FAKTOR TERJADINYA BABY BLUES SYNDROM PADA IBU NIFAS DI BPM SUHATMI PUJI LESTARI

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

FAKTOR TERJADINYA BABY BLUES SYNDROM PADA IBU NIFAS DI

BPM SUHATMI PUJI LESTARI

  

Occurrence Factor Of Baby Blues Syndrom On Postpartum Women

In BPM Suhatmi Puji Lestari

Lina Wahyu Susanti

Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta

  

ABSTRACT

Baby Blues Syndrome, or often called Maternity Blues understood as a mild

affective disorder syndrome that is often seen in the first week after delivery and

peaked on day three to five, and attacked in the span of 14 days after delivery. Baby

Blues Symptoms of the reaction characterized by depression or sadness, crying,

irritability, anxiety, feeling unstable, tend to blame themselves, sleep disorders and

appetite disorders. The incidence of baby blues or postpartum blues in Asia is quite

high and varies between 26-85%, while in Indonesia the incidence of postpartum

blues Baby Blues or between 50-70% of women after childbirth

  The purpose of this study was to determine the factors that cause maternal

postpartum Baby Blues. The benefits of this research for health workers which

research results are expected to provide information about the factors that cause the

Baby Blues on postpartum mother so that health workers can prevent the postpartum

mother can pass puerperal well This study uses a descriptive study. The sampling technique used was

accidental sampling. Analysis of the data in this study using univariate analysis.

Factors causing the maternity blues studied were pregnancy preparation, the support

of her husband and family and economic conditions and social. From the results, the

34 respondents who experienced maternity blues as much as 20 respondents who did

not want her pregnancy so that factor preparation for pregnancy is a factor causes

maternity blues, 23 respondents did not have the support of her husband and family,

15 respondents have incomes less, so the support of her husband and family as well

as the state of the economy is a factor in maternity blues Keywords: Baby blues syndrome, Postpartum period

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

ABSTRAK

  Baby Blues Syndrom atau sering juga disebut Maternity Blues dimengerti

  sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan. Gejala Baby

  

Blues ditandai dengan reaksi depresi atau sedih, menangis, mudah tersinggung,

cemas, perasaan yang labil, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur

dan gangguan nafsu makan. Angka kejadian Baby blues atau postpartum blues di

  Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian Baby Blues atau postpartum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan.

  T ujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

  menyebabkan terjadinya Baby Blues pada ibu nifas. Manfaat penelitian ini bagi tenaga kesehatan yaitu hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor yang menyebabkan Baby Blues pada ibu nifas sehingga tenaga kesehatan dapat melakukan pencegahan agar ibu nifas dapat melewati masa nifas dengan baik.

  Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat. Faktor penyebab baby blues syndrome yang diteliti adalah persiapan kehamilan, dukungan suami dan keluarga serta kondisi ekonomi dan social. Dari hasil penelitian didapatkan 34 respoden yang mengalami baby blues syndrome sebanyak 20 responden yang tidak menginginkan kehamilannya sehingga factor persiapan kehamilan merupakan factor penyebab baby blues syndrome, 23 responden tidak mendapat dukungan dari suami dan keluarga, 15 responden mempunyai pendapatan yang kurang sehingga dukungan suami dan keluarga serta keadaan ekonomi merupakan factor penyebab baby blues syndrome.

  Kata Kunci: Baby blues syndrom, Masa nifas

  juga disebut Maternity Blues dimengerti

  PENDAHULUAN

  sebagai suatu sindroma gangguan afek

  Baby Blues Syndrom atau

  ringan yang sering tampak dalam

  Postpartum Blues merupakan kesedihan

  minggu pertama setelah persalinan dan atau kemurungan setelah melahirkan, memuncak pada hari ke tiga sampai biasanya hanya muncul sementara waktu kelima dan menyerang dalam rentang yaitu sekitar dua hari sampai tiga waktu 14 hari terhitung setelah minggu sejak kelahiran bayi (Marmi, persalinan (Arfian, 2012). 2012). Baby Blues Syndrom atau sering

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

  postpartum blues adalah faktor

  Blues Syndrom sekitar 50%- 70% atau

  Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Bidan Praktek Mandiri Suhatmi Puji Lestari pada bulan Januari sampai Desember 2015 jumlah ibu nifas mencapai 150 orang. Jumlah rata-rata perbulan 12 ibu nifas, dari 12 ibu nifas tersebut yang mengalami Baby

  partum blues sebenarnya adalah suatu mekanisme multifaktorial.

  sendiri sehingga gejala dan tanda post

  post partum blues biasanya tidak berdiri

  psikologis yang meliputi dukungan keluarga khusunya suami. faktor demografi yang meliputi usia dan paritas, factor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, meyusui, memandikan, mengganti popok, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status perkawinan (Nirwana, 2011).Faktor-faktor yang mempengaruhi

  Faktor-faktor yang mempengaruhi

   ISSN : 2407 - 2656

  50-70% dari wanita pasca persalinan. Di Indonesia kurangnya perhatian terhadap masalah sindrom baby blues ini semakin diperparah oleh anggapan awam yang keliru. Tidak sedikit orang yang menganggap sindrom baby blues hanya dialami orang wanita-wanita di luar Indonesia, Syndrom Baby Blues ini dianggap tidak terlalu penting. Kalaupun banyak yang mengalaminya, sering hanya dianggap sebagai efek samping dari keletihan setelah melahirkan.

  Baby Blues atau postpartum blues antara

  dan bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian

  postpartum blues di Asia cukup tinggi

  Angka kejadian Baby blues atau

  Gejala Baby Blues ditandai dengan reaksi depresi atau sedih, menangis, mudah tersinggung, cemas, perasaan yang labil, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan (Marmi, 2012). Ibu yang mengalami Baby Blues biasanya tiba- tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, sering berganti mood, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, tidak bergairah dan masih banyak lagi perubahan perilaku.

  sekitar 6-8 orang mengalami Baby Blues Syndrom hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu umur, jumlah paritas,

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  dukungan suami dan keluarga, kondisi sosial, dan lain-lain.

  Setyowati dan Uke Riska (2006) dalam penelitianya menjelaskan terjadinya Baby Blues diantaranya pengalaman kehamilan dan persalinan yang meliputi komplikasi dan persalinan dengan tindakan, dukungan sosial diantaranya dukungan kelurga, keadaan bayi yang tidak sesuai harapan. Dari 31 ibu yang melahirkan dan memenuhi kriteria, terdapat 17 ibu (54,48%) mengalami post partum blues yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, pengalaman kehamilan dan persalinan sebesar 38,71%, dukungan social 19,53%, keadaan bayi saat lahir 16,13%. Jika Baby blues tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan keadaan gangguan mental yang lebih parah lagi atau biasa disebut depresi post partum yang salah satu tanda gejalanya adalah keinginan untuk menyakiti bayi atau dirinya sendiri.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Baby Blues pada ibu nifas.

  Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif adalah penelitian yang mengumpulkan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang dan akan menggunakan pertanyaan dalam menggali yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran tentang sebuah memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk dan mengklasifikasikan subjek penelitian.

  Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang mengalami

  Baby Blues Syndrom , berdasarkan studi

  pendahuluan di BPM Suhatmi Puji Lestari adalah 96 ibu nifas dari bulan Februari 2015

  • – Februari 2016. Teknik

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang secara kebetulan ditemui selama penelitian (Notoadmodjo, 2012). Jika jumlah sample > 100 maka besarnya sampel diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih jika jumlah sampel < 100 maka diambil semuanya (Arikunto, 2013). Pada bulan Maret

  • – Agustus jumlah ibu nifas yang mengalami baby blues syndrom sebanyak

  34 ibu nifas, berdasarkan rumus pengambilan sampel dari Arikunto maka jumlah sampel diambil semuanya yaitu 34 responden.

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu variabel yang menggunakan jenis analisis deskriptif, yaitu bentuk analisis yang menyampaikan sebaran atau distribusi dalam bentuk frekuensi, yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram atau narasi.

  Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui

  (Arikunto, 2013).

  Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat yaitu menganalisis tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi. Dalam penelitian ini akan menganalisis distribusi frekuensi persiapan kehamilan ibu, dukungan yang diberikan suami dan keluarga, serta kondisi ekonomi keluarga.

  Rumus mennghitung besarnya persentase dalam distribusi frekuensi adalah : x 100% Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi N = Jumlah sampel

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Persiapan Kehamilan

  Tabel 1. Distribusi frekuensi persiapan ibu dalam kehamilan

  Penerimaan ibu Frekuensi Persentase (%) Kehamilan diinginkan

  14 41, 18 % Kehamilan tidak diinginkan 20 58, 82 %

  Jumlah 34 100 %

  14 responden (41,17 %) mempunyai pendapatan >Rp 2.000.000 perbulan.

  (67,64%) mengalami baby blues syndrom.

  Berdasarkan table 3 tentang distribusi frekuensi kondisi ekonomi dan social keluarga didapatkan 34 reponden yang mengalami baby blues syndrome sebanyak 5 responden (14,71 %) mempunyai pendapatan Rp 500.000

  14 41, 17 % Jumlah 34 100 %

  >2.000.000

  15 44, 12 %

  1.000.000- 2.000.000

  5 14, 71 %

  Pendapatan per bulan (Rp) Frekuensi Persentase (%) 500.000 – 1.000.000

  Tabel 3. Distribusi frekuensi kondisi ekonomi dan social keluarga

  Kondisi Ekonomi dan Sosial

  mendapat dukungan dari suami maupun keluarga sebanyak 23 responden

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

  syndrom , sedangkan yang tidak

  Berdasarkan tabel 2 tentang distribusi frekuensi dukungan suami dan keluarga didapatkan dari 34 responden yang mendapatkan dukungan suami dan keluarga dalam hal ini adalah peran suami dan keluarga dalam membantu merawat bayi sebanyak 11 responden (32,36 %) mengalami baby blues

  Jumlah 34 100 %

  11 32, 36 % Suami dan keluarga tidak membantu merawat bayi 23 67, 64 %

  Dukungan suami dan keluarga Frekuensi Persentase (%) Suami dan keluarga membantu merawat bayi

  Tabel 2. Distribusi frekuensi dukungan suami dan keluarga

  Dukungan Suami dan Keluarga

  Berdasarkan tabel 1 tentang distribusi frekuensi persiapan ibu dalam kehamilan didapatkan dari 34 responden yang mengalami baby blues syndrom, sebanyak 14 responden (41,18%) menginginkan kehamilannya. Menginginkan kehamilan dalam hal ini yaitu benar-benar mempersiapkan kehamilan dan memang menginginkan kehamilanya. Sebanyak 20 responden (58,82%) tidak menginginkan atau tidak merencanakan kehamilanya.

   ISSN : 2407 - 2656

  • – Rp 1.000.000 perbulan, sebanyak 15 responden (44,12 %) mempunyai pendapatan Rp 1.000.000
  • – Rp2.000.000 perbulan sedangkan sebanyak

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  Keadaan ekonomi mempunyai dampak yang cukup luas salah satunya adalah kejadian baby blues yang dialami oleh ibu postpartum. Ekonomi yang kurang menyebabkan ibu merasa kawatir tentang masa depan anaknya sehingga ibu mengalami tekanan yang mengakibatkan terjadinya baby blues

  syndrome .

  Berdasarkan tabel diatas, ibu yang paling banyak mengalami baby blues syndrome adalah pada kelompok pendapatan keluarga Rp 1.000.000

  • – 2.000.000 perbulan, sedangkan

  5 responden yang mengalami baby blues syndrome memiliki pendapatan Rp 500.000

  • – 1.000.000 sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi dan social merupakan factor penyebab terjadinya baby blues syndrome pada ibu nifas.

  Pembahasan Persiapan Kehamilan

  Dari 34 responden yang mengalami baby blues syndrom , sebanyak 14 responden (41,18%) menginginkan kehamilannya. Menginginkan kehamilan dalam hal ini yaitu benar-benar mempersiapkan kehamilan dan memang menginginkan kehamilanya. Sebanyak 20 responden (58,82%) tidak menginginkan atau tidak merencanakan kehamilanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak menginginkan kehamilanya lebih banyak mengalami baby blues

  syndrome (58,82%) disbanding respoden

  yang menginginkan kehamilanya (41,18%). Hal tersebut disebabkan oleh latar belakang psikososial salah satunya adalah kehamilan yang tidak diinginkan sehingga ibu mempunyai perasaan tidak ingin merawat bayi karena merasa tidak menginginkan kehamilan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa persiapan kehamilan merupakan factor penyebab terjadinya baby blues syndrome pada ibu nifas.

  Dukungan Suami dan Keluarga

  Dari 34 responden yang mendapatkan dukungan suami dan keluarga dalam hal ini adalah peran suami dan keluarga dalam membantu merawat bayi sebanyak 11 responden (32,36 %) mengalami baby blues

  syndrom , sedangkan yang tidak

  mendapat dukungan dari suami maupun

  syndrome memiliki pendapatan

  Dari 34 reponden yang mengalami

  5 responden yang mengalami baby blues

  pendapatan keluarga Rp1.000.000

  syndrome adalah pada kelompok

  Berdasarkan tabel diatas, ibu yang paling banyak mengalami baby blues

  syndrome .

  Keadaan ekonomi mempunyai dampak yang cukup luas salah satunya adalah kejadian baby blues yang dialami oleh ibu postpartum. Ekonomi yang kurang menyebabkan ibu merasa kawatir tentang masa depan anaknya sehingga ibu mengalami tekanan yang mengakibatkan terjadinya baby blues

  15 responden (44,12%) mempunyai pendapatan Rp1.000.000

  responden (14,71 %) mempunyai pendapatan Rp 500.000

  baby blues syndrome sebanyak 5

  Kondisi Ekonomi dan Sosial

  • – Rp 2.000.000 perbulan sedangkan sebanyak 14 responden (41,17 %) mempunyai pendapatan >Rp 2.000.000 perbulan.

  baru melahirkan bayi pasti akan merasakan capek yang luar biasa apalagi ibu masih diharuskan mengurus rumah dan kebutuhan anak jika sudah mempunyai anak sebelumnya. Keadaan yang seperti inilah yang dapat membuat ibu mengalami baby blues syndrome.

  baby blues syndrome , karena ibu yang

  Menurut Marmi (2012), penyebab dari baby blues syndrome yaitu perubahan hormon, stress, ASI tidak keluar, frustasi, kelelahan, kurangnya dukungan dari suami dan keluarga, takut kehilangan bayi, bosan. Oleh karena itu sebenarnya adanya dukungan suami dan keluarga dapat mengurangi kejadian

  dapat disimpulkan bahwa dukungan suami dan keluarga merupakan factor penyebab baby blues syndrome.

  baby blues syndrome . Dari tabel diatas

  Kejadian baby blues syndrome penyebabnya adalah karena factor psikologis salah satunya karena dukungan sosial dari lingkungannya termasuk suami dan keluarga. Peran suami dan keluarga dalam merawat bayi dapat mengurangi rasa lelah ibu sehingga dapat mengurangi kejadian

  keluarga sebanyak 23 responden (67,64%) mengalami baby blues syndrom .

   ISSN : 2407 - 2656

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

  • –Rp 1.000.000 perbulan, sebanyak
  • – 2.000.000 perbulan, sedangkan
  • – 1.000.000 sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi dan social merupakan factor penyebab terjadinya baby blues syndrome pada ibu nifas.

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  Rp500.000

  Menurut Bobak (2005) salah satu penyebab baby blues syndrome adalah keadaan ekonomi kelurga. Dimana factor ekonomi memegang peranan penting dalam keluarga, jika dalam suatu kelurga mempunyai pendapatan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhan yangb harus dipenuhi makan akan menjadi problem yang dapat membuat suami dan istri merasa tertekan. Terlebih jika mempunyai jumlah anak lebih dari satu, rasa cemas tidak dapat menyekolahkan dan membiayai anak akan semakin membuat ibu merasa stress.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  • – Rp 1.000.000 perbulan, sebanyak 15 responden (44,12 %) mempunyai pendapatan Rp 1.000.000
  • – Rp2.000.000 perbulan sedangkan sebanyak

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan dari 34 responden yang mengalami baby

  blues syndrome sebaynyak 20 responden

  (58,82%) tidak menginginkan atau tidak merencanakan kehamilanya mengalami

  baby blues syndrome

  . Sehingga dapat disimpulkan bahwa persiapan kehamilan ibu merupakan factor penyebab terjadinya baby blues syndrome.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari 34 responden yang mengalami baby blues

  syndrome didapatkan responden yang

  tidak mendapat dukungan dari suami maupun keluarga sebanyak 23 responden (67,64%). Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan responden yang mendapat dukungan dari suami dan keluarga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan suami dan keluarga merupaka factor penyebab baby blues syndrome .

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis didaptkan 34 reponden yang mengalami baby blues syndrome sebanyak 5 responden (14,71 %) mempunyai pendapatan Rp 500.000

  14 responden (41,17 %) mempunyai pendapatan >Rp 2.000.000 perbulan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi

  Volume 3 / Nomor 2 / November 2016

   ISSN : 2407 - 2656

  dan social merupakan factor penyebab Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerpurium Care”.

  baby blues syndrome .

  Pustaka Pelajar. Yogyakarta Nirwana, Ade B, 2011. Psikologi Ibu

  Saran Bayi dan Anak . Nuha Medika.

  Bagi tenaga kesehatan, dapat Yogyakarta mendeteksi penyebab

  baby blues

  Notoatmodjo. 2012. Metodologi

  syndrome sehingga dapat membantu Penelitian Kesehatan . Rineka

  Cipta. Jakarta memberi pencegahan dan penanganan yang tepat

  Setyowati dan Uke riska. 2006. Studi

  Faktor Kejadian Post Patum

  Bagi tenaga pendidik, dapat

  Blues Pada Ibu Pasca Salin di

  menggunakan hasil penelitian sebagai Ruang bersalin II RSU DR.

  Soetomo Surabaya . Surabaya:

  bahan referensi dalam kegiatan belajar Universitas Airlangga mengajar

  Bagi klien dan masyarakat, dapat lebih sadar bahaya dari baby blues syndrome dan dapat mengenali factor penyebab dari baby blues syndrome.

  DAFTAR PUSTAKA Arfian. 2012. Baby blues. Metagraf.

  Surakarta Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .

  Rineka Cipta. Jakarta Bobak, M. Irene, et. Al. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.

  EGC. Jakarta