar), junub
dalam arti hubungan kelamin atau bermimpi dalam hal ini tidak boleh memasuki mesjid
sampai ia mandi.1
Dalam hal ini juga di dukung oleh tafsir Al-Mishbah, bahwa orang yang junub itu
akibat hubungan kelamin, maupun keluar mani dengan sebab lainnya, hingga ia mandi. Dan
tidak disebutkan wanita haid.2

‫سنلوا ا‬
‫جن نببا إ بلل س‬
‫ى ت سغعت س ب‬
‫ل س‬
‫ وسسل ن‬, (jangan pula hampiri mesjid) sedang
‫ري س‬
‫سببي ل‬
‫عاب ب ب‬
‫حت ل ى‬
kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi). Ayat ini
terkadang selalu dijadikan acuan terhadap wanita yang sedang haid, sekalipun menghadiri
pengajian di mesjid tetap dikatagorikan haram. Pengkiasan wanita haid kepada orang junub
dipandang tidaklah tepat. Karena Orang junub bisa segara mandi dan langsung suci,

sedangkan perempuan haid tidak bisa langsung suci karena haidnya adalah ke adaan alamiah
dan ia tidak dapat langsung suci. Hal ini berdasarkan hadis Nabi:
1 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari, Terj. Akhmal Affandi, Jilid VII,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 71-75.
2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. II, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.451.

“... Hendaklah perempuan-perempuan yang sedang haid keluar untuk menyaksikan
kebaikan dan dakwah kaum muslimin. perempuan-perempuan yang sedang haid hendaklah
jauh dari tempat sholat”.(H.R. Ibn Majah dan Muttafaq’alaih)3.
Maksud jauh dari tempat sholat ialah seorang wanita dilarang melaksanakan sholat
ketika haid, karena apabila hadis tersebut di indikasikan “jauh dari tempat sholat” justru itu
tidak logis, karena tempat sholat bukan hanya di mesjid saja, tapi juga bisa di rumah dan di
tampat lain sebagainya.
Bahkan menurut Ibrahim dan Ibnu Abbas, wanita yang sedang haid boleh membaca
Al-Qur’an.4
Hadis lain juga di sebutkan, Nabi SAW bersabda:

‫سو ن‬
‫َ سقا س‬:‫ت‬
‫َ سناوبل بي ابني‬:‫م‬

‫ه ع سل سي اهب وس س‬
‫ل سر ن‬
‫سل ل س‬
‫صللى الل ل ن‬
‫ه عنسها قال ا‬
‫عن عاءشة رضي الل ل ن‬
‫ل الل لهب س‬
‫سو ن‬
‫قا س‬
َ:‫م‬
‫ٌ فس س‬,‫ض‬
‫ال ا ن‬
‫ج ب‬
‫مسرة س ب‬
‫ي س‬
‫ه ع سل سي اهب وس س‬
‫ل سر ن‬
‫م ا‬
‫سل ل س‬
‫صللى الل ل ن‬

‫ٌ قال ا‬,‫د‬
‫س ب‬
‫ن ال ا س‬
‫خ ا‬
‫ل الل لهب س‬
‫حابء ض‬
‫َ إ بن ن ا‬:‫ت‬
‫م س‬
ِ.‫ك‬
‫ي ي سد ب ب‬
‫ضت ن ب‬
‫حي ا س‬
‫ت س‬
‫ل سي ا س‬
‫س ا‬
‫ك فب ا‬
Artinya:

Dari Aisyah r.a, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Ambillah
tikar kecil dari masjid. Aisyah berkata “Aku sedang haid”. Rasul SAW
bersabda: “Haidmu tidak ditanganmu”.(H.R. Ibn Majah dan Muslim)5

Nabi SAW menyuruh Aisyah ketika haid pada musim haji supaya melakukan semua
manasik haji yang dilakukan oleh orang yang sedang haji kecuali satu, yaitu tawaf. 6
Logikanya, orang yang sedang haji tentu keluar masuk mesjid maka Aisyah yang haid juga
boleh keluar masuk mesjid. Yang tidak boleh dilakukan adalah tawaf, karena tawaf dalam
hadis dikatakan sama dengan shalat dan wanita haid dilarang mengerjakan sholat.
Adapun historis wanita mengalami haid:
Muhammad Shahrur mengatakan bahwa, di dalam Tarikh Thabari menguraikan
tentang kisah dosa pertama dalam kitab tafsir dan kitab sejarahnya. Ia menyatakan:
Menceritakan kepadaku Yunus ibn ‘Abd Al-A’la. Ia berkata: telah menyampaikan kabar
kepada kami ‘Abd Allah ibn Wahb dari ‘Abd Ar-Rahman ibn Zayd ibn Aslam, dia berkata:
Ketika iblis membujuk hawa untuk makan buah dari pohon terlarang. Kemudian Hawa
membujuk Adam memakan buah tersebut dan akhirnya keduanya memakan, lalu Allah SWT
berkata: “Sesungguhnya Hawa akan mengeluarkan darah sebulan sekali sebagai mana pohon
3 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Nasa’i, Terj. Ahmad Yuswaji, Jilid I, ( Jakarta:
Pustaka Azzam, 2013), hlm. 171-172.
4 Al-Imam Al-Hafizh Abu abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Terj,
Muhammad Iqbal, Cet. I, jilid I, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2010), hlm. 272.
5 Ibid, hlm. 199.
6 Al-Imam Al-Hafizh Abu abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, ......., hlm. 281.

itu(buah kuldi) mengelurkan getahnya. Aku menjadikannya bodoh meskipun sebelumnya aku
menjadikan makhluk yang bijak. Aku akan menjadikan mereka hamil dalam kesulitan,
bahkan lebih pahid dari kematian. 7

7 Muhammad Shahrur, Metodologi Fiqih Islam Kontemporer, Terj, Sahiron Syamsuddin, Cet ke-VI,
(Yogyakarta: Elsaq Pres, 2010), hlm 495-496.