Media untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian seluruh dosen dan mahasiswa Kimia FMIPA Unand

DAFTAR ISI

JUDUL ARTIKEL Halaman

1. SINTESIS FASA AURIVILLIUS LAPIS EMPAT SrBi 4-x La x Ti 4 O 15 1-4

DENGAN METODE LELEHAN GARAM Sabri Ella Afni, Syukri Arief, Zulhadjri

2. DEGRADASI SENYAWA SIPERMETRIN DALAM

5-9

PESTISIDA RIPCORD 5 Ec SECARA OZONOLISIS DENGAN

MENGGUNAKAN TiO 2 /ZEOLIT SEBAGAI KATALIS

Wilda Rahmi, Zilfa, dan Yulizar Yusuf

3. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ISOLASI SENYAWA

10-16

METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG SRIKAYA (Annona squamosa Linn) Yurna Welly, Bustanul Arifin, dan Afrizal

4. UJI BAKTERI ESCHERICHIA COLI YANG RESISTAN TERHADAP

17-21

ANTIBIOTIK PADA IKAN KAPAS-KAPAS DI SUNGAI BATANG ARAU PADANG Rina Anggraini, Marniati Salim, dan Elida Mardiah

5. PRODUKSI SELULASE DARI Aspergillus niger DAN

22-28 KEMAMPUANNYA MENGHIDROLISIS AMPAS TEBU

Nova Aulina Rohana, Elida Mardiah, dan Afrizal

6. PEMANFAATAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA PADA

29-35

PEMBUATAN IKAN KERING DAN PENENTUAN KADAR AIR, ABU SERTA PROTEINNYA

Sanny Edinov,Yefrida, Indrawati, dan Refilda

7. ANALISIS WARNA, BAU,pH, Fe, Zn DAN N-ORGANIK PADA

36-43

KOMPOS YANG DIBUAT DARI TANDAN KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN AKTIVATOR LUMPUR AKTIF PT. BUMI SARIMAS INDONESIA (Cocomas) Muhammad Refqi Zaki Yul Haq, Indrawati, dan Rahmiana Zein

8. EKSTRAKSI DAN UJI ANTIOKSIDAN

44-50

SENYAWA ANTOSIANIN DARI DAUN MIANA (Coleus scutellarioides L (Benth).) SERTA APLIKASI PADA MINUMAN Yuniar Hardiyanti, Djaswir Darwis, Adlis Santon

9. ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK DAN UJI

51-55

ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK DAUN BAMBU (Dendrocalamus asper) Muha Miko Imarta Yanda, Hazli Nurdin, dan Adlis Santoni

10. FERMENTASI ANAEROBIK LIMBAH KULIT SINGKONG DAN

56-60

KOTORAN KELINCI UNTUK PRODUKSI BIOGAS

Aelita, Abdi Dharma, dan Bustanul Arifin

11. FERMENTASI ANAEROB DARI SAMPAH PASAR UNTUK

61-66

PEMBENTUKAN BIOGAS Desy Rahmayanti, Abdi Dharma, dan Marniati Salim

12. PRODUKSI BIOGAS DARI KOMBINASI LIMBAH CAIR PABRIK

67-7 2

KELAPA SAWIT DAN SAMPAH SAWI HIJAU DALAM SISTEM BATCH

Yuliana Sastika, Abdi Dharma, dan Elida Mardiah

13. STUDI ADSORPSI PENJATUHAN 2 DAN 4 ATOM BORON

73-80

PADA PERMUKAAN GRAFENA MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AM1 Devi Armelya, Imelda, dan Emdeniz

14. ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN IDENTIFIKASI DNA

81-91

BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIMIKROBA DARI FERMENTASI MARKISA KUNING (Passiflora edulis var. flavicarpa)

Yuni Nurisva Maya Sari, Sumaryati Syukur, dan Jamsari

15. ISOLASI, KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI DNA BAKTERI

92-102

ASAM LAKTAT (BAL) YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIMIKROBA DARI FERMENTASI KAKAO VARIETAS HIBRID (TRINITARIO) Yulia Delfahedah, Sumaryati Syukur, dan Jamsari

15. PRODUKSI ENZIM SELULASE DARI Aspergillus niger DAN

103-108 KEMAMPUANNYA MENGHIDROLISIS JERAMI PADI

Wezyah Adri, Elida Mardiah, dan Afrizal

16. PROFIL FITOKIMIA METABOLIT SEKUNDER DAN UJI 109-114

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TANAMAN JERUK PURUT (Citrus histrix DC) DAN JERUK BALI (Citrus maxima (Burm.f.) Merr). Unzila Rahmi, Yunazar Manjang, dan Adlis Santoni

17. PENENTUAN KANDUNGAN KAPSAISIN PADA BERBAGAI

115-119

BUAH CABAI (Capsicum) DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) Rahmi Yola, Zulfarman, dan Refilda

18. PENGGUNAAN PASANGAN ELEKTRODA CuO/C DALAM SEL

120-127

FOTOVOLTAIK CAIR DALAM PRODUKSI GAS HIDROGEN Diana Hayati, Admin Alif, dan Syukri

SINTESIS FASA AURIVILLIUS LAPIS EMPAT

SrBi 4-x La x Ti 4 O 15 DENGAN METODE

LELEHAN GARAM

Sabri Ella Afni , Syukri Arief, Zulhadjri*

Laboratorium Kimia Material Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

*e-mail: [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract

Synthesis of four layers Aurivillius phase SrBi 4-x La x Ti 4 O 15 (x = 0 and 0,5) has been carried out by molten salts method using eutectic mixture Na 2 SO 4 /K 2 SO 4 (1:1 molar ratio) as the flux. The products were characterized by X-ray diffraction powder (XRD) and their patterns showed the forming of four layers Aurivillius with typical peaks at 2 θ arround : 12,18 o , 17,13 o , 21,44 o , 23,23 o , 27,65 o , 30,26 o , 32,82 o , 39,20 o , 39,63 o , 47,27 o , 47,92 o , 52,00 o and 57,22 o . All of the products contained impurities predicted as the perovskite and three layers of Aurivillius phases. The four layers

Aurivillius phases has ortorombik symmetry with the space group A2 1 am. Increasing composition of concentration La 3+ in the sample give increasing of perovskite phase of impurity. The morphology of the samples were characterized by Scanning electron Microscopy (SEM) and the sample with x = 0 was formed plates typical compounds of Aurivillius phase.

Keywords: four layers Aurivillius phase; molten-salt, Le Bail technique

I. Pendahuluan

Smolenski [2] dan

Subbarao [3] . Sifat

dalam fasa Aurivillius Fasa Aurivillius merupakan suatu senyawa

ferroelektrik

strukturnya yang oksida logam yang terdiri atas struktur

disebabkan

oleh

ferroelektrik adalah berlapis yang terbentuk dari [A n-1 B n O 3n+1 ] 2- kemampuan untuk menahan sisa polarisasi yang disebut dengan lapisan perovskit dan

terdistorsi.

Sifat

elektrik setelah tegangan listrik yang lapisan [Bi 2 O 2 ] 2+ . Kation A merupakan ion-

diberikan dihilangkan. Sebagian besar ion yang dapat bermuatan +1, +2 atau +3

oksida Aurivillius merupakan material dengan ukuran lebih besar dari kation B

feroelektrik dengan suhu Curie tinggi dan yang diantaranya adalah logam alkali, alkali

polarisasi spontan yang besar. Kegunaan tanah,

unsur tanah

jarang

atau

dari senyawa yang bersifat feroelektrik

campurannya. Sedangkan

B adalah untuk bahan kapasitor, bahan untuk merupakan suatu unsur transisi dengan

kation

menyimpan data pada memori komputer koordinasi oktahedral yang berukuran lebih

non-volatile, serta bahan-bahan elektro kecil dari kation A, dan n adalah jumlah

penyimpanan data dan oktahedral pada lapisan perovskit [1] .

optik

untuk

display [4-5] .

Oksida Aurivillius merupakan salah satu Dewasa ini usaha yang banyak dilakukan jenis oksida logam yang menarik untuk

dalam mensintesis senyawa Aurivillius dipelajari secara luas karena banyak potensi

adalah yang bersifat magnetoelektrik yaitu aplikasi

adanya sifat ferroelektrik dan magnetik ferroelektrik. Fasa Aurivillius diketahui

yang dimiliki,

seperti

sifat

sekaligus dalam satu fasa. Zulhadjri, dkk [6] bersifat ferroelektrik setelah dipelajari oleh

telah mensintesis senyawa magnetoelektrik

C selama 10 jam, magnetiknya adalah Mn 3+ . Konsentrasi

Pb 1-x Bi 4+x Ti 4-x Mn x O 15 dengan

kation

dipanaskan pada suhu 750 o

C selama 5 jam. Setelah kation Mn 3+ yang dapat membentuk fasa

suhu 850 o

C dan 950 o

kembali kemudian tunggal Aurivillius hanya hingga 0,6 mol.

dingin

digerus

campuran dicuci beberapa kali dengan Sementara itu W. J. U, dkk [7] berhasil

aquadest panas. Produk yang diperoleh memasukkan

Mn 3+ dipanaskan dalam oven pada suhu 110 o C sebanyak

selama 24 jam. Produk yang didapat

Bi 2 Sr 2 Nb 2 MnO 12 . Jika diperhatikan dari dikarakterisasi dengan menggunakan XRD senyawa ini, maka kation Bi 3+ hanya ada

dan SEM.

dua atom dan diperkirakan berada pada lapisan [Bi 2 O 2 ] 2+ .

III. Hasil dan Pembahasan

Untuk itu dicoba membuat senyawa

3.1. Analisis hasil karakterisasi atau hasil = 0 dan 0,5 dengan mengurangi jumlah

Aurivillius lapis 4 SrBi 4-x La x Ti 4 O 15 dengan x

pengukuran

kation Bi 3+ dengan

mensubstitusinya

menggunakan kation La 3+ .

Produk

sintesis SrBi 4-x La x Ti 4 O 15 dianalisis dengan metode lelehan garam.

hasil

Pada produk, setelah pemanasan pada suhu

II. Metodologi Penelitian

750 o

C sampel dan campuran garam masih

begitu juga untuk Sintesis oksida Aurivillius lapis empat

2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi

berbentuk

bubuk

pemanasan pada suhu 850 o C. Pemanasan

dilakukan dengan metode lelehan garam. terakhir dilakukan pada suhu 950 o

C, sampel Bahan-bahan yang digunakan antara lain :

dan garam terlihat sudah mengeras dan

Bi 2 O 3 Aldrich (99,9%), La 2 O 3 Aldrich (99,9%),

menyatu seperti terlihat pada Gambar 1.

Selanjutnya produk di cuci dengan aquadest Na 2 SO 4 (Merck),

SrCO 3 Aldrich (99,9%), TiO 2 Aldrich (99,9%),

panas dan di keringkan. aquadest. Alat yang digunakan dalam

K 2 SO 4 (Merck)

dan

penelitian ini adalah tungku pemanas

X=0

(furnace), timbangan analitik, krusibel, alumina, mortal dan pestel. oven, dan alat- alat

gelas. Alat

karakterisasi

yang

digunakan adalah XRD Philips PW 170 dan SEM

JEOL JSM-6360LA.

Karakterisasi

struktur menggunakan difraksi sinar-X (XRD) dilakukan dengan alat difraktometer tipe PW170. Analisis SEM dilakukan dengan

alat JEOL JSM-6360LA. X=0

2.2. Prosedur penelitian Sintesis Senyawa Aurivillius

Semua bahan awal (precursor) ditimbang dengan perbandingan stoikiometrinya (x = 0 dan 0,5) kemudian digerus dengan agate

Gambar 1 . Produk SrBi 4-x La x Ti 4 O 15 (x = 0 dan 0,5) pereaksi yang sudah digerus tadi dicampur

mortal. Selanjutnya

campuran

bahan

setelah pemanasan pada suhu 950 o C dengan campuran garam Na 2 SO 4 /K 2 SO 4. dan setelah air pencucian hilang.

dengan jumlah mol senyawa target dengan

mol campuran garam adalah 1:7. Campuran Hasil difraksi sinar –X senyawa SrBi 4- bahan pereaksi dengan campuran garam

x La x Ti 4 O 15 untuk sampel x = 0 dan 0,5 ditempatkan dalam krus alumina lalu

diperlihatkan pada Gambar 2. Berdasarkan diperlihatkan pada Gambar 2. Berdasarkan

A 2 1 am . Sedangkan Bi 4 Ti 3 O 12 digunakan data

4 sudah terbentuk. Terbentuknya fasa dengan a = 5,5437 Å, b = 5,395 Å dan c = Aurivillius lapis 4 dapat ditentukan dengan

32,95 Å yang berstruktur ortorombik dan membandingkan pola difraksi sinar –X,

grup ruang B2cb yang dilaporkan oleh

sampel dengan standar Aurivillius lapis 4,

Shrinagar dkk [9] . Untuk SrTiO 3 digunakan

Pb 0,96 Bi 4,04 Ti 4 O 15, yaitu ditandai dengan 2θ = data dengan a = 5,5068 Å, b = 5,5068 Å dan c

12,18 o , 17,13 o . 21,44 o , 23,23 o , 27,65 o , 30,26 o , = 7,843 Å yang berstruktur tetragonal dan 32,82 o , 39,20 o , 39,63 o , 47,27 o , 47,92 o , 52,00 o ,

grup ruang I4/mcm yang dilaporkan oleh 57,22 o . Namun ada beberapa puncak yang

Jauch, W. dan Palmer, A 1999 [10] . muncul dan ini tidak menunjukkan puncak senyawa Aurivillius lapis 4. Puncak ini

Analisis SEM terhadap senyawa SrBi 4- diperkirakan merupakan fasa pengotor

x La x Ti 4 O 15 untuk x = 0 diperlihatkan pada

Gambar 3. Morfologinya terlihat seperti pada

sebagai Aurivillius lapis 3, Bi 4 Ti 3 O 12 yaitu

2θ = sekitar 24,00 o dan fasa SrTiO 3 lempengan – lempengan dan ini merupakan

u ntuk 2θ = 32,36 o , 32,51 o dan 32,76 o . Dari

ciri khas dari morfologi fasa Aurivillius. data XRD juga terlihat bahwa dengan

Pada lempengan masih terdapat partikel- penambahan komposisi La 3+ maka semakin

partikel kecil yang dianggap sebagai fasa

banyak pengotor SrTiO 3 yang terbentuk.

pengotor seperti yang dijelaskan pada data difraksi sinar-X sebelumnya.

Pb 0,96 Bi 4,04 Ti 4 O 15

Gambar 2 . Pola difraksi sinar –X serbuk senyawa Gambar 3 . Morfologi sampel SrBi 4-x La x Ti 4 O 15

SrBi 4-x La x Ti 4 O 15 dengan x = 0, 0.5 dan

dengan perbesaran 10.000 kali (x = 0)

Pb 0,96 Bi 4,04 Ti 4 O 15 (standar) diambil

dari laporan Nalini, dkk [8] .

 = fasa SrTiO 3 IV. Kesimpulan

* = fasa Bi 4 Ti 3 O 12

Sintesis fasa Aurivillius lapis 4, SrBi 4- Data difraksi sinar-X diRefinement dengan

dilakukan dengan teknik Le Bail. Menggunakan campuran 3

x La x Ti 4 O 15 telah

menggunakan tekhnik lelehan garam. Dari fasa yaitu fasa Aurivillius berlapis 4 dengan

hasil refinement memperlihatkan bahwa struktur ortorombik yang bergrup ruang

seluruh produk mengandung fasa pengotor

A 2 1 am , fasa Aurivillius berlapis 3 Bi 4 Ti 3 O 12 berupa Aurivillius lapis tiga, Bi 4 Ti 3 O 12 dan yang bergrup ruang B2cb dan fasa SrTiO 3 perovskit, fasa SrTiO 3 . Hasil difraksi sinar-X yang bergrup ruang I4/mcm. Data standar

menunjukkan bahwa semakin banyak Aurivillius lapis 4 yang digunakan adalah

komposisi La 3+ maka semakin banyak

pengotor SrTiO 3 yang terbentuk. Sesuai oleh Nalini, dkk [8] dengan a = 5,4535(2) Å, b

senyawa Pb 0,96 Bi 1,04 Ti 4 O 15 yang dilaporkan

dengan hasil refinement struktur maka fasa = 5,4312(2) Å dan c = 41,415(13) Å yang

Aurivillius lapis 4 yang terbentuk adalah Aurivillius lapis 4 yang terbentuk adalah

Referensi

A 2 1 am. Analisis dengan SEM menunjukkan bahwa

1. Ismunandar, 2006, Padatan Oksida lempengan. Logam: Struktur, Sintesis dan Sifat- sifatnya, Institut Teknologi Bandung, hal. 94-97

V. Ucapan terima kasih

2. Smolenski, G. A ., Isopov, V. A., and Agranous,

A. I., 1961 , Layered Tulisan ini tidak dapat terwujud tanpa

Oktahedral Ferroelektrics, Fiz. Tverd. Tela bantuan dan dukungan dari banyak pihak,

(leningrad), 3,3 899-901 .

untuk ini penulis sangat berterima kasih

3. Subbarao E. C., 1960, Ferroelectricity in kepada staf laboratorium yang membantu

Bi 4 Ti 3 O 12 and its Solid Solution dalam

memperlancar

penulis

menyelesaikan penelitian ini. Synthesis and Characterization of The two-layer Aurivillius BaBi 2 Nb 2 O 9 dan

BaBi 2 Ta 2 O 9 using Solid-State Method

5. Zulhadjri., Prijamboedi B., Nugroho A. A., Mufti N and Ismunandar, 2011, Five Layers Aurivillius Phases Pb 2-x B i4+x T i5- x M nxO18 : Synthesis, Structure, Relaxor Ferroelectric and Magnetic Properties. J. Sci ., Vol. 43 A, No. 2, 2011, 139-150

6. Zulhadjri., Prijamboedi B., Nugroho A. A., and Ismunandar., 2009, Synthesis and Structure Analysis of Aurivillius Phases

Pb 1-x Bi 4+x Ti 4-x Mn x O 15 . Journal of the

Chinese Chemical Society , 56, 1108-1111

7. Yu. W. J., Kim, Y. I., Ha, D, H., Lee, J. H., Park, Y. K., Seong, S., and Nur, N. H., 1999 , A new manganese oxide with the

Aurivillius structure : Bi 2 Sr 2 Nb 2 MnO 12 - δ

solid state

8. Nalini, G and Guru Row, T. N., 2002. Structure

determination at room temperature and phase transition studies

above Tc in ABi 4 Ti 4 O 15 (A = Sr, Ba or Pb)

9. Shrinagar, A. Garg, A. Prasad, R and Auluck., 2008, Structure and phase transitions

in

Aurivillius phase

ferroelectrics.

10. Jauch, W and Palmer, A., 1999, Anomalous zero-point motion in SrTiO 3 : Results from gamma-ray diffraction.

DEGRADASI SENYAWA SIPERMETRIN DALAM PESTISIDA RIPCORD 5 Ec SECARA OZONOLISIS DENGAN

MENGGUNAKAN TiO 2 /ZEOLIT SEBAGAI KATALIS

Wilda Rahmi , Zilfa, Yulizar Yusuf

Laboratorium Kimia Analisis Terapan Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

e -mail: [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract

A study aimed to degrade cypermethrin in Ripcord 5 EC pesticide has been carried out by ozonolysis. Cypermethrin is an active compound in the group of pyrethroids and toxic to invertebrate and human as well. Cypermethrin in Ripcord 5 EC pesticide is commonly used to control insects. In order to prevent cyphermethrin contamination in water, a degradation process

via ozonolysis combined with TiO 2 /Zeolite is necessary. TiO 2 /Zeolite was synthesized by mixing TiO 2 and zeolite. Ozonolysis take part by means the ozone (O 3 ) that breaks the bond between C =

C of organic compounds and convert them into the C = O containg molecules. The results were measured by UV-Vis spectrophotometer in the range of 240-340 nm. The degradation of 10 mg/L cypermethrin in 10 mL by ozonolysis without addition of catalysts was reached 47.33% after 60

minutes, while the degradation with the addition of 20 mg TiO 2 /Zeolite was found to be higher (73.43 %).

Keywords: ozonolysis, degradation, cypermethrin, TiO 2 /zeolite

I. Pendahuluan

digunakan untuk pengendalian serangga atau hama pemukiman seperti pembasmian

Pestisida merupakan

nyamuk, lalat dan kecoa. 1 mempunyai nilai ekonomis terutama bagi

racun

yang

petani. Pestisida memiliki kemampuan

limbah dengan cara membasmi

Pengolahan

konvensional telah dilakukan dengan cara organisme),

klorinasi, pengendapan dan penyerapan pemakaian pestisida dapat menimbulkan

karbon aktif, kemudian lumpur atau sludge bahaya

yang terbentuk dibakar atau diproses secara Pestisida sintesis adalah pestisida yang

pada organisme

non

target.

mikrobiologi. Akan tetapi pengolahan terbuat dari zat – zat kimia yang rumit. Dari

limbah secara konvensional kurang efektif. pestisida yang telah ada, insektisida

Oleh karena itu, perlu dicari metode merupakan golongan yang paling sering

yang efektif untuk digunakan. Salah satu merek pestisida yang

alternatif

lain

menguraikan limbah tersebut. Salah satunya terdaftar adalah Ripcord 5 EC dengan bahan

adalah dengan mendegradasi dari limbah aktif sipermetrin 50 g/l. Sipermetrin

tersebut secara ozonolisis. 2 merupakan racun kontak dan racun perut yang

merupakan suatu metoda pengendalian serangga juga untuk lahan

senyawa organik dengan pertanian. Penggunaan sipermetrin sangat

degradasi

menggunakan ozon (O 3 ), dimana terjadi popular karena efektifitasnya dan murah

antara C=C sehingga harganya.

pemutusan

Di Indonesia

sipermetrin

menhasilkan tingkatan rangkap C=O. Hasil menhasilkan tingkatan rangkap C=O. Hasil

Asetonitril (CH 3 CN) 95% (Merck), AgNO 3 perlakuan. Dalam fasa air, ozon dapat

(Merck), NaCl, dan akuabides. diuraikan oleh ion hidroksida (OH - ) atau

Alat yang digunakan dalam penelitian ini radikal HO 2 dan OH - yang dapat membantu

basa konjugasi dari H 2 O 2 (HO 2 - ) menjadi

adalah Spektrofotometer UV/Vis (Evolution proses degradasi senyawa organik dalam

201 UV-Visible Spectrophotometer), Reaktor pestisida. 3 ozon (Bioozone space age sterilizer, Natural Health

Sdn.Bhd, Malaysia), Untuk pendegradasian senyawa organik

Science

Sentrifus (Profuge 6K, Mini Centrifuge, dalam pestisida diperlukan katalis untuk

Korea), Kaca arloji, pipet gondok, pipet mempercepat jalan nya proses degradasi.

takar, labu ukur, petridish, neraca analitik, Pada

gelas piala, erlenmeyer dan peralatan gelas penggunaan

saat ini banyak

berkembang

TiO 2 /Zeolit

untuk

lainnya.

mendegradasi senyawa organik dalam limbah cair.

1.2 Prosedur Penelitian

1.2.1 Preparasi Katalis TiO 2 /Zeolit TiO 2 /Zeolit

merupakan

reaksi

1.2.1.1 Preparasi Na-Zeolit

Zeolit alam diayak menggunakan pengayak Penggunaan zeolit sebagai host disebabkan

pembentukan antara TiO 2 dan Zeolit.

berukuran 250 mesh. Kemudian dicuci zeolit mempunyai struktur berpori sehingga

dengan akuades, disaring, dan dikeringkan

dalam oven. Sebanyak 25 mg zeolit ini dapat memperluas permukaan katalis.

dapat disusupkan TiO 2 ke dalamnya dan

kemudian dijenuhkan dengan NaCl sambil Semakin luas permukaan katalis maka

diaduk selama 24 jam, kemudian dicuci kemampuannya

dengan akuabides. Setelah dicuci, pada radikal OH semakin banyak, sehingga

untuk

menghasilkan

filtrat ditambahkan AgNO 3 . Pencucian ini degradasi

dilakukan berulang-ulang sampai tidak lagi digunakan

didapatkan endapan putih pada filtrat keuntungan diharapkan dari pengembanan

semakin

efektif. 4 Beberapa

setelah ditambahkan AgNO 3 . TiO 2 pada zeolit alam antara lain potensi

zeolit alam yang melimpah di Indonesia

1.2.1.2 Pilarisasi Zeolit serta stabilitas yang tinggi pada kondisi

Na-Zeolit ditambahkan ke dalam akuabides

asam. Material TiO 2 teremban pada zeolit

dan diaduk dengan pengaduk magnet

selama 5 jam. Na-Zeolit yang telah memiliki fungsi ganda yaitu sebagai

alam (selanjutnya disebut TiO 2 /zeolit)

dalam akuabides adsorben (dari sifat zeolit yang berpori dan

terdispersikan

ke

dicampurkan dengan 1 mg TiO 2 -anatase. memiliki kation yang dapat dipertukarkan)

dipisahkan dengan serta sebagai fotokatalis. 5 penyaring vakum kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 110-120 o C.

Hasil

campuran

Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan Setelah kering, sampel digerus sampai halus degradasi sipermetrin dalam pestisida

kemudian diayak menggunakan pengayak pestisida Ripcord 5 EC secara ozonolisis

100 mesh. Hasil ayakan dikalsinasi pada

C selama 12 jam. katalis

dengan menggunakan TiO 2 /Zeolit sebagai

temperatur 350 o

1.2.2 Penentuan Variasi Pelarut Asetonitril:

II. Metodologi Penelitian

Akuabides Terhadap Sipermetrin Untuk menentukan perbandingan pelarut

1.1 Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi asetonitril : akuabides maka dibuat larutan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sipermetrin 1000 mg/L dengan beberapa adalah Pestisida Ripcord 5EC (dengan

variasi campuran asetonitril : akuabides

bahan aktif sipermetrin), TiO 2 -anatase

dengan perbandingan 0:10; 1:9; 2:8; 3:7; 4:6; 5:5; 6:4; 7:3; 8:2; 9:1; 10:0 dalam labu ukur 10 dengan perbandingan 0:10; 1:9; 2:8; 3:7; 4:6; 5:5; 6:4; 7:3; 8:2; 9:1; 10:0 dalam labu ukur 10

III. Hasil dan Pembahasan

larutan berwarna bening.

1.3 Hasil Penentuan Pelarut Asetonitril : akuabidest

1.2.3 Penentuan Spektrum Serapan dari Sipermetrin Beberapa Variasi Konsentrasi

Tabel 1 . Perbandingan Variasi Pelarut Dibuat

Keterangan sipermetrin dengan mengencerkan larutan

Asetonitril:Akuabidest

Keruh stok menjadi 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15 mg/L

Keruh dan dilarutkan dengan pelarut asetonitril :

akuabides (6 : 4). Kemudian dilakukan

Keruh dilakukan pengukuran spektrum serapan

Keruh terhadap lima variasi konsentrasi larutan

Keruh tersebut dengan spektrofotometer UV-Vis.

Bening kekeruhan

Bening Degradasi Sipermetrin.

1.2.4 Pengaruh Waktu Ozonolisis Terhadap

Bening Larutan sipermetrin 10 mg/L dimasukkan

Bening kedalam lima buah Erlenmeyer dengan

Bening volume masing-masing sebanyak 10 mL.

Setelah itu, masing-masingnya diozonolisis Bening

dengan variasi waktu yaitu 0; 15; 30; 45; 60 Tabel 1 memperlihatkan hasil pengamatan dan 75 menit, dimana dilakukan degradasi bahwa pada variasi pelarut 0:10, 1:9, 2:8, 3:7, dengan mengalirkan ozon ke dalam larutan. 4:7 larutan pestisida yang diencerkan masih Hasil

dalam keadaan keruh, pada variasi pelarut Spektrofotometer

UV/Vis.

Setelah

itu

5:5 mulai sedikit bening namun masih dilakukan

perhitungan

persentase

bening kekeruhan, degradasinya. sedangkan variasi pelarut 6:4, 7:3, 8:2, 9:1

dalam

keadan

dan 10:0 larutan pestisida dapat larut dan

1.2.5 Pengaruh Penambahan

Jumlah

warna bening. Larutan Larutan sipermetrin 10 mg/L dimasukkan

TiO 2 /Zeolit Terhadap Degradasi Sipermetrin.

menghasilkan

bening ini, kemudian diukur absorbannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

kedalam lima buah Erlenmeyer dengan volume masing-masing sebanyak 10 mL.

Untuk pengerjaan selanjutnya digunakan pelarut dengan perbandingan asetonitril :

Setelah itu, masing-masingnya ditambahkan TiO 2 /Zeolit sebanyak 5, 10, 15, 20 dan 25

akuades 6:4 .

mg. larutan yang telah ditambah katalis di

3.2. Kurva Kalibrasi Serapan Beberapa Variasi telah didapatkan sebelumnya yaitu 60

ozonolisis selama waktu optimum yang

Konsentrasi Sipermetrin menit. Hasil ozonolisis disentrifus selama 15

Gambar 1 memperlihatkan bahwa absorban menit untuk memisahkan filtrat dengan

pada senyawa sipermetrin berbanding lurus katalis.

dengan variasi konsentrasi. Semakin tinggi Spektrofotometer

konsentrasi maka nilai absorban akan dilakukan

Dari kurva kalibrasi degradasinya.

kelinearan absorban sehingga didapatkan persamaan regresi nya

yaitu y = 0.046x + 0.001 dengan harga koefisien korelasi R 2 = 0.998. Konsentrasi yang cocok digunakan pada senyawa sipermetrin adalah 10 mg/L dengan Absorban 0.455 nm.

3.4 Pengaruh Penambahan Jumlah Katalis TiO 2 /Zeolit

Terhadap

Persen Degradasi

Sipermetrin

Gambar 1 . Kurva kalibrasi standar sipermetrin

1.4 Pengaruh Waktu Ozonolisis Tanpa Katalis Gambar 3. Pengaruh penambahan jumlah katalis TiO 2 /zeolit terhadap persen degradasi 10 mL

senyawa sipermetrin 10 mg/L

Gambar 3 memperlihatkan bahwa jumlah optimum

TiO 2 /Zeolit untuk degradasi 10 mL senyawa sipermetrin 10 mg/L adalah 20 mg dengan persen degradasi mencapai 73,43 % selama waktu ozonolisis. Hal ini merupakan kondisi yang paling

katalis

untuk penambahan TiO 2 /Zeolit, karena pada penambahan selanjutnya 25 mg persentase didapatkan menurun, yaitu 46,22 %. Hal ini disebabkan terjadinya kejenuhan larutan yang membuat

optimum

larutan menjadi keruh. Keadaan akan Gambar 2 . Pengaruh waktu ozonolisis terhadap

mempersulit dalam pemisahan larutan dari persen degradasi 10 mL senyawa

mengakibatkan besarnya sipermetrin 10 mg/L.

katalis

yang

absorban. 6 dan 7

Gambar 2 menunjukkan bahwa terjadinya

IV. Kesimpulan

kenaikan persen degradasi

senyawa

sipermetrin 10 mg/L dengan bertambahnya Dari penelitian yang telah dilakukan dapat waktu ozonolisis, karena semakin lama

disimpulkan bahwa TiO 2 /Zeolit dapat waktu ozonolisis semakin banyak jumlah

digunakan sebagai katalis yang baik dalam radikal ∙OH yang berperan dalam

sipermetrin secara mendegradasi senyawa sipermetrin. Waktu

proses

degradasi

ozonolisis. Degradasi sipermetrin 10 mg/L yang paling optimum adalah pada 60 menit

pada waktu 60 menit tanpa menggunakan dengan persentasi degradasi 47,33% karena

katalis adalah 47,33%. Melalui penambahan dengan pertambahan waktu selanjutnya

variasi katalis TiO 2 /Zeolit, didapatkan kenaikan persen degradasi tidak begitu

bahwa 20 mg katalis TiO 2 /Zeolit meupakan signifikan.

kondisi optimum dalam pendegradasian dengan persentase degradasinya sebesar

73,43%. Dalam hal ini dapat disimpulkan 73,43%. Dalam hal ini dapat disimpulkan

V. Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih ditujukan kepada analis

Jurusan Kimia Universitas Andalas.

Referensi

1. Tyler, C., 2000 ,

Environmental

Toxicology and Chemistry, pp. 19, 801- 809

2. Xu, Xian-Wen, S. Hui-Xian, W. Da-hui, 2005 ,

Echancement of

P-Nitrophenol

Wastewater. J. Zhejiang Univ Science B.5 : 319-323.

3. Tietze, L. F., and Bratz, M., 1998, Ozonolysis Mechanism in Organic, Org Synth Coll , 9 : 34.

4. Yeslia, U, Karna, W., Triyono, dan Eko, S., 2006. Preparasi dan Karekterisasi TiO 2 -Zeolit serta pengujiannya pada Degradasi Limbah Industri Tekstil secara Fotokatalitik. Indo. J. Chem. 6 (3). 231 – 237.

5. Zilfa., 2010, Penggunaan TiO 2 -anatase, Zeolit dan Zeolit Terpilar TiO 2 -anatase

sebagai Pendegradasian

Permetrin

Secara Sonofotolisis.

Disertasi ,

Universitas Andalas

6. Fatimah I., dan Wijaya, K., 2005, Sintesis TiO2/Zeolit sebagai Fotokatalis pada Pengolahan

Tapioka secara Adsorbsi-Fotodegradasi, UGM , Yogyakarta, pp.10(4):257-267

7. Zilfa, Suryani, H, Safni dan Jamarun, N., 2011 ,

Pendegradasi Senyawa

Sipermetrin

dengan Metode Fotolisis, J. Natur Indonesia , pp. 14(1):14-18

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG SRIKAYA (Annona squamosa Linn)

Yurna Welly, Bustanul Arifin, Afrizal

Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

e-mail: [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract

Antioxidant activities and isolation of secondary metabolite compound have been studied from Annona squamona L bark extracts. The test of antioxidant activity used DPPH radical scavenging method, and secondary metabolite compound isolated by using maseration and flash column chromatography methods. Methanol, hexane, and ethyl acetate extracts had antioxidant activities

44.7, 19.0 and 13.4 % of inhibition respectively. The isolated compound was a triterpenoid that was white solid and melting at 126.9 – 128.5 o

C. The compound had some functional groups, there were C=O (carbonyl), (OH) hydroxyl, C-O (ether), (C-H) aliphatic and (CH 3 ) methyl. The antioxidant activity of this compound was 6.5 % of inhibition.

Keywords: e-journal, antioksidan, senyawa metabolit sekunder, srikaya

buah dan kulit batang srikaya juga befungsi Indonesia adalah salah satu negara agraris

I. Pendahuluan

sebagai anti bakteri, anti jamur (fungi), yang kaya akan berbagai jenis tanaman. Hal

akut, luka berdarah, ini didukung oleh keadaan tanah yang

diare,

disentri

gangguan pencernaan (atonik dispepsia), serta subur. Banyak diantara tanaman tersebut

efektif melawan berbagai jenis parasit, dimanfaatkan dalam pengobatan, yang

mematikan kutu kepala dan serangga. (1) biasa

dikenal dengan

sebutan

obat

tradisional. Mengingat semakin banyaknya Penelitian mengenai srikaya telah banyak kebutuhan terhadap obat-obatan, maka

dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh penelitian

Pisutthanan et al. (2004) mengenai uji ditingkatkan untuk memberikan penjelasan

sitotoksik bagian-bagian srikaya dengan secara ilmiah mengenai komponen aktif

Shrimp Lethality Test yang dikandung oleh tanaman. Komponen

metode

Brine

menunjukkan bahwa fraksi metanol 90% aktif ini diperoleh dari senyawa metabolit

ekstrak metanol daun dan biji srikaya sekunder yang tidak dimiliki oleh semua

menyebabkan kematian terhadap larva tanaman.

udang dengan nilai LC50 berturut-turut sebesar 0,63 µg/mL dan 0,10 µg/mL. (2)

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai Pardhasaradhi et al. (2005) meneliti efek tanaman

sitotoksik ekstrak biji srikaya terhadap sel (Annona squamosa L). Hampir dari semua

Penelitian tersebut jenis

tumor

manusia.

menunjukkan bahwa ekstrak organik dan didalam srikaya, seperti flavonoid, fenolik,

metabolit skeunder

terkandung

ekstrak air biji buah srikaya menginduksi kumarin, titerpenoid, steroid dan saponin.

apoptosis sel tumor MCF-7 dan K-562. (3) Khasiat dari srikaya memberikan efek anti tumor/kanker yang sangat kuat. Selain itu,

Pada tahun 2011 Tylor Johns telah mengisolasi senyawa golongan senyawa alkaloid dari tanaman srikaya yang dapat digunakan sebagai obat antimalaria yang ditunjukkan pada Gambar 1. (4)

Gambar 3. Struktur molekul senyawa golongan triterpenoid dari Polythia debilis.

Berdasarkan

laporan hasil penelitian sebelumnya serta kandungan senyawa aktif yang telah dilaporkan, maka penelitian ini

Gambar 1. Struktur molekul senyawa golongan difokuskan untuk mengisolasi salah satu alkaloid dari srikaya

sekunder tersebut serta melakukan pengujian akivitas antioksidan Annonaceae adalah famili dari srikaya,

metabolit

masing-masing ekstrak dan salah satu tanaman endemik Indonesia yang

terhadap

senyawa hasil isolasi dari kulit batang termasuk

family Annonaceae

adalah

srikaya.

Saccopetalum horsfieldii Benn. Pada tahun 2004 Fatimah, N berhasil mengisolasi

dilakukan dengan metode senyawa

Ekstraksi

maserasi menggunakan pelarut heksan, etil kuersetin-3,7-dimetileter. Berdasarkan uji

asetat (EtOAc), dan metanol. Pemisahan dan aktivitas yang telah dilakukan, senyawa ini

komponen kimia dengan memliki aktifitas terhadap biolarvasida dan

pemurnian

kromatografi kolom flash. Karakterisasi anti kanker yang ditunjukkan pada Gambar

senyawa hasil isolasi dilakukan dengan

2. (5) pengujian titik leleh, spektroskopi UV-Vis dan

IR. Uji aktivitas antioksidan terhadap ekstrak menggunakan metode penangkapan radikal bebas (free radical scavenging ) 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH).

spektroskopi

II.

Metode Penelitian

Gambar 2. Struktur molekul senyawa golongan

flavonoid dari Saccopetalum horsfieldii Benn.

2.1 Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi Bahan-bahan

digunakan adalah Ketkaew Buttrawong, dkk (2009) berhasil

yang

pelarut organik seperti metanol (CH 3 OH), mengisolasi dua senyawa triterpenoid dari

etil asetat (C 4 H 8 O 2 ) dan heksan (C 6 H 14 ) Polythia debilis (Annonaceae). Senyawa ini

teknis yang didistilasi. Untuk uji fitokimia memiliki aktivitas sebagai antimikroba,

digunakan kloroform (CHCl 3 ), pereaksi antimalaria dan memliki aktivitas yang

akuades, besi (III) klorida (FeCl 3 ), sangat

meyer ,

tinggi terhadap antikanker. (6) asam sulfat (H 2 SO 4 ) 2 N, anhidrida asetat Struktur dapat dilihat pada Gambar 3.

(C 4 H 6 O 3 ), ammonia (NH 4 OH), pereaksi Sianidin (asam klorida pekat (HCl), bubuk Magnesium (Mg)), asam sulfat pekat

(H 2 SO 4(p) ), dan natrium hidroksida (NaOH) 1% . Absorben yang dipakai pada proses kolom kromatografi adalah silika gel 60 (0,063-0,200 mm) keluaran Merck. Untuk uji

antioksidan digunakan DPPH ( 2 ,2 difenil-1-

pikrilhidrazin).

Peralatan yang

digunakan

adalah

seperangkat alat distilasi, rotary evaporator

2.2.4 Uji Aktivitas Antioksidan (Heidolph WB 2000), oven (Fisher Scientific

ekstrak pekat heksan, Isotemp ® oven, Model 630 F ), lampu UV (λ =

Masing-masing

EtOAc dan metanol ditimbang sebanyak 50 254 nm dan 366 nm), spektrofotometer UV-

mg dan dilarutkan dengan metanol dalam Vis (Secoman S1000 PC), FTIR ( Fourier

labu ukur 50 mL. Sebanyak 0,2 mL masing- Transform Infra Red) (Perkin Elmer 1600

ekstrak tersebut series ), kromatografi kolom flash, plat KLT

masing

larutan

ditambahkan dengan 3,8 mL larutan DPPH (Kromatografi Lapis Tipis), Fischer Melting

51 M, kemudian diinkubasi selama 30 Point Apparatus .

menit dan diukur absorban masing-masing larutan sampel dengan spektrofotometer

2.2. Prosedur penelitian

UV-Vis

pada

515 nm. Sebagai

2.2.1 Persiapan Sampel pembanding digunakan asam askorbat Srikaya diambil di Kelurahan Pisang,

(vitamin C) dengan perlakuan yang sama Kecamatan Pauh, Padang. Bagian yang

terhadap sampel. Sehingga dapat dihitung diteliti adalah kulit batangnya sebanyak 2,5

persen inhibisi masing-masing sampel kg dikeringanginkan pada udara terbuka

dengan cara:

selama 3 minggu dan tidak terkena cahaya

% inhibisi =

matahari secara langsung. Sampel kering tersebut kemudian digiling halus sampai

2.2.5 Kromatografi Kolom dan Karakterisasi berbentuk

Kromatografi kolom dilakukan terhadap

ditimbang .

ekstrak EtOAc sebab ekstrak ini mempunyai aktivitas antioksidan yang relatif tinggi dari

2.2.2 Pembuatan larutan DPPH ekstrak yang lain. Selain itu, ekstrak EtOAc DPPH ditimbang sebanyak 2,0 mg dan

adalah ekstrak semipolar yang hampir dilarutkan dengan metanol didalam labu

semua jenis senyawa metabolit sekunder ukur 100 mL sehingga diperoleh larutan

dari yang kurang polar sampai yang lebih DPPH dengan konsentrasi 51 μM.

polar terkandung didalamnya. Skema kerja kromatografi kolom dapat dilihat pada

2.2.3 Maserasi kulit batang srikaya

Gambar 4.

Sebanyak 700 g kulit batang srikaya yang telah dikeringanginkan dimaserasi dengan heksan (5x700 mL) dengan penggantian pelarut setiap tiga hari sekali. Hasil maserasi disaring

dan ditampung,

sedangkan

ampasnya dikeringanginkan

diudara

terbuka untuk menghilangkan sisa pelarut heksan. Kemudian ampasnya dimaserasi lagi dengan EtOAc dan selanjutnya dengan metanol dengan perlakuan yang sama dengan maserasi menggunakan pelarut heksan. Masing-masing maserat heksan, EtOAc dan metanol tersebut kemudian dipekatkan

sehingga didapatkan

masing-masing

ekstrak pekatnya. Selanjutnya masing- masing ekstrak pekat tersebut diuji aktivitas antioksidan dan kandungan metabolit sekundernya.

Ekstrak pekat EtOAc 6 g  Kromatografi kolom

Tabel 1. Jumlah ekstrak heksan, EtOAc dan

 Elusi (heksan : EtOAc : MeOH)

metanol hasil maserasi.

dengan sistem SGP  Eluen ditampung dalam vial 120

No

Ekstrak

mL, dan diuapkan

1. heksan

2. Etil Asetat

Vial 1-59

3. Metanol

 Monitor dengan KLT  Hasil kolom pada tiap-tiap

vial dengan Rf yang sama

Dari hasil maserasi diperoleh ekstrak pekat

digabung

heksana, EtOAc, dan metanol berturut-turut

adalah 8,22; 1,98 dan 0,91 %. Ini

menunjukkan bahwa kulit batang srikaya lebih

banyak

mengandung senyawa-

senyawa nonpolar dibandingkan dengan

Fraksi II

senyawa yang lebih polar.

(Kristal bening)

Dicuci dengan n-Heksana

Masing-masing ekstrak diuji kandungan metabolit

sekundernya. Pada ekstrak

Filtrat n-Heksana Kristal yang tidak larut

metanol mengandung senyawa golongan

dengan n-Heksana

flavonoid dan fenolik. Ekstrak EtOAc

Dicuci dengan diklorometana (DCM)

mengandung

golongan senyawa triterpenoid, steroid, flavonoid, dan fenolik,

Kristal yang tidak

Filtrat DCM

sedangkan ekstrak heksan mengandung

larut dengan DCM

golongan senyawa triterpenoid dan steroid.

Dicuci dengan EtOAc

3.2 Uji Aktivitas Antioksidan Direkristalisasi Hasil pengujian aktivitas antioksidan dari

Filtrat EtOAc

ekstrak heksan, EtOAc dan metanol dapat

Senyawa murni

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji antioksidan masing-masing

Titik Lieberman Uji

Spektroskopi

Spektroskopi

ekstrak pekat kulit batang srikaya.

Leleh Burchard antioksidan

Gambar 5. Skema kerja isolasi senyawa metabolit

(mg/L) Inhibisi

sekunder dari kulit batang srikaya

1. Ekstrak heksan

1000 19,02 Terhadap senyawa hasil isolasi ini juga diuji

2. Ekstrak EtOAc

1000 44,67 aktivitas

3. Ekstrak metanol

31,25 49,90 ditimbang padatannya sebanyak 2,5 mg dan dilarutkan dengan metanol dalam labu ukur

5. Vitamin C

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa

25 mL, kemudian diukur absorbannya ekstrak metanol memiliki persen inhibisi dengan spektrofotometer UV-Vis.

yang paling besar dibandingkan ekstrak heksan dan EtOAc. Hal ini mengindikasikan

III. Hasil dan Pembahasan

bahwa

ekstrak

metanol mengandung

mempunyai aktivitas Hasil maserasi terhadap kulit batang srikaya

3.1 Maserasi Kulit Batang Srikaya

senyawa

yang

antioksidan yang lebih besar dibandingkan menggunakan pelarut heksan, EtOAc dan

dengan ekstrak lainnya. Ini disebabkan oleh metanol dapat dilihat pada Tabel 1.

metanol dapat melarutkan lebih banyak senyawa-senyawa baik yang kurang polar maupun yang lebih polar.

3.2. Kromatografi Kolom dan Karakterisasi titik lelehnya senyawa hasil isolasi ini Ekstrak pekat EtOAc yang telah diisolasi

memiliki rentang titik leleh 126,9-128,5 o C. diuji pola nodanya sehingga didapatkan 12

hasil isolasi ini fraksi yang lebih sederhana. Dari hasil KLT

Terhadap

senyawa

pengujian fitokimia untuk menunjukkan bahwa fraksi II memiliki pola

dilakukan

mengetahui golongan metabolit sekunder noda yang sederhana dari fraksi-fraksi yang

tersebut. Berdasarkan lain. Untuk itu dilanjutkan pengerjaan pada

dari

senyawa

menggunakan pereaksi fraksi tersebut untuk direkristalisasi. Hasil

pengujian

Liebermann-Burchard menunjukkan adanya penggabungan fraksi dapat dilihat pada

perubahan warna menjadi warna merah Tabel 2.

kecoklatan setelah ditambahkan anhidrida asetat

sulfat pekat. Ini Tabel 2. Fraksi dari hasil kromatografi kolom

dan

asam

menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi berdasarkan pola noda yang sama.

merupakan golongan triterpenoid.

Fraksi Pola noda hasil

Rf

KLT

3.2.1 Spektroskopi UV-Vis

I 1 noda

senyawa hasil isolasi III

II 2 noda

dengan menggunakan

IV 3 noda, tailing

spektrofotometer UV-1700 Series. Spektrum

V 3 noda, tailing

UV yang dihasilkan oleh senyawa hasil

isolasi dengan pelarut metanol memberikan VII

VI 3 noda

maksimum pada panjang VIII

3 noda, tailing

serapan

3 noda, tailing

gelombang 206,20 nm yang dapat dilihat

IX 2 noda tailing

pada Gambar 6.

X 1 noda, 1 tidak naik

XI 3 noda berdempet

XII

2 noda berdempet

Fraksi II yang telah diuapkan pelarutnya dicuci dengan heksan, DCM dan EtOAc. Dari hasil pencucian tersebut didapatkan satu buah noda yang tailing pada fraksi etil asetat, dan memiliki padatan putih yang lebih banyak dibandingkan dengan filtrat yang lain setelah pelarutnya diuapkan. Selanjutnya dilakukan rekristalisasi pada fraksi EtOAc tersebut dengan menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu heksan dan etil asetat. Sehingga diperoleh satu noda tunggal pada perbandingan eluen

heksan : etil asetat (8:2) dengan Rf 0,72 pada plat KLT. Aktivitas antioksidan senyawa

Gambar 6. Spektrum UV-Vis senyawa hasil hasil isolasi ini memiliki nilai inhibisi 6,46%.

isolasi dengan pelarut metanol. Ini menandakan bahwa senyawa hasil

isolasi ekstrak EtOAc kulit batang srikaya Umumnya senyawa yang mempunyai memiliki aktivitas antioksidan yang lebih

– * mengabsorpsi cahaya pada rendah

transisi

panjang gelombang 150 nm, senyawa heksan, EtOAc dan metanol.

dengan transisi

– * (tidak berkonjugasi)

cahaya pada panjang Senyawa hasil isolasi diukur titik lelehnya

mengabsorpsi

gelombang 190 nm, sedangkan senyawa untuk mengetahui bahwa senyawa tersebut

yang dengan transisi n - * mengabsorpsi telah murni dengan rentang titik leleh yang

cahaya pada panjang gelombang 300 nm kurang dari 2 o

C. Berdasarkan pengukuran C. Berdasarkan pengukuran

adanya puncak geminal dimetil (1360-1385 cm -1 ). Serapan oleh gem-dimetil biasanya

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dan

dua puncak dengan pita serapan maksimum yang diperoleh dari

pecah

menjadi

intensitas yang sama, tapi kedua puncak ini spektrum UV, yaitu pada λmax 206,20 nm

tidak selalu tampak pada semua spektra, menunjukkan bahwa senyawa mempunyai

yang umum dijumpai hanya satu puncak transisi

– * yang mengindikasikan tidak

tunggal. (8)

adanya ikatan rangkap berkonjugasi yang terdapat pada senyawa hasil isolasi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari uji Liebermann-Burchard dan didukung oleh

3.2.2 Spektroskopi IR hasil spektroskopi IR yang menunjukkan Berdasarkan

adanya gugus geminal dimetil, dapat spektrum IR terdapat beberapa puncak

diindikasikan bahwa senyawa hasil isolasi dengan serapan penting yang terlihat pada

merupakan senyawa golongan triterpenoid. Gambar 7.

IV. Kesimpulan

Senyawa hasil isolasi ekstrak etil asetat adalah

triterpenoid yang mempunyai titik leleh 126,9-128,5. Senyawa ini berupa padatan berwarna putih yang tidak

senyawa

ikatan rangkap berkonjugasi dan memiliki gugus C=O, OH (alkohol), C –O (eter), -CH alifatis dan geminal dimetil.

mempunyai

Ektrak metanol memiliki aktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan ekstrak heksan, dengan nilai

Gambar 7. Spektrum IR senyawa hasil isolasi.

inhibisi berturtut-turut 44,67; 19,02 dan 13,44 %. Untuk senyawa hasil isolasi

memiliki nilai inhibisi sebesar 6,46 % yang memberikan

Spektrum IR senyawa

hasil

isolasi

bahwa senyawa ini serapan penting, yaitu pada bilangan

mempunyai aktivitas antioksidan yang gelombang 3437,49 cm -1 yang merupakan

relatif lebih rendah.

vibrasi ulur gugus hidroksil (OH) dan diperjelas dengan bilangan gelombang

V. Ucapan terima kasih

ini penulis ingin vibrasi ulur C –O alkohol, sedangkan pita

1184,08 cm -1 yang menunjukkan adanya

Pada

kesempatan

berterima kasih kepada analis Laboratorium serapan pada bilangan gelombang 1265,07

Kimia Organik Bahan Alam (KOBA), Ibu cm -1 menunjukkan adanya gugus C –O eter

Mitralena yang telah membantu dalam (1300 –1000 cm -1 ). Untuk pita serapan pada

penyediaan alat-alat labor. Seluruh teman- bilangan gelombang 2928,38 cm -1 yang

teman yang ada di labor KOBA yang telah didukung dengan bilangan gelombang

membantu dalam penelitian ini. 1458,89 cm -1 menujukkan adanya regangan

dan tekukan –CH. Daerah bilangan gelombang 1634 cm -1 mengindikasikan

adanya serapan C=O. (7)

Spektrum IR senyawa hasil isolasi ini

memberikan serapan

pada

bilangan

Referensi

1. Oktia, D., 2007,

Isolasi

Senyawa

Flavonoid dari Kulit Batang Tanaman Sirsak (Annona muricata Linn), Skripsi, Jurusan Kimia Universitas Sumatra Utara.

2. Pisutthanan, S., Plianbangchang, P., Pisutthanan, N., Ruanruay, S., and Muanrit, O., 2004, Brine Shrimp Lethality Activity of Thai Medicinal Plants in the Family Meliaceae, Naresuan University Journal , 12 (2), p. 13-18.

3. Pardhasaradhi, B. V. V., Madhurima, R., Ali, Mubarak, Kumari, Leela, and Khar, A., 2005, Differential Cytotoxic Effects of Annona squamosa Seed Extracts on Human Tumour Cell Lines: Role of reactive oxygen species and glutathione, J. Biosci , 30 (2), p. 237-244.

4. Johns, T., 2011, Antimalarial Alkaloid Isolated

Inforesights Publishing UK , vol 3, p. 49-53.

5. Fatimah, N., 2004, Isolasi dan Uji Biolarvasida Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Saccopetalum horfieldii Benn, Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA UNAIR .

6. Buttrawong, K., 2009, Isolastion of Bioactive Metabolites from Root Extracts of Polyalthia Debilis, Srinakharinwirot University, Thailand , vol 38.

7. Silverstein, R. M., Bassler G. C., Morril T.C., 1981, Spectrofotometric Identification

of Organic Compounds 4 th Ed ., John Willey

And Sons, p. 136-140, 306-311.

8. Fessenden, R. J., Fessenden, J. S., 1982, Kimia Organik Edisi 3 Jilid 1 , PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 319

UJI BAKTERI ESCHERICHIA COLI YANG RESISTAN TERHADAP ANTIBIOTIK PADA IKAN KAPAS-KAPAS DI SUNGAI BATANG ARAU PADANG

Rina Anggraini, Marniati Salim, dan Elida Mardiah

Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

Email : [email protected] Jurusan Kimia, FMIPA Unand, Kampus Limau Manih, 25163

Abstract

A study in antibiotic resistance Escherichia coli from kapas-kapas fish in Batang Arau River has been achieved. This work is to determine the presence of pathogenic bacteria (such as E.coli) by Most Probable Number (MPN) method and bacteria resistant against antibiotics as well. From the qualitative test there were positive coliform and fecal coliform bacteria. It was obtained that there are 333 combination which ≥ 2400/100 mL, and 332 about 1100/100 mL, respectively based on MPN method according to Mc Crady. The result of isolation showed that there are five cultures E.coli found by the biochemical test. It was shown that methyl red and lactose posses positive E. coli, while citrate was negative. The antibiotics halozone showed Meropenem which indicates highest sensitivity to E.coli. All of antibiotics pattern were resistance and intermediate (30%) and susceptible (40%). The amplification result indicates Escherichia coli O157: H7 was not found by using stx1 gene.

Key words : Escherichia coli, kapas-kapas fish, Antibotic resistance, Electrophoresis.

1. Pendahuluan

Ikan merupakan sumber makanan yang aktivitas manusia, tetapi masyarakat masih kaya

sungai sebagai sarana kandungan protein, lemak, vitamin dan

akan kandungan

sumber kehidupan. Misalnya Pencemaran mineral. Ikan dapat digunakan sebagai

air yang dapat merusak lingkungan bahan obat-obatan, pakan ternak dan

perairan sehingga kualitas air terganggu, lainnya dan mudah dicerna. Ikan adalah

tersebut dapat berupa sumber pangan yang mudah rusak karena

Gangguan

lingkungan, pencemaran sangat cocok untuk pertumbuhan mikroba

pencemaran

makanan dan minuman, serta penularan baik patogen maupun nonpatogen. (1,2)

penyakit yang mengakibatkan infeksi. Salah satu pencemaran terjadi di Sungai Batang Arau yang terletak dikota Padang. sungai ini telah banyak dicemari oleh bermacam- macam limbah. Salah satunya limbah rumah sakit yang dapat membahayakan kesehatan

masyarakat adalah mikroorganisme patogen (3) seperti E. coli.

Escherichia coli merupakan bakteri indikator Gambar 1. Ikan kapas-kapas (Geres filamentosus) kualitas air minum karena keberadaannya di dalam air mengindikasikan bahwa air

Masyarakat pada

tersebut terkontaminasi oleh feses, yang mendapatkan ikan di sungai dengan cara

umumnya

banyak

juga mengandung memancing. Ada beberapa faktor yang

kemungkinan

mikroorganisme enterik patogen lainnya.

berbentuk batang aerob fakultatif gram Lactose Broth (LB), Laktosa Monohidrat, negatif dengan tebal 0,5 μm, panjang antara

Brilliant Green lactose Bile Broth (BGLBB), 1,0 - 3,0 μm, berbentuk seperti filamen yang

Endo Agar, Nutrient Agar (NA) , Muller panjang, tidak berbentuk spora, bersifat

Hinton Agar (MHA), yeast ekstrak, NaCl, Gram negatif. (4) Tripton, Tris Borat EDTA (TBE), Agarose

Escherichia coli merupakan salah satu 1%, Antibiotik Paper Disc ( Ceftazidime, kelompok

Meropenem, Amoxicillin dan Cefotaxime), kehadirannya dalam manusia. Bakteri E.coli

Taq polymerase, yang

Ethidium

Bromide,

Aquadest, fenol, kloroform (1:1), Tris-EDTA Escherichia coli O157:H7. Manusia yang

bersifat patogen

yaitu

Bakteri

(TE), Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) 10%, terpapar oleh kuman E.coli O157:H7

proteinase K, Na Asetat 3M, disebabkan oleh kontak langsung dengan