KEANEKARAGAMAN DAN ASOSIASI GASTROPODA DENGAN EKOSISTEM LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI SEKITAR DESA TABULO SELATAN KECAMATAN MANANGGU PROVINSI GORONTALO

  LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KEANEKARAGAMAN DAN ASOSIASI GASTROPODA DENGAN EKOSISTEM LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI SEKITAR DESA TABULO SELATAN KECAMATAN MANANGGU PROVINSI GORONTALO OLEH NOVI EFRIANTI SIANU 633 410 048

  Telah Memenuhi Syarat dan Dipertahankan di Depan Komisi Penguji Hari/Tanggal : 22 Desember 2014 Pukul : 10.00 Wita sampai dengan selesai

  Komisi Penguji

  Femy Sahami, S.Pi., M.Si NIP. 19710315199802 2001 Faizal Kasim S.Ik., M.Si NIP. 1973071620001 21001 Dr. Hi. Abd. Hafiz Olii., S.Pi, M.Si NIP. 19730810200112 1001 Sri Nuryatin Hamzah, S.Kel., M.Si NIP. 19800421200604 2001 Tanggal Lulus : 22 Desember 2014

KEANEKARAGAMAN DAN ASOSIASI GASTROPODA DENGAN EKOSISTEM LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI SEKITAR DESA TABULO SELATAN

  

KECAMATAN MANANGGU PROVINSI GORONTALO

1) 2) 3)

Novi Efrianti Sianu , Femy M. Sahami, S.Pi, M.Si , Faizal Kasim S.Ik., M.Si .

  

Email: sianunovi@yahoo.co.id

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Negeri Gorontalo.

  

ABSTRAK

Novi Efrianti Sianu. Nim: 633410048. Keanekaragaman dan Asosiasi

Gastropoda dengan Ekosistem Lamun Perairan Teluk Tomini Sekitar Desa

Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Provinsi Gorontalo. Pembimbing

Femi Sahami, S.Pi, M,Si dan Faizal Kasim, S.Ik, M.Si.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keanekaragaman dan Asosiasi Gastropoda dengan Ekosistem Lamun Perairan Teluk Tomini Sekitar Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April sampai Bulan Desember 2014. Lokasi penelitan dibagi menjadi 3 stasiun yaitu stasiun I (dekat pemukiman), stasiun II (dekat sungai), dan stasiun III (jauh dari pemukiman). metode yang digunakan dalam pengambilan data yaitu metode Line Intercept Transect dengan menggunakan plot berukuran 1 x 1 meter. Semua jenis gastropoda yang terdapat di dalam plot dihitung dan diidentifikasi. Analisis data meliputi asosiasi gastropoda dan keanekaragaman gastropoda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gastropoda yang ditemukan pada lokasi penelitian terdiri atas 11 famili dan 12 spesies. Indeks keanekaragaman (D’) Gastropoda di ekosistem padang lamun di wilayah pesisir Teluk Tomini sekitar Desa Tabulo Selatan termasuk pada kategori tinggi untuk stasiun I (daerah pemukiman) dan kategori sedang untuk stasiun II (daerah estuari) dan stasiun III (daerah yang jauh dari pemukiman). Spesies gastropoda yang berasosiasi nyata dengan ekosistem lamun di lokasi penelitian adalah jenis Vexillum plicarium dan Spinidrupa spinosa.

  Kata kunci : Asosiasi, Keanekaragaman, Gastropoda, Ekosistem, Padang Lamun

  Di daerah pesisir dan laut terdapat tiga ekosistem penting, salah satunya yaitu ekosistem lamun. Dikatakan penting karena ekosistem ini merupakan penyangga bagi kehidupan laut dan darat, dimana lamun merupakan tempat hidup biota laut, dapat meredam pukulan ombak dan bisa juga menjadi pangan dan obat–obatan bagi manusia (Rusmawan, 2012).

  Menurut Kiswara dan Hutomo (1985) bahwa lamun terdapat pada sebagian pantai di dunia dari 12 genera yang ada, 7 genera merupakan penghuni perairan tropik, namun informasi mengenai sebaran lamun di perairan Indonesia masih sangat langka.

  Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air. Lamun memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati seperti halnya tumbuhan di darat (Nontji, 1987; Nasmia, 2012 dalamGosari dan Haris, 2012). Lamun biasanya membentuk padang yang disebut ekosistem padang lamun (Seagrass Bed) terutama di daerah tropis dan subtropis. Komunitas lamun memegang peranan penting baik secara ekologis, maupun biologis di daerah pantai dan estuaria.

  Keberadaan lamun diketahui mendukung aktifitas perikanan, komunitas kerang – kerangandan biota avertebrata lainnya (Bastyan dan Cambridge, 2008 dalam Gosari dan Haris, 2012).

  Menurut Kordi (2011) bahwa seperti halnya ekosistem terumbu karang, di dalam ekosistem lamun terjadi juga siklus makan dan di makan sehingga menjadikan padang lamun sebagai kekayaan alam yang sangat potensial. salah satu biota laut yang ada dalam rantai makanan tersebut yaitu filum moluska kelas Gastropoda. Filum moluska kelas Gastropoda memiliki peran ekologi yang penting di ekosistem padang lamun. Dimana biomassa epifit yang menempel pada daun lamun akan dimanfaatkan oleh moluska tree fauna sebagai sumber makanan dan protein, sehingga kehadiran moluska sangat berguna bagi lamun. Hubungan rantai makanan antara moluskadan lamun disebut dengan asosiasi.

  Tarumingkeng (1994) dalam Paillin (2009) menyatakan bahwa asosiasi merupakan ukuran kemampuan atau keeratan antara spesies. Salah satu moluska laut yang berasosiasi dengan padang lamun yaitu Gastropoda. Hewan moluska kelas Gastropoda merupakan salah satu kelompok invertebrata yang berasosiasi baik dengan padang lamun di Indonesia.

  Menurut Syari (2005) bahwa Gastropoda sangat bermanfaat terhadap pertumbuhan padang lamun dalam melakukan proses fotosintesis, Gastropoda (keong) adalah salah satu kelas dari Moluska yang diketahui berasosiasi dengan baik terhadap ekosistem lamun. Komunitas Gastropoda merupakan komponen yang penting dalam rantai makanan di padang lamun, dimana Gastropoda merupakan hewan dasar pemakan detritus (detritusfeeder) dan serasah dari daun lamun yang jatuh dan mensirkulasi zat-zat yang tersuspensi di dalam air guna mendapatkan makanan.

  Desa Tabulo Selatan merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Mananggu yang menjadi salah satu daerah penyebaran lamun.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan pemerintah Desa Tabulo bahwa masyarakat setempat telah mengetahui keberadaan dan fungsi lamun sebagaitempat biota laut menempelkan telurnya.

  Mengingat pentingnya manfaat Gastropoda dan asosiasinya dengan lamun bagi lingkungan dan sumberdaya hayati perairan dalam menunjang ekosistem pesisir secara umum, maka dari itu diperlukan adanya kajian penelitian tentang komponen-komponen dan interaksi antara komponen penyusun ekosistem tersebut. Informasi asosiasi dan keanekaragaman Gastropoda di ekosistem padang lamun perairan Teluk Tomini Desa Tabulo Selatan, Kecamatan, Mananggu, Kabupaten Boalemo dipandang penting di lakukan sebagai upaya dalam pengelolaan kedepan.

METODE PENELITIAN

1.1 Waktu dan Tempat

  Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April – Desember 2014. Lokasi penelitian bertempat di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo. Lokasi stasiun penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.

  Gambar 3. Peta lokasi penelitian

1.2 Alat dan Bahan

  Alat dan bahan yang digunakan pada saat penelitian di sajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut : Tabel 1. Alat yang Digunakan dalam Penelitian

9. Alat tulis Untuk mencatat data hasil penelitian

  1. Gastropoda Bahan yang diteliti

  Pengumpulandata meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diambil pada saat proses penelitian berlangsung yang meliputi data Gastropoda (jenis dan

  5. Plastik sampel Untuk menyimpan sampel

  4. Kertas label Menandai sampel

  4. Tissue Membersihkan alat

  3. Alkohol Untuk mengawetkan sampel yang ditemukan saat penelitian

  2. Aquades Mencuci alat yang digunakan pada saat penelitian

  No Nama Bahan Kegunaan

  No Nama Alat Kegunaan

  Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian

  8. GPS (Global Positioning Sistem) Untuk melihat titik koordinat stasiun pengamatan

  7. Kater Untuk memotong tali pada saat pembuatan transek/plot

  6. Refractometer Mengukur salinitas perairan

  5. Tali Rapia, Patok Membuat plot pengamatan/transek

  4. Termometer Mengukur suhu air

  3. Kertas Lakmus Mengukur derajat keasaman

  2. Roll meter Mengukur panjang transek

  1. Kamera Dokumentasi

1.3 Tehnik Pengumpulan Data

  jumlah individu), kualitas air, serta data pendukung lainnya. Data sekunder didapat dari kajian – kajian literatur dan informasi yang berhubungan dengan penelitian dari masyarakat setempat.

1.4 Prosedur Kerja Penelitian

  Prosedur kerja dalam penelitian ini terbagi atas beberapa tahap yaitu :

  1. Observasi

  Sebelum melakukan penelitian langkah pertama yang dilakukan yaitu melakukan observasi atau peninjauan awal lokasi penelitian untuk memperoleh informasi awal mengenai lokasi penelitian yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan stasiun pengamatan.

  2. Penentuan Lokasi Penelitian

  Berdasarkan hasil observasi awal, lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun berdasarkan keberadaan lamun dan aktifitas manusia yaitu, stasiun 1 dekat pemukiman, stasiun 2 dekat dengan muara sungai dan stasiun 3 jauh dari pemukiman masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam menganalisis asosiasi Gastropoda terhadap lamun.

  3. Teknik Peletakan Transek Penelitian

  Metode pengambilan data menggunakan metode garis transek menggunakan plot. Peletakkan tali transek dilakukan tegak lurus dari garis pantai ke arah laut. Ukuran transek dan plot disesuaikan dengan kondisi keberadaan lamun. Jarak antara plot satu dengan plot lain ±5m disepanjang garis transek. Peletakan plot pada setiap transek dimulai dari peletakan garis transek yang dekat dengan garis pantai kearah laut pada saat surut. Pada masing – masing transek diletakkan plot – plot berukuran 1 x 1 m ( Wati, dkk, 2013). Jumlah plot pada setiap line transek disesuaikan dengan kondisi lamun di lokasi, sehingga jumlah plot pada setiap stasiun berbeda yaitu, stasiun I ada 7 plot, stasiun II ada 6 plot dan stasiun III ada 8 plot. Desain peletakkan garis transek dan plot disajikan pada Gambar 4.

  Gambar 4. Desain peletakan garis transek dan plot pada setiap stasiun pengamatan (Wahyudi, 2010)

1.5 Tehnik Pengambilan Sampel

  Pengambilan sampel dilakukanpadasaat air laut surut hingga ketinggian maksimum 1,5 m (Pratiwi, 2010). Dari setiap plot diamati semua jenis Gastropoda yang ada pada semua jenis tumbuhan laut yang ada di lokasi penelitian. Masing – masing jenis Gastropoda yang ada dalam plot diambil dua individu untuk mewakili setiap jenis sampel Gastropoda. Sampel Gastropoda kemudian disimpan dan dimasukan kedalam kantong plastik berisi air laut dan ditambahkan alkohol 75 % secukupnya, diberi label dan kemudian diidentifikasi. Bersamaan dengan pengambilan data Gastropoda dilakukan pula pengukuran kualitas air yang meliputi : suhu, salinitas, dan pH. Gastropoda yang diambil yaitu Gastropoda yang menempel pada lamun, yang berada di permukaan substrat dan di dalam substrat sampai kedalaman ±5cm(Liligoli, 2012), untuk Gastropoda di dalam subtrat diambil dengan cara mengeruk atau menggali substrat dengantangan agar kondisi lamun tetap terjaga. Data yang dikumpulkan berdasarkan pengambilan data sesaat. Identifikasi Gastropoda dan lamun dilakukan dengan cara determinasi gambar berdasarkan warna dan bentuk menurut Dharma (1988) dan Irawan (2008).

1.6 Tehnik Analisis Data Data Gastropoda yang diperoleh kemudian dianalisis secara kuantitatif.

  Data kuantitatif meliputi analisis asosiasi dan keanekaragaman Gastropoda dengan rumus sebagai berikut :

1. Keanekaragaman Jenis

  Analisis yang menunjukkan tingkat keanekaragaman suatu biota dalam suatu ekosistem dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Indeks Keanekargaman Simpson (Waite, 2000 dalam Sahami, 2003) sebagai berikut : Ket : D’ = indeks keane anekaragaman D= dominansi Ni= jumlah indivi ndividu jenis ke-i N= jumlah total indi l individu seluruh spesies

  Dengan kriteria D’ ≤ 0.50 = keane anekaragamannya rendah 0.50 > dari D’ ≤ 0.75 ≤ 0.75 = keanekaragamannya sedang

  0.75 D’≤ 1.00 = ke 1.00 = keanekaragamannya tinggi

2. Asosiasi

  Menurut nurut Muller dan Ellenberg (1974) dalam Wahy hyudi, dkk (2010), untuk menila nilai asosiasi diantara dua spesies, dapat t dinilai dengan

  2

  menggunakan kan variable x (tabel contingency) dan koefisie isien korelasi atau

  2

  x hitung, sebag bagai berikut :

  2

  a. x tabel

  2 Variabel penil nilaian asosiasi antara spesies dengan mengguna unakan variabel x tabel (tabel contigensi nsi) disajikan dalam Tabel 3.

  Tabel 3. Bentuk Tabe bel Contingency

  • - + Spesies

  A Spesies B Sp Spesies A dan Spesies B + a+b Spesies

  (b) B (a)

  • - Spesies A Tidak mengandung Spesies c+d

    A dan B (c) (d) a+c b+d N = a+b+c+d N

  b. Berdasarkan ta n tabel contigensi (Tabel 3) selanjutnya dilakuka kukan perhitungan

  2

  tingkat korelasi denga gan menggunakan rumus koefisien (x ) sebagai gai berikut :

  Ket : Spesies A : (lamun Spesies B : (Gast a : Jumlah plot pe

  tabel kemudian dilakuka gkan atau diujisignifikansinya nilai x

  2

  ) s A dan spesis B akukan pengujian dan x

  tabel berarti tidak terjadi asosiasi ata k berasosiasi. un (A) danspesies opoda (B)

  2

  tabel berarti terjadi asosiasi nyata hitung <x

  2

  tabel berarti terjadi asosiasi yang san ung ≥ x

  2

  tabel da s (degree free) dengan nilai Df 50%, dima ugiyono, 2013) bahwa semakin kecil koefisien r error untuk membuat prediksi atau semakin kat kepercayaannya dan semakin sedikit sampel tingkat kepercayaaannya. Untuk mendapatkan us sebagai berikut : h plot dikurangi 1 untuk melihat tingkat asosiasi yaitu dengan kr ung > x

  2

  2

  Gastropoda ( b : Jumlah plot pe c : Jumlah pengam d : Jumlah plot pe n : Jumlah plot pe

  hitung nyata atau tidak b mun) astropoda) t pengamatan yang mengandung spesies lamun opoda (B) ot pengamatan yang mengandung spesis Gastropoda ngamatan yang mengandung spesis Lamun (A) ot pengamatan yang tidak mengandung spesis A d ot pengamatan dapat besarnya nilai x

  2

  3. Apabila x

  hitung ≥

  2

  2. Bila x

  hitung kedua jenis

  2

  1. Bila x

  N – 1 = jumlah pl Adapun untuk berikut:

  Setelah didapa dengan membandingk nilai derajat bebas ( pernyataan dari (Sugi akan semakin besar e semakin besar tingkat semakin kecil juga tin digunakan rumus seba Ket :

  hitung pada mana berdasarkan sien korelasi, maka kin banyak sampel pel yang diperoleh kan nilai Df x tabel n kriteria sebagai sangat erat antara atau asosiasi tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  Desa Tabulo Selatan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan ManangguKabupaten Boalemo yang secara geografik terletak pada posisi 0 28’0’

  • 0 30’0”LU dan 122 7’0’ - 122 9’0”BT, secara administrasi batas – batas Desa Tabulo Selatanyaitu sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tabulo Induk dan Desa Kramat, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Teluk Tomini, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kramat, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mananggu Pusat.

  Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, Desa Tabulo Selatan merupakan Desa yang memiliki keanekaragaman hayati pesisir salah satunya yaitu ekosistem lamun, namunpengelolaan ekosistem lamun dari pemerintah maupun masyarakat setempat belum ada.

  Lokasi penelitian berada di padang lamun yang tidak ditutupi oleh bangunan yaitu pada stasiun I memiliki kondisi pantai yang landai dengan substrat dasar perairan berpasir dengan kerapatan lamun mulai berkurang karena adanya reklamasi pantai oleh masyarakat setempat, sedangkan pada stasiun II memiliki substrat dasar perairan yang berlumpur dimana lamun pada stasiun ini dipengaruhi oleh adanya pasokan air tawar yang berasal dari muara anak sungai dan pada stasiun III ekosistem padang lamun dekat dengan ekosistem mangrove. Stasiun ini memiliki dua komponen jenis substar dasar perairan yaitu substrat dasar berpasir dan substrat dasar perairan berlumpur (hasil observasi, 2014). Sedangkan jenis lamun yang ada di lokasi penelitian berdasarkan determinasi gambar, warna dan bentuk menurut Irawan (2008) ada dua jenis lamun yaitu jenis Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii.

1.2 Jenis – Jenis Gastropoda yang Ditemukan di Lokasi Penelitian

  10 Nassaridae Nassarius optimus

  1

  5

  1

  7

  8 Neritidae Nerita plicata

  7

  5

  12

  9 Olividae Oliva funebralis

  1

  1

  2

  8

  11 Thiaridae Faunus ater

  1

  1 Total individu

  3

  1

  5 102 Jumlah jenis

  10

  3

  6

  19 Sumber : Pengolahan Data Primer 2014

  Hasil pengamatan di stasiun I dengan jenis substrat berpasir kasar diperoleh9famili dan 10 spesies Gastropoda yang terdiri atas: 1) FamiliLittorinadae satu spesies yaitu : Littorina scabra (12 individu);2)

  7 Pleurocidae Tylomelania pertecta

  Hasil penelitian tentang Gastropoda yang ditemukan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4. Hasil penelitian menunjukanbahwa Gastropoda yang ditemukan dilokasi penelitian terdiri atas 11 famili dan 12 spesies dengan total individu 102 individu Gastropoda yang ditemukan.

  Tabel 4. Jenis dan Jumlah Individu Gastropoda yang Ditemukan di Lokasi Penelitian

  1

  No Famili Spesies STASIUN Total

  1

  2

  3

  1 Littorinada e Littorina scabra

  1

  12

  2 Terebridae Conus(Deuciconus) striatellus

  3

  3

  3 Costelaridae Vexillum Plicarium

  5

  6 Batillaridae Terebralia sulcata

  7

  13

  4 Muricidae Spinidrupa spinosa

  4

  3

  3

  41 Thais aculeate

  1

  1

  5 Volitidae Cymbiola (Aulica) nobilis nobilis

  1

  1

  8

  Famili Terebridae satu spesies yaitu : Conus (Deuciconus)striatellus (3 individu);3) FamiliCostelaridae satuspesies yaitu : Vexillum Plicarium (1 individu);4) Famili Muricidae terdiri dari duaspesie yaitu : Spinidrupa

  

spinosa (4 individu) dan Thais aculeate (1 individu);5)

  FamiliVolitidaesatu spesies yaitu : Cymbiola (Aulica) nobilis nobilis (1 individu);6) FamiliBatillaridae satuspesiesyaitu : Terebralia sulcata (8 individu);7) Famili Pleurocidae satuspesies yaitu : Tylomelania pertecta (1 individu); 8) Famili Neritidae terdiri dari satuspesies yaitu : Nerita plicata (7 individu) dan 9) Famili : Olividae satu spesies : Oliva funebralis (1 individu). Totalindividu yang ditemukan pada stasiun I sebanyak 39 individu.

  Gastropoda yang ditemukan di Stasiun II dengan jenis substrat berlumpur diperoleh 3 famili dan 3 spesies Gastropoda yang terdiri atas:1) FamiliCostelaridae satuspesies yaitu : Vexillum Plicarium (5 individu);2) FamiliMuricidae terdiri dari satu spesie yaitu : Spinidrupa spinosa (3 individu);3) FamiliPleurocidae satu spesies yaitu : Tylomelania pertecta (5 individu). Totalindividu yang di dapat pada stasiun II sebanyak 13 individu. Sementara pada stasiun III daerah yang tidak di pengaruhi oleh aktifitas masyarakat dengan dua jenis substrat berpasir dan berlumpur, diperoleh 6 famili dan 6 spesies Gastropoda yang terdiri atas:1) Famili Costelaridae satu Spesies yaitu : Vexillum Plicarium (7 individu);2) Famili Muricidae satu Spesie yaitu : Spinidrupa spinosa (34 individu);3) Famili Pleurocidae terdiri dari satu Spesies : Tylomelania pertecta (4 individu);4) Famili Neritidae satu Spesies yaitu : Nerita plicata (2 individu);5) FamiliNassaridae satu Spesies yaitu : Nassarius optimus (2 individu);dan 6) FamiliThiaridae satu Spesies yaitu: Faunus ater (1 individu). Jadi total individu yang di dapat pada stasiun III sebanyak 50 individu.

  Jumlah dan jenis Gastropoda yang ditemukan pada masing – masing stasiun yang paling banyak yaitu pada stasiun I dan paling sedikit pada stasiun II, dan untuk jumlah individu terbanyak yaitu pada stasiun III dengan jumlah total individu 50 individu dan paling sedikit pada stasiun II.

  Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

  Kurangnya jenis Gastropoda yang ditemukan pada stasiun II dipengaruhi oleh jenis substrat yang ada di stasiun II kurang mendukung untuk kehidupan Gastropoda dimana pada stasiun II ini jenis substratnya berlumpur. Menurut Sumich (1992) dalam Ekaningrum,dkk, (2012), organisme hewan makrobentos umumnya dijumpai pada pantai berpasir karena tipe substrat berpasir akan memudahkan moluska untuk mendapatkan suplai nutrisi dalam air yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.

  Nybakken (1982) menambahkan bahwa tipe substrat berpasir memiliki laju pertukaran air yang cepat dan kandungan bahan organik yang rendah, sehingga oksigen terlarut selalu tersedia dan terhindar dari keadaan toksik. Sementara itu tipe substrat berpasir halus atau berlumpur kurang baik untuk pertumbuhan organisme periran karena memiliki pertukaran air yang lambat dan dapat menyebabkan keadaan anoksik, sehingga porses dekomposisi yang berlangsung di substrat pada keadaan anaerob dapat menimbulkan bau serta perairan tercemar.

1.3 Kualitas Air dan Kondisi Substrat di Lokasi Penelitian

  Hewan molluska kelas Gastropoda membutuhkan lingkungan tertentu untuk bertahan hidup, karena ketidakstabilan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan Gastropoda tersebut (Hutabarat dan Evans, 1985). Adapun kondisi lingkungan perairan terukur pada saat di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 6.

  Tabel 5. Hasil Pengukuran Kualitas Air dan Pengamatan Substrat di Lokasi Penelitian

  STASIUN PENELITIAN No Parameter

  I II

  III

  1 Suhu

  30 C

  31 C

  30 C

  2 Salinitas 26 / 00 24 / 00 26 / 00 3 pH Air 6 7,5

  6 Jenis

  

5 Substr Berpasir Berlumpur Berpasir dan Berlumpur

at Sumber : pengolahan data primer 2014

  1. Suhu Suhu merupakan energi gerak molekul yang mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme (Nybakken, 1992). Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di lokasi penelitian pada stasiun I (daerah pemukiman) memiliki nilai suhu 30

  C, pada stasiun II (daerah estuari ) 31 C dan pada stasiun III (daerah yang jauh dari pemukiman) memiliki nilai suhu 30 C. Nilaisuhu yang diukur pada setiap Stasiun merupakan nilai suhu yang masih bisa ditolelir oleh Gastropoda. Sebagaimana yang dikemukan oleh Hutabarat dan Evans (1985) bahwanilai suhu yang masih dapat ditolelir oleh kehidupan Gastropoda yaitu 25 – 32 C.

  2. Salinitas Salinitas merupakan suatu ukuran konsentrasi keseluruhan garam terlarut dalam air laut yang ikut mempengaruhi kehidupan Gastropoda. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di lokasi penelitian pada stasiun I (daerah pemukiman) memiliki kisaran salinitas 26 /

  00 , pada stasiun II (daerah estuari)

  24 /

  00 dan pada stasiun III (daerah yang jauh dari pemukiman) memiliki nilai

  salinitas 26 /

  00 . Nilaisalinitas yang diukur pada seluruh stasiun merupakan kisaran

  salinitas yang masih bisa ditolelir oleh Gastropoda yang ada pada lokasi penelitian. Hal ini sesuai pernyataan dari Hutabarat dan Evans (1985) dalam Ayunda (2011) bahwa nilai salinitas yang masih dapat ditolelir oleh kehidupan Gastropoda yaitu, 25 – 40 /

  00 . Akan tetapi pada staiun II memiliki nilai salinitas

  yang rendah bila dibandingkan dengan stasiun I dan III yaitu 24 /

  00 . Hal ini

  diperkirakan karena posisi stasiun II yang berdekatan dengan daerah estuari yang menyebabkan besarnya volume air tawar yang tercampur dengan air laut pada saat air laut surut serta pada saat pengukuran salinitas di lokasi penelitian terjadi hujan, sehingga kadar salinitas di stasiun II rendah.

  3. pH air pH merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup di suatu perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi ketahanan hidup organisme yang hidup didalamnya (Odum, 1993dalam Taqwa, 2010).

  Pagorai (1999) dalam Munarto (2010) menyatakan bahwa, pH air normal yang memenuhi syarat kehidupan organisme perairan nilai antara 6 – 7,5.

  Berdasarkan pengukuran pH air di lokasi penelitian pada stasiun I (daerah pemukiman) memiliki nilai pH 6, pada stasiun II (daerah estuari) 7,5 dan pada stasiun III (daerah yang jauh dari pemukiman) memiliki nilai suhu 6. NilaipH yang diukur pada setiap stasiun merupakan nilai pH yang masih bisa ditolelir oleh Gastropoda dan termasuk dalam kategori pH yang memenuhi syarat untuk kehidupan Gastropoda.

  4. Substrat Faktor utama yang menyebabkan penyebaran Gastropoda adalah substrat dasar perairan. Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang tersaji pada Tabel 5, bahwa pada stasiun I (daerah pemukiman) memiliki jenis substrat pasir, pada stasiun II (daerah estuari) memiliki jenis substrat berlumpur dan pada stasiun III (daerah yang jauh dari pemukiman) memiliki jenis substrat dengan dua komponen penyusun yaitu berpasir dan berlumpur. Jenis substrat yang ada pada Stasiun I dan stasiun III merupakanjenis substrat yang cocok untuk kehidupan Gastropoda, sedangkan pada stasiun II termasuk dalam jenis substrat yang kurang baik bagi kehidupan Gastropoda,dan mungkin ini yang menyebabkan Gastropoda yang ditemukan pada stasiun II lebih sedikit dibandingkan pada stasiun I dan III.

  Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumich (1992) dalam Ekaningrum, dkk, (2012) bahwa hewan makrobentos umumnya dijumpai pada pantai berpasir.

  Nybakken (1992) menambahkan, tipe substrat berpasir akan memudahkan molluska untuk mendapatkan suplai nutrisi dalam air yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.

  

4.4 Indeks Keanekaragaman Gastropoda Di Ekosistem Padang Lamun

Desa Tabulo Selatan

  39

  9 Nerita plicata

  7

  5

  10 Oliva funebralis

  1

  11 Nassarius optimus

  2

  12 Faunus ater

  1 Total Individu

  13

  5

  50 Total Spesies

  10

  3

  6 Indeks Dominasi (D)

  0.19

  0.35

  0.49 Indeks Keanekaragaman (D')

  0.81

  0.65

  0.51 Sumber : pengolahan data primer 2014

  1

  1

  Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman (D’) seperti yang disajikan pada Tabel 9 yaitu nilai indeks keanekaragaman pada stasiun I (daerah pemukiman) 0.81, pada stasiun II (daerah estuari) yaitu, 0.65 dan pada stasiun III daerah yang jauh dari pemukiman) yaitu, 0.51. Berikut tabel perhitungan keanekaragaman Gastropoda di ekosistem padang lamun di lokasi penelitian : Tabel 6. Tabel pehitungan Keanekaragaman Gastropoda di Lokasi Penelitian

  5

  No Jenis STASIUN

  1

  2

  3

  1 Littorina scabra

  12

  2 Conus ( Deuciconus) striatellus

  3

  3 Vexillum Plicarium

  1

  7

  8 Tylomelania pertecta

  4 Spinidrupa spinosa

  4

  3

  34

  5 Thais aculeate

  1

  6 Cymbiola(Aulica) nobilis nobilis

  1

  7 Terebralia sulcata

  8

  Berdasarkan analisis indekskeanekaragaman Gastropoda di lokasi penelitian dapat dikategorikan bahwa pada lokasi penelitian yaitu memiliki indeks keanekaragaman tinggi pada stasiun I dan keanekaragaman sedang pada stasiun II dan III. Syamsurisal (2011) menyatakan bahwa suatu komunitas mempunyai keanekargaman jenis yang tinggi jika komunitas tersebut tersusun oleh banyak spesies. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies maka keanekaragaman jenisnya rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu spesies yang ditemukan di stasiun I lebih banyak dibandingkan dengan stasiun II dan III. Tingginya nilai indeks keanekaragaman pada stasiun I diduga karena, aktifitas masyarakat tidak terlalu banyak mempengaruhi ekosistem padang lamun di lokasi penelitian, hal ini disebabkan karena daerah pemukiman agak jauh dari garis pantai sehingga limbah rumah tangga atau sampah anorganik yang dihasilkan dari proses aktifitas masyarakat tersebut tidak langsung dibuang ke laut, hal ini lebih diperkuat oleh adanya tanggul di sepanjang garis pantai.

  Sedangkan jumlah spesies di stasiun III lebih banyak dari jumlah Spesies yang ada di stasiun II walaupun sama – sama masih dalam kategori sedang. Rendahnya nilai indeks keanekaragaman di stasiun III di pengaruhi oleh tingginya nilai indeks dominasi yaitu 0.49. spesies yang paling dominan yaitu Spinidrupa spinosa yang terdapat di stasiun III.

  Yuniarti (2012) dalam Nurjanah, dkk (2013) menambahkan, tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman dipengaruhi oleh kesuburan habitat yang dapat mendukung kehidupan setiap spesies yang menempati tempat tersebut. Nur (2011) menambahkan bahwa Gastropoda di padang lamun hidup pada substrat dengan cara menggali, ada juga berada di permukaan substrat, ataupun menempel pada rhizoma, akar dan daun lamun, sehingga disimpulkan keberadaan Gastropoda sangat dipengaruhi oleh jenis lamun tersebut. Pada saat air surut Gastropoda mulai mencari makan. Sedangkan jenis lamun yang ada di lokasi penelitian berdasarkan determinasi gambar berdasarkan warna dan bebtuk menurut Irawan (2008) ada dua jenis lamun yaitu jenis Enhalus acoroides dan

  

Thalassia hemprichii . Serta berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat

  setempat penyebab kurangnya Gastropoda yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu, kurang luasnya hamparan padang lamun di lokasi penelitian dan adanya pemanfaatan atau pengambilan Gastropoda oleh masyarakat secara terus menerus pada saat air laut surut di sepanjang pantai Desa Tabulo Selatan. Dimana Gastropoda tersebut digunakan untuk bahan konsumsi.

4.5 Asosiasi Gastropoda dengan Ekosistem lamun

  Tabel 7. Hasil Perhitungan Asosiasi Gastropoda di Lokasi Penelitian

  7 Terebralia sulcata 0,06

  MenurutMuller dan Ellenberg (1974) dalam Wahyudi, dkk, (2010) bahwa setelah didapat nilai asosiasi dari setiapStasiun kemudian nilai asosiasi tersebut

  Sumber : pengolahan data primer 2014

  Nilai Asosiasi 4,83 4,5 5,42

  12 Faunus ater 0,69

  11 Nassarius optimus 0,18

  10 Oliva funebralis 0,47

  9 Nerita plicata 0,63 1,6

  8 Tylomelania pertecta 0,47 0,69

  6 Cymbiola ( Aulica) nobilis nobilis 0,47

  No Jenis STASIUN

  Hasil perhitungan nilai asosiasi Gastropoda di lokasi penelitian sekitar Desa Tabulo Selatan dapat dilihat pada Tabel 6.

  4 Spinidrupa spinosa 1,12 3 1,74 diuji signifikansinya atau dibandingkan dengan nilai tabel pada nilai Df yang berbeda dengan tingkat kepercayaan 50%.Penentuan nilai kepercayaan 50% dipilih dengan pertimbangan jumlah plot yang berbeda – beda pada setiap Stasiun dan dengan penyesuaian kondisi luas lamun yang ada di lokasi. Dimana sesuai hamparan lamun di lokasi penelitian, peneliti membuat transek dengan jumlah plot yang berbeda, sehingga pada setiap stasiun nilai Df– nya berbeda yaitu, pada stasiun I yang jumlah plotnya 7, jika dikurangi satu maka nilai Df – nya 6, pada stasiun II jumlah plotnya 6 sehingga nilai Df – nya 5, dan pada stasiun III jumlah plotnya ada 8 plot maka nilai Df – nya 7. Tabel(Derajat bebas) Dfx

  3 Vexillum Plicarium 0,47 1,5 0,53

  2 Conus ( Deuciconus) striatellus 0,06

  1 Littorina scabra 0,63

  3

  2

  1

  5 Thais aculeate 0,47

  2

  tabel dapat dilihat pada Tabel 7.

  Tabel 8. Tabel derajat bebas (Df) x

  2

  tabel

  Nilai x tabel (fd)

Nilai Kepercayaan (%)

1 0,5 0,1 0,05 0,01

  1 0,0000 0,4549 2,706 3,8415 6,6349 2 0,0000 1,3863 4,605 5,9915 9,2103 3 0,0000 2,3660 6,251 7,8147 11,3449 4 0,0000 3,3567 7,779 9,4877 13,2767 5 0,0000 4,3515 9,236 11,0705 15,0863 6 0,0000 5,3481 10,645 12,5916 16,8119 7 0,0000 6,3458 12,017 14,0671 18,4753 8 0,0000 7,3441 13,362 15,5073 20,0902 9 0,0000 8,3428 14,684 16,9190 21,6660 10 0,0000 9,3418 15,987 18,3070 23,2093 11 0,0000 10,3410 17,2750 19,6751 24,7250 12 0,0000 11,3403 18,5493 21,0261 26,2170 13 0,0000 12,3398 19,8119 22,3620 27,6882 14 0,0000 13,3393 21,0641 23,6848 29,1412 15 0,0000 14,3389 22,3071 24,9958 30,5779 16 0,0000 15,3385 23,5418 26,2962 31,9999 17 0,0000 16,3382 24,7690 27,5871 33,4087 18 0,0000 17,3379 25,9894 28,8693 34,8053 19 0,0000 18,3377 27,2036 30,1435 36,1909 20 0,0000 19,3374 28,4120 31,4104 37,5662 21 0,0000 20,3372 29,6151 32,6706 38,9322

  Sumber : pengolahan data primer 2014

  2

  2 Berdasarkan hasil perhitungan nilai x hitung (Tabel 6) dan x tabel pada

  taraf kepercayaan 50% (Tabel 7) dapat dilihat tingkat asosiasi antara Gastropoda

  2

  2

  dan lamun. Hasil perhitungan x hitung dan x tabel dapat dilihat pada Gambar 5 :

  7 6,3458 6

5,42

  5,3481 4,83 4,5

  5 4,3515

  4 x tabel

  3 x hitung

  2

  1 stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3

  2

  2 Gambar : perbandingan nilai X hitung dan x tabel

  (sumber : pengolahan data primer 2014) Berdasarkan grafik dalam Gambar 5 dapat dilihat perbandingan antara

  2

  2

  2

  2

  x hitung dan x tabel untuk stasiun I nilai x hitung kurang dari nilai x tabel. Hal ini menandakan bahwa Gastropoda dengan lamun di stasiun I tidak terjadi asosiasi. Sesuai dengan pernyataan Muller dan Ellenberg (1974) dalam Wahyudi,

  2

  

2

  dkk, (2010) bahwa apabila x hitung <x tabel berarti tidak terjadi asosiasi atau

  2

  tidak berasosiasi. Selanjutnya untuk stasiun II dapat dilihat bahwa nilai x hitung

  2

  lebih besar sama dengan dari nilai x tabel, hal ini menandakan bahwa pada stasiun II terjadi asosiasi yang nyata antara Gastropoda dan lamun, dan ini sesuai

  2

  2 dengan pernyataan bahwa Bila x hitung ≥ x tabel berarti terjadi asosiasi nyata.

  2

  2 Sedangkan pada stasiun III nilai x hitung kurang dari nilai x tabel, hal ini berarti tidak terjadi asosiasi antara Gastropoda dan lamun. Berdasarkan perhitungan pada stasiun II Gastropoda terbukti berasosiasi dengan lamun. Jenis Gastropoda pada Stasiun ini diperkirakan merupakan jenis Gastropoda asli lamun, karena jenis Gastropoda ini ditemukan juga pada stasiun I dan III. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Arbi (2008) bahwa moluska merupakan kelompok biota laut sebagai komponen penting penyusun ekosistem perairan yang diketahui berasosiasi dengan padang lamun. Jenismoluska kelas Gastropoda spesies Vexillum plicarium dan Spinidrupa spinosaini merupakan jenis – jenis yang umum ditemukan dengan cukup mudah di ekosistem lamun daerah tropis. Syari (2005) menambahkan bahwa Gasrtropoda atau keong merupakan salah satu hewan moluska yang diketahui berasosiasi dengan baik terhadap ekosistem lamun. Komunitas Gastropoda merupakan komponen yang penting dalam rantai makanan di padang lamun.

  Hasil perbandingan menunjukkan bahwa pada stasiun I dan III Gastropoda tidak berasosiasi dengan lamun. Menurut Rudi (1998) dalam Wahyudi, dkk, (2010),apabila terbukti adanya asosiasi positif antara kedua mahluk hidup berarti secara tidak langsung beberapa jenis berhubungan baik atau terjadi ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, sedangkan asosiasi negatif menunjukan berarti secara tidak langsung beberapa jenis mernpunyai kecenderungan untuk meniadakan atau mengeluarkan yang lainnya atau juga berarti dua jenis mempunyai pengaruh atau reaksi yang berbeda dalam lingkungannya.

  Banyaknya spesies yang ditemukan pada stasiun I dan III tidak dapat menjamin bahwa stasiun I memiliki nilai asosiasi yang tinggi karena ada kemungkinan Gastropoda yang ada di stasiun I dan III sebagian besar merupakan Gastropoda pengunjung, contohnya yaitu Gastropoda spesies

  

Nerita plicata dan Littorina scabra. Hal ini sesuai dengan pernyataan

  Dharma (1988) bahwa Gastropoda spesies Nerita plicata dan Littorina

  

scabra merupakan Gastropoda pengunjung dan hidup menempel pada batu

  karang. (Ayunda, 2011) menambahkan bahwa Littorina scabra merupakan kelompok Gastropoda fakultatif, yaitu jenis – jenis Gastropoda yang mempergunakan ekosistem lain sebagai salah satu tempat hidupnya. Jenis

  • – jenis Gastropoda tersebut memiliki frekuensi dan kepadatan tinggi hanya apabila kondisi memungkinkan untuk hidupnya.

  PENUTUP

  5.1 Kesimpulan

  1. Keanekaragaman (D’) Gastropoda di ekosistem lamun di wilayah pesisir Teluk Tomini Desa Tabulo Selatan untuk stasiun I (daerah pemukiman) masuk pada kategori tinggi dan untuk stasiun II(daerah estuari) dan stasiun

  III (daerah yang jauh dari pemukiman) masuk pada kategori sedang.

  2. Spesies Gastropoda yang berasosiasi nyata denga ekosistem lamun di lokasi penelitian adalah jenis Vexillum plicarium dan Spinidrupa spinosa.

  5.2 Saran

  1. Perlu dilakukan pengelolaan terhadap sumberdaya Gastropoda dan lamun di wilayah pesisir sekitar Desa Tabulo Selatan untuk mengatur pemanfaatan Gastropoda baik sebagai sumber pangan bagi masyarakat agar kelestariannya dapat terjaga.

  2. Perlu adanya perhatian yang lebih lagi dari pemerintah dan masyrakat setempat untuk menjaga kelastarian padang lamun yang ada di desa tabulo selatan.

DAFTAR PUSTAKA

  Anonim, 2011. Identifikasi Gastropoda. No. 1. Jurnal. Jurusan Perikanan Universitas Medan. Arbi, Y. U. 2008. Komunitas Moluska diPadang Lamun Pantai Wori Sulawesi

  Utara. Jurnal. UPT lokasi konservasi biota laut-LIPI Bitung. Sulawesi

  Utara Aswandi, I. dan Azkab, M. H. 2000. Hubungan Fauna Dengan Padang Lamun. Volume 25. No 3. Jurnal. Bidang Jasa dan Ilmiah, Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta. Ayunda, R. 2011. Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove Di Gugus Pulai Pari, Kepulauan Seribu . Skripsi. Program S1 Biologi.

  Depok. Universitas Indonesia. Dharma, H. 1988. Siput Dan Kerang Indonesia I (Indonesia Shells). PT Sinar

  Graha. Jakarta Dobo, J. 2009. Tipologi Komunitas Lamun Kaitannya dengan Populasi Bulu Babi Di Pulau Hatta, Kepulauan Banda, Maluku . Tesis. Sekolah pascasarjana.

  Bogor. Institut pertanian bogor. Ekaningrum, N., Ruswahyuni., Suryanti. 2012. Kelimpahan Hewan Makrobentos

  Yang Berasosiasi Pada Habitat Lamun Dengan Jarak Berbeda Di Perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu . Jurnal. Jurusan perikanan.

  Universitas Diponegoron Gosari, B. A. J., dan Haris. A. 2012. Studi Kerapatan Dan Penutupan Jenis

  Lamun Di Kepulauan Spermonde . Jurnal.volume 22. No. 3. Universitas Hasanuddin Makassar.

  Hutabarat, S. dan Evans, S. M. 1985. Pengantar oseanografi. Jakarta. Universitas Indonesia Perss

  Irawan, W. 2008. Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Serta

  Distribusinya di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu . Skripsi. Program S1 Biologi. IPB. Institut Pertanian

  Bogor Kiswara, W., dan Hutomo, M. 1985. Habitat dan Sebaran Geografik Lamun. Osean, volumex, nomor 1 : 21-30 Kordi, M. G. H. 2011. Ekosistem Padang Lamun (Seagrass). PT Rineka Cipta. Jakarta

  Liligoli, A. 2012. Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Padang Lamun di

  Perairan Teluk Kontania Maluku . Skripsi. Program S1 Jurusan Ilmu

  Kelautan Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua. Manokwari Munarto. 2010. Studi Komunitas Gastropoda di Situ Salam Kampus Universitas

  Indonesia. Skiripsi. Program S1 Biologi. Depok. Universitas Indonesia

  Nainggolan, P. 2011. Distribusi Spasial Dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) Di

  Teluk Bakau, Kepulauan Riau . Skripsi. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor.

  Nur, c. 2011. Inventarisasi Jenis Lamun dan Gastropoda yang Berasosiasidi

  Perairan Pulau Karampuang . Skipsi. Program Studi Ilmu

  KelautanKonsentrasi Eksplorasi Sumberdaya Hayati Laut. Jurusan Ilmu Kelautan.Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan.Universitas Hasanuddin Makassar

  Nurjanah., Muzahar., Irwan, H. 2013. Keanekaragaman Gastropoda di Padang

  Lamun Perairan Kelurahan Senggarang Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau. Volume 9. No. 4. Jurnal. Jurusan Ilmu Kelautan

  Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritime Raja Ali Haji. Tanjung Pinang. Nybakken, J. W.1992. biologi laut. Suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia.

  Jakarta Paillin, J. B. 2009. Asosiasi Interspesies Lamun di Perairan Ketapang Kabupaten

  Seram Bagian Barat . Volume 5. No 2. Jurnal. Universitas Pattimura Ambon.

  Pelu, R. 2011. Tugas Biologi Laut Tentang Spesies Dari Class Gastropoda.

  Tugas Biologi Laut Tentang Phylum Mollusca. Blogspot. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Tarnate. Pratiwi, R. 2011. Asosiasi Krustasea Di Ekosistem Padang Lamun Perairan Teluk Lampung . Jurnal. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Rumbaru, 2012. Ekosistem padang lamun. Blogspot. http://darwisrumbaru.blogs pot.com/2012/11/Ekosistem_Padang_Lamun.html (diakses 13/03/2014 pukul 13 : 30) Rusmawan, D. R. 2012. Mengenal Ekositem Laut dan Pesisir. Pustaka Sains. Bogor, Jawa Barat. Sahami, F. 2003. Struktur Komunitas Bivalvia diWilayah Estuary Sungai Donan Dan Sungai Sapurelgel Cilaca p. Tesis. Universitas Gajah Mada.

  Yogyakarta. Sari, A. M., Lusi, A., Leilani, I. 2012. Gastropoda Yang Ditemukan Pada Hutan Mangrove Di Kenagarian Mangguang Kota Pariaman . Volume 5. Jurnal.