Peran Reaksi Pasar dan Dewan Komisaris t

PERAN REAKSI PASAR DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP
RESPON LABA
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)
Oleh:
Tri Dana Pamungkas

(20120420421)

Arlita Dwi Astuti

(20120420469)

Hani Adelina

(20120420490)

Tugas ini diselesaikan untuk memenuhi Tugas Teori Akuntansi pada prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun akademik 2014/2015
dibawah bimbingan Dr. Bambang Jatmika, SE. Msi

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnya maka kami dapat menyelesaikan sebuah paper
sebagai bentuk tanggung jawab atas tugas matakuliah Teori Akuntansi yang telah
diberikan.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah paper dengan judul “Peran
Reaksi Pasar Dan Dewan Komisaris Terhadap Respon Laba (Studi Kasus
Perusahaan Manufaktur Di BEI)”, kami berharap dengan hasil paper ini dapat
memberikan pemahaman dan wawasan mengenai respon laba pada suatu
perusahaan. Mengenai informasi laba, banyak kalangan yang memiliki peran
dalam merespon laba seperti reaksi pasar, investor, Dewan komisaris, dan lain
sebaginya.
Keberhasilan dalam penyusunan paper ini tentu tidak lepas dari beberapa
pihak yang ikut serta membantu dalam penyelesaian nya untuk suatu kelancaran
serta kesempurnaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami yaitu

DR.Bambang Jatmiko,SE,MSi yang senantiasa selalu memberikan pengarahan
serta bimbingan yang tiada hentinya kepada kami, serta semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan paper ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Semoga paper kami dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
paper yang telah kami susun ini dapat berguna baik bagi kami sendiri maupun
orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang berkenaan.
Yogyakarta, 9 November 2014

1

Penyusun

2

Daftar Isi
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii

Abstrack...........................................................................................................................iv

Motto..................................................................................................................................v
1. Latar Belakang...............................................................................................................1
2. Perumusan Masalah......................................................................................................3
3. Tujuan Penelitian...........................................................................................................4
4. Kegunaan......................................................................................................................4
4.1 Kegunaan Teoritis....................................................................................................4
4.2 Kegunaan Praktis.....................................................................................................4
5. Tinjauan Pustaka............................................................................................................5
5.1 Teoritis.....................................................................................................................5
5.1.1 Informasi Laba..................................................................................................5
5.1.2 Kualitas Informasi Laba....................................................................................6
5.1.3 Komposisi Dewan Komisaris............................................................................6
5.1.4 Pengertian Earnings Response Coefficient (ERC).............................................7
5.1.5 Hubungan Persistensi Laba dengan ERC..........................................................7
5.1.6 Reaksi Pasar Terhadap Respon Laba.................................................................8
5.2 Empiris.....................................................................................................................9
6. Metode Penelitian........................................................................................................17
6.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel......................................................17
6.1.1 Definisi Operasional........................................................................................17
6.1.2 Pengukuran Variabel........................................................................................18

6.2 Alat Digunakan......................................................................................................20
6.2.1 Teknik Penentuan Sampel Populasi dan Sampel..............................................20
6.3 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................22
6.4 Teknik Analisa Data...............................................................................................22
7. Hasil dan Pembahasan..................................................................................................23

3

7.1 Hasil.......................................................................................................................23
7.2 Pembahasan............................................................................................................32
8. Kesimpulan dan Saran..................................................................................................33
8.1 Kesimpulan............................................................................................................33
8.2 Saran......................................................................................................................33
9. Daftar Pustaka..............................................................................................................35

4

PERAN REAKSI PASAR DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP
RESPON LABA
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)


Oleh:
1.
2.
3.

Arlita Dwi Astuti
Hani Adelina
Tri Dana Pamungkas

20120420469
20120420490
20120420421

Abstract
The aim of the study was to determine the role and the market reaction to
the earnings response commissioners. The magnitude of the reaction can
be seen from the amount of earnings response coefficients are owned
income (loss). Earnings response coefficient (ERC) is a regression
between earnings and returns. The study examined about the ERC has

been widely studied. Some previous researchers there are several factors
that the affect the ERC, the persistence of earnings, growth, capital
structure. Systematic risk and firm size.
The research examined in this study are similar to those studied by
previous researchers to test the influence of practice equipment return on
earnings response coefficients, while the factors which will affect the ERC
are used as control variabels. Reran commissioners is very important
because it affects the quality of corporate profits is one of the important
information available to the public related to the reaction of the market
and can be used by investors to assess the company. Based on analysis,
the result refers that the profit responses have significant influence to the
market and commissioner council.
Keyword: market reaction, reran commissioners, earnings respon

5

Motto

Tiada doa yang lebih indah selain doa agar
paper ini cepat selesai


Jadilah seperti karang dilautan yang kuat
dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang
bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,
Karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada
Allah apapun dan di manapun kita berada
kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.

Pengetahuan adalah kekuatan

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan
selama ada komitmen bersama untuk
menyelesaikannya.

6

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan
tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap
kali kita jatuh (confusius)


7

1. Latar Belakang
Peran perusahaan sebagai pencipta alokasi sumber daya ekonomi
seperti alokasi tenaga kerja, bahan mulai bahan baku sampai bahan jadi
dan modal.

Peran perusahaan sebagai tempat penanaman modal bagi

investor, lebih dirasakan khususnya oleh perusahaan go public yaitu
perusahaan yang mencatatkan sahamnya di pasar modal. Salah satu sarana
untuk mewujudkan terjadinya alokasi sumber daya adalah informasi yang
diberikn perusahaan berupa penerbitan laporan keuangan kepada publik.
Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan
adalah informasi mengeni laba perusahaan. Informasi laba merupakan
unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak
yang berkepentingan karena lab adapt digunakan sebagai alat untuk
mengukur kinerja manajemen selama periode waktu tertentu dan informasi
laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis
yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan.

Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba diperlukan untuk menilai
perubahan

potensi

sumberdaya

ekonomis

yang

mungkin

dapat

dikendalikan dimasa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang
ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan
dalam memanfaatkan tambahan sumberdaya (IAI, 2004).
Informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan haruslah
informasi yang mempunyai relevansi. Salah satu indicator bahwa suatu

informasi akuntansi relevan adalah adanya reaksi pemodal pada saat
diumumkannya suatu informasi yang dapat diamati dari adanya
pergerakan harga saham. Laba yang dipublikasikan dapat memberikan
respon yang bervariasi, yang menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap
infomasi laba (Cho dan Jung, 1991). Reaksi yang diberikan tergantung
dari kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan kata lain, laba
yang dilaporkan memiliki kekuatan respon (power of response).

1

Koefisien respon laba atau ERC (earnigns respons coefficient)
didefinisikan sebagai ukuran atas tingkat return abnormal saham dalam
merespon komponen unexpected earnings (Scott, 1997 dalam Setiadi dan
Kusuma, 2004). Easton dan Zmijewski (1989), Collins dan Kothari(1989)
dalam Setiadi dan Kusuma (2004) menyatakan bahwa respon pasar
terhadap laba akuntansi masing-masing perusahaan dapat bervariasi, baik
antar perusahaan maupun antar waktu. Hal ini menunjukkan bahwa
koefisien respon laba tidak konstan. Perbedaan koefisien respon laba
dipengaruhi oleh karakteristik atau nilai perusahaan.
Earnings Response Coefficient (ERC) sebagai alternatif untuk

mengukur value relevance informasi laba. Laba yang dipublikasikan dapat
memberikan respon yang bervariasi, yang menunjukkan adanya reaksi
pasar terhadap informasi laba. Reaksi yang diberikan tergantung dari
kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan kata lain, laba yang
dilaporkan memiliki kekuatan respon (power of respon). Kuatnya reaksi
pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya ERC,
menunjukkan laba yang dilaporkan berkualitas. Demikian sebaliknya,
lemahnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari
rendahnya ERC, menunjukkan laba yang dilaporkan kurang atau tidak
berkualitas.
Laporan

laba

sebagai

produk

informasi

yang

dihasilkan

perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Proses penyusunan
laporan ini melibatkan pihak pengurus dalam pengelolaan perusahaan,
diantaranya adalah pihak manajemen, dewan komisaris, dan pemegang
saham. Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh mereka dalam rangka
proses penyusunan laporan keuangan terutama laba akan menentukan
kualitas laba. Struktur kepemilikan dan Komposisi Dewan Komisaris
merupakan mekanisme yang dapat menselaraskan kepentingan pemilik
atau pemegang saham dengan kepentingan manajemen.

2

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba dalam perusahaan
emiten belum jelas, namun terdapat kecenderungan awal bahwa laba yang
memiliki kemampuan untuk memberikan respon (Power of response)
kepada pasar diduga oleh mekanisme Corporate Governance.
Reaksi pasar terhadap informasi yang dipublikasikan di pasar
modal dapat diproksikan dengan variable abnormal return dan volume
perdagangan saham. Perubahan harga saham akan dapat menggambarkan
bentuk efisiensi pasar modal. Semakin efisien pasar, maka semakin cepat
informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Lestari dan Subekti
(2002) dalam Subekti (2005) menyatakan jika pasar bereaksi dengan cepat
dan akurat untuk mencapai harga keseimbangna baru yang sepenuhnya
mencerminkan informasi yang ada maka kondisi pasar yang seperti ini
dikatakan sebagai pasar efisien (efficient market). Suatu pasar dikatakn
efisien jika tidak seorangpun baik investor individu maupu investor
istituisi akan memperoleh abnormal return dalam waktu yang lama.
Penelitian ini mengambil objek perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI . karena sektor tersebut merupakan salah satu sektor usaha
yang terus mengalami pertumbuhan. Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka peneliti ingin meneliti masalah tersebut dengan judul: “Peran
Reaksi Pasar dan Dewan Komisaris terhadap Respon Laba (Studi Kasus
Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI )”.

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan
dikemukakan dalam penelitian berikut ini adalah:
a. Seberapa besar pengaruh reaksi pasar terhadap respon laba pada
perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI?
b. Seberapa besarkah peran Dewan Komisaris terhadap respon laba pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI?

3

3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui besar pengaruh reaksi pasar terhadap respon laba
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI?
b. Untuk mengetahui besar pengaruh Dewan Komisaris terhadap respon
laba pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI?

4. Kegunaan
4.1 Kegunaan Teoritis
a. Sebagai bahan utama untuk mengetahui informasi laba yang
diumumkan oleh perusahaan.
b. Sebagai alat untuk mengukur besarnya ukuran perubahan
return atau harga saham dalam merespon informasi laba dapat
dilihat menggunakan koefisien respon laba.
c. Sebagai pemberi respon reaksi pasar yang berbeda-beda yang
mempengaruhi harga dari sekuritas serta akan mempengaruhi
return yang akan didapat.
d. Mengukur seberapa besar reaksi pasar
4.2 Kegunaan Praktis
a. Manfaat bagi investor untuk membantu mereka dalam
mengestimasi nilai yang diharapkan dan risiko dari return
sekuritas.
b. Manfaat bagi Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu
mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen.
c. Manfaat bagi peneliti untuk mengembangkan pengetahuan
mengenai konsep repon laba terhadap reaksi pasar serta Dewan
Komisaris.

4

5. Tinjauan Pustaka
5.1 Teoritis
5.1.1 Informasi Laba
Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahan
yang bertujuan selain untuk menilai kinerja manajemen, juga untuk
membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam
jangka panjang, meramalkan laba, menaksir resiko dalam berinvestasi
atau kredit, memprediksi arus kas masa depan serta memiliki pengaruh
besar

bagi

penggunanya

dalam

pengambilan

suatu

keputusan.

Sebagaimana disebutkan dalam Statement of Finansial Accounting
Consept (SFAC) nomor 1 bahwa informasi laba pada umumnya
merupakan

perhatian

utama

dalam

menaksir

kinerja

atau

pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik
atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan
dimasa yang akan datang (Januar dan Sri, 2002).
Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of
FinancialAccounting Consepts (SFAC) nomor 2 merupakan unsur utama
dalam laporankeuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang
menggunakannya karena memilikinilai prediktif (FASB, 1980). Menurut
PSAK Nomor 1 informasi laba diperlukan untukmenilai perubahan
potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan dimasa
depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk
perumusanpertimbangan

tentang

efektivitas

perusahaan

dalam

memanfaatkan tambahan sumberdaya (IAI, 2004). Bagi pemilik saham
dan atau investor, laba berarti peningkatan nilaiekonomis (wealth) yang
akan diterima, melalui pembagian dividen.

5

5.1.2 Kualitas Informasi Laba
M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa informasi laba harus
dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena
kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi
tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif.
Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No. 1 yang
menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik
atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya
dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan laba di masa yang akan
dating.
5.1.3 Komposisi Dewan Komisaris
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiwitjaksono (2005)
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memberikan pengaruh
terhadap kualitas laba yang cukup kuat di tahun 2000 dan 2001, serta
lemah ditahun 2002. Kepemilikan institusionsl memberikan pengaruh
terhadap kualitas laba yang cukup kuat di tahun 2000 dan lemah di
tahnun 2001 dan 2002 . Ini mengidentifikasi bahwa tingkat kepemilikan
saham institusional dapat menjadi mekanisme dalam penyusunan
laporan laba, sehingga memberikan pengaruh kepada pasar melalui
infromasi laba, yang tercermin pada kekuatan respon laba.
Komposisi dewan komisaris memberikan pengaruh terhadap
kualitas laba yang lemah baik tahun 2000, 2001 maupun 2002. Ini
mengidentifkasi bahwa komposisi dewan komisaris, dalam hal ini
jumlah

keanggotaan

komisaris

dari

luar

perusahaan

dalam

mengendalikan proses penyusunan laporan laba direspon lemah oleh
pasar. Perubahan komposisi dewan komisaris di perusahaan kurang
mampu mempengaruhi pasar.

6

5.1.4 Pengertian Earnings Response Coefficient (ERC)
Umumnya dalam mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur
dengan menggunakan Earnings Response Coefficient, yang merupakan
bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba. Pengertian Koefisien
Respon Laba (Earnings Response Coefficient) menurut Cho dan Jung (1991)
adalah sebagai berikut :
Koefisien Respon Laba didefinisikan sebagai efek setiap dolar
unexpected earnings terhadap return saham, dan biasanya diukur dengan
slopa koefisien dalam regresi abnormal returns saham dan unexpected
earning. Cho dan Jung ( 1991) mengklasifikasi pendekatan teoritis ERC
menjadi dua kelompok yaitu (1) model penilaian yang didasarkan pada
informasi ekonomi (information economics based valuation model) seperti
dikembangkan oleh Holthausen dan Verrechia (1988) dan Lev (1989) yang
menunjukkan bahwa kekuatan respon investor terhadap sinyal informasi
laba (ERC) merupakan

fungsi dari ketidakpastian di masa mendatang.

Semakin besar noise dalam system pelaporan perusahaan (semakin rendah
kualitas laba), semakin kecil ERC dan (2) model penilaian yang didasarkan
pada time series laba (time series based valuation model) seperti
dikembangkan oleh Beaver, Lambert dan Morse (1980).
5.1.5 Hubungan Persistensi Laba dengan ERC
Definisi persistensi laba menurut Scott (2003) adalah revisi laba yang
diharapkan

di

masa

mendatang

(expected

future

earnings)

yang

diimplikasikan oleh inovasi laba tahun berjalan sehingga persistensi laba
dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan
harga saham. Semakin tinggi persistensi laba maka semakin tinggi ERC, hal
ini berkaitan dengan kekuatan laba. Persistensi laba mencerminkan kualitas
laba

perusahaan

dan

menunjukkan

bahwa

perusahaan

dapat

mempertahankan laba dari waktu ke waktu. Kormendi dan Lipe (1987)
menunjukkan bahwa persistensi laba berhubungan positif dengan ERC.
Collins dan Kothari (1989) juga menemukan hubungan yang positif antara

7

estimasi ERC dan persistensi dengan menggunakan perubahan laba sebagai
proksi untuk unexpected earnings. Berbeda dengan Ali dan Zarowin (1992)
yang menemukan bahwa estimasi error pada ERC secara negatif
berhubungan dengan persistensi. Hal ini disebabkan beberapa analisa
sebelumnya terhadap hubungan antara ERC dan persistensi adalah
berlebihan.
5.1.6 Reaksi Pasar Terhadap Respon Laba
Di Indonesia, penelitian mengenai reaksi pasar terhadap tindakan
perataan laba telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian Assih
dan Gudono (2000) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
atas abnormal return sekitar tanggal pengumuman laba perusahaan perata
laba dengan bukan perata laba. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Nasir, Arifin dan Susanti (2002) yang menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara return saham perusahaan perata laba
dengan return saham perusahaan bukan perata laba.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, Gordon (1964)
dalam Michelson et al. (1995) menyatakan bahwa manajemen meratakan
laba dan kepuasan pemegang saham meningkat dengan stabilitas pendapatan
perusahaan. Wang dan William (1994) menguji hubungan antara perataan
laba akuntansi dengan kesejahteraan pemegang saham. Hasil penelitiannya
menemukan bahwa respon pasar untuk laba perusahaan yang melakukan
perataan empat kali lebih besar daripada perusahaan yang tidak melakukan
perataan laba dan perusahaan yang melakukan perataan laba lebih diterima
pasar modal karena memiliki risiko yang rendah. Hasil penelitian tersebut
mengindikasikan bahwa investor tidak memandang tindakan perataan laba
sebagai perilaku oportunistik tapi lebih kepada usaha manajemen untuk
memberikan informasi tambahan (ekspektasi manajemen mengenai arus kas
masa depan) kepada pasar (Barnea et al., 1976), karena dengan laba rata
investor mudah untuk memprediksi return dan risiko sekuritas untuk masa
yang akan datang.

8

5.2 Empiris
Penelitian tentang faktor - faktor yang mempengaruhi respon laba sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti dengan hasil yang berbeda-beda. Penelitian
tersebut antara lain:
1) Fita Setiati dan Indra Wijaya Kusuma (2004) melakukan penelitian
dengan judul Faktor-Faktor yang mempengaruhi koefisien respon
laba pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh. Pemilihan
sampel ditentukan secara

purposive sampling. Sampel adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
pada tahun buku 1996 sampai 2001 yang menerbitkan laporan
keuangan auditan tiap 31 Desember. Hasil penelitian menujukan
bahwa:

(1)

Hasil

pengujian

pada

perusahaan

bertumbuh

menunjukkan bahwa faktor persistensi laba mempengaruhi secara
positif namun faktor struktur modal (leverage) mempengaruhi
secara negatif terhadap koefisien respon laba; (2) Hasil pengujian
pada perusahaan tidak bertumbuh menunjukkan bahwa faktor
persistensi laba dan size memrpengaruhi secara positif namun
faktor risiko beta dan struktur modal (leverage) mempengaruhi
secara negatif terhadap koefisien respon laba; (3) Koefisien faktorfaktor yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC) pada
perusahaan bertumbuh berbeda dengan koefisien faktor-faktor
yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC) pada perusahan
tidak bertumbuh; (4) Koefisien risiko beta dan persistensi laba
pada perusahaan bertumbuh berbeda dengan koefisien risiko beta
dan persistensi laba pada perusahaan tidak bertumbuh. Namun
koefisien prediktabilitas laba, pertumbuhan laba, leverage dan size
pada perusahaan bertumbuh tidak berbeda dengan koefisien
prediktabilitas laba, pertumbuhan laba, leverage dan size pada
perusahaan tidak bertumbuh.

9

2) Galuh Artika Febriysnti (2004) melakukan penelitian dengan judul
Perbandingan Keakuratan Model Laba Permanen Transitorasi Dan
Agregat Dalam Memprediksi Laba Masa Depan. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan
tahunan perusahaan selama perioda 1995-2002 yang diperoleh dari
database Bursa Efek Jakarta yang tersedia di PPA (Pusat
Pengembangan Akuntansi) UGM, di MSi Fakultas Ekonomi
UGM, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan homepageJSX. Hasil penelitian menunjukkan dukungan terhadap
hipotesis 1 yang menyatakan bahwa model dengan komponen laba
permanen lebih akurat dibandingkan model dengan komponen laba
transitori dalam memprediksi laba masa depan. Hasil pengujian
yang berkaitan dengan hipotesis 2 yang menyatakan bahwa model
dengan komponen laba permanen lebih akurat dibandingkan model
dengan komponen laba agregat dalam memprediksi laba masa
depan diterima. Sementara itu hasil pengujian terhadap hipotesis 3
yang menyatakan bahwa model dengan komponen laba agregat
lebih akurat dibandingkan model dengan komponen laba transitori
dalam memprediksi laba masa depan ditolak. Alasan tidak
didukungnya hipotesis 3 adalah sesuai dengan Sugiri (2003) yang
menyatakan laba yang dirinci lebih mempunyai daya prediktif
dibandingkan laba agregatnya.
3) Dessy Sandra dan Indra Wijaya Kusuma (2004) melakukan
penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap Tindakan Perataan
Laba Dengan Kualitas Auditor Dan Kepemilikan Manajerial
Sebagai Variabel Pemoderasi. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah . Data tersebut diperoleh dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD), laporan keuangan tahunan
perusahaan, Database PPA UGM, Harian Bisnis Indonesia, Daftar
Monitoring Penyerahan Laporan Keuangan Tahunan (2002) dari

10

BAPEPAM dan www.jsx.co.id. Penelitian ini menunjukkan bahwa
bahwa variabel kualitas auditor bukanlah merupakan variabel
pemoderasi hubungan antara reaksi pasar dengan perilaku perataan
laba Hasil penelitian ini mendukung pendapat Ardiati (2003) yang
menyatakan bahwa audit laporan keuangan tidak untuk mendeteksi
terjadinya

manajemen laba, tetapi audit dilakukan untuk

meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.
4) Linda kusumaning Wendari (2004) melakukan penelitian dengan
judul Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Dan
Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba.
Penelitian ini mengunakan data sekunder berupa laporan tahunan
BEJ yang diperoleh dari pusat data BEJ di UGM, dari publikasi
keterbukaan informasi dari BEJ yang diperoleh dari internet. Hasil
penelitian secara ringkas adalah: (a) Proporsi dewan komisaris dan
keberadaan komite audit berpengaruh dengan arah negatif secara
signifikan dengan aktivitas manajemen laba. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris dan keberadaan
komite audit mampu mengurangi aktivitas manajemen laba. (b)
Hipotesis yang menyatakan interaksi antara proporsi dewan
komisaris dan keberadaan komite audit terhadap aktivitas
manajemen laba secara statistis dapat didukung namun dengan
arah positif bukan negatif. (c) Pengaruh dari kepemilikan
manajerial dan institusional terhadap aktivitas manajemen laba
secara statistis dapat didukung namun dengan arah positif bukan
negative, karena investor institusional lebih mementingkan kinerja
perusahaan jangka panjang, oleh karena itu manajer tidak memiliki
insentif untuk melakukan manajemen laba sekarang. (d) Variabel
auditor terbukti secara signifikan dapat mengurangi aktivitas
manajemen laba. (e) Variabel ungkitan mempunyai pengaruh
dengan arah positif dan signifikan dengan aktivitas manajemen
laba, yang berarti tidak konsisten dengan prediksi teori bahwa

11

makin tinggi rasio ungkitan maka makin rendah aktivitas
manajemen laba.
5) Khoirunnisa Harahap (2004) melakukan penelitian dengan judul
Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba Dengan Koefisien Respon
Laba. Sampel yang digunakan dalarn penefitian ini diambil dari
populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari
tahun 1995 2002. Penelitian ini bertujuan menguji apakah perataan
laba berhubungan positif terhadap koefisien respon laba dengan
menggunakan model regresi firm specific dan penelitian ini juga
menguji apakah cumulative abnormal return sekarang bisa
memprediksi future ERC. Hasil dari regresi model empiris kedua
menunjukkan bahwa perataan laba berhubungan positif dengan
koefisien respon laba atau dengan kata lain pasar merespon laba
yang dihasilkan dari praktik perataan laba. Hasil dari regresi model
empiris kempat menunjukkan bahwa perataan laba berhubungan
dengan future ERC. Hasil ini menunjukkan bahwa cumulative
abnormal return sekarang dapat memprediksi future ERC.
6) Agung Suryana (2005) melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Laba. Sampel
perusahaan yang dipakai adalah perusahaan manufaktur dan non
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian
dengan menggunakan firm specific coefficient model (FSCM) dan
pooled cross sectional coeffient model (CRSM).Pengujian dengan
menggunakan metode FSCM dan CRSM menunjukkan hasil yang
sama bahwa koefisien respon laba perusahaan yang membentuk
komite audit secara statistis lebih besar daripada perusahaan yang
tidak membentuk komite audit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa komite audit memiliki kualitas lebih baik daripada laba
yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak membentuk komite
audit.

12

7) Dr. Sylvia Veronica N.P Siregar dan Dr. Siddharta Utama, CFA
(2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur
KepemilikUkuran Perusahaan Dan Praktek Corporate Governance
Terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management). Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pusat Referensi
Pasar Modal BEJ. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa
variabel ukuran perusahaan secara koefisien mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap besaran pengelolaan laba yang
dilkukan perusahaan, artinya semakin besar ukuran perusahaan
semakin kecil besaran pengelolaan labanya.

13

Tabel 5.2 :

14

Hasil Penelitian Terdahulu
No
1.

Nama Peneliti/thn
Fita Setiati dan Indra
Wijaya Kusuma
(2004)

2.

Galuh Artika
Febriyanti
(2004)

3.

Dessy Sandra and
Indra Wijaya Kusuma
(2004)

Judul Penelitian
Faktor Faktor yang
Mempengaruhi
Koefisien Respon
Laba Pada Perusahaan
Bertumbuh dan Tidak
Bertumbuh

Perbandingan
Keakuratan Model
Laba Permanen,
Transitori dan Agregat
dalam Memprediksi
Laba Masa Depan

Reaksi Pasar Terhadap
Tindakan Perataan
Laba dengan Kualitas
Auditor dan

Hasil Penelitian
Faktor persistensi
laba
mempengaruhi
secara positif,
namun faktor
struktur modal
(leverage)
mempengaruhi
secara negatif
terhadap koefisien
respon laba
Model dengan
komponen laba
permanen lebih
akurat
dibandingkan
model dengan
komponen laba
transitori dalam
memprediksi laba
masa depan
Audit laporan
keuangan tidak
untuk mendeteksi
terjadinya

15

Persamaan
Membahas
persamaan
respon laba pada
perusahaan
bertumbuh dan
tidak bertumbuh

Perbedaan
Tidak membahas
reaksi pasar dan
dewan
komisaris.

Keterangan
Mendukung

Memprediksi
laba, Model laba
permanen,
Transitoris
agregat.

Tidak membahas
reaksi pasar dan
dewan komisaris

Mendukung

-

Mendukung

Memprediksi
laba dan
struktrur
organisasi

Kepemilikan
Manajerial Sebagai
VAriabel Pemoderisasi

4.

Linda Kusumaning
Wedari, SE., M.Si
(2004)

Analisis Proporsi
Dewan Komisaris dan
Perbedaan Komite
Audit Terhadap
Aktivitas Manajemen
Laba

5.

KHAIRUNNISA
HARAHAP
(2004)

Asosiasi antara
Perataan Praktik
Dengan Koefisien
Respon Laba

6.

AGUNG SUARYANA
(2005)

Pengaruh Komite
Audit Terhadap
Respon Laba

manajemen laba,
tetapi audit
dilakukan untuk
meningkatkan
kredibilitas
laporan keuangan.
Proporsi dewan
komisaris dan
keberadaan
komite audit
berpengaruh
dengan arah
negatif secara
signifikan dengan
aktivitas
manajemen laba
Perataan laba
berhubungan
positif dengan
koefisien respon
laba
Komite audit
memiliki kualitas
lebih baik
daripada laba
yang dilaporkan
oleh perusahaan
yang tidak

16

Membahas
dewan komisaris
dan komite audit

Koefisien respon
laba

Kualitas laba
dan pengaruh
komite audit

Respon laba

Peran reaksi
pasar dan
Dewan
Komisaris
Reaksi pasar

Mendukung

Mendukung

Mendukung

7.

DR. SYLVIA
VERONICA N.P.
SIREGAR dan
DR. SIDDHARTA
UTAMA, CFA
(2005)

Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, dan
Praktik Corporate
Governance Terhadap
Pengelolaan Laba
(Earning
Managements)

membentuk
komite audit
Semakin besar
ukuran
perusahaan,
semakin kecil
besaran
pengelolaan
labanya

17

Struktur
kepemilikan dan
pengelolaan laba

-

Mendukung

6. Metode Penelitian
6.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
6.1.1 Definisi Operasional
Dalam penilitian ini perlu diketahui definisi operasional dari tiaptiap variable. Definisi operasional variable tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kepemilikan Manajerial (MNJR)
Kepemilikan manajerial adalah jumlah saham perusahaan yang
dimiliki oleh pihak manajemen yang ikut aktif dalam menjalankan
kegiatan operasional perusahaan dan memiliki hak suara dalam
perusahaan.
b. Kepemilikan Institusional (INST)
Kepemilikan institusional adalah pemilik saham perusahaan yang
berasal dari lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap
investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Investor
institusional perusahaan public antara lain terdiri dari dana pension,
perusahaan asuransi, perusahaan dana reksa, dan investment fund
yang dibentuk perusahaan-perusahaan asuransi.
c. Komposisi Dewan Komisaris (DKOM)
Komposisi dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris suatu
perusahaan yang berperan dalam setiap kegiatan operasional
perusahaan dan aktif dalam setiap pengambilan keputusan yang
akan mempengaruhi kondisi perusahaan.
d. Kualitas Laba
Kualitas laba dapat diindikasikan sebagai kemampuan informasi
laba memberikan respon kepada pasar. Dengan kata lain, laba yang
dilaporkan memliki kekuatan (power of response). Kuatnya reaksi
pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginga earning
response coefficients (ERC) menunjukkan laba yang dilaporkan
berkualitas. ERC menunjukkan laba yang dilaporkan oleh
perusahaan yang mengeluarkan sekuritas tersebut. Dengan kata lain,
17

ERC adalah reaksi atas laba yang diumumkan (published) oleh
perusahaan. Reaksi ini mencerminkan kualitas dari laba yang
dilaporkan perusahaan. Dan tinggi rendahnya ERC sangat
ditentukan kekuatan responsive yang tercermin dari informasi
(good / bad news) yang terkandung dalam laba.

6.1.2 Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, pengukuran variable-variabel yang
digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Variabel Independen
1. Kepemilikan Manajerial (MNJR)
Kepemilikan manajer diukur berdasarkan besarnya kepemilikan
saham oleh dewan direksi, komisaris, pendiri dan karyawan
dibandingkan dengan total saham perusahaan tersebut, dapat
dirumuskan:
MNJR =

Jumlah Saham yang dimiliki Manajemen
x100%
Total Saham yang beredar

2. Kepemilikan Institusional (INST)
Kepemilikan Institusional diukur

berdasarkan

besarnya

kepemilikan saham oleh investor institusi dibandingkan dengan
total salah perusahaan tersebut, dapat dirumuskan:
INST = Jumlah Saham Institusi
X 100%
Total Saham yang beredar
3. Komposisi Dewan Komisaris (DKOM)
Komposisi dewan komisaris diukur berdasarkan jumlah anggota
dewan komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan
komisaris, dapat dirumuskan:
DKOM=

Jumlah Anggota Komisaris Independen
X 100%
Total Anggota dewan komisaris

18

b. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam hal ini adalah kualitas laba yaitu
seberapa besar laba kejutan yang dihasilkan untuk mengukur reaksi
pasar terhadap informasi mengenai perusahaan yang tercermin
dengan dikeluarkannya laporan keuangan, terutama informasi laba.
Kualitas laba diukur dengan menggunakan Earning Response
Coeficient (ERC) yang dilambangkan dengan β (beta) untuk
mengukur kandungan informasi dalam laba sebagai ukuran dari
kualitas laba. Koefisien β diperoleh dari hasil regresi dari perubahan
earning terhadap perubahan return saham selama periode amatan
dengan menggunakan rumus yang diadopsi dari Hayn (1995:134).
Berikut operasionalisasi komponen atau unsur yang diperlukan
untuk menghitung variable kualitas laba tersebut:
1. Laba (Earnings) adalah laba per lembar saham (Earning per
share (EPS)) yang diperoleh suatu perusahaan pada tahun
tertentu, dalam penelitian ini yang digunakan adalah angka EPS
tahun 2007,2008,2009,2010
2. Laba kejutan (Unexpected earning) adalah perbedaan antara
laba per lembar saham pada periode penelitian (tahun 2007)
dengan laba per lembar saham pada periode sebelumnya (tahun
2006) dan perbedaan antara laba per lembar saham pada periode
penelitian (tahun 2008) dengan laba per lembar saham pada
periode sebelumnya (tahun 2007).
3. Return actual saham adalah return yang sesungguhnya terjadi
pada saat atau tanggal tertentu pada periode pengamatan.
4. Return abnormal (abnormal return) menggunakan Market
Adjusted Return Model adalah perbedaan antara return
ekspektasi dengan return pasar.
6.2 Alat Digunakan
6.2.1 Teknik Penentuan Sampel Populasi dan Sampel
a. Populasi

19

Populasi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur dari berbagai jenis yang menerbitkan
laporan keuangan tahunan (annually reoirt) dan dipublikasikan di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
b. Sampel
Dari seluruh perusahaan manufaktur dipilih sampel sebanyak
20 perusahaan. Perusahaan yang dipilih mulai tahun 2006 sampai
2008. Dengan menggunakan motode purposive / judgement
sampling, yaitu populasi yang akan dijadikan sampel penelitian
adalah yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang
dikehendaki

peneliti,

dan

kemudian

dipilih

berdasarkan

pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah:


Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2006 dan masih tercatat di Bursa Efek Indonesia sampai



dengan 31 Desember 2008
Perusahaan melaporkan secara publik laporan keuangannya



yang berakhir pada per 31 Desember.
Perusahaan yang laporan keuangannya menggunakan mata



uang rupiah.
Selama tahun 2006 sampai tahun 2008 perusahaan tidak
mengalami

kerugian,

memiliki

kepemilikan

manajerial,

kepemilikan institusional dan komposisi dewan komisaris.
Perusahaan yang pada akhir tahun-tahun tertentu tidak
memenuhi salah satu kriteria yang telah ditetapkan, maka
perusahaan tersubut tidak dimasukkan ke dalam sampel penelitian.
Perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel : 6.1
Nama-nama Perusahaan yang Menjadi Obyek Penelitian

20

No

Sektor Industri
Sektor Industri

1.

Dasar &
Kimia

2.

Sektor Industri
Pertambangan
Sektor Industri

3.

Pertanian

Spesifikasi
Logam
Logam
Kimia
Semen
Semen
Semen
Batubara
Batubara
Logam
Minyak
Perkebunan
Perkebunan
Perkebunan
Farmasi
Farmasi
RT

Nama Perusahaan
1 Lion Metal Works, Tbk
2 Jaya Pari Steel, Tbk
3 Ekadharma International, Tbk
4 Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
5 Holcim Indonesia
6 Semin Gresik, Tbk
7 Bumi Resources, Tbk
8Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
9 Timah, Tbk
10 Medco Energi Intrnasional, Tbk
11 Astra Argo Lestari, Tbk
12 London Sumatra, Tbk
13 Bakrie Sumatra Plantations, Tbk
14 Kalbe Farma, Tbk
15 Kimia Farma, Tbk
16 Unilever Indonesia, Tbk

Rokok
Produksi
Produksi
Transportasi

17 Gudang Garam, Tbk
18 United Tractors, Tbk
19 Enserval Putera Megatraing, Tbk
20 Berlian Laju Tanker, Tbk

Sumber : Bursa Efek Indonesia
6.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya dapat melalui satu cara,
yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) Kepemilikan Manajerial.
Adalah dengan cara mengumpulkan bahan atau data-data yang ada kaitannya
dengan objek pembahasan, yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
yaitu dengan mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah buku-buku,
jurnal akuntansi, majalah, karya tulis lainnya dan literatur-literatur, informasi
melalui website yang dapat diakses lewat internet.
6.4 Teknik Analisa Data
Penelitian ini menggunakan teknik statistic Regresi Berganda (Multiple
Regression Model) dengan persamaan sebagai berikut:
ERC=α + β1MNJR + β2 INST + β3 DKOM
Dimana:

21

ERC
MNJR
INST
DKOM
α
β1β2β3

: Laba Kejutan Perusahaan
: Kepemilikan Manajerial
: Kepemilikan Institusional
: Komposisi Dewan Komisaris
: Konstanta
: Koefisien regresi masing-masing variable independen.

22

7. Hasil dan Pembahasan
7.1 Hasil
a. Deskripsi Obyek Penelitian
Obyek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2006 sampai dengan 2008. Berikut nama-nama perusahaan
manufaktur yang terpilih menjadi obyek penelitian dalam penenlitian ini.
Tabel : 7.1
Nama-nama Perusahaan yang Menjadi Obyek Penelitian
No

Sektor Industri
Sektor Industri

1.

Dasar &
Kimia

2.

Sektor Industri
Pertambangan

3.
Sektor Industri
Pertanian

Spesifikasi
Logam
Logam
Kimia
Semen
Semen
Semen
Batubara
Batubara
Logam
Minyak
Perkebunan
Perkebunan
Perkebunan
Farmasi
Farmasi
RT

Nama Perusahaan
1 Lion Metal Works, Tbk
2 Jaya Pari Steel, Tbk
3 Ekadharma International, Tbk
4 Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
5 Holcim Indonesia
6 Semin Gresik, Tbk
7 Bumi Resources, Tbk
8Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
9 Timah, Tbk
10 Medco Energi Intrnasional, Tbk
11 Astra Argo Lestari, Tbk
12 London Sumatra, Tbk
13 Bakrie Sumatra Plantations, Tbk
14 Kalbe Farma, Tbk
15 Kimia Farma, Tbk
16 Unilever Indonesia, Tbk

Rokok
Produksi
Produksi
Transportasi

17 Gudang Garam, Tbk
18 United Tractors, Tbk
19 Enserval Putera Megatraing, Tbk
20 Berlian Laju Tanker, Tbk

23

Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan table diatas, bahwa terdapat 20 perusahaan yang menjadi
obyek penelitian yang dikelompokkan menjadi 3 sektor yaitu sector
industry dasar dan kimia, sector industry pertambangan dan sektor
industry pertanian. Ketiga sektor tersebut diharapkan dapat mewakili
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di bura Efek Indonesia.
b. Deskripsi Hasil Penelitian
Sebelum melakukan pengolahan data , maka terlebih dahulu peneliti
menyajikan data-data yang dibutuhkan untuk proses pengolahan data.
Dibawah ini adalah data Mekanisme Corporate Governance terdiri
dari kepemilikan Manajerial (KMNJR), Kepemilikan Institusional (KINST)
dan Komposisi Dewan Komisaris (DKOM) serta nilai Kualitas Laba kedua
puluh perusahaan-perusahaan manufaktur, yaitu sebagai berikut :
Tabel : 7.2
Mekanisme Corporate Governance terdiri dari
Kepemilikan Manajerial (KMNJR), Kepemilikan Institusional
(KINST) dan Komposisi Dewan Komisaris (DKOM) serta nilai
Kualitas Laba
Perusahaan Manufaktur Tahun 2006
N

Nama

o

Perusahaan

Kode

Corporate Governance
KMNJR KINST DKOM

Kualitas
Laba /

1

Lion Metal

LION

0.180

28.850

33.333

ERC
-18.894

2

Works, Tbk
Jaya
Pari, JPRS

2.200

32.180

33.333

10.124

3

Tbk
Ekadharma

5.010

74.370

33.333

-40.785

EKAD

International,

24

4

Tbk
Indocement

INTP

0.538

16.238

25.000

44.924

SMCB

3.580

3.310

50.000

-2.547

Indonesia,
5

Tbk
Holcim
Indonesia,

6

Tbk
Semen

SMGR

0.150

25.180

50.000

-21.147

7

Gresik, Tbk
Bumi

BUMI

0.000

17.040

37.500

-5.364

PTBA

0.020

65.020

33.333

-136.084

TINS
MEDC

11.440
0.010

78.530
51.880

40.000
40.000

-0.468
9.146

0.080

79.680

37.500

1.973.95

Resourches,
8

Tbk
Tambang
Batubara
Bukit Asam,

9
10

Tbk
Timah, Tbk
Medco
Energi
International,

11

Tbk
Astra

12

Lestari, Tbk
London

Argo AALI
LSIP

1.070

56.840

25.000

7
14.422

UNSP

0.000

50.420

50.000

-9.652

KLBF

0.000

35.700

40.000

-147.499

Sumatra
Plantations,
13

Tbk
Bakrie
Sumatra
Plantations,

14

Tbk
Kalbe
Farma, Tbk

25

15

Kimia

KAEF

0.390

90.020

60.000

2.314

16

Farma, Tbk
Unilever

UNVR

1.140

2.910

80.000

-64.931

Indonesia,
17

Tbk
Gudang

GGRM 2.060

66.800

60.000

7.647

18

Garam, Tbk
United

UNTR

0.000

56.320

37.500

32.556

EMPT

0.014

10.670

40.000

-43.232

Tbk
Berlian Laju BLTA

0.160

25.000

50.000

-3.766

Tractors, Tbk
19

Enseval
Putra
Megatrading,

20

Tanker, Tbk

Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat dideskripsikan bahwa pada
tahun 2006, kepemilikan saham manajerial PT.Timah, Tbk tergolong
paling tinggi yaitu sebesar 11.4% diikuti dengan PT.Ekadharma
International, Tbk sebesar 5.01%. Kepemilikan manajerial yang tinggi
tidak mencerminkan kualitas laba yang tinggi. Hal tersebut terlihat dari
rendahnya ERC yaitu hanya sebesar -0.468 dan -40.785. Koefisien respon
laba dihasilkan dari perhitungan CAR. Untuk variable komposisi dewan
komisaris terbanyak terdapat di PT.Unilever Indonesia, Tbk yang berarti
terdapat lebih banyak komisaris independen dibandingkan perusahaan
manufaktur yang diteliti dalam penelitian ini. Keberadaan komisaris
indepen yang dianggap mampu memberikan kontribusi pengendalian
diharapkan dapat memberikan kualitas respon laba yang baik. Namun
dalam kenyataannya, dari hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas laba
PT.Unilever. Tbk yaitu sebesar -64%. Hal ini berarti keberadaan komisaris
independen belum mampu menaikkan reaksi pasar terhadap perusahaan
tersebut.

26

Table 7.3
Mekasnime Corporate Governance terdiri dari
Kepemilikan Manajerial (KMNJR), Kepemilikan Institusional
(KINST) dan Komposisi Dewan Komisaris (DKOM) serta nilai
Kualitas Laba Perusahaan Manufaktur Tahun 2007

No

Nama
Perusahaan

Corporate Governance
KMNJR KINST DKOM

Kode

Kualitas
Laba /

1

Lion Metal

LION

0.180

28.850

33.333

ERC
-6.875

2

Works, Tbk
Jaya
Pari, JPRS

2.200

32.180

33.333

-1.721

3

Tbk
Ekadharma

EKAD

5.010

74.370

33.333

15.516

INTP

0.538

16.238

25.000

-22.351

SMCB

3.580

3.310

50.000

695.443

International,
4

Tbk
Indocement
Indonesia,

5

Tbk
Holcim
Indonesia,

6

Tbk
Semen

SMGR

0.150

25.180

50.000

0.654

7

Gresik, Tbk
Bumi

BUMI

0.000

17.040

37.500

-5.733

PTBA

0.020

65.020

33.333

-32.895

TINS
MEDC

11.440
0.010

78.530
51.880

40.000
40.000

-0.233
15.548

Resourches,
8

Tbk
Tambang
Batubara
Bukit Asam,

9
10

Tbk
Timah, Tbk
Medco
Energi

27

International,
11

Tbk
Astra

12

Lestari, Tbk
London

Argo AALI

0.080

79.680

37.500

-6.173

LSIP

1.070

56.840

25.000

-7.937

UNSP

0.000

50.420

50.000

16.441

14

Tbk
Kalbe Farma, KLBF

0.000

35.700

40.000

-

15

Tbk
Kimia Farma, KAEF

0.390

90.020

60.000

148.095
-8.204

16

Tbk
Unilever

1.140

2.910

80.000

-60.920

Sumatra
Plantations,
13

Tbk
Bakrie
Sumatra
Plantations,

UNVR

Indonesia,
17

Tbk
Gudang

GGRM 2.060

66.800

60.000

-13.435

18

Garam, Tbk
United

UNTR

0.000

56.320

37.500

-16.665

Enseval Putra EMPT

0.014

10.670

40.000

-48.571

0.160

25.000

50.000

7.639

Tractors, Tbk
19

Megatrading,
20

Tbk
Berlian Laju BLTA

Tanker, Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Pada tahun 2007, kepemilikan saham manjerial PT. Timah, Tbk
masih

tergolong

paling

tinggi,

walaupun

cenderug

lebih

kecil

dibandingkan tahun lalu (2006) yaitu sebesar 8.4% masih diikuti dengan
PT.Ekadharma Internasional, Tbk dengan jumlah kepemilkian yang tetap

28

yaitu sebesar 5.01%. hal tersebut bisa berarti bahwa kepemilikan
menajerial meningkat menyebabkan meningkatnya kualitas laba.
Variable komposisi Dewan Komisaris tertinggi pada tahun 2007
masih dipegang oleh PT. Unilever, Tbk yaitu sebesar 80%, untuk kualitas
laba PT.Unilever mengalami peningkatan sedikit yaitu dari sebesar -64.9
persen menjadi -60.9 persen.

Tabel 7.4
Mekasnime Corporate Governance terdiri dari
Kepemilikan Manajerial (KMNJR), Kepemilikan Institusional
(KINST) dan Komposisi Dewan Komisaris (DKOM) serta nilai
Kualitas Laba Perusahaan Manufaktur Tahun 2008
N

Nama

o

Perusahaan

Corporate Governance
KMNJR KINST DKOM

Kode

Kualitas
Laba /

1

Lion Metal

LION

0.180

28.850

33.333

ERC
8.817

2

Works, Tbk
Jaya
Pari, JPRS

2.200

32.180

33.333

10.067

3

Tbk
Ekadharma

EKAD

5.010

74.370

33.333

74.443

INTP

0.538

16.238

25.000

-5.502

International,
4

Tbk
Indocement
Indonesia,

29

5

Tbk
Holcim

SMCB

3.580

3.310

50.000

13.202

Indonesia,
6

Tbk
Semen

SMGR

0.150

25.180

50.000

152.917

7

Gresik, Tbk
Bumi

BUMI

0.000

17.040

37.500

-207.655

PTBA

0.020

65.020

33.333

23.323

TINS
MEDC

11.440
0.010

78.530
51.880

40.000
40.000

0.513
-0.736

0.080

79.680

37.500

-11.080

LSIP

1.070

56.840

25.000

-1.258

UNSP

0.000

50.420

50.000

-6.230

14

Tbk
Kalbe Farma, KLBF

0.000

35.700

40.000

-

15

Tbk
Kimia

KAEF

0.390

90.020

60.000

1256.044
-1.498

16

Farma, Tbk
Unilever

UNVR

1.140

2.910

80.000

42.303

Resourches,
8

Tbk
Tambang
Batubara
Bukit Asam,

9
10

Tbk
Timah, Tbk
Medco
Energi
International,

11

Tbk
Astra

12

Lestari, Tbk
London

Argo AALI

Sumatra
Plantations,
13

Tbk
Bakrie
Sumatra
Plantations,

Indonesia,

30

Tbk
17

Gudang

GGRM 2.060

66.800

60.000

-3.741

18

Garam, Tbk
United

UNTR

0.000

56.320

37.500

0.222

EMPT

0.014

10.670

40.000

-3.948

Tbk
Berlian Laju BLTA

0.160

25.000

50.000

-1.725

Tractors, Tbk
19

Enseval
Putra
Megatrading,

20

Tanker, Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Pada tahun 2008, kepemilikan saham manajerial tertinggi masih
dimiliki oleh PT.Timah, Tbk yang mengalami peningkatan dibandingkan
tahun lalu yaitu sebesar 10.6 persen, meingkatkan kualitas laba juga
menjadi sebesar 0.5 persen. Untuk PT. Ekadharma International, Tbk yang
memiliki kepemilikan manajerial sama seperti 2 tahun sebelumnya,
memiliki peningkatan kualitas laba sebesar 74.4 persen, ini adalah
peningkatan yang cukup drastis. Untuk variable komposisi dewan
komisaris, PT.Unilever Indonesia, Tbk masih memiliki komisaris
independen terbanyak dibandingkan perusahaan manufaktur yang diteliti
dalampenelitian ini. Hasil tersebut diatas merupakan hasil pengolahan data
statistic berdasarkan data yang diperoleh di Pusat Referensi Pasar Modal
(PRPM) Bursa Efek Indonesia sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
7.2 Pembahasan
Jika tidak terdapat kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan
Dewan Komisaris maka kualitas laba menurun disebabkan adanya ketidak
percayaan atas laba yang dilaporkan oleh perusahaan karena dianggap tidak
ada pengawasan yang efektif dari manajemne perusahaan. Kepemilikan
manajerial dapat meningkatkan kualitas laba karena adanya tingkat

31

kepercayaan

bahwa

dengan

adanya

pengawasan

manajemen

dapat

meningkatkan kualitas laporan keuangan melalui kualitas laporan laba.
Sejalan dengan variable kepemilikan institusional, komposisi Dewan
Komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba secara
parsial (individu)