SEMINAR HASIL PENELITIAN UGM KLUSTER SOSIAL HUMANIORA

ISBN: 978-602.8718.13-4nmlkjihgfedcbaZ
C3

- SEMINAR HASIL PENELITIAN UGM 2009
YOGYAKARTA, 11 - 13 JANUARI 2010

Prosiding

PROSIDING
SEMINAR HASIL PENELITIAN UGM
KLUSTER

SOSIAL HUMANIORAnmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDC

Diselenggarakan

Oleh:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta


-

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

PROSIDING
SEMINAR HASIL PENELITIAN UGM
Editor

: Prof. Dr. Danang Parikesit, M.Sc.
Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo, M.Si.
Dr. Ria Armunanto,

M.Si.

Dr. Amir Husni, M.P.
Penata Sampul

: Yulianto, S.E.
Ika Nuria Yuanti, S.T.P.
Hesti Nur Hidayati, S.Pt.

Tri Mardiastuti, A.Md.

Penata letak

: My. Endah Purwanti Putri, A.Md.
W ashom Muhzi
Sudono Dwi Haryadi

Hak cipta dilindungi

undang-undang

Edisi I, Maret 2010

ISBN : tsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
978-602-8718-13-4

Penerbit

: lembaga


Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM

Email

: Ippm@ ugm.ac.id,

Telp.

: (+62274) 520669, 552432, 548159 - Fax. (+62 274) 515391

kabid1-lppm@ ugm.ac.id

I

KJIHGFEDCBA

KA TA PENGANTAR

Dalam rangka mewujudkan visinya sebagai Universitas Riset bertaraf intemasional,

Universitas

Gadjah

Mada

telah

menfasilitasi

perkembangan

dunia

riset

dengan

membentuk sebuah forum komunikasi bagi para peneliti dari berbagai bidang ilmu yaitu
Kluster Riset. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas

Gadjah Mada sebagai

pengelola

riset telah

mengambil

langkah

strategis

dalam

meningkatkan kegiatan riset unggulan melalui kelompok Kluster Riset, yang terdiri dari
Kluster Agro, Kluster Kesehatan dan Kedokteran, Kluster Sains-Teknik, dan Kluster
Sosial Humaniora

Melalui peneliti multi disipliner diharapkan para peneliti Universitas Gadjah Mada, dapat
memantapkan


eksistensinya

dalam

globalisasi

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi,

sehingga hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama dan
kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk fasilitas yang diberikan oleh Universitas
Gadjah Mada kepada para peneliti adalah penyelenggaraan Seminar Hasil Penelitian
UGM pada tanggal11 - 13 Januari 2010.


Yogyakarta,

Editor

Maret 2010

DAFTAR KJIHGFEDCBA
I S } tsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

I. VALIDASI MODEL KOMPETENSI
DOSEN DALAM PEMBELAJARAN
BERBASIS STUDENT CENTERED LEARNING - Wahyu Widhiarso--------------2. BANDITISME DI PEDESAAN JAWA: SURADI BLEDEK DAN GERAKAN
MERAPI MERBABU COMPLEK (MMC) DI JAW A TENGAH (1949-1951) J ul ianto Ibrah im --------------------------------------------------------------------------------

I3

3. SENI HIAS PURA JAGATNATHA

DI JEMBRANA DALAM KEHIDUPAN
KEAGAMAAN

MASYARAKAT
HINDU DI BALI - I Ketut Sunarya, Edin
Suhaedin dan I Wayan Nain Febri -----------------------------------------------------------

39

4. PENGEMBANGAN
MODEL
PERILAKU
KEPEMIMPINAN
TOKOH
MASYARAKAT
ETNIS YANG BERWAWASAN
MULTIKULTURALISME
PADA MASY ARAKAT MUL TI-ETNIS (Studi di Kelurahan Sosromenduran,
Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta) - Ratnawati , Bambang Purwoko , dan
Ambar T eguh Sui istyan i ----------------------------------------------------------------------

69


5. MENGGANTI
'BUDAYA'
KEKERASAN
MENJADI HARMONI:
STUD!
KASUS TENT ANG KEKERASAN
DI SEKOLAH DI DIY DAN SULAWESI
TENGAH - Heri Santoso, Sumijati A.S, Hadi Sutarmanto dan Almira Rianty --------

83

6. KEMITRAAN DALAM PENGEMBANGAN
HERITAGE TOURISM GUNA
MENCAPAI
TUJUAN
PEMBANGUNAN
MILLENIUM
DI MANGGARAI
BARA T, NTT. STUDI KASUS WORLD HERITAGE SITE KOMODO ISLAND
DAN KOT A LABUAN

BAJO - M. Baiquni, Janianton
Damanikand
Esti
Cemporaningsih --------------------------------------------------------------------------------

103

7. ISLAM
HATUHAHA:
DINAMIKA
IDENTITAS
DAN PERUBAHAN
SOSIAL -Yance Zadrak Rumahuru ---------------------------------------------------------

123

8. OPINI MEDIA MASSA INDONESIA
TENT ANG TERORISME:
KAJIAN
ATAS WACANA TAJUK DALAM LIMA SURAT KABAR NASIONAL - Paulus

Ari S 1I bagy

°-----------------------------------------------------------------------------------I43

9. REKONSTRUKSI
IDENTITAS
ETNIK
PAKPAK
DI SUMATERA
UT ARA, 1958 - 2003- Budi Agustono ------------------------------------------------------

165

10. CITRA
PEREMPUAN
DALAM CERITA DETEKTIF AMERIKA
Mery Balango, M. H urn. -----------------------------------------------------------------------

I 81

- Ora.

11. WACANA TEMBANG MACAPAT SEBAGAI PENGUNGKAP
SISTEM
KOGNISI
DAN KEARIFAN
LOKAL
ETNIK JAWA SERTA
DASAR
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN BANGSA - D.B. Putut Setiyadi------------------

193

12. TANGGUNG
JAWAB
BADAN HUKUM
PERSEROAN
TERBATAS
DALAM KEPAILIT AN - Sularto, Antari lnaka, Ima Nurhayati ------------------------

2 15

13. DARI PATRIMONIAL
MENJADI LEGAL RASIONAL: MODERNISASI
BIROKRASI PEMERINTAHAN
PRIBUMI DI UJUNG TIMUR JAWA BESUKI
1863-1942 - Dra, Retno Winami M.Hum---------------------------------------------------

237

Seminar Hasil Penelitian UGM 2009

14. CIRI, PERILAKU, DAN PENGGUNAAN
kelas kata DALAM BAHASA
Sofy an----------------------------------------------------------------M A DU RA - A khmadnmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

265

15. KET AHANAN RUMAH TANGGA PET ANI - Drs. Silverius Djuni Prihatin,
M.Si----------------------------------------------------------------------------------------------

279

16. MENELUSURI
MAKNA KESEJAHTERAAN
PADA MASYARAKAT
MEGALITIK: STUDI ETNOAREKOLOGI 01 BORONADU, NIAS - Jajang Agus
Sonjaya ------------------------------------------------------------------------------------------

293

17. REPRODUKSI
SOSIAL
REALITAS
POLITIK:
ANALISIS
FOTO
JURNALlSTlK KAMPANYE PEMILU 2009 01 INDONESIA - Ririt Yuniar-------

313

18. PENGARUH
LUAS PENGUNGKAPAN
DAN KUALITAS
LABA
TERHADAP
KEGUNAAN
INFORMASI
AKUNTANSI
BAGI INVESTOR:
SUATU lJSAHA PENGINTERAKSIAN
PERSPEKTIF
INFORMASI
DAN
PERSPEK TI F PENGUK lJ RAN - Margani Pinasti ----------------------------------------

327

19. POLlTlK REPRESENTASI

347

GERAKAN ACEH MERDEKA - M. Nazaruddin

20. ANALISIS RESPON KINERJA TERHADAP STRATEGI MERGER PADA
INDUSTRI PERBANKAN
INDONESIA:
STUDI PADA BANK MANDIRI,
BANK DANAMON, DAN BANK PERMATA - Murti Lestari-------------------------

359

21. MILITER DALAM NOVEL-NOVEL
INDONESIA
- Aprinus Salam,
Ramayda Akmal, dan Ary Budiyanto -------------------------------------------------------

379

22.
MODEL
INOVASI-INOVASI
PENDIDIKAN
BERPARADIGMA
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
PADA PENDIDIKAN DASAR 01 01
YOGY AKARTA - Ir. Lies Rahayu WF, M.P\' Indra Bastian, Ph.D,Muhammad
Imam Zamroni, M.si, dan Wulansari, S.S -------------------------------------------------391
23.
PENGEMBANGAN
EKOWISATA
BAHARI
PlJLAU
KECIL
PERBAT AS AN BERBASIS MASY ARAKAT 01 PlJLAlJ WEH SABANG Chafid Fandel i, M. Baiquni, and Wijaya ---------------------------------------------------40 I
24.
PENANGANAN
BENTUK
TERBALlK-BALlK
DALAM
PROSES
PEMEROLEHAN
BAHASA TULIS PRODUKTIF
ANAK USIA D1NI Tadkiroatun Musfiroh, Soepomo Poedjosoedarmo, Bahrudin Musthafa --------------457
25.
ANALISIS
EKONOMI
STATUS
KESEHATAN
MASYARAKAT
INDONESIA
DENGAN
MODEL
PANEL
DATA:
PENGARUH
POLA
KONSUMSI DAN KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN - Heni Wahyuni,
Dedi Rosadi, Dewi Marhaeni ----------------------------------------------------------------

473

26.
ANALISIS
EKONOMI
DAMPAK
STATUS
KESEHATAN
DAN
PERILAKU MEROKOK TERHADAP UPAH TENAGA KERJA 01 INDONESIA
- Hen i Wahy un i--------------------------------------------------------------------------------

489

27. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA DARI ANAK
PERUSAHAAN
DALAM KONSTRUKSI
PERUSAHAAN
KELOMPOK
DI
INDONESIA - Sulistiowati -----------------------------------------------------------------505
28. POLITIK KESEJAHTERAAN
SOSIAL 01 INDONESIA KONTEMPORER:
Memahami Visi Sistem Kesejahteraan Sosial dalam UlJ No. II tahun 2009 Wawan Mas'udi, S.IP, MPA & Hasrul Hanif, S.IP, MA --------------------------------539

Seminar Hasil Penelitian UGM 2009

ii

A N A L IS IS
IN D O N E S IA

EK O N O M I
D EN G A N

K O N SU M SI

D A N

STA TU S
M O D EL

K ESEH A TA N

PA N EL

K E B IJA K A N

D A TA :

PELA Y A N A N

M A SY A R A K A T
PEN G A R U H

PO LA

K ESEH A TA N

tsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPO

Heni Wahyuni, Dedi Rosadi, Dewi Marhaeni
Jurusan Jlmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Universitas Padjajaran, Bandung, Indonesia

ABSTRACThgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
In this research, w e investigate the relationship betw een health status and
socioeconom ic variables, consum ption behaviour and health service policies. W e
estim ate the relationship using Indonesia F am ily Life Survey D ata (IF LS). In the first
year research, w e produce the statistic descriptive of the data. B ased on the data
analysis, w e found that household expenditure for health is m inim um com pared to other
expenditures such as expenditure for food consum ption, education and even less than
expenditure for sm oking. B esides that, w e found that households in Indonesia that
utilize the health facility from governm ent, such as kartu sehat, keterangan tidak
m am pu, are less than ten percent in average, and less than 20 percent w ho use dana
sehat. It m eans that the utilization of those facilities is still lim ited and the governm ent
should consider this problem in the future.
K eyw ords: health status, consum ption behavoiur, health services, Indonesia F am ily Life
Survey

PENDAHULUAN

Status kesehatan masyarakat Indonesia menjadi topik yang hangat dibicarakan
dewasa ini. Banyaknya kasus gizi buruk pada Balita, tingginya tingkat konsumsi rokok
terutama pada masyarakat miskin di Indonesia dan rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan serta sistem pelayanan kesehatan yang belum tepat adalah masalah-masalah
di sektor kesehatan yang masih membutuhkan perhatian besar.
Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa
hal. Secara umum, yang pertarna adalah masih rendahnya pendapatan rumah tangga
masyarakat Indonesia. Permasalahan yang kedua adalah ketika kita melihat bahwa
investasi kesehatan individu terutama orang miskin sangat rendah. Hal ini tidak hanya
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan yang rendah tetapi perilaku pengeluaran konsumsi
cenderung memperburuk kondisi kesehatan si miskin. Hal yang menarik dalarn pola
konsumsi masyarakat miskin secara umum adalah tingginya pengeluaran konsumsi
rokok pada orang miskin. Badan Pusat Statistik mencatat pada peri ode 1996-2003,
belanja tembakau dan sirih pada keluarga miskin adalah 7,6 persen dari total
pengeluaran. Sementara itu, pada saat yang sarna keluarga miskin hanya
mengalokasikan 2,6 persen untuk biaya pendidikan dan 1,9 persen untuk kesehatan dari
total pengeluarannya (Indonesian Tobacco C ontrol N etw ork, 30 Mei 2007).
Rendahnya kualitas kesehatan di Indonesia, yang ketiga, dapat dilihat dari
berbagai indikator sosio-ekonomi
seperti tingkat pendidikan yang rendah,nmlkjihgfedcbaZYXWVUTSR

473

Sem inarHasilPenelitianUGM 2009

ketidakmerataan distribusi pendapatan, dan kemiskinan. Faktor kebijakan pelayanan
kesehatan juga merupakan faktor penting dalam menganalisis tingkat kesehatan
masyarakat guna melihat sejauh mana tingkat efektivitas penerapan dan pelaksanaan
kebijakan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia mengingat masih banyak
ditemui permasalahan dalam implementasi kebijakan pemerintah dalam pelayanan
kesehatan masyarakat.

STUDI LITERATUR
Status Kesehatan, Pendapatan dan Pola Konsumsi
Secara umum, terdapat dua pendekatan untuk melihat hubungan antara status
kesehatan dengan pendapatan. Yang pertama adalah pendekatanhgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
absolute incom e
hypothesis yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan penduduk (diukur dengan tingkat
harapan hidup atau tingkat kematian) membaik dengan meningkatnya pendapatan ratarata tetapi pada tingkat yang menurun (Preston, 1975). Pendekatan yang kedua adalah
relative incom e hypothesis, yaitu menyatakan incom e inequality mempunyai dampak
yang lebih pada kesehatan individu dibandingkan pendapatan absolut (KawachiONMLKJIHGFEDCBA
d k k .,
1996; Wilkinson, 1996; Waldmann, 1992; Wildman, 2003; Wagstaff dan van Doorslaer,
2000).
Benzeval dkk. (2001) menginvestigasi hubungan antara pendapatan dan
kesehatan untuk adult participants di BHPS, lnggris dari 1991 sampai 1996/97.
Penelitiannya memfokuskan pada masalah health selection, peran pendapatan jangka
panjang dan efek dari pendapatan dinamik terhadap kesehatan. Hasilnya
mengkonfirmasikan temuan lain secara umum dari studi longitudinal data yaitu bahwa
pendapatan jangka panjang lebih penting untuk kesehatan dibandingkan pendapatan saat
ini. Sedangkan, Jones dan Wildman (2005) melihat variabel deprivation sebagai
variabel penting dalam menjelaskan tingkat kesehatan seseorang selain pendapatan.
Hasilnya menunjukkan hubungan yang kuat antara pendapatan dan kesehatan tetapi
kurang kuat untuk relative deprivation.
Penelitian lain yang melihat hubungan antara tingkat kesehatan dengan variabel
pendapatan dan kemiskinan adalah Benzeval dan Webb (1995) yang menggunakan studi
kasus Negara-negara maju di Eropa, Amerika Utara dan Australia. Benzeval dan Webb
menyatakan adanya hubungan yang dekat antara kemiskinan dan pendapatan rendah
dengan tingkat kesehatan yang rendah. Kemiskinan sendiri tentu saja mempunyai
hubungan dengan pendapatan, namun hubungannya lebih pada relatif incom e
(Wahyuni, 2004). Hubungan pendapatan dengan tingkat kesehatan ini, lebih jauh juga
dijelaskan oleh Benzeval dkk. (2001) merupakan hubungan yang non-linier. Pendapat
tentang kemiskinan yang berkorelasi positip dengan rendahnya tingkat kesehatan juga
didukung oleh temuan Blackburn (1991) yang menjelaskan bahwa tingkat pendapatan
juga mempengaruhi perilaku orang tua dalam merawat kesehatan anak-anaknya dimana
pendapatan keluarga yang rendah tidak dapat menjamin kualitas kesehatan dan
pendidikan si anak, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kesehatan anak pada saat
itu dan di masa yang akan datang.
Kemiskinan tidak hanya mempengaruhi tingkat kesehatan lewat rendahnya
pendapatan tetapi juga memunculkan tekanan psikologi. Kemiskinan mempengaruhi
perilaku tidak sehat seperti merokok yang diintepretasikan sebagai kegiatan untuk
mengatasi stres akibat berbagai tekanan hidup karena kemiskinan. Graham (1995)
menemukan bahwa tingkat merokok di kalangan wanita muda berhubungan dengan
tekanan tanggung jawab mengelola rumah tangga dan tekanan ekonomi. Perilaku tidaknmlkjihgfedcbaZYXWVUTSR

Sem inarH asilPenelitianUGM 2009

474

sehat ini mengakibatkan pengeluaran untuk rokok menjadi cukup besar, selain itu
merokok meskipun mungkin memberikan manfaat jangka pendek tetapi menimbulkan
resiko sakit yang tinggi pada jangka panjang. Penelitian yang membedakan antara
tingkat kesehatan laki-laki dan wanita lebih detail dilakukan oleh Der dkk. (1999) yang
menemukan bahwa tidak ada hubungan tunggal antara pendapatan dan kesehatan tetapi
bentuk hubungan bervariasi berdasarkan aspek kesehatan yang berkaitan dengan umur
dan jenis kelamin.
Beberapa penelitian melihat peran distribusi pendapatan untuk menjelaskan
tingkat kesehatan masyarakat, seperti yang dinyatakan dalamhgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
relative incom e
hypothesis. Misalnya, Deaton (2001) menggunakan data National Longitudinal
Mortality Survey, USA yang menggunakan tingkat kematian (m ortality) selama periode
sepuluh tahun bagi satu juta orang yang memiliki pendapatan dan variabel personal
lainnya seperti usia dan jenis kelamin, yang diukur tahun 1980. Penemuannya
menyatakan bahwa dampak dari pendapatan dalam menurunkan kemungkinan kematian
pada level distribusi pendapatan paling bawah adalah lebih besar dibandingkan
dampaknya pada level distribusi pendapatan di atasnya. Studi yang lain yang dilakukan
oleh KawachiONMLKJIHGFEDCBA
d k k . , 1996; Wilkinson, 19%; Waldmann, 1992; Wildman, 2003; dan
Wagstaff dan van Doorslaer, 2000 mendukung studi Deaton yaitu ketidakmerataan
pendapatan mempunyai dampak yang lebih besar terhadap tingkat kesehatan
dibandingkan dampak dari pendapatan absolut. Penelitian yang lebih baru juga
mendukung hipotesis pendapatan relatif (Wilkinson, 2000; Chiang, 1999). Wilkinson
melakukan studi untuk 21 region di Taiwan dan menunjukkan bahwa standar hidup naik
seiring tingginya pertumbuhan ekonomi dimana incom e inequality menggantikan
absolute m edian incom e sebagai penjelas terbaik bagi m ortality (angka kematian).
Faktor sosioekonomi juga penting diperhatikan dalam menganalisis tingkat kesehatan
masyarakat ketika studi hubungan antara pendapatan dan kesehatan memberikan hasil
yang lemah. Beberapa studi telah dilakukan yang memasukkan berbagai variabel
sosioekonomi, seperti pekerjaan dan pendidikan terhadap tingkat kematian (Rogot dkk,
1992; Sorlie dkk, 1995) dan terhadap m orbidity (Hay, 1988; Winkleby dkk., 1992;
Dahl, 1994; Stronks, 1997), yang masing-masing memberikan kesimpulan yang
berbeda.
Dahl (1994) dalam analisisnya yang menggunakan
data Norwegia
menyimpulkan status pekerjaan (occupation status) merupakan prediktor yang powerful
dan konsisten menjelaskan kesakitan (ill health) diantara individu pekerja, Winkleby
dan kawan-kawan (1992) dengan data penduduk yang bekerja menemukan, setelah
melakukan penyesuaian terhadap variabel usia dan waktu, bahwa pendidikan
merupakan ukuran yang signifikan berhubungan dengan faktor resiko. Di sisi lain, Hay
(1988) menemukan bahwa dalam analisis laki-laki dengan pendapatan dan dari tiga
variabel sosioekonomi, pendapatan tetap merupakan variabel yang paling konsisten
menjelaskan secara signifikan hubungannya dengan kesehatan. Akhirnya, Stronks
(1997) dalam studinya terhadap semua penduduk usia kerja menemukan bahwa incom e
proxy menghasilkan perubahan terbesar dalam deviansi baik dari kondisi kronis maupun
tingkat kesehatan saat ini secara umum untuk laki-laki dan wanita. Ketika Stronks
memasukkan status pekerjaan ke dalam model menyebabkan koefisien pada penciapatan
menurun, maka disimpulkan bahwa hubungan pendapatan dan kesehatan yang relatif
kuat, relatif terhadap pendidikan/pekerjaan dan kesehatan, adalah disebabkan terutama
karena konsentrasi variabel tersebut pada ketidakrnampuan kerja jangka panjang pada
tingkat pendapatan yang lebih rendah. Sehingga kemudian, Stronks mengeluarkan datanmlkjihgfedcbaZYXWVUTSR

475

Sem inarHasilPenelitianUGM 2009

wt

g

yang mempunyai ketidakmampuan kerja jangka panjang dari model dan menemukan
hubungan antara pendapatan dan kesehatan adalab sarna dengan hubungan kesehatan
dengan pendidikan atau pekerjaan.
K e b ija k a n

P e la y a n a n

K e se b a ta n

Kebijakan pelayanan kesehatan diyakini berpengaruh terhadap status kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan di Indonesia sarnpai saat ini kinerjanya masih
dianggap buruk, hal ini dilihat dari masih rendahnya mutu, pemerataan dan jangkauan
pelayanan kesehatan serta tidak meratanya distribusi tenaga kesehatan. Peraturan
Presiden No 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengab Tabun
2004-2009, Rencana Strategis Depkes Tabun 2005-2009 dan Rencana Kerja Pemerintah
Tabun 2007 mengatakan bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan adalab merupakan
hak asasi manusia. Oleh karena itu, langkab yang dilakukan Depkes adalah
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui perluasan jaringan penyediaan
layanan kesehatan juga jumlab dan kualitas sumber daya manusia.
Secara konseptual sistem pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua yaitu: (1)
yang bersifathgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
public goods dan (2) yang bersifat private goods. Pemerintab bertanggung
jawab dalarn pelayanan kesehatan yang bersifat public goods. untuk pelayanan
kesehatan yang bersifat private goods diserahkan pada pihak swasta. Pemerintab
Indonesia nampak ingin menerapkan konsep W elfare-State, dalarn konsep ini
dibutuhkan anggaran yang sangat besar. Pada era otonomi daerah penyediaan layanan
public goods merupakan tanggung jawab antara Pemerintab Pusat dan Pemerintab
Daerah.
Kebijakan pelayanan kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan kebijakan
pembiayaan kesehatan. Anggaran APBN untuk sektor kesehatan sampai saat ini masih
dibawab 3% dari total APBN. APBN tabun 2008 adalab 854,6 trilyun, alokasi untuk
sektor kesehatan hanya 19,7 trilyun sedang untuk sektor pendidikan 49,7 trilyun. APBN
tabun 2009 adalab 1037,1 trilyun, alokasi untuk sektor kesehatan hanya 20,3 trilyun
sedang untuk sektor pendidikan 207,4 trilyun. Peningkatan anggaran untuk sektor
pendidikan sangat signifikan, dari 5% total APBN menjadi 20% dari total APBN.
Perolehan alokasi APBN untuk sektor kesehatan mulai tabun 2005 adalah 11,7 trilyun;
tabun 2006: 16,3 trilyun; tabun 2007: 22,1 trilyun; tabun 2008: 19,7 trilyun dan tabun
2009 mendapat alokasi sebesar 20,3 trilyun. Terlihat jelas terjadi peningkatan alokasi
anggaran Depkes dari tabun ke tabun, namun peningkatannya sangat keeil. Hal ini
sangat berbeda dengan sektor pendidikan, dimana peningkatan pada tahun 2009 sangat
signifikan.
Kondisi tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bank Dunia (2008)
dimana anggaran sektor kesehatan dari tahun 200 1 sampai 2008 selalu dibawab 5%,
sangat jauh dibanding sektor pendidikan. Jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya
maka perolehan anggaran APBN untuk sektor kesehatan di negara Indonesia sangat
memprihatinkan.nmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Sem inarHasilPenelitianUGM 2009

476

2001

2002

2003

2001

2(11.16'

2005

lOOr'nmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

lOOi"

•.•.• fdnI,>n

...•••( "n;.~t~

+ IIInft:1lR

+NoI.~lSo:wi;

••••• 01»1\

+HIliIIl

-1qOOJ1IN

-&ri.l~PIlmJ

-W~!o:b

•.•.•/WI;

-iotlliiltSPl,miIt

5Iibm

Sumber : Bank Dunia, 2008
Gambar I. Persen dari Total Pengeluaran Nasional
Dari gambar 2. dapat dilihat bahwa persentasehgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
health expenditure negara Indonesia
paling rendah dibanding negara Kamboja, Malaysia, Vietnam. Philipina dan Cina. Hal
ini berdampak bahwa angka kematian bayi di Indonesia paling tinggi diantara Malaysia,
Vietnam, Philipina dan Cina. Namun dibanding dengan Kamboja, angka kematian bayi
di Indonesia lebih rendah, hal ini kemungkinan disebabkan karena Kamboja merupakan
negara yang sedang konflik.
Rendahnya alokasi anggaran untuk sektor kesehatan menyebabkan status
kesehatan masyarakat masih rendah, selain itu kualitas pelayanan kesehatan juga masih
rendah. Permasalahan lain adalah bahwa alokasi anggaran di Depkes sendiri banyak
digunakan untuk investasi peralatan, pegawai dan konsultan serta bantuan sosial
(program Jamkesmas). Program Jamkesmas tahun 2009 mendapat alokasi sebesar 4,6
trilyun dimana 3,6 trilyun digunakan untuk RS dan 1 trilyun untuk puskesmas. Dari
data tersebut terlihat bahwa program Jamkesmas terlihat banyak digunakan untuk
membiayai program UKP (Upaya Kesehatan Perorangan).

477

Sem inarHasilPenelitianUGM 2009

14

111)

12

11.4

IU

r-

r-

nmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPON
10.1

I.S

61

r-

OJ

-

63
r-

H
SD

hgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

r-~

~

r-

18
2B

018

-

H

3,4

- 15ONMLKJIHGFEDCBA

-

1I

18

16
10

~
DTIOaI_"Il'lf'IIm ••• "G 0 Pill
CGoMBI_

••••• I_oxr-o_

• Infant,v.ooali)'•••• OO
••"'••~!JO'
•••_11)

KJIHGFEDCBA

@ lP o !n d b lt:o

Sumber : Bank Dunia, 2008
Gambar 2. Perbandingan Pengeluaran Kesehatan Regional
Dan Angka Kematian Bayi
World Bank (2008) juga melakukan penelitian tentang pengeluaran pemerintah
pusat berdasarkan klasifikasi fungsional. Pada tabel 1 di bawah ini terlihat bahwa
alokasi anggaran untuk health prom otion and com m unity em pow erm ent relatif sangat
keeil hanya 1,2%; untuk envirom ent health hanya 1,8% sedang untuk com m unity
nutrition hanya 3%. Untuk anggaran individual health care mendapat alokasi 34,9%,
yaitu terbesar diantara program yang lain. Hal ini sesuai pendapat salah satu anggota
DPR Komisi IX (Anwar, 2009) mengatakan bahwa Depkes masih paradigma sakit,
karena 9,374 trilyun atau sekitar 48,2% pagu indikatif tahun 2009 digunakan untuk
membiayai UKP.
Dari penelitian yang dilakukan World Bank (2008) maupun data yang diperoleh
dari Depkes (2008) dapat diambil kesimpulan bahwa alokasi APBN untuk sektor
kesehatan masih sangat jauh dari ideal, karena WHO membuat standar ideal alokasi
anggaran untuk sektor kesehatan yaitu 15% dari APBN. Kondisi ini menunjukkan
bahwa komitmen Pemerintah untuk sektor kesehatan masih belurn optimal.
Permasalahan yang lain yang timbul adalah alokasi di Depkes sendiri lebih banyak
untuk kegiatan UKP. Menurut Bachtiar (2009), permasalahan anggaran di sektor
kesehatan adalah m isallocation, inequity dan inefficiency.
Alokasi anggaran di Depkes selain digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional Depkes, juga memberikan bantuan anggaran ke pemerintah daerah dalam
bentuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Kebijakan ini dilakukan oleh Depkes
dalam rangka membantu membiayai anggaran pelayanan kesehatan di daerah serta
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Dalam era desentralisasi ini tidak semua
propinsi dan kabupaten!kota di Indonesia mempunyai kemampuan fiskal yang baik. Hal
ini tentunya berdampak terhadap pelayanan kesehatan yang harus mereka lakukan.
Permasalahan dalam transfer anggaran Depkes ke daerah adalah bahwa pembagian
anggaran belum memenuhi kriteria equity, equality dan adequacy (Herawati, 2008).
Selain itu menu kegiatanjuga telah ditentukan oleh pusat, akibatnya tidak sesuai dengan
kebutuhan daerah. Akibatnya anggaran yang diberikan daerah dalam rangka membantu
daerah untuk melaksanakan kewenangan dalam pelayanan kesehatan tidak dapat diserap
seluruhnya. Dengan demikian terjadi inefisiensi anggaran (Herawati, 2008).

Sem inarH asilPenelitianUGM 2009

478

AJloatlon

Pto9l'1mJ

&KvtM •••• Iogida •••• __

RMIIIool'l

s~~::;:,a

hgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

OIfl!...,ceR IA.

1,112

nmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
655

Drugs .1Id I1MCIQ1 """"*
hIIwlduII hNlhar.
Indi",*", heoI!hcNoa::tloilies
Indi",*", h>Ithcar.jm7ams
C"",,",,nlIyhNltll
Gown\1nc.andle~p

S.2M

l,SIIO

5,m

o

He"'" promotion nI community

145

& np:> l_

Iffli1JnrnI1ha::tI7
44,62726
84

2,201866
15

Sampel dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan sampel individu.
Berdasarkan data IFLS3 dan IFLS4, sampel individu yang memenuhi semua
karakteristik yang diperlukan dalam penelitian adalah 7237 individu. Karakteristik yang
pertama adalah pendidikan. Variabel lamanya menempuh pendidikan adalah variabel
proxy untuk pendidikan. Data menunjukkan bahwa rata-rata larnanya menempuh
pendidikan adalah 10 tahun atau bisa disetarakan lulus sekolah menengah pertama,
dengan maksimum pendidikan yang ditempuh individu adalah 24 tahun. Karakteristik
yang lain adalah pendapatan per bulan. Data dalam sampel menunjukkan bahwa
pendapatan per bulan rata-rata sebesar 363 ribu rupiah, sedangkan untuk variabel umur
rata-rata umur individu dalam sampel adalah 33,5 tahun. lndividu yang digunakan
dalam sampel ini adalah individu dewasa, yaitu yang berumur 15 tahun ke atas.
Pada tabel 1 di atas, variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
body m ass index yang mewakili variabel status kesehatan. Variabel BMI merupakan
ukuran anthropom etries. Body Mass Index dihitung dari variabel berat badan dalam
kilogram dibagi dengan tinggi badan seseorang dalam meter persegi. Dalam penelitian
ini, ukuran kesehatan menggunakan bmi ini dibagi menjadi 4 kategori. Status kesehatan
yang baik ditunjukkan oleh bmi2, yaitu normal dimana nilai angka indeksnya antara
18,5 sampai dengan 25. Di bawah nilai angka indeks tersebut, status kesehatan individu

Sem inarHasilPenelitianUGM 2009

482

di nilai kurang baik yaitu rendah atau bahkan tidak baik apabila individu tersebut masuk
kategori obesitas (bmi4).
Tabel 2. berikut ini menunjukkan informasi mengenai kondisi status kesehatan
individu dalam sampel. Sampel dengan bmi normal mempunyai persentase yang
terbesar, yaitu 68,59 persen diikuti bmi rendah 16,42 persen, bmi over 12,91 persen dan
yang terakhir obesitas sebesar 2,09 persen. Masih tingginya individu yang memiliki bmi
rendah dapat mengindikasikan bahwa status kesehatan individu dalam sampel masih
rendah.
Tabel2. Statistik Deskripsi Variabel pada level sampel individu, Kategori Status
Kesehatan
Jumlah Observasi : 7237hgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Kategori Body M ass Index
Persentase
16,42
Rendah
Normal
68,59
Over
12,91
Obesitas
2,09
Sumber: IFLS3 dan IFLS4, diolah
Penelitian ini juga menggunakan beberapa variabel dummy, yaitu jenis kelamin, status
perkawinan, region dan kategori pekerjaan, Berdasarkan hasil observasi sampel, maka
64,05 persen responden adalah laki-Iaki. Lebih dari 65 persen responden memiliki status
menikah dan lebih dari 60 persen tinggal di daerah urban atau perkotaan. Sedangkan
pekerjaan responden dalam penelitian ini sebagian besar, lebih dari 84 persen, bekerja di
sektor swasta.
Tabel3. Statistik Deskripsi Variabel pada level sampel individu, dum m y variable
Jumlah Observasi : 7237
Variabel
Persentase
Jenis kelamin (gender)
Laki-laki
Perempuan
64,05
35,95
Tidak menikah
Status Perkawinan (married)
Menikah
65,37
34,63
Rural
Urban
Region (urban-rural)
60,85
39,15
Pemerintah
Swasta
Kategori Pekerjaan
84,90
1510
Sumber: IFLS3 dan IFLS4, diolah
Tabel4. Statistik Deskripsi Variabel Pelayanan Kesehatan
Observasi: 22976 rumah tangga
Persentase
Variabel
Tidak menggunakan
Menggunakan
Kartu sehat
83,20
16,80
8,09
91,91
Dana Sehat
92,12
Keterangan tidak mampu
7,88
Sumber: IFLS3 dan IFLS4, diolahnmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

483

Seminar Hasil Penelitian UGM2009

Tabel 5. Statistik Deskripsi Variabel Pengeluaran Rumah Tangga
Observasi: 22976 rumah tan ahgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
V ariabel

Standar D eviasi

R ata-rata

551.544,9

Pengeluaran Konsumsi 158.139,3
makanan
Pengeluaran
11.550,64
Kesehatan
18.542,1
Pengeluaran untuk
merokok
37.830,23
Pengeluaran
Pendidikan
Sumber: IFLS3 dan IFLS4, diolah

95.348,23
51.327,01
291.851,5

Kebijakan pelayanan kesehatan merupakan variabel penting dalam menentukan
status kesehatan masyarakat. Variabel pelayanan kesehatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk penggunaan kartu sehat, dana sehat dan keterangan
tidak mampu yang mewakili variabel kemiskinan. Berdasarkan data IFLS3 dan IFLS4,
sebagian besar rumah tangga tidak menggunakan atau memanfaatkan baik kartu sehat,
dana sehat, maupun keterangan tidak mampu. Dari 22976 rumah tangga dalam sampel,
diketahui kurang dari 20 persen, bahkan untuk dana sehat dan keterangan tidak mampu
angkanya kurang dari 10 persen yang menggunakan fasilitas kesehatan tersebut. Hal ini
mungkin mengindikasikan bahwa fasilitas kesehatan tersebut barn menyentuh sebagian
keeil masyarakat Indonesia pada umumnya dan masih banyak masyarakat yang
mebutuhkan namun belum dapat menikmati fasilitas kesehatan tersebut.
Pola pengeluaran konsumsi seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan dari
penelitian ini adaJah variabel yang sangat menarik untuk di observasi. Variabel ini
digunakan untuk membandingkan antara besarnya pengeluaran kesehatan dengan
pengeluaran
rumah tangga
lainnya.
Pengeluaran
kesehatan
yang rendah
mengindikasikan investasi rumah tangga terhadap kesehatan masih rendah, yang
nantinya didugajuga akan mempengaruhi status kesehatannya.
Apabila kita lihat pada tabel 5, pengeluaran kesehatan memiliki porsi yang
paling rendah dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga lainnya, yaitu
pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran untuk pendidikan. Rata-rata
pengeluaran untuk kesehatan per bulan rumah tangga di Indonesia sebesar 11.550
rupiah. Bahkan rata-rata pengeluaran untuk kesehatan ini masih lebih rendah dari
pengeluaran untuk merokok. Rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk rokok dan
sejenisnya adalah sebesar 18.500 rupiah. Hal ini juga menunjukkan bahwa masih
rendahnya pola hidup sehat masyarakat Indonesia di mana kesadaran untuk investasi
kesehatan masih lebih rendah dibandingkan untuk konsumsi yang lain, bahkan untuk
merokok. Jadi dapat dilihat bahwa perilaku tidak sehat seperti kebiasaan merokok
masyarakat Indonesia adalah eukup tinggi. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh
pada status kesehatan masyarakat nantinya.

KESIMPULAN DAN TANT ANGAN PENELITIAN SELANJUTNY A
Dengan menggunakan data Indonesia F am ily Life Survey, penelitian mr
meneoba melihat hubungan antara status kesehatan dengan variabel sosio-ekonomi,
yaitu pendapatan, jenis kelamin, status perkawinan, umur, kategori region dan jenisnmlkjihgfedcbaZYXWVUTSR

Sem inarHasilPenelitianUGM 2009

484

pekerjaan, pola konsumsi dan pelayanan kesehatan menggunakan
metode panel data.
Berdasarkan studi literatur dan penelitian-penelitian
sebelurnnya
tentang spesifikasi
model penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan, distribusi
pendapatan,
variabel sosio-ekonomi
dan variabel perilaku sehat tidak sehat yang
diwakili oleh pola konsumsi dan kebijakan pelayanan
kesehatan terhadap status
kesehatan individu atau masyarakat.
Berdasarkan pengumpulan data dan analisis deskripsi data, peneliti menernukan
bahwa untuk variabel sosio-ekonorni yaitu pendidikan, rata-rata lamanya menempuh
pendidikan adalah 10 tahun atau bisa disetarakan lulus sekolah menengah pertama, ratarata pendapatan per bulan sebesar 363 ribu rupiah, sedangkan untuk variabcl umur, ratarata umur individu dalam sampel adalah 33,5 tahun. Individu yang digunakan dalam
sampel ini adalah individu dewasa, yaitu individu yang berumur 15 tahun ke atas.
Penelitian ini juga menggunakan variabelhgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
dum m y yang juga merupakan variabel
sosio-ekonomi,
yaitu jenis kelamin, status perkawinan, region dan kategori pekerjaan.
Berdasarkan hasil observasi sampel, persentase terbesar responden dalam penelitian ini
adalah laki-laki, responden sudah rnenikah, tinggal di perkotaan dan bekerja di sektor
swasta.
Sedangkan untuk pola konsumsi masyarakat, ditemukan bahwa pengeluaran
untuk kesehatan memiliki porsi paling kecil dalam pengeluaran rumah tangga apabila
dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi makanan, pendidikan dan bahkan dengan
konsumsi rokok. Hal ini dapat menunjukkan bahwa, perhatian masyarakat Indonesia
terhadap kesehatan masih sangat kurang.
Pelayanan kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seberapa besar
rumah tangga memanfaatkan
fasilitas kebijakan pelayanan kesehatan yang diberikan
pemerintah, seperti kartu sehat, dana sehat dan ketcrangan tidak mampu. Berdasarkan
deskripsi
statistik,
peneliti
menemukan
bahwa persentase
rumah tangga
yang
menggunakan fasilitas kesehatan tersebut rata-rata masih di bawah sepuluh pcrsen. Hal
ini bisa mengindikasikan
bahwa fasilitas kesehatan tersebut baru menyentuh sebagian
kecil masyarakat
Indonesia pada umumnya dan masih banyak masyarakat
yang
membutuhkan namun belum dapat menikmati fasilitas kesehatan tersebut.
Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan, yaitu menemukan model
yang tepat diaplikasikan
untuk kasus Indonesia dan mengestimasi
model tersebut
sehingga dapat dilihat bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh faktor sosioekonomi, pola konsumsi, dan kebijakan pelayanan kesehatan terhadap status kesehatan
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk dilakukan penelitian
lanjutan.

485

Sem inar Hasil Penelitian UGM 2009 tsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQP

DAFT AR PUST AKAtsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Adda, J, Banks, J, dan von Gavdecker H M,hgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
The Im pact 0/ Incom e Shocks on H ealth:
E vidence from C ohort D U la, MEA paper, 146 (2006).
Auerbach, .I, dan Krimgold B K (eds.), Incom e. Socioeconom ic
SW Ills and H ealth:
E xploring the R elationships,
National Policy Association Report. Washington DC. 161
(2001 ).
Bachtiar, A, K ontekstual P olitik K epem im pinan
Sektor K esehatan di D aerah, Seminar
Deskes ke 8 (2009).
Bago dUva. T . Jones. A, dan. van Doorslaer E, M easurem ent (~/ H orizontal Inequity in
flea/Ill C are U tilisation
using E uropean
P anel D ata, Tinbergen
Institute Discusion
Paper, 059/3 (2007).
Bcnzeval, M, dan Webb, S, 'Family poverty and poor health' in Benzeval M., Judge K.
and Whitehead M., Tackling inequalities in health: an agendafor
action, King's Fund,
London, 69-81 (1995).
Benzeval, M. Judge, K, dan Shouls, S, Understanding the relationship between income
and health: how much can be gleaned from cross-sectional
data". Social P olicy and
A dm inistration,
35, pp.245-54 (200 I).
Blackburn, C, P overty and health: w orking w ithfam ilies.
Open University Press (1991).
Burgues, S, Propper, C, Rigg . .I, dan ALSPAC Study Team. The Im pact ONMLKJIHGFEDCBA
o f L o w Incom e
on C hild H ealth. E v id e n c e f r o m a B irth C ohort Study. CASEpaper, 85 (2004).
Chiang. T-L, E conom ic transition and changing relation betw een incom e inequality and
m ortality in Taiw an: regression analysis. British Medical Journal, 319, pp.1162-1165
( 1999).
Deaton, A. H ealth, inequality, and econom ic developm ent, Paper for Working Group of
the WHO Commission on Macroeconomics
and Health (2001).
Der. G. Macintyre. S, Ford, G, Hunt, K, dan West, P, The relationship of household
incom e

to arrange

of health

m easures

in three

age

cohorts

fro m

W est of Scot/and,

European Journal of Public Health, 9. pp.271-277 (1999).
Departemen Kesehatan RI. Indonesia H ealth P rofile, beberapa tahun.
Goddard. M, Hauck, K, Preker, A, dan Smith. P. P riority setting in health- a political
econom y perspective.
Health Economics. Policy and Law, I. pp.79-90 (2006).
Graham, H. C igarette sm oking: a light on gender and class inequality in B ritain.
Journal of Social Policy. 24. pp.509-527 (1995).
Gravelle. H. dan Sutton, M. Incom e. relative incom e, and selfreported
health in B ritain
/ 9 7 9 - 2 ( ) ( ) O . CHE Research Paper, 10 (2006).
Gravelle. H, Widman, .I, dan Sutton. M. Income, Incom e Inequality and H ealth: W hat
can w e learnfrom
A ggregate D ata? Discussion Papers in Economics, the University or
York, 26 (2000).
Hausman • .I A, dan Taylor W E, P anel D ata and U nobservable
Individual
E ffects.
Econometrica, 6. pp.1377-1398 (1981).
Hay, D. Socioeconom ic
status and health status: a study of m ales in the C anadian
H ealth Survey, Social Science & Medicine, 27, pp.1317-1325 (1988).
Herawati, D M D, K ebijakan Transfer A nggaran B elanja D epartem en K esehatan dan
P enyusunan

F orm ula

A nggaran

K esehatan

(2008).

Indonesian Tobacco Control Network, F aktu K onsum si Tem bakau di Indonesia. edisi
21 Mei 2007 (2007).
Indonesian Tobacco Control Network, P olitik C ukai dan K ederm aw anan
lndustri
R okok, edisi 30 Mei 2007 (2007).nmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Seminar Hasil Penelitian UGM 2009

486

Jasri. H. Utarini.hgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
1\. Siswiyanti. V D, Trisnantoro. L.ONMLKJIHGFEDCBA
I n o v a s i F ungsi P em erintah
D alam
R egulasi (2006).
Jones, M 1\. dan Wildman . .J. D isentangling
the relationship
betw een health and
incom e. HEDCi Working Paper, 05/07 ( 2 0 0 S ) .
Jurges.nmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
H. H ealth inequalities
bv education. incom e and w ealth .. a com parison
()/ II
E uropean countries and the U S, MEA paper. 140 (2006).
Kawachi, I. Kennedy. B P, clan Prothrow-Smith.
D. Incom e distribution and m ortality.
cross-sectional
ecological studv 0/ the R obin H ood index in the U nited States. British
Medical Journal. 312. pp.1 004-1 007 (1996).
Laaksonen, M. Rahkonen. O. Karvonen. S. dan Lahclma E. Socioeconom ic
status and
Sm oking
A nalysing
inequalities w ith m ultiple indicators. European Journal or Public
f lealth, 1 5 /3 . pp.262-269 (2005).
Marmot. M. The I n f lu e n c e 0/ Incom e on H ealth.' V iew s 0/ A n E pidem iologist,
Health
1 \ ffairs, M a r c h i Apri I. pp.3 1-46 (2002).
Martin. S. Rice. N. clan Smith. Pc. F urther E vidence O il the Link B etw een H e a lt h C are
Spending and H ealth O utcom es in E ngland. CHE Resear