PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN INSPIRATOR CERITAKEPAHLAWANAN PADA SISWA KELAS VIII CSMP PGRI 7 DENPASAR

  

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI

METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN

  

INSPIRATOR CERITAKEPAHLAWANAN PADA SISWA

KELAS VIII CSMP PGRI 7 DENPASAR

Rahmi dan Ni Luh Sukanadi

  Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFKIP Unmas Denpasar

  

Email: [email protected]

ABSTRAK

  Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Keterampilan bahasa sangat penting untuk

dikuasai. Keterampilan dasar yang perlu dikuasai siswa adalah keterampilan menulis. Bayangkan,

kemampuan menulis selalu hadir dalam proses pembelajaran apapun. Kegiatan menulis yang

berhubungan dengan bidang sastra salah satunya adalah belajar menulis puisi. Menulis puisi tidak

hanya untuk menulis surat atau tiruan, tapi menulis puisi sebagai aspek perasaan keterampilan.

Menulis puisi adalah proses perubahan dalam bentuk pikiran atau perasaan menjadi bentuk penulisan

yang indah. Dengan demikian, untuk dapat menciptakan variasi dalam pembelajaran serta untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang

berhubungan dengan situasi nyata (Contextual Teaching and Learning) dengan inspirasi

kepahlawanan. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada awal uji

(pre-test) rata-rata jumlah 5,46 dengan kategori kurang, pada siklus I meningkatkan nilai rata-rata

6,85 dengan kategori hampir cukup, Siklus kedua meningkatkan nilai rata-rata siswa menjadi 7,06

dengan kategori cukup, dan siklus ketiga juga mengalami kenaikan nilai rata-rata 7,96 dengan siswa

ke dalam kategori baik. Berdasarkan hasil tersebut, penulisi merumuskan saran tersebut, guru SMP

PGRI Indonesia 7 Denpasar memberikan motivasi kepada siswa untuk tidak mengabaikan literatur

belajar khususnya puisi.

  Kata kunci: Menulis, puisi, inspirasi cerita kepahlawanan, pembelajaran kontekstual.

  

ABSTRACT

In the teaching and learning activities in schools. Language skills are very important to

master. Basic skills students need to master is the writing skills. Imagine, writing skills are always

present in any learning process. Writing activities related to the field of literature one of which is

learning to write poetry. Writing poetry is not just to write a letter or copy, but writing poetry as an

aspect of skill feelings. Writing poetry is a process of change in the form of thoughts or feelings into

the beautiful form of writing. Thus, to be able to create variations in learning as well as to improve

students' skills in writing poetry required a learning model that relates to the real situation

(Contextual Teaching and Learning) by inspiration of heroism. this can be seen from the increase in

the average value obtained by the students at the beginning of the test (pre-test) the average number

of 5.46 with less category, in the first cycle increased the average value of 6.85 with almost enough

category, the second cycle increasing the value of the average student to 7.06 with enough categories,

and the third cycle is also experiencing an increase in the average value of 7.96 with a student into

either category. Based on these results, penulisi formulating such advice, teacher Indonesian SMP

PGRI 7 Denpasar order to provide motivation to the students to not neglect the learning literature,

especially poetry.

  Keywords: Writing, poetry, inspiration stories of heroism, contextual learning.

  PENDAHULUAN

  Apresiasi terhadap karya sastra, terutama pusi dapat memberikan banyak manfaat pada seseorang. Lewat karya sastra berupa puisi, siswa dapat menambah pengetahuan tentang kosa kata suatu bahasa. Guru dapat menggunakan hasil apresiasinya sebagai bahan pembelajaran. Bagi para pelajar dapat memanfaatkan hasil apresiasi puisi sebagai bahan pembedahaaraan kata. Jadi apresiasi terhadap karya sastra berupa puisi memberikan manfaat. Dengan adanya pelajaran bahasa Indonesia, para siswa juga didorong untuk menumbuhkan kemampuan dalam berkomunikasi, belajar hidup bermasyarakat, dan menjadi warga yang berguna. Belajar bahasa Indonesia juga difokuskan pada kemampuan memahami sastra, salah satunya puisi. Pada dasarnya semua orang dapat mengapresiasikan sastra atau kesenian, karena merupakan hiburan bagi semua orang, maka potensi pada anak hendaknya dibina sejak dini secara formal ataupun non formal. Oleh karena itu, saat ini minat karya sastra sudah mulai meningkat. Banyak orang mulai menciptakan atau mengarang karya sastra, seperti: puisi, cerpen dan novel. Menulis puisi pun sudah dapat dilakukan anak SD, walaupun penulisannya masih dengan kata-kata biasa saja. Banyak yang menganggap belajar teknik atau teori tidak penting. Oleh karena itu, yang terpenting adalah mencoba dan terus berlatih. Namun, harus tetap ingat, teknik dan teori perlu dipahami sebagai peta dan kompas dalam menulis karya sastra, khususnya puisi. Teori dan teknik tidak boleh membelenggu kreativitas yang dimiliki, yang terpenting adalah keseimbangan teknik, teori dan latihan atau praktek.

  Pengajaran sastra yang dilakukan juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa tentang sastra tersebut, serta mendorong siswa agar mampu menciptakan karya sastra sehingga menambah khasanah bidang kesustraan. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang diajarkan mulai jenjang Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Mengingat puisi diajarkan sejak di sekolah dasar sampai keperguruan tinggi, maka dapatlah dikatakan pengajaran puisi sangat penting, ini disebabkan puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Walaupun kenyataannya pelajaran puisi sudah diberikan sejak di Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi, tetapi tidak sedikit pembaca merasa kesulitan dalam menikmati puisi, walaupun mampu membaca bait demi bait puisi tersebut, tetapi belum mampu betul memahami maknanya dengan baik dan benar. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar di kelas VIII C SMP PGRI

  7 Denpasar penulis menemukan beberapa permasalahan yang ditimbulkan, baik oleh guru maupun siswa, khususnya dalam memahami puisi. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, khususnya ketika siswa disuruh menulis puisi, siswa mengalami kesulitan dalam penulisannya. Oleh karena, selama ini pemahaman tentang menulis puisi kurang dapat dipahami oleh siswa. Namun, tidak dijelaskan bagaimana menulis puisi agar terlihat indah dan mudah dipahami maknanya. Kondisi seperti ini mengakibatkan hasil belajar yang diharapkan jauh dari Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM), dan siswa menganggap pelajaran memahami puisi ini merupakan pelajaran yang membosankan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru tersebut dalam melaksanakan pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan motivasi belajar bagi siswa.

  Melihat dari kondisi tersebut, penulis mempunyai ide untuk memperbaiki pembelajaran tersebut dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual. Tugas guru membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi.

  Melalui kontekstual siswa diharapkan “memahami” bukan “menghafal”.Jadi metode pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata (siswa dapat mengetahui tentang cerita kepahlawan melalui membaca buku cerita kepahlawanan dan dapat menuangkan kembali secara tertulis dengan mengarang puisi kepahlawanan). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

  . Di samping itu untuk memotivasi para guru pendidikan dan sumber daya manusia. Tujuan khusus (a) Untuk mendapatkan data yang objektif, bahwa metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar. (b) Untuk menemukan langkah- langkah metode pembelajaran kontekstual yang tepat dalam menulis puisi.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat adalah sebagai berikut: (1) manfaat teoritis, Secara teoritis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi melalui metode pembelajaran kontekstual dengan inspirator cerita kepahlawanan pada siswa kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar.. (2) manfaat praktis, (a) Bagi Siswa, metode pembelajaran kontekstual dengan inspirator cerita kepahlawanan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar berdasarkan tujuannya secara lebih jelas sehingga mereka dapat meningkatkan prestasi belajar dan kreativitas dalam belajar,(b)Bagi Guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam mencari dan menemukan strategi pembelajaran yang menarik dan efektif,(c)Bagi Sekolah, dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapatbermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan, (d) Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk mengkaji masalah dalam melaksanakan program pembelajaran mengenai menulis puisi dengan metode pembelajaran kontekstual dalam lingkup yang lebih luas, sehingga pada pembelajaran ini siswa menjadi lebih antusias dan menjadi pembelajaran yang menarik serta diminati oleh siswa.

  Adapun yang dijadikan asumsi dalam penelitian ini adalah (a) kondisi siswa kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar dijadikan subjek utama penelitian dianggap sama, (b) bahasa Indonesia telah dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di sakolah-sekolah baik dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi, (c) semua siswa dikategorikan memiliki kualitas dan kuantitas yang sama mengenai mata pelajaran Bahasa Indonesia khusunya kemampuan atau bakat siswa dalam menulis puisi, nantinya akan bisa melahirkan seorang pengarang puisi yang berbakat, (d) Kurikulum yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

  Standar isi sebagai ruang lingkup materi, dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabusyang

  harus dipenuhi peserta didik padaertentu.

METODE PENELITIAN

  Metode adalah alat untuk mencapai suatu tujuan, karena itu pemilihan metode sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan Netra, (1977:24).

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (class room action research). Menurut Henry dan Targgart (dalam Depdikbud.1994:3) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini menemukan pada penyempurnaan atau peningkatan praktis pembelajaran sehingga menjadi lebih baik.Selain itu menurut Kammis, dan Wardani, (2007:13) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan. refleksi diri sebagai metode utama.

  Subjek dalam penelitian ini adalah meliputi siswa kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar yang berjumlah 32 orang. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah kemampuan menulis puisi melalui metode pembelajarankontekstual denganmenggunakan inspirator cerita kepahlawanan pada siswa kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar. Tempat penelitian dilakukan di SMP PGRI 7 Denpasar.

  Rancangan Penelitian

  Rancangan penelitian, Penelitian ini dirancang untuk dilakukan sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas (PTK).Ada beberapa hal yang harus ditentukan dalam rancangan penelitian yaitu: (1) Perencanaan, sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Untuk mendukung kelancaran dalam melaksanakan tindakan ini, perlu disiapkan alat atau fasilitas untuk membangun proses pengajaran. (2) Pelaksanaan, pelaksanaan meliputi tindakan yang dilakukan oleh penelitian sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasilnya. (3) Observasi/evaluasi, Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang dilakukan berdasarkan pengamatan. (4) Refleksi adalah aktivitas peneliti yang mengkaji, melihat dan mempertimbangkan Metode yang digunakan untuk mengelolah data-data tersebut adalah dengan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan menyusun data-data tersebut secara sistematis sehingga diperoleh suatu simpulan umum.

  PEMBAHASAN

  Berdasarkan refleksi awal yang pada telah penulis lakukan di kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar . Bahwa nilai rata-rata siswa dalam aspek menulis puisi masih di bawah kriteria kentuntasan minimal (KKM Di samping itu siswa belum termotivasi untuk menuangkan imajinasinya dalam bentuk tulisan. Hal ini merupakan sesuatu permasalahan yang tentunya perlu dicarikan solusi pemecahannya.

  Tabel 01. Analisis Data Tes Awal Pada Siswa Kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar.

  

No Rentang Nilai Nilai Frekuensi Jumlah Nilai presentase Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. 95-100

  10 02. 85-94 9 03. 75-85 8 04. 65-74

  7

  2 14 6,25% 175 05. 55-64

  6

  11 66 34,37%

  32 06. 45-54

  5

  19 95 59,37% = 5,46 07. 35-44

  4 08. 25-34 3 09. 15-24 2 10. 5%-14 1 32 175 100%

  Berdasarkan hasil observasi yang HASIL PENELITIAN SIKLUS I telah dilakukan dan untuk mendukung Siklus I adalah pembelajaran hasil observasi maka penulis memberikan menulis puisi dengan menerapkan metode tes terlebih dahulu untuk mengetahui pembelajaran kontekstual. Hasil tes berupa tingkat kemampuan siswa dalam menulis penugasan menulis puisi. Hasil tes refleksi puisi. Setelah penulis memberikan tes awal akan diperbaiki pada siklus I. Siklus ternyata hasilnya jauh dari apa yang ini sebagai usaha peningkatan diharapkan dan sangat kurang. Hasil tes kemampuan dalam menulis puisi. Siklus I tersebut mendapatkan rata-rata 5,46. Nilai teridiri dari empat tahapan yaitu: (1) rata-rata tersebut belum memenuhi standar perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) dan masih sangat kurang, hal tersebut Observasi/evaluasi, dan (4) refleksi. menyebkan peneliti melakukan tindakan lebih lanjut.

  Tabel 02. Analisis Data Siklus I Pada Siswa Kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar. No Rentang Nilai Nilai Frekuensi Jumlah Presentase Rata- Nilai rata (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. 95-100

  10 02. 85-94 9 03. 75-82 8 04. 65-74 7 27 189 84,375% 219

  05. 55-64

  6

  5 30 15.625%

  32 06. 45-54

  5 = 6,8 07. 35-44

  4 08. 25-34 3 09. 15-24 2 10 5-14 1 23 219 100% Berdasarkan tabel di atas dapat di gambarkan bahwa 32 orang siswa kelas

  VIII C SMP PGRI7 Denpasar. yang mengikuti pelajaran menulis puisi. Dapat dilihat

  Berdasarkan hasil tes penugasan menulis puisi pada siklus I dapat diketahui nilai rata-rata penugasan menulis puisi siswa kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar sebesar 6,8 dengan kategori lebih dari cukup.

HASIL PENELITIAN SIKLUS II

  Masalah yang dihadapi siswa dalam menulis puisi yaitu kurang terfokusnya perhatian siswa dalam pembelajaran terutama saat menerangkan materi puisi, keberhasilan siswa masih belum maksimal dalam pilihan kata (diksi) dan kesesuaian antara judul dan konteksnya dan daya imajinasi siswa masih kurang. Perbaikan akan dilaksanakan dengan tujuan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi. Untuk mengatasi kekurangan dan permasalahan yang ada pada siklus I maka peneliti akan melanjutkan ke siklus II.

  2 16 6,25% 04. 65-74

  1 32 226 100% Berdasarkan tabel di atas dari hasil siklus II dapat digambarkan bahwa 32 orang siswa kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar. yang mengikuti pelajaran

  2 10. 5-14

  3 09. 15-24

  4 08. 25-34

  5 07. 35-44

  30 06. 45-54

  6

  7 30 210 93,75% 05. 55-64

  8

  Proses tindakan pada siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Hasil refleksi siklus I akan diperbaiki pada siklus

  Belum maksimalnya hasil tes berupa penugasan menulis puisi, disebabkan oleh siswa yang kurang paham secara penuh tentang cara menulis puisi.

  02. 85-94 menulis puisi. Dapat dilihat pengelompokan jumlah siswa yang memperoleh nilai skor standar 8 sebanyak 2 orang, dan 7 sebanyak 30 orang,

  32 =7,1

  10 226

  Presentase Rata-rata (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. 95-100

  No Renatangan Nilai Nilai frekuensi Jumlah Nilai

  Tabel 03. Analisis Data siklus II Pada Siswa Kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar.

  II. Siklus II ini sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik daripada hasil pembelajaran siklus I. Siklus II terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi.

  9 03. 75-82

  Berdasarkan hasil tes menulis puisi pada siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-rata berupa tes penugasan menulis puisi siswa kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar. adalah sebesar 7,1 dengan kategori lebih dari cukup. Belum maksimalnya hasil tes berupa penugasan menulis puisi siswa dikarenakan beberapa siswa masih belum paham secara penuh tentang cara menulis puisi.

HASIL PENELITIAN SIKLUS III

  Masalah yang dihadapi siswa dalam menulis puisi pada siklus II ini yaitu masih ada beberapa siswa yang membuat judul yang belum sesuai dengan isi dari puisi tersebut, sedangkan ada beberapa siswa yang lainnya sudah memenuhi kriteria dalam menulis puisi. Siswa yang belum memenuhi kriteria disebabkan salah penulisan, belum mengembangkan imajinasi mereka sesuai dengan judul yang mereka gunakan. Oleh karena itu siswa yang belum memenuhi kreteri perlu diarahkan lagi dalam mengembangkan daya imajinasi mereka. Perbaikan akan dilaksanakan dengan tujuan dapat meningkatkan kemapuan menulis puisi. Untuk mengatasi kekurangan dan permasalahan yang ada pada siklus II maka peneliti akan melanjutkan ke siklus III.

  Proses tindakan pada siklus III merupakan tindak lanjut dari siklus II. Hasil refleksi siklus II akan diperbaiki pada siklus III. Siklus III ini sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

  Hasil pembelajaran pada siklus III ini diharapkan lebih baik daripada hasil pembelajaran siklus I dan siklus II. Siklus

  III terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi.

  Tabel 04. Analisis Data Siklus III Pada Siswa Kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar.

  

NO Rentangan Nilai Nilai Frekuensi Jumlah Nilai Persentase Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. 95-100

  10 = 255

  32 = 7,96 02. 85-94

  9 03. 75-84 8 31 248 96,875% 04. 65-74

  7

  1 7 3,125% 05. 55-64 6 06. 45-54 5 07. 35-44 4 08. 25-34 3 09. 15-24 2 10. 5-14 1 32 255 100% Berdasarkan tabel di atas dari hasil siklus kepahlawanan terjadi perubahan dan

  III dapat digambarkan bahwa 32 siswa mengalami peningkatan. Dari hasil siklus kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar.yang

  III yang dicapai siswa maka peneliti mengikuti pelajaran menulis puisi. Dapat merasa tidak perlu melanjutkan dilihat pengelompokan presentasenya. pelaksanaan pembelajaran menulis puisi jumlah siswa yang memperoleh nilai skor melalui motode pembelajaran kontekstual standar 8 sebanyak 31 orang dan 7 dengan cerita kepahlawanan, sebab nilai sebanyak 1 orang. rata-rata yang diperoleh siswa kelas VIII C

  Peningkatan yang diperoleh siswa SMP PGRI 7 Denpasar , yaitu 7,96 sudah dapat dilihat dari hasil perbaikan langkah memenuhi kriteria nilai baik yang yang dilakukan penulis selama penelitian ditentukan peneliti. berlangsung serta pemberian bimbingan

  Rekapitulasi Hasil Penelitian Tes Awal, sesuai dengan jam pelajaran bahasa Siklus I, II, III.

  Indonesia oleh peneliti kepada siswa. Rekapitulasi hasil tes kemampuan Peningkatan ini dapat dilihat dari niali menulis puisi melalui pembelajaran rata-rata siswa dari tindakan siklus I ke kontekstual pada siswa kelas VIII C SMP tindakan siklus II dan sampai pada PGRI 7 Denpasar. dapat dilihat pada tabel tindakan siklus III serta secara individu berikut. banyak siswa yang memperoleh nilai baik serta mampu menulis puisi melalui metode kontekstual dengan media cerita

  

Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Tes Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui

Motede Pembelajaran Kontekstual Dengan Inspirator Cerita Kepahlawana Pada Siswa Kelas VIII C SMP PGRI 7 Denpasar. pada siklus I,II,III.

  

No Nama Siswa Nilai Siklus Keterangan

Awal

  I II

  III (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  01. Adi Artana Putra I Gede

  6

  6

  7

  8 Tuntas

  02. Aditya Mandalaya Putra

  6

  6

  7

  8 Tuntas

  03. Fahri Alfarizi

  5

  7

  6

  8 Tuntas

  04. Ferry Kusuma Wardana

  6

  7

  7

  8 Tuntas

  I Putu 05.

  I Gede Kusuma

  5

  7

  7

  8 Tuntas Wardana

  06. I Kadek dwi Candra

  5

  7

  7

  8 Tuntas Putra

  07. I Nyoman Satya Angga

  5

  7

  6

  8 Tuntas 08.

  I Putu Diva Budi

  5

  7

  7

  8 Tuntas Pratama

  09. I Putu Sulaksana

  5

  7

  7

  8 Tuntas Dharma 10.

  I Wayan Sukadana

  8 Tuntas

  27. Raul Parwati Ni Wayan

  8 Tuntas

  7

  7

  6

  26. Rahmadi Hidayat

  8 Tuntas

  7

  7

  6

  25. Putri Noviana Ramadhani

  8

  7

  7

  7

  24. Puspita sari Ni Putu

  8 Tuntas

  7

  7

  6

  23. Oktavia irmalasari

  8 Tuntas

  7

  7

  5

  7

  8

  8 Tuntas

  7

  8 Tuntas Jumlah 175 219 226 255 Nilai rata-rata 5,46 6,84 7,06 7,96 Tuntas

  7

  7

  5

  32. Suarsini Ni Putu

  8 Tuntas

  7

  7

  5

  31. Sri Puspasari Ni Luh

  8 Tuntas

  7

  8 Tuntas

  6

  30. Sinta Dewi Purwati

  8 Tuntas

  7

  7

  6

  29. Shinta Amylia Ni Made

  8 Tuntas

  7

  6

  5

  28. Satria Mahardhika

  22. Nisha Apriliana Ni Putu

  7

  6

  13. Ketut Agus krisna Saka

  5

  15. Komang Mitha Sonya

  8 Tuntas

  7

  7

  5

  14. Komang Ariana

  8 Tuntas

  7

  7

  5

  8 Tuntas

  7

  7

  7

  5

  12. Kadek Regi Pradetya

  8 Tuntas

  7

  7

  5

  11. Imam Alfarizi

  8 Tuntas

  7

  7

  7

  8 Tuntas

  7

  8 Tuntas

  5

  21. Ni Wayan Meilina Cintya Dewi

  8 Tuntas

  6

  7

  5

  20. Ni Putu Putri Ayu Meiyanti

  8 Tuntas

  7

  7

  5

  19. Ni Luh Putri Eka Negara

  7

  16. Mario Satria Budi Utama

  7

  6

  18. Ni Kadek Ririn dwi Yanti

  8 Tuntas

  7

  7

  6

  17. Miralia Nesyathania

  8 Tuntas

  7

  7

  5

  Berdasarkan rekapitulasi dan hasil tes kemampuan menulis puisi dari prasiklus, siklus I, siklus II,dan siklus III, dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa pada setiap penilaian menulis puisi mengalami peningkatan dilihat dari rata-rata skor standar kelas yang diperoleh setiap siklus. Dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran memberikan pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat pada saat melakukan refleksi pada saat akhir pertemuan siswa sudah dapat mengidentifikasi dengan membaca teks cerita kepahlawanan. Untuk lebih jelasnya peneliti menyajikan dalam bentuk grafik di bawah ini. dari tes prasiklus, siklus I, siklus II,

  10

  dan siklus III

  8

  2. Adapun langkah-langkah

  6

  pembelajaran kontekstual sehingga

  4

  nilai yang ditargetkan oleh peneliti

  2

  dapat tercapai, sebagai berikut:

  Nilai Rata-rata PrasiklusSiklus ISiklus IISiklus III

  a) Mengembangkan pemikiran anak bahwa belajar lebih bermakna

  Grafik 01. Grafik tentang Peningkatan

  dengan cara bekerja sendiri,

  Kemampuan Menulis Puisi Melalui

  menemukan sendiri dan

  Metode Pembelajaran Kontekstual dengan Inpirator cerita kepahlawanan

  keteranpilan barunya yang

  Pada Siwa Kelas VIII C SMP PGRI 7 dimilikinya. Denpasar.

  b) Melaksanakan sejauh mungkin

  Keterangan : Nilai Tes awal (Prasiklus) : 5,46

  kegiatan inquiri untuk semua

  Nilai Siklus I : 6,8 topik.

  Nilai Siklus II : 7,1 Nilai Siklus III : 7,96

  c) Mengembangkan sifat ingin tahu

  Arikunto.(2006) siswa dengan bertanya.

  d)

  PENUTUP Menciptakan masyarakat belajar.

  e)

  Simpulan

  Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data dan

  f) penelitian tindakan kelas yang telah Melakukan refleksi di akhir pembelajaran. dipaparkan, maka peneliti menyimpulkan

  g) sebagai berikut, Melakukan penelitian terhadap hasil pekerjaan siswa dengan

  1. Metode kontekstual (Contextual berbagai cara.

  Teaching and learning ) dapat

  meningkatkan kemampuan menulis Saran Penelitian ini dapat digunakan puisi pada siswa kelas VIII C SMP alternatif pembelajaran menulis puisi dan

  PGRI 7 Denpasar. hal tersebut dapat mengatasi masalah-masalah yang dialami dilihat dari hasil penelitian tindakan siswa. Setelah penelitan dilaksanakan, kelas yang telah dilaksanakan penelitian memberikan saran sebagai berikut. sebanyak tiga siklus. Peningkatan 1. kemampuan penulisan puisi diketahui Bagi guru bahasa Indonesia, sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk mengubah kejenuhan Depdikbud. (1994). Metodik Khusus

  Pengajaran Bahasa Indonesia ,

  siswa dalam belajar. Salah satu Jakarta: Balai pembelajaran yang dapat diterapkan Pustaka.(dalam:http://bahasaindonesi acicurug.wordpres.com/contoh- yaitu pembelajaran kontekstual dalam proposal.ptkpenelitian-tindakankelas) keterampilan menulis, dalam kegiatan diakses 14 November 2014. pembelajaran hendaknya siswa diajak

  Ensiklopedia Indonesia N-Z;tanpa mengungkapkan pengalaman mereka tahun;Tarigan, 1991:4).Diakses dari dan mengkaitkan dengan kehidupan nyata. Sehingga siswa mampu

   memadukan kehidupan nyata mereka Netra. (1976). Metodologi Penelitian. dengan materi pelajaran, pengajaran Singaraja: Biro Penelitian dan Penerbitan FKIP UNUD. berperan sebagai fasilitator dan motivator yang mampu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam melakukan proses belajar.

  2. Bagi siswa, disarankan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran baik dengan tugas yang diberikan guru, dan selalu berlatih menulis terutama puisi.

  3. Kepada kepala sekolah agar memberikan perhatian, kesempatan, serta bantuan moral maupan material untuk terciptanya suasana pembelajaran yang baik dan efektif.

  DAFTAR PUSTAKA .Arikunto, S. (1989). Prosedur Penelitian.

  Jakarta: Pusat Bahasa. Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas.

  Jakarta: PT Bumi Angkasa. Carr, K, dan Wardani. 2007. Penelitian

  Tindakan Kelas. Jakarta: PT BumiAngkasa.