Analisis Kepemimpinan Berdasarkan Teori (5)
Analisis Kepemimpinan Berdasarkan Teori Prilaku
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah : Kepemimpinan Pendidikan
Dosen
: Idris, MA
Jurusan
: Tarbiyah-Pai (IV-B)
Di Susun
O
L
E
H
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Analisis Kepemimpinan Berdasarkan Teori Prilaku” Tidak lupa
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Kepemimpinan Kependidikan
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini,
orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim
yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading
yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
Tanjung Pura
Mei-2017
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing sesuatu
kelompok sedemikian rupa, sehingga tercapailah tujuan dari kelompok itu.
Sudarwan Danim sendiri mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi
arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Islam memandang bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh sosok yang
mampu dan dapat menempatkan diri sebagai pembawa obor kebenaran dengan
memberi contoh teladan yang baik, karena dia uswatun hasanah. Dalam asas dan
prinsip ajaran Islam; pemimpin adalah hamba Allah, membebaskan manusia dari
ketergantungan kepada siapa pun, melahirkan konsep kebersamaan antar manusia,
menyentuh aspek hubungan manusia dengan manusia dengan manusia dan alam
sekitar, membenarkan seseorang taat kepada pemimpin selama tidak bermaksiat
dan melanggar aturan Allah, mengajarkan bahwa kehidupan dunia adalah bagian
dari perjalanan akhirat, memandang kekuasaan dan kepemimpinan adalah bagian
integral ibadah. Kepemimpinan merupakan tanggung beban dan tanggung jawab,
bukan kemuliaan. Kepemimpinan membutuhkan keteladanan dan wujud, bukan
kata dan retorika, serta senantiasa bertutur santun, sekalipun itu perkataan Nabi
Musa kepada Fir’aun yang jahat. Dari situ, maka dapat dikatakan bahwa seorang
pemimpin itu dilihat dari perilakunya sehari-hari. Bagaimana cara seorang
pemimpin itu memimpin bawahannya dan bagaimana seorang pemimpin
memerintah dan menjalankan perannya.
Maka dari itu, untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai perilaku seorang
pemimpin, penulis akan menyusun sebuah makalah yang berjudul " Nilai dasar
analisis Kepemimpinan Berdasarkan Perilaku" yang penulis kumpulkan dari
berbagai referensi yang ada dan penulis padukan dengan wahyu juga perkataan
cendekiawan muslim juga pengamatan terhadap kultur lembaga pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka
rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah:
1.
2.
3.
Bagaiaman nilai dasar perilaku kepemimpinan ?
Bagaimana konsep perilaku kepemimpinan ?
Bagaimana teori kepemimpinan berdasarkan analisis pendekatan
4.
perilaku ?
Bagaimana
perilaku
kepemimpinan
kepala
madrasah
menuju
kepemimpinan efektif ?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam
makalah ini adalah:
1.
2.
3.
Untuk mengetahui nilai dasar perilaku dalam kepemimpinan.
Untuk mengetahui konsep perilaku kepemimpinan.
Untuk mengetahui teori kepemimpinan berdasarkan analisis pendekatan
4.
perilaku.
Untuk mengetahui perilaku kepemimpinan kepala madrasah menuju
kepemimpinan efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai Dasar perilaku pemimpin
Islam sebagai agama universal sebagai agama universal sangat kaya akan
pesan menjadi umat yang terbaik, untuk menjadi kholifah, yang mengatur dengan
baik bumi dan isinya. Pesan pesan itu sangat mendorong kepada sitiap orang
muslim untuk berbuat dan bekerja secara profisional. Nabi Muhamad SAW telah
mengajarkan akhlak islam kepada semua umatnya untuk dijadikan landasan bagi
pengembangan
profisionalisme
seorang
pemimpin
dalam
melaksanakan
kepemimpinannya. Dan hal ini dapat dilihat pada pengertian sifat sifat akhklah
nabi:1
a. Sifat kejujuran
Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting untuk
membangun seorang pemimpin yang baik. Hampir semua usaha yang dikerjakan
bersama menjadi lancar, karena adanya kejujuran. Oleh karena itu kejujuran
menjadi sifat wajib bagi Rasulullah SAW. Dan sifat ini pula yang selalu diajarkan
oleh islam melalui Al-quran dan sunnah Nabi. Kegiatan yang dikembangkan
didunia organisasi , perusahaan dan lembaga moderen saat ini sangat ditentukan
oleh kejujuran. Begitu juga tegaknya negara sangat ditentukan oleh sifat jujur
para pemimpinnya. Ketika para pemimpinnya tidak jujur dan korup maka negara
itu
menghadapi problem nasional yang berat, dan sangat sulit untuk
membangkitkannya kembali.
b. Sifat tangung jawab
Sikap tanggung jawab juga merupakan sifat ahklaq yang sangat diperlukan
untuk membangun profesionalisme. Suatu perusahaan /organisasi/lembaga apapun
pasti akan hancur bila orang orang yang terlibat didalamnya tidak amanah.
c. Sifat komunikatif
Salah satu ciri komunikatif dan transparan. Dengan sikap komunikatif,
seorang penaggung jawab suatu pekerjaan akan dapat terjalin kerjasama dengan
orang lain akan lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekanannya untuk
melakukan kerjasama atau melakukan visi dan misi yang dasampaikan. Sementara
1 N.A. Ametembun, Kepemimpinan Pendidikan, (Malang: IKIP Malang, 1975), h. 1-2.
dengan sikap transparan. Kepemimpinan diakses semua pihak tidak ada
kecurigaan, sehingga semua masyarakat anggotanya dan rekan kerjasamanya akan
memberikan apresiasi yang tinggi kepada kepemimpinannya. Dengan begitu,
perjalanan sebuah organisasi akan berjalan lebih lancar, serta mendapat dukungan
penuh dari berbagai pihak.2
d. Sikap cerdas
Dengan kecerdasan seorang professional akan dapat melihat dan
menangkap peluang dengan tepat dan cepat. Dalam sebuah organisasi,
kepemimpinan yang cerdas akan cepat dan tepat dalam memahami problematika
yang ada di lembaganya. Ia akan cepat memahami aspirasi anggotanya, sehingga
setip peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem dapat
dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran.
e. Berfikir positif dan bersikap positip
Berfikir positif akan mendorong setiap orang melaksanakan tugas
tugasnya lebih baik. Hal ini disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif
mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalam menghadapi setiap masalah.
Khusnudzon tersebut, tidak saja ditujukan kepada sesama kawan dalam bekerja,
tetapi yang paling utama adalah bersikap dan bersikap positif kepada Allah SWT.
Dengan pemikiran tersebut,seseorang akan lebih bersikap objektif dan optimistic.
Apabila ia berhasil dalam usahanya tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan
apabila gagal tidak mudah putus asa, dan menyalahkan orang lain. Sukses dan
gagal merupakan pelajaran yang harus diambil untuk menghadapi masa depan
yang lebih baik, dengan selalu bertawakal kepada Allah SWT.
f. Memperbanyak silaturahmi
Dalam islam kebiasaan silaturrahim merupakan bagian dari tanda tanda
keimanan. Namun dalam dunia profesi, silaturahim sering dijupai dalam bentuk
tradisi lobi. Dalam tradisi ini akan terjadi saling belajar.
g. Disiplin waktu dan menepati janji
Begitu pentingnya disiplin waktu, al-quran menegaskan makna waktu
bagi kehidupan manusia yang telah menjadi seorang pemimpin wajib menghargai
dan menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin.
2 Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku
Motivasional, dan Mitos,(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 6
h. Bertindak efektif dan efisien
Bertindak efektif artinya merencanakan, mengerjakan dan mengevaluasi
sebuah kegiatan dengan tepat sasaran. Sedangkan efisien adalah penggunaan
fasilitas kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga melakukan
sesuatu yang memang diperlukan dan berguna. Islam sangat menganjurkan sikap
efektif dan efisien.
i. Memeberikan upah secara cepat dan tepat
Ini sesuai dengan hadits nabi, yang mengatakan berikan upah kadarnya,
akan mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan diri
dan keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah ditunda, seorang
pegawai akan bermalas malas karena ia harus memikirkan beban kebutuhannya
dan merasa karya karyanya tidak dihargai secara memadai.3
B. Konsep Perilaku Kepemimpinan
Dalam penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu
fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai
perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk
mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada
hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku
tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti
kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen
laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin
mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan.
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) ini
didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan
atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada
teori behaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin,
bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar
untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.4
3 Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam dan Da'wah, (Jakarta: Amzah, 2005), h. 74
4
Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika,
Perilaku Motivasional, dan Mitos,(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 8
Dalam pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin.
Alasannya sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan
bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku
kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif.
5
Namun
demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa
variabel.
Jadi
perilaku
tidak
mutlak
menentukan
keberhasilan
suatu
kepemimpinan.
Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa
konsep sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang
efektif, karena sifat sulit untuk diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip
Marno dkk, menjelaskan bahwa perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4
bentuk perilaku, yakni
1) ada yang lebih menekankan pada tugas;
2) ada yang lebih mementingkan pada hubungan;
3) ada yang mementingkan kedua-duanya; dan
4) ada yang mengabaikan kedua-duanya.6
Ada juga peneliti yang mengatakan bahwa perwujudan perilaku pemimpin
dengan orientasi bawahan ialah 1) penekanan pada hubungan atasan-bawahan, 2)
perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya, dan 3)
menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang
terdapat dalam diri dari para bawahan. 7 Dalam penjabaran lebih lanjut, analisis
perilaku kepemimpinan ini menghasilkan beberapa teori kepemimpinan
sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini secara lebih detail.
5
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h.91
6
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,
(Bandung: Refika Abditama, 2008), h. 39
7 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 293
C. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis Pendekatan
Perilaku
Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin
biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi
dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu
1) yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan
2) yang berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented)8
Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian
tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan
keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting
bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan
hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada
mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya.
Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak
tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti
bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat
dirinci sebagai berikut:
1.
High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan
orientasi tugas yang tinggi juga.
2.
High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang
tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3.
Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan
hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin
yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala
yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
8 Ibid., h. 293-294
4.
Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan
juga lemah.9
Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling
fatal akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin
dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya
sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.
Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku
yang terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi
ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.
Studi Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya
kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes
faire. Hasil penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya
kepemimpinan demokratis.10
Studi Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi
perilaku kepemimpinan. Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan
itu sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian
tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan
inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada
pencapaian tugas.11 Perhatian menunjukkan perilaku pemimpin pada
hubungan dengan bawahannya. Penelitian ini menemukan empat gaya
kepemimpinan sebagai berikut:
Perhatian rendah pembuatan inisiatif rendah.
Perhatian tinggi pembuatan inisiatif rendah
Perhatian tinggi pembuatan inisiatif tinggi
Perhatian rendah pembuatan inisiatif tinggi
Studi Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya
kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada
produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan
pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja
9 Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan…, h. 39-40
10 Usman, Manajemen Teori…, h. 279.
11 Usman, Manajemen Teori…, h. 280.
penting. Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan
pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.12
Empat sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut
Likert, pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participatif
management. Gaya ini menekankan bahwa keberhasilan pemimpin
adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Likert
merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai
berikut:
Exploitative Authoritative (Otoriter yang Memeras) Pemimpin
menentukan semua keputusan tentang seluruh kegiatan,
memerintahkan agar semua bawahan melaksanakan tugas
kegiatan, menentujan standar pelaksanaan tugas kegiatan,
menentukan standar pelaksanaan tugas yang harus dipenuhi
bawahan, memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan
yang tidak berhasil melakukan tugas sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Kurang mempercayai bawahan dan tidak
melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik) Pemimpin
menyampaikan berbagai peratuaran, tugas tugas atau perintah
kepada bawahan dan pada giliranya, bawahan diberi kebebasan
untuk mengemukakan pendapatnya.Diman bawahan diberi
kelongaran dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan batasan
yang telah disepakati
Cosultative
(Konsultatif)
Pemimpin
menetapkan
dan
mengemukakan tujuan yang harus dcapai dan ketentuan
ketentuan yang bersifat umum setelah berdiskusi dengan
bawahan.
Participatif (Partisipatif).13 Penentuan tujuan dan pengambilan
keputusan ditentukan oleh kelompok. Apabila diperlukan,
pemimpin dapat mengambil keputusan setelah memperoleh
12 Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan…, h. 40
13 Ibid., h. 295-296
saran dan pendapat bersama bawahan. Likert menyimpulkan
bahwa penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan
produktivitas kerja yang rendah, sedangkan penerapan sistem 3
dan 4 akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
Tiga gaya kepemimpinan menurut Reddin Didalam tulisannya
yang berjudul “What Kind Manajer”. Reddin mengemukakan
tiga pola dasar kepemimpinan yaitu: berorientasi pada tugas
(taks
oriented),
berorientasi
pada
hubungan
kerjasama
(relationship oriented), dan berorientasi pada pada hasil
(effectiveness oriented). Berdasarkan tiga pola dasar tersebut,
Reddin mengembangkan delapan gaya kepemimpinan yaitu:
deserter,
bureacrat,
compromisser
missionary,
developer,
outcart, benevolent, autocrat, compromisser, dan executive.
Dilihat dari segi efektifitasnya, tiap- tiap gaya kepemimpinan
dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu kepemimpinan
yang kurang efektif dan kepemimpinan yang efektif. Kelompok
yang kurang efektif terdiri atas gaya kepemimpinan deserter,
missionary, autocrat,dan compromisser. Sedangkan kelompok
yang efektif mencakup gaya kepemimpinan compromisser,
developer, benevolent, dan executive. Dari kedelapan gaya
kepemimpinan
sebagaiamana
yang
diuraikan
diatas
menunjukkan hasil dari kedelapan kemungkinan adanya adanya
gabungan antara orientasi tugas (taks oriented ); orientasi
hubungan
(relationship
oriented),
dan
orientasi
hasil(effectiveness oriented). Orientasi tugas terjadi apabila
pemempin menggarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi
melalui
perencanaan,
pengorganisasian,
dan
pengawasan. Orientasi hubungan terjadi apabila pemimpin
membina hubungan akrab dan saling mepercayai bawahan,
menghargai ide yang disampaikan bawahan dan tengang rasa
yang disampaikan bawahan. Orientasi hasil
timbul apabila
pemimpin berhasil mencapai tujuan organisasinya sebagaimana
telah direnanakan dan sesuai dengan kedudukan sebagai
pemimpin..
jaringan manjemen (managerial grid) Jaringan manjamen atau
managerial grid ini di kembangkan oleh Blake dan Mouton.
Dalam pendekatan ini, manajer berhubungan dengan dua hal,
yakni perhati pada produksi di satu pihak dan perhatian pada
orang dipihak lain. Perhatian pada produksi atau tugas adalah
sikap pemimpin yang menekankan pada mutu keputusan,
prosedur, mutu pelayanan staf, efisiensi kerja dan jumlah
pengeluaran. Perhatian pada orang adalah sikap pemimpin yang
memperhatikan keterlibatan anak bbuah dalam rangka mencapai
tujuan. Menurut teori ini terdapat lima tipe kepimimpinan tipe
pertama disebut impoverished leadership, middle of road,
country club leadership, task leadership. Kelima tipe diatas
dapat diuraiakan sebagai berikut:
a. Impoverished leadership. Ini ditandai dengan perilaku
pemimpin yang menghindari berbagai macam tanggung jawab,
perhatian terhadap hubungan kerja dengan bawahan kurang,
pemimpin tidak mau terlibat baik terhadap hubungan bawahan
maupun terhadap hasi
b. Middle of road leadership. Ini mengambarkan bahwa
pemimpin memperhatikan dengan baik moral kerja bawahan dan
mempertahankannya. Tingkat kepuasan bawahan maupun
pencapaian hasil terpelihara dengan baik. Kelemahan tipe
kepemimpinan ini adalah tidak memiliki dasar yang kuat untuk
berinovasi dan berkembangnya kreativitas.
c.
Country
Club
Leadership.
Menggambarkan
perilaku
pemimpin yang lebih mengutamakan hubungan kerja atau
kepentingan bawahan sedangkan hasil kegiatan bawahan kurang
diperhatikan.
d. Task Leadership. Ditandai dengan perilaku pemimpin yang
sangat mengutamakan tugas dan hasil pekerjaan. Bawahan
dianggap tidak penting sehingga sewaktu waktu dapat diganti.
Peningkatan
kemampuan
baik
pengetahuan
maupun
ketrampilan, dianggap tidak perlu.
e. Team Leadership. Menggambarkan perilaku pemimpin yang
sangat menaruh perhatian terhadap hasil dan hubungan kerja.
Perilaku tersebut mendorong timbulnya keinginan bawahan
untuk berfikir dan bertindak produktif. Tipe kepemimpinan ini
memberikan manfaat besar bagi organisasi dalam enam hal
yaitu: (a) hasil pekerjan meningkat, (b) kegiatan hubungan antar
angota kelompok makin bertambah baik, (c) kegitan kelompok
makin efektif, (d) pertentangan kepentingan dan persaingan
yang tidak sehat antar anggota kelompok sangat bekurang, (d)
saling pengertian meningkat, dan (e) kreatifitas individu
berkembang.
D. Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah Menuju
Kepemimpinan
Efektif
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang
dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas,
mengadakan komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya, melaksanakan
kontrol dan seterusnya.14 Kepemimpinan yang efektif merupakan kepemimpinan
yang mampu menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan bersama. Hasil kajian terhadap beberapa referensi menemukan 6
karakteristik kepemimpinan yang baik. Keenam karakter tersebut antara lain:
1.
Pemahaman otentitas sejarah keberadaan organisasi.
2.
Memahami otentitas sumber-sumber organisasi.
3.
Memahami otentitas struktur organisasi.
4.
Memahami otentitas kekuatan organisasi.
5.
Memahami otentitas misi organisasi.
6.
Memahami otentitas makna organisasi.15
14 Usman, Manajemen Teori…, h. 293
15 Danim, Kepemimpinan Pendidikan…, h. 19-20.
Hodge mengatakan, sebagaimana yang dikutip Danim, ciri atau karakteristik
seorang pemimpin yang efektif dikelompokkan menjadi dua sifat penting, yaitu
mempunyai visi dan bekerja dari sudut efektifitas mereka. 16 Berikut ini adalah
perincian pendapat Hodge tentang sepuluh karakteristik pemimpin yang efektif.
a) Memiliki misi.
b) Pemimpin yang efektif memiliki fokus untuk mencapai tujuan-tujuan yang
akan membuat misi menjadi kenyataan.
c) Pemimpin yang efektif memenangi dukungan untuk visinya dengan
memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka sebagai
individu.
d) Pemimpin yang efektif secara alami lebih terfokus untuk menjadi daripada
melakukannya.
e) Pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana mereka bekerja paling
efisien dan efektif.
f) Pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana memanfaatkan
kekuatan mereka untuk mencapai tujuan.
g) Pemimpin yang efektif tidak mencoba menjadi orang lain.
h) Pemimpin yang efektif secara alami mencari orang-orang dengan berbagai
ciri efektifitas alam
i) Pemimpin yang efektif menarik orang lain.
j) Pemimpin yang efektif terus mengembangkan kekuatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan baru dan mencapai tujuan yang baru. 17
Dalam upaya menuju kepemimpinan pendidikan Islam yang efektif,
setidaknya para pemimpin harus dilatih sesuai dengan corak pendekatan
perilaku. Latihan-latihan itu dapat diwujudkan melalui Meneladani
Seorang Tokoh (Al-Qudwah)18
Yaitu
melalui
magang
dengan
seorang
pemimpin
yang
berpengaruh, melihat sikap dan perilakunya. Tetapi dengan metode seperti
16 Ibid., h. 21.
17 Ibid., h. 21-23
18 Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen
Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad Fauzan, (Bandung : PT. Syaamil Cipta
Media, 2004), h. 12
itu akan timbul dua catatan, pertama, bahwa kesalahan dapat berpindah
secara terselubung yang kadang dapat membunuh atau menghancurkan,
karena ketidak mampuan sosok yang dilatih ini merupakan tanggung
jawab sang tokoh. Kedua, merealisir apa yang dinamakan personifikasi,
yang merupakan penjelmaan potret pemimpinnya. Oleh karena itu, kita
tidak dikatakan telah mendidik seorang pemimpin baru, tetapi itu seperti
seseorang yang berhenti berjalan untuk beberapa saat dan tidak dapat
melangkah walau satu langkah serta tidak tahu penyebabnya. Karena kita
hanya menjiplak seorang pemimpin teladan secara bulat dengan seluruh
aspek positif dan negatifnya.
-
Latihan Bersikap.
Yaitu melalui pemberian tanggung jawab pada sesorang yang
dilatih untuk memimpin sebuah diskusi, mengurus kepanitiaan, mengelola
pekerjaan atau melaksanakan sebuah tugas penting. Ia dipantau oleh
panitia
khusus
yang
akan
mengevaluasi,
memperbaiki
atau
memepersiapkan kader pemimpin tersebut untuk mengikuti kursus
kepemimpinan.
Sehingga dari upaya itu setidaknya ia akan dijamin dapat merealisasikan
dua hal:
o Memiliki kemahiran memimpin.
o Mampu mentransfer informasi.
Dari
Ath-Thabrani,
seseorang
berkata:
Rasulullah
SAW
menugaskan seorang sahabat untuk memimpin sebuah pasukan kavaleri.
Setelah selesai ia kembali dan Rasulullah SAW bertanya kepadanya:
“Bagaimana engkau mendapatkan kepemimpinan itu? Ia berkata: “Aku
seperti bagian kaum. Jika aku menaiki kendaraanku, mereka ikut naik, dan
jika aku turun mereka iktut turun”. Maka Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya kekuasaan itu berada diambang kesulitan, kecuali orang
yang dipelihara Allah”. Dan lelaki itu berkata: “Demi Allah, aku tidak
akan mau lagi bekerja (sebagai pemimpin) untukmu atau orang lain”. Lalu
tersenyumlah Rasulullah SAW hingga terlihat gerahamnya. Dalam riwayat
lain lelaki itu adalah Miqdad bin Al-Aswad r.a. (Al-Haitsami: 5/201).
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW selalu memotivasi para
sahabatnya untuk memimpin melalui sikap dan beliau terus mengontrol
perkembangannya. Kepemimpinan harus dilakukan dengan penuh
kesabaran dan dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang terkecil dan
mulai saat ini. Pemimpin hendaknya jangan menunda suatu pekerjaan
karena hal itu akan mengakibatkan terbengkalainya suatu pekerjaan
-
Latihan Memilih.
Dalam konsepsi kepemimpinan, seorang pemimpin terpilih melalui
beberapa cara:
Pemimpin yang memenangkan dengan jumlah suara terbanyak.
Pemimpin yang terpilih secara langsung.
Pemimpin yang diangkat, dan
Pemimpin tanpa menggunakan cara-cara di atas dikarenakan
tidak ada pemimpin yang definitif.
Hasil studi menyatakan bahwa yang terbik dalam pelaksanaan tugas adalah
pemimpin yang dipilih secara langsung, selanjutnya pemimpin yang memegang
suara terbanyak, lalu selanjutnya pemimpin yang diangkat.Oleh karena itu,
pelatihan adalah cara yang terbaik dalam penggemblengan sosok pemimpin.
Sosok yang terbaik adalah sosok yang dipilih, karena bawahan akan menerima
sang pemimpin jika mereka memilihnya sebagai orang yang layak di posisi
tersebut karena kemampuannya. Ia terpilih secara spontanitas tanpa harus
berambisi besar dan berkopetensi dengan yang lain untuk meraih tampuk
kepemimpinan. Karenanya seluruh sarana pengaruh efektif lebih bermanfaat
baginya. Atas dasar itulah ia sangat peduli dengan watak dan perilakunya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) didasari
pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan
atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar
pada teori behaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan
pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini,
orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan
atau observasi.
2. Terdapat beberapa teori kepemimpinan yang muncul dengan analisis
pendekatan perilaku.
3. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang
dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas,
mengadakan
komunikasi
yang
melaksanakan kontrol dan seterusnya
efektif,
memotivasi
bawahannya,
DAFTAR PUSAKA
N.A. Ametembun.1975. Kepemimpinan Pendidikan. Malang IKIP Malang
Sudarwan Danim. 2010. Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan Jenius
(IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung Alfabeta,
Khatib Pahlawan Kayo. 2005. Kepemimpinan Islam dan Da'wah. Jakarta Amzah
Nanang Fattah. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung PT Remaja
Rosdakarya
Marno dan Triyo Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam Bandung Refika Abditama
Husaini Usman. 2009. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta
Bumi Aksara
Jamal Madhi. 2004. Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan
Manajemen Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad
Fauzan, Bandung PT. Syaamil Cipta Media
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah : Kepemimpinan Pendidikan
Dosen
: Idris, MA
Jurusan
: Tarbiyah-Pai (IV-B)
Di Susun
O
L
E
H
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Analisis Kepemimpinan Berdasarkan Teori Prilaku” Tidak lupa
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Kepemimpinan Kependidikan
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini,
orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim
yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading
yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
Tanjung Pura
Mei-2017
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing sesuatu
kelompok sedemikian rupa, sehingga tercapailah tujuan dari kelompok itu.
Sudarwan Danim sendiri mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi
arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Islam memandang bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh sosok yang
mampu dan dapat menempatkan diri sebagai pembawa obor kebenaran dengan
memberi contoh teladan yang baik, karena dia uswatun hasanah. Dalam asas dan
prinsip ajaran Islam; pemimpin adalah hamba Allah, membebaskan manusia dari
ketergantungan kepada siapa pun, melahirkan konsep kebersamaan antar manusia,
menyentuh aspek hubungan manusia dengan manusia dengan manusia dan alam
sekitar, membenarkan seseorang taat kepada pemimpin selama tidak bermaksiat
dan melanggar aturan Allah, mengajarkan bahwa kehidupan dunia adalah bagian
dari perjalanan akhirat, memandang kekuasaan dan kepemimpinan adalah bagian
integral ibadah. Kepemimpinan merupakan tanggung beban dan tanggung jawab,
bukan kemuliaan. Kepemimpinan membutuhkan keteladanan dan wujud, bukan
kata dan retorika, serta senantiasa bertutur santun, sekalipun itu perkataan Nabi
Musa kepada Fir’aun yang jahat. Dari situ, maka dapat dikatakan bahwa seorang
pemimpin itu dilihat dari perilakunya sehari-hari. Bagaimana cara seorang
pemimpin itu memimpin bawahannya dan bagaimana seorang pemimpin
memerintah dan menjalankan perannya.
Maka dari itu, untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai perilaku seorang
pemimpin, penulis akan menyusun sebuah makalah yang berjudul " Nilai dasar
analisis Kepemimpinan Berdasarkan Perilaku" yang penulis kumpulkan dari
berbagai referensi yang ada dan penulis padukan dengan wahyu juga perkataan
cendekiawan muslim juga pengamatan terhadap kultur lembaga pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka
rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah:
1.
2.
3.
Bagaiaman nilai dasar perilaku kepemimpinan ?
Bagaimana konsep perilaku kepemimpinan ?
Bagaimana teori kepemimpinan berdasarkan analisis pendekatan
4.
perilaku ?
Bagaimana
perilaku
kepemimpinan
kepala
madrasah
menuju
kepemimpinan efektif ?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam
makalah ini adalah:
1.
2.
3.
Untuk mengetahui nilai dasar perilaku dalam kepemimpinan.
Untuk mengetahui konsep perilaku kepemimpinan.
Untuk mengetahui teori kepemimpinan berdasarkan analisis pendekatan
4.
perilaku.
Untuk mengetahui perilaku kepemimpinan kepala madrasah menuju
kepemimpinan efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai Dasar perilaku pemimpin
Islam sebagai agama universal sebagai agama universal sangat kaya akan
pesan menjadi umat yang terbaik, untuk menjadi kholifah, yang mengatur dengan
baik bumi dan isinya. Pesan pesan itu sangat mendorong kepada sitiap orang
muslim untuk berbuat dan bekerja secara profisional. Nabi Muhamad SAW telah
mengajarkan akhlak islam kepada semua umatnya untuk dijadikan landasan bagi
pengembangan
profisionalisme
seorang
pemimpin
dalam
melaksanakan
kepemimpinannya. Dan hal ini dapat dilihat pada pengertian sifat sifat akhklah
nabi:1
a. Sifat kejujuran
Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting untuk
membangun seorang pemimpin yang baik. Hampir semua usaha yang dikerjakan
bersama menjadi lancar, karena adanya kejujuran. Oleh karena itu kejujuran
menjadi sifat wajib bagi Rasulullah SAW. Dan sifat ini pula yang selalu diajarkan
oleh islam melalui Al-quran dan sunnah Nabi. Kegiatan yang dikembangkan
didunia organisasi , perusahaan dan lembaga moderen saat ini sangat ditentukan
oleh kejujuran. Begitu juga tegaknya negara sangat ditentukan oleh sifat jujur
para pemimpinnya. Ketika para pemimpinnya tidak jujur dan korup maka negara
itu
menghadapi problem nasional yang berat, dan sangat sulit untuk
membangkitkannya kembali.
b. Sifat tangung jawab
Sikap tanggung jawab juga merupakan sifat ahklaq yang sangat diperlukan
untuk membangun profesionalisme. Suatu perusahaan /organisasi/lembaga apapun
pasti akan hancur bila orang orang yang terlibat didalamnya tidak amanah.
c. Sifat komunikatif
Salah satu ciri komunikatif dan transparan. Dengan sikap komunikatif,
seorang penaggung jawab suatu pekerjaan akan dapat terjalin kerjasama dengan
orang lain akan lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekanannya untuk
melakukan kerjasama atau melakukan visi dan misi yang dasampaikan. Sementara
1 N.A. Ametembun, Kepemimpinan Pendidikan, (Malang: IKIP Malang, 1975), h. 1-2.
dengan sikap transparan. Kepemimpinan diakses semua pihak tidak ada
kecurigaan, sehingga semua masyarakat anggotanya dan rekan kerjasamanya akan
memberikan apresiasi yang tinggi kepada kepemimpinannya. Dengan begitu,
perjalanan sebuah organisasi akan berjalan lebih lancar, serta mendapat dukungan
penuh dari berbagai pihak.2
d. Sikap cerdas
Dengan kecerdasan seorang professional akan dapat melihat dan
menangkap peluang dengan tepat dan cepat. Dalam sebuah organisasi,
kepemimpinan yang cerdas akan cepat dan tepat dalam memahami problematika
yang ada di lembaganya. Ia akan cepat memahami aspirasi anggotanya, sehingga
setip peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem dapat
dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran.
e. Berfikir positif dan bersikap positip
Berfikir positif akan mendorong setiap orang melaksanakan tugas
tugasnya lebih baik. Hal ini disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif
mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalam menghadapi setiap masalah.
Khusnudzon tersebut, tidak saja ditujukan kepada sesama kawan dalam bekerja,
tetapi yang paling utama adalah bersikap dan bersikap positif kepada Allah SWT.
Dengan pemikiran tersebut,seseorang akan lebih bersikap objektif dan optimistic.
Apabila ia berhasil dalam usahanya tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan
apabila gagal tidak mudah putus asa, dan menyalahkan orang lain. Sukses dan
gagal merupakan pelajaran yang harus diambil untuk menghadapi masa depan
yang lebih baik, dengan selalu bertawakal kepada Allah SWT.
f. Memperbanyak silaturahmi
Dalam islam kebiasaan silaturrahim merupakan bagian dari tanda tanda
keimanan. Namun dalam dunia profesi, silaturahim sering dijupai dalam bentuk
tradisi lobi. Dalam tradisi ini akan terjadi saling belajar.
g. Disiplin waktu dan menepati janji
Begitu pentingnya disiplin waktu, al-quran menegaskan makna waktu
bagi kehidupan manusia yang telah menjadi seorang pemimpin wajib menghargai
dan menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin.
2 Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku
Motivasional, dan Mitos,(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 6
h. Bertindak efektif dan efisien
Bertindak efektif artinya merencanakan, mengerjakan dan mengevaluasi
sebuah kegiatan dengan tepat sasaran. Sedangkan efisien adalah penggunaan
fasilitas kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga melakukan
sesuatu yang memang diperlukan dan berguna. Islam sangat menganjurkan sikap
efektif dan efisien.
i. Memeberikan upah secara cepat dan tepat
Ini sesuai dengan hadits nabi, yang mengatakan berikan upah kadarnya,
akan mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan diri
dan keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah ditunda, seorang
pegawai akan bermalas malas karena ia harus memikirkan beban kebutuhannya
dan merasa karya karyanya tidak dihargai secara memadai.3
B. Konsep Perilaku Kepemimpinan
Dalam penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu
fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai
perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk
mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada
hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku
tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti
kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen
laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin
mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan.
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) ini
didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan
atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada
teori behaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin,
bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar
untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.4
3 Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam dan Da'wah, (Jakarta: Amzah, 2005), h. 74
4
Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika,
Perilaku Motivasional, dan Mitos,(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 8
Dalam pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin.
Alasannya sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan
bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku
kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif.
5
Namun
demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa
variabel.
Jadi
perilaku
tidak
mutlak
menentukan
keberhasilan
suatu
kepemimpinan.
Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa
konsep sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang
efektif, karena sifat sulit untuk diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip
Marno dkk, menjelaskan bahwa perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4
bentuk perilaku, yakni
1) ada yang lebih menekankan pada tugas;
2) ada yang lebih mementingkan pada hubungan;
3) ada yang mementingkan kedua-duanya; dan
4) ada yang mengabaikan kedua-duanya.6
Ada juga peneliti yang mengatakan bahwa perwujudan perilaku pemimpin
dengan orientasi bawahan ialah 1) penekanan pada hubungan atasan-bawahan, 2)
perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya, dan 3)
menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang
terdapat dalam diri dari para bawahan. 7 Dalam penjabaran lebih lanjut, analisis
perilaku kepemimpinan ini menghasilkan beberapa teori kepemimpinan
sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini secara lebih detail.
5
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h.91
6
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,
(Bandung: Refika Abditama, 2008), h. 39
7 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 293
C. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis Pendekatan
Perilaku
Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin
biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi
dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu
1) yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan
2) yang berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented)8
Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian
tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan
keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting
bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan
hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada
mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya.
Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak
tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti
bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat
dirinci sebagai berikut:
1.
High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan
orientasi tugas yang tinggi juga.
2.
High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang
tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3.
Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan
hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin
yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala
yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
8 Ibid., h. 293-294
4.
Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan
juga lemah.9
Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling
fatal akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin
dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya
sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.
Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku
yang terkenal di kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi
ohio, studi Michigan, Rensis Likert, dan Reddin.
Studi Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya
kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes
faire. Hasil penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya
kepemimpinan demokratis.10
Studi Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi
perilaku kepemimpinan. Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan
itu sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian
tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan
inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada
pencapaian tugas.11 Perhatian menunjukkan perilaku pemimpin pada
hubungan dengan bawahannya. Penelitian ini menemukan empat gaya
kepemimpinan sebagai berikut:
Perhatian rendah pembuatan inisiatif rendah.
Perhatian tinggi pembuatan inisiatif rendah
Perhatian tinggi pembuatan inisiatif tinggi
Perhatian rendah pembuatan inisiatif tinggi
Studi Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya
kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada
produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan
pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja
9 Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan…, h. 39-40
10 Usman, Manajemen Teori…, h. 279.
11 Usman, Manajemen Teori…, h. 280.
penting. Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan
pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.12
Empat sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut
Likert, pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participatif
management. Gaya ini menekankan bahwa keberhasilan pemimpin
adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Likert
merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai
berikut:
Exploitative Authoritative (Otoriter yang Memeras) Pemimpin
menentukan semua keputusan tentang seluruh kegiatan,
memerintahkan agar semua bawahan melaksanakan tugas
kegiatan, menentujan standar pelaksanaan tugas kegiatan,
menentukan standar pelaksanaan tugas yang harus dipenuhi
bawahan, memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan
yang tidak berhasil melakukan tugas sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Kurang mempercayai bawahan dan tidak
melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik) Pemimpin
menyampaikan berbagai peratuaran, tugas tugas atau perintah
kepada bawahan dan pada giliranya, bawahan diberi kebebasan
untuk mengemukakan pendapatnya.Diman bawahan diberi
kelongaran dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan batasan
yang telah disepakati
Cosultative
(Konsultatif)
Pemimpin
menetapkan
dan
mengemukakan tujuan yang harus dcapai dan ketentuan
ketentuan yang bersifat umum setelah berdiskusi dengan
bawahan.
Participatif (Partisipatif).13 Penentuan tujuan dan pengambilan
keputusan ditentukan oleh kelompok. Apabila diperlukan,
pemimpin dapat mengambil keputusan setelah memperoleh
12 Marno dan Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan…, h. 40
13 Ibid., h. 295-296
saran dan pendapat bersama bawahan. Likert menyimpulkan
bahwa penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan
produktivitas kerja yang rendah, sedangkan penerapan sistem 3
dan 4 akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
Tiga gaya kepemimpinan menurut Reddin Didalam tulisannya
yang berjudul “What Kind Manajer”. Reddin mengemukakan
tiga pola dasar kepemimpinan yaitu: berorientasi pada tugas
(taks
oriented),
berorientasi
pada
hubungan
kerjasama
(relationship oriented), dan berorientasi pada pada hasil
(effectiveness oriented). Berdasarkan tiga pola dasar tersebut,
Reddin mengembangkan delapan gaya kepemimpinan yaitu:
deserter,
bureacrat,
compromisser
missionary,
developer,
outcart, benevolent, autocrat, compromisser, dan executive.
Dilihat dari segi efektifitasnya, tiap- tiap gaya kepemimpinan
dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu kepemimpinan
yang kurang efektif dan kepemimpinan yang efektif. Kelompok
yang kurang efektif terdiri atas gaya kepemimpinan deserter,
missionary, autocrat,dan compromisser. Sedangkan kelompok
yang efektif mencakup gaya kepemimpinan compromisser,
developer, benevolent, dan executive. Dari kedelapan gaya
kepemimpinan
sebagaiamana
yang
diuraikan
diatas
menunjukkan hasil dari kedelapan kemungkinan adanya adanya
gabungan antara orientasi tugas (taks oriented ); orientasi
hubungan
(relationship
oriented),
dan
orientasi
hasil(effectiveness oriented). Orientasi tugas terjadi apabila
pemempin menggarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi
melalui
perencanaan,
pengorganisasian,
dan
pengawasan. Orientasi hubungan terjadi apabila pemimpin
membina hubungan akrab dan saling mepercayai bawahan,
menghargai ide yang disampaikan bawahan dan tengang rasa
yang disampaikan bawahan. Orientasi hasil
timbul apabila
pemimpin berhasil mencapai tujuan organisasinya sebagaimana
telah direnanakan dan sesuai dengan kedudukan sebagai
pemimpin..
jaringan manjemen (managerial grid) Jaringan manjamen atau
managerial grid ini di kembangkan oleh Blake dan Mouton.
Dalam pendekatan ini, manajer berhubungan dengan dua hal,
yakni perhati pada produksi di satu pihak dan perhatian pada
orang dipihak lain. Perhatian pada produksi atau tugas adalah
sikap pemimpin yang menekankan pada mutu keputusan,
prosedur, mutu pelayanan staf, efisiensi kerja dan jumlah
pengeluaran. Perhatian pada orang adalah sikap pemimpin yang
memperhatikan keterlibatan anak bbuah dalam rangka mencapai
tujuan. Menurut teori ini terdapat lima tipe kepimimpinan tipe
pertama disebut impoverished leadership, middle of road,
country club leadership, task leadership. Kelima tipe diatas
dapat diuraiakan sebagai berikut:
a. Impoverished leadership. Ini ditandai dengan perilaku
pemimpin yang menghindari berbagai macam tanggung jawab,
perhatian terhadap hubungan kerja dengan bawahan kurang,
pemimpin tidak mau terlibat baik terhadap hubungan bawahan
maupun terhadap hasi
b. Middle of road leadership. Ini mengambarkan bahwa
pemimpin memperhatikan dengan baik moral kerja bawahan dan
mempertahankannya. Tingkat kepuasan bawahan maupun
pencapaian hasil terpelihara dengan baik. Kelemahan tipe
kepemimpinan ini adalah tidak memiliki dasar yang kuat untuk
berinovasi dan berkembangnya kreativitas.
c.
Country
Club
Leadership.
Menggambarkan
perilaku
pemimpin yang lebih mengutamakan hubungan kerja atau
kepentingan bawahan sedangkan hasil kegiatan bawahan kurang
diperhatikan.
d. Task Leadership. Ditandai dengan perilaku pemimpin yang
sangat mengutamakan tugas dan hasil pekerjaan. Bawahan
dianggap tidak penting sehingga sewaktu waktu dapat diganti.
Peningkatan
kemampuan
baik
pengetahuan
maupun
ketrampilan, dianggap tidak perlu.
e. Team Leadership. Menggambarkan perilaku pemimpin yang
sangat menaruh perhatian terhadap hasil dan hubungan kerja.
Perilaku tersebut mendorong timbulnya keinginan bawahan
untuk berfikir dan bertindak produktif. Tipe kepemimpinan ini
memberikan manfaat besar bagi organisasi dalam enam hal
yaitu: (a) hasil pekerjan meningkat, (b) kegiatan hubungan antar
angota kelompok makin bertambah baik, (c) kegitan kelompok
makin efektif, (d) pertentangan kepentingan dan persaingan
yang tidak sehat antar anggota kelompok sangat bekurang, (d)
saling pengertian meningkat, dan (e) kreatifitas individu
berkembang.
D. Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah Menuju
Kepemimpinan
Efektif
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang
dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas,
mengadakan komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya, melaksanakan
kontrol dan seterusnya.14 Kepemimpinan yang efektif merupakan kepemimpinan
yang mampu menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan bersama. Hasil kajian terhadap beberapa referensi menemukan 6
karakteristik kepemimpinan yang baik. Keenam karakter tersebut antara lain:
1.
Pemahaman otentitas sejarah keberadaan organisasi.
2.
Memahami otentitas sumber-sumber organisasi.
3.
Memahami otentitas struktur organisasi.
4.
Memahami otentitas kekuatan organisasi.
5.
Memahami otentitas misi organisasi.
6.
Memahami otentitas makna organisasi.15
14 Usman, Manajemen Teori…, h. 293
15 Danim, Kepemimpinan Pendidikan…, h. 19-20.
Hodge mengatakan, sebagaimana yang dikutip Danim, ciri atau karakteristik
seorang pemimpin yang efektif dikelompokkan menjadi dua sifat penting, yaitu
mempunyai visi dan bekerja dari sudut efektifitas mereka. 16 Berikut ini adalah
perincian pendapat Hodge tentang sepuluh karakteristik pemimpin yang efektif.
a) Memiliki misi.
b) Pemimpin yang efektif memiliki fokus untuk mencapai tujuan-tujuan yang
akan membuat misi menjadi kenyataan.
c) Pemimpin yang efektif memenangi dukungan untuk visinya dengan
memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka sebagai
individu.
d) Pemimpin yang efektif secara alami lebih terfokus untuk menjadi daripada
melakukannya.
e) Pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana mereka bekerja paling
efisien dan efektif.
f) Pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana memanfaatkan
kekuatan mereka untuk mencapai tujuan.
g) Pemimpin yang efektif tidak mencoba menjadi orang lain.
h) Pemimpin yang efektif secara alami mencari orang-orang dengan berbagai
ciri efektifitas alam
i) Pemimpin yang efektif menarik orang lain.
j) Pemimpin yang efektif terus mengembangkan kekuatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan baru dan mencapai tujuan yang baru. 17
Dalam upaya menuju kepemimpinan pendidikan Islam yang efektif,
setidaknya para pemimpin harus dilatih sesuai dengan corak pendekatan
perilaku. Latihan-latihan itu dapat diwujudkan melalui Meneladani
Seorang Tokoh (Al-Qudwah)18
Yaitu
melalui
magang
dengan
seorang
pemimpin
yang
berpengaruh, melihat sikap dan perilakunya. Tetapi dengan metode seperti
16 Ibid., h. 21.
17 Ibid., h. 21-23
18 Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen
Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad Fauzan, (Bandung : PT. Syaamil Cipta
Media, 2004), h. 12
itu akan timbul dua catatan, pertama, bahwa kesalahan dapat berpindah
secara terselubung yang kadang dapat membunuh atau menghancurkan,
karena ketidak mampuan sosok yang dilatih ini merupakan tanggung
jawab sang tokoh. Kedua, merealisir apa yang dinamakan personifikasi,
yang merupakan penjelmaan potret pemimpinnya. Oleh karena itu, kita
tidak dikatakan telah mendidik seorang pemimpin baru, tetapi itu seperti
seseorang yang berhenti berjalan untuk beberapa saat dan tidak dapat
melangkah walau satu langkah serta tidak tahu penyebabnya. Karena kita
hanya menjiplak seorang pemimpin teladan secara bulat dengan seluruh
aspek positif dan negatifnya.
-
Latihan Bersikap.
Yaitu melalui pemberian tanggung jawab pada sesorang yang
dilatih untuk memimpin sebuah diskusi, mengurus kepanitiaan, mengelola
pekerjaan atau melaksanakan sebuah tugas penting. Ia dipantau oleh
panitia
khusus
yang
akan
mengevaluasi,
memperbaiki
atau
memepersiapkan kader pemimpin tersebut untuk mengikuti kursus
kepemimpinan.
Sehingga dari upaya itu setidaknya ia akan dijamin dapat merealisasikan
dua hal:
o Memiliki kemahiran memimpin.
o Mampu mentransfer informasi.
Dari
Ath-Thabrani,
seseorang
berkata:
Rasulullah
SAW
menugaskan seorang sahabat untuk memimpin sebuah pasukan kavaleri.
Setelah selesai ia kembali dan Rasulullah SAW bertanya kepadanya:
“Bagaimana engkau mendapatkan kepemimpinan itu? Ia berkata: “Aku
seperti bagian kaum. Jika aku menaiki kendaraanku, mereka ikut naik, dan
jika aku turun mereka iktut turun”. Maka Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya kekuasaan itu berada diambang kesulitan, kecuali orang
yang dipelihara Allah”. Dan lelaki itu berkata: “Demi Allah, aku tidak
akan mau lagi bekerja (sebagai pemimpin) untukmu atau orang lain”. Lalu
tersenyumlah Rasulullah SAW hingga terlihat gerahamnya. Dalam riwayat
lain lelaki itu adalah Miqdad bin Al-Aswad r.a. (Al-Haitsami: 5/201).
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW selalu memotivasi para
sahabatnya untuk memimpin melalui sikap dan beliau terus mengontrol
perkembangannya. Kepemimpinan harus dilakukan dengan penuh
kesabaran dan dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang terkecil dan
mulai saat ini. Pemimpin hendaknya jangan menunda suatu pekerjaan
karena hal itu akan mengakibatkan terbengkalainya suatu pekerjaan
-
Latihan Memilih.
Dalam konsepsi kepemimpinan, seorang pemimpin terpilih melalui
beberapa cara:
Pemimpin yang memenangkan dengan jumlah suara terbanyak.
Pemimpin yang terpilih secara langsung.
Pemimpin yang diangkat, dan
Pemimpin tanpa menggunakan cara-cara di atas dikarenakan
tidak ada pemimpin yang definitif.
Hasil studi menyatakan bahwa yang terbik dalam pelaksanaan tugas adalah
pemimpin yang dipilih secara langsung, selanjutnya pemimpin yang memegang
suara terbanyak, lalu selanjutnya pemimpin yang diangkat.Oleh karena itu,
pelatihan adalah cara yang terbaik dalam penggemblengan sosok pemimpin.
Sosok yang terbaik adalah sosok yang dipilih, karena bawahan akan menerima
sang pemimpin jika mereka memilihnya sebagai orang yang layak di posisi
tersebut karena kemampuannya. Ia terpilih secara spontanitas tanpa harus
berambisi besar dan berkopetensi dengan yang lain untuk meraih tampuk
kepemimpinan. Karenanya seluruh sarana pengaruh efektif lebih bermanfaat
baginya. Atas dasar itulah ia sangat peduli dengan watak dan perilakunya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) didasari
pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan
atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar
pada teori behaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan
pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini,
orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan
atau observasi.
2. Terdapat beberapa teori kepemimpinan yang muncul dengan analisis
pendekatan perilaku.
3. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang
dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas,
mengadakan
komunikasi
yang
melaksanakan kontrol dan seterusnya
efektif,
memotivasi
bawahannya,
DAFTAR PUSAKA
N.A. Ametembun.1975. Kepemimpinan Pendidikan. Malang IKIP Malang
Sudarwan Danim. 2010. Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan Jenius
(IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung Alfabeta,
Khatib Pahlawan Kayo. 2005. Kepemimpinan Islam dan Da'wah. Jakarta Amzah
Nanang Fattah. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung PT Remaja
Rosdakarya
Marno dan Triyo Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam Bandung Refika Abditama
Husaini Usman. 2009. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta
Bumi Aksara
Jamal Madhi. 2004. Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan
Manajemen Kepemimpinan Islam, terj. Anang Syafruddin dan Ahmad
Fauzan, Bandung PT. Syaamil Cipta Media