Sosiologi Ekonomi Kuliah ke 4

Menurut Granovetter : dalam konsep “keterlekatan” terdapat 2 kubu yang terus
berdebat, yaitu :
1. Kubu Oversocialized : tindakan ekonomi yang kultural dituntun oleh aturan berupa
nilai dan norma yang diinternalisasi (dihayati).
Jadi kubu ini memandang bahwa semua perilaku ekonomi harus patuh terhadap segala
sesuatu yang diinternalisasi dalam kehidupan sosial seperti nilai, norma, adat-kebiasaan
dan tata kelakuan.
Perilaku ekonomi misalnya memilih pekerjaan, melaksanakan profesi, menjual, membeli,
menabung, dsb
Contoh:
 Seorang pedagang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan,. Namun bagi
pedagang muslim tidak semua barang dan jasa bisa diperjual belikan, karena dia harus
mempertimbangkan semua nilai dan norma agama (Islam) sebagai rujukan.
misalnya : tidak boleh menjual hewan yang diharamkan oleh norma agama Islam.
- Perilaku pedagang muslim yang menjadikan Islam sebagai rujukan dalam berdagang
memperlihatkan adanya oversosialized terjadi dalam tindakan ekonomi.
 Karena faktor adat (dilarang menebang pohon di hutan, menguasai tanah leluhur,
dsb).

2. Kubu Undersosialized, yaitu tindakan ekonomi yang rasional dan


berorientasi pada pencapaian keuntungan individual (self-interest)
dalam menentukan apa yang sebenarnya menuntun orang dalam
perilaku ekonomi.

 Kubu undersosialized melihat bahwa kepentingan individu di atas segalasegalanya. Kubu ini tidak melihat ada ruang bagi pengaruh budaya,
agama, dan struktur sosial terhadap tindakan ekonomi.

 Kubu ini memandang bahwa setiap tindakan ekonomi merupakan
refleksi dari suatu pencapaian perolehan keuntungan pribadi.
 Jadi jika keuntungan cukup besar maka seseorang akan meraihnya meski
nilai dan norma adat atau agama melarang tindakan ekonomi tersebut.
 Sebaliknya jika kerugian akan diperoleh bila suatu tindakan dilakukan,
maka ia akan menghindari untuk tidak melaksanakan tindakan tersebut.
Misalnya: aktivitas rentenir, pedagang miras, aktivitas PSK, dsb.

BENTUK-BENTUK KETERLEKATAN (Embededdness)
1. Keterlekatan Relasional
Adalah : merupakan tindakan ekonomi yang “disituasikan secara sosial” dan
melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung
diantara para aktor.

-Disituasikan secara sosial, maksudnya : tindakan ekonomi/aktivitas ekonomi
yang berhubungan dengan orang lain atau dikaitkan dengan individu lain.
Misalnya : tindakan ekonomi dalam hubungan pelanggan antara penjual dan
pembeli merupakan suatu bentuk keterlekatan relasional.
- Dalam hubungan antara pembeli dan penjual terjadi proses berbagi informasi
sampai pada adanya kepastian dan kepercayaan dari kedua belah pihak
sehingga sama-sama menguntungkan, maka sampailah pada tahap hubungan
pelanggan.
-Hubungan antara pembeli dan penjual yang sampai pada hubungan pelanggan
dalam tindakan ekonomi tersebut merupakan hubungan yang interpersonal
yang melibatkan bukan hanya aspek ekonomi tetapi berbagai aspek lainnya
yaitu sosial, budaya, agama, politik dalam kehidupan mereka berdua.

2. Keterlekatan Struktural
Adalah : keterlekatan yang terjadi dalam jaringan yang lebih luas, yaitu
bisa terjadai antara institusi atau struktur sosial.
- Struktur sosial ad: suatu pola hubungan/interaksi yang terorganisir
dalam ruang sosial , misalnya dalam organisasi.
Contoh :
-hubungan antara produsen (pabrik) dengan pemilik swalayan, dengan

karyawan, dengan kelompok pembeli.
- Tradisi resiprositas pada beberapa daerah di Indonesia, karena tradisi
ini melibatkan jaringan yang lebih luas seperti komunitas atau
keluarga, dengan status dan peran masing-masing yang dimilikinya.
Misalnya: panen yang dilakukan secara berkelompok dengan sistim
“bergantian/pertukaran”.

MANUSIA DAN PERILAKU EKONOMI
• Ada beberapa uraian dari para pakar tentang motif yang mendorong
perilaku ekonomi pada diri manusia.
1. Vilfredo Pareto :
• Menggunakan istilah yang disebut Ophelimity,
• Artinya: mendapatkan suatu kenikmatan / kesenangan (secara kuantitas)
tertentu dapat diperoleh seseorang dengan harus membeli (pengorbanan)
• Perbedaan dalam hal Ophelimity ditentukan oleh perbedaan selera,
bersamaan dengan hambatan-hambatan yang ditemui dalam memuaskan
selera tersebut. Semakin tinggi intensitas selera terhadap satu barang
dan semakin banyak hambatan untuk memperolehnya, maka semakin
tinggi nilai dan harga barang tersebut.