HUBUNGAN HARAPAN IBU PADA GENDER BAYI DENGAN TERJADINYA BABY BLUES SYNDROME IBU PRIMIPARA DI WILAYAH PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG

(1)

xvi

HUBUNGAN HARAPAN IBU PADA GENDER BAYI DENGAN

TERJADINYA BABY BLUES SYNDROME IBU PRIMIPARA

DI WILAYAH PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun Oleh :

RIZKY ADE CAHYA SAPUTRI

NIM. 201110420311167

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015


(2)

(3)

xvi

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan

judul “Hubungan Harapan Ibu pada Gender Bayi dengan Terjadinya Baby Blues

Syndrome Ibu Primipara di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang”. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja peneliti sendiri, melainkan berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Yoyok Bekti P, M. Kep, Sp. Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Nurul Aini, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 3. Ibu Sri Sunaringsih Ika Wardojo, SKM, MPH. sebagai pembimbing 1 yang

telah banyak membantu untuk membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Erma Wahyu M, S.Kep, Ns, M. Si. sebagai pembimbing 2 yang telah banyak membantu untuk membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Muh. Muslih, S. Kep. Ns. sebagai wali kelas PSIK D angkatan 2011 untuk selalu memberi dukungan dan nasihat.

6. Segenap dosen dan staf Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu selama proses penyusunan proposal.


(4)

xvi

7. Kedua orang tua dan segenap keluarga tercinta yang telah memberikan kesabarannya dan dukungan moril dan materiil serta doa yang tak terhenti hingga saat ini.

8. Rekan-rekan PSIK S1 Keperawatan angkatan 2011 yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusunan proposal skripsi ini khususnya PSIK D 2011.

9. Responden yang berperan aktif dan meluangkan waktu untuk penelitian saya sehingga penelitian dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

10. Dekan FIKES UMM, yang telah memberikan ijin atas penelitian yang saya lakukan.

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas doa dan dukungannya.

Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti menyadari masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari kesempurnaan, sehingga peneliti mengharapkan adanya saran dan masukkan dalam rangka penyempurnaan proposal skripsi ini, sehingga dapat bermanfaat bagi banyak pihak khususnya di bidang kesehatan.

Malang, Agustus 2015

Penulis


(5)

xvi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Keaslian Penelitian ... iv

Halaman Motto ... v

Halaman Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... viii

Abstrak Bahasa Indonesia ... x

Abstrak Bahasa Inggris ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Keaslian Penelitian ... 7

1.6 Batasan Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Primipara 2. 1. 1 Definisi Primipara... 12

2.2 Konsep Dasar Harapan 2. 2. 1 Definisi Harapan... 12

2. 2. 2 Komponen Harapan ... 14

2. 2. 3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harapan ... 19

2. 2. 4 Karakteristik Individu yang Memiliki Harapan Tinggi ... 21

2. 2. 5 Peranan Harapan ... 24

2. 2. 6 Harapan Terhadap Gender Bayi ... 24

2.3 Konsep Gender 2. 3. 1 Definisi Gender ... 25

2. 3. 2 Perbedaan Laki-laki dan Perempuan ... 25

2. 3. 3 Perbedaan Sifat dan Perilaku Gender ... 28

2.4 Proses Adaptasi Psikologis Postpartum ... 28

2.5 Baby Blues Syndrome 2. 5. 1 Definisi Baby Blues Syndrome ... 31

2. 5. 2 Tanda dan Gejala Baby Blues Syndrome ... 31

2. 5. 3 Penyebab Baby Blues Syndrome ... 31

2. 5. 4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Baby Blues Syndrome ... 32

2. 5. 5 Masalah pada Baby Blues Syndrome ... 33

2. 5. 6 Penanganan Baby Blues Syndrome ... 34

2. 5. 7 Pencegahan Baby Blues Syndrome ... 36

2. 5. 8 Pengukuran Baby Blues Syndrome dengan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) ... 39


(6)

xvi

2.6 Hubungan Harapan Ibu pada Gender Bayi Dengan Terjadinya

Baby Blues Syndrome ... 42

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 44 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 46

4.2 Kerangka Kerja ... 47

4.3 Populasi, Teknik Sampling, Sample ... 48

4.4 Variabel Penelitian ... 49

4.5 Definisi Operasional ... 50

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

4.7 Instrumen Penelitian ... 51

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ... 52

4.9 Tekhnik Pengolahan Data ... 53

4.10 Analisa Data ... 54

4.11 Etika dalam Penelitian ... 56

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 5. 1 Karakteristik Sampel ... 58

5. 2 Hasil Pengukuran Harapan Ibu Primipara pada Gender Bayi ... 59

5. 3 Hasil Pengukuran Baby Blues Syndrome pada Ibu Primipara ... 60

5. 4 Analisa Data ... 61

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Harapan Ibu Primipara pada Gender Bayi ... 63

6.2 Gambaran Baby Blues Syndrome pada Ibu Primipara ... 65

6.3 Hubungan Harapan Ibu pada Gender Bayi dengan Terjadinya Baby Blues Syndrome Ibu Primipara ... 71

6.4 Keterbatasan Penelitian ... 72

6.5 Implikasi untuk Keperawatan ... 73

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ... 75

7.2 Saran ... 75

Daftar Pustaka ... 77

Lampiran ... 82


(7)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi operasional ... 50 Tabel 5.1 Karakteristik Sampel berdasarkan Pendidikan, Status Pekerjaan,

dan Usia di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang Bulan

Mei-Juni 2015 ... 58 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kriteria Harapan Ibu Primipara pada

Gender Bayi di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang

Bulan Mei-Juni 2015 ... 59 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Harapan Ibu Primipara pada Gender

Bayi di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang Bulan

Mei-Juni 2015 ... 60 Tabel 5.4 Hasil Pengukuran Baby Blues Syndrome pada Ibu Primipara di

Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang Bulan Mei-Juni

2015 ... 60 Tabel 5.5 Tabulasi Silang Antara Harapan Ibu pada Gender Bayi dengan

Terjadinya Baby Blues Syndrome Ibu Primipara di Wilayah

Puskesmas Dinoyo Kota Malang Bulan Mei-Juni 2015 ... 61 Tabel 5.6 Perhitungan Uji Fisher’s Exact Test ... 62


(8)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konsep... 44 Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian ... 47


(9)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian Lampiran 3 Lembar Pengantar Pernyataan Persetujuan

Lampiran 4 Lembar Pernyataan Persetujuan Sebagai Subjek Penelitian Lampiran 5 Lembar Kuesioner Baby Blues Syndrome (EPDS) Modifikasi Lampiran 6 Lembar Kuesioner Baby Blues Syndrome (EPDS) Original Lampiran 7 Lembar Kuesioner Harapan Ibu

Lampiran 8 Tabulasi Data Lampiran 9 Uji Chi-Square Test Lampiran 10 Uji Fisher Exact Test Lampiran 11 Dokumentasi

Lampiran 12 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi Lampiran 13 Angket Persetujuan


(10)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.

Arikunto, Suhasimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arizal, Alfan. (2014). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Primigravida dengan Kesiapan Menjelang Persalinan di Desa Gedangmas Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.

Beck, Cheryl T., Driscoll, Jeanne W. (2006). Postpartum Mood And Anxiety Disorders : A

Clinician’s Guide. Sudbury : Jones and Bartlett Publishers. Biddulph. (2005). Raising Boys. Jakarta : Rineka Cipta.

Bobak., Laudermilk., Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Bobak., Laudermilk., Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung : Refika Aditama.

Cho, June. (2008). Effects of Maternal Depressive Symptoms and Infant Gender on the Interactions Between Mothers and Their Medically At-Risk Infants. Journal Obstet Gynecol Neonatal Nurs ; 37(1): 58–70.

Cox, J. L., Holden, J. M., Sagovsky, R. (1987). Detection of Postnatal Depression: Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression Scale. British Journal of Psychiatry ; 150, 782-786.

Cury, A.F., Menezes, P.R., Tedesco, J.J. (2008). Maternity Blues : Prevalence and. Risk Factor. The Spanish Journal of Psychology ; 11(2): 593-599.

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depertemen Republik Indonesia.

Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC. Elder, R., Evans, K., Nizette, D. (2009). Psychiatric and Mental Health Nursing. 2nd

edition. Victoria Avenue : Mosby Elsevier Australia.

Elvira, S. (2006). Depresi Pasca Persalinan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Farabi, M. R., (2008). Gambaran Harapan Ibu Terhadap Masa Depan Anaknya yang Tunaganda-Netra. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok. Jakarta.


(11)

xvi

Fatimah, Titi. (2011). Hubungan Dukungan Sosial Suami pada Ibu Hamil dengan Keikutsertaan Senam Hamil di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jakarta.

Friedman, H. S. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta : Erlangga. Friedman, H. S. & Schustack, W.M. (2008). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern.

Jakarta : Erlangga.

Grace, S. L., Evindar, A., Stewart, D. E. (2003). The Effect of Postpartum Depression on Child Cognitive Development and Behavior: A Review and Critical Analysis of the Literature. Archives of Women’s Mental Health ; 6(4), 263-74.

Haeba & Moordiningsih. (2009). Terapi Kognitif Perilaku dan Depresi Pasca Melahirkan. Jurnal Intervensi Psikologi. Vol. 1 No. 1. 41-58.

Hatfield, Nancy T. (2013). Introductory Maternity and Pediatric Nursing. Philadelphia : Lipincott Williams & Wilkins.

Heather. (2009). Diferent Of Gender : Elementary School Guidence and Counseling. ProQuest Education Journals ; Pg. 98. (27), 3.

Henderson, C. & Jones K. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

Hidayat, Aziz A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Aziz A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, Aziz A . (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika : Jakarta.

Hoffenar, P. J., Balen, V. F., Hermanns, J. (2010). The Impact of Having A Baby on

the Level An Conten of Woman’s Well-being. Soc Indic Res ; 97: 279-295.

Irawati, D. & Yuliani, F. (2013). Pengaruh Faktor Psikososial Terhadap Terjadinya Post Partum Blues pada Ibu Nifas (Studi di Ruang Nifas RSUD R.A Basoeni Mojokerto). Prosiding Seminar Nasional. Poltekes Majapahit. Mojokerto.

Isabella, Debby. (2011). Harapan Menikah Lagi pada Wanita Bercerai. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kotila, L. E., Sullivan, S. J., Dush, C. M. K., (2014). Boy or Girl? Maternal Psychological Correlates of Knowing Fetal Sex. Journal of Personality and Individual Differences ; 68 (2014) 195–198.

Latifah, L. & Hartati. (2006). Efektifitas Skala Endinburgh dan Skala Beck dalam Mendeteksi Risiko Depresi Postpartum di RSU Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal Nursing) ; Vol. 1, No. 1: 15-19.


(12)

xvi

Latipun. (2001). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Leveno, Kenneth J., Cunningham, F. G., Gant, Norman F., Alexander, James M.,

Bloom, Steven L., Casey, Brian M., Dashe, Jodi S., Sheffield, J. S., Yost, Noicole P. (2009). Obstetri Williams : Panduan Ringkas, Ed. 21. Jakarta : EGC. Littleton, Lynna Y. & Engebretson, Joan C. (2005). Maternity Nursing Care. Delmar :

Cengage Leraning.

Loo KK., Luo X., Su H., Presson A, Li Y. (2009). Dreams of Tigers and Flowers: Child Gender Predictions and Preference in an Urban Mainland Chinese Sample During Pregnancy. Women Health ; 49(1):50–65. [PubMed: 19485234]. Loo KK., Luo X., Su H., Presson A, Li Y. (2010). Prenatal Anxiety Associated with

Male Child Preference Among Expectant Mothers At 10–20 Weeks Of Pregnancy in Xiangyun County, China. International Journal Gynaecol Obstet ; 111(3): 229–232.

Lopez, S. J., Snyder, C. R., Pedrotti, J. T. (2003). Hope: Many Definitions, Many Measures. Washington, DC, US : American Psychological Association.

Machmudah. (2010). Pengaruh Persalinan dengan Komplikasi Terhadap Kemumgkinan Terjadinya Postpartum Blues di Kota Semarang. Tesis Keperawatan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Marmi. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Masruroh. (2013). Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kejadian Postpartum Blues. Jurnal Eduhealth ; Vol. 3 No. 2.

Nirwana, Ade B. (2011). Psikologi Ibu Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo, Soekodjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, Soekodjo . (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Nurwahidah. (2014). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kejadian Depresi

Postpartum pada Ibu Primipara dan Multipara di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Pramita, Agita. (2008). Harapan (Hope) pada Remaja Penyandang Thalassaemia Mayor. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Depok.

Priyanto, Agus. (2009). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.


(13)

xvi

Putra, Dowek D. (2014). Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Kejadian School Phobia pada Anak Preschool di TK Al-Falah Batu. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Rahmi, Nuzulul. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Syndrome Baby Blues pada Ibu PostPartum di Puskesmas Suka Makmur Aceh Besar. Jurnal Karya Tulis Ilmiah. Tenaga Pengajar Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. Aceh.

Ramanda, Ajeng Nidar. (2008). Dinamika Penerimaan Ibu Terhadap Anak Tuna Grahita. Skripsi. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Registered Nurses’ Association of Ontario. (2005). Nursing Best Practice Guideline

Shaping the Future of Nursing, March.

Reid V., Oliver, MM. (2007). Postpartum Depression in Adolescent Mothers : An Integrative Review of the Literature. Journal of Pediatric Health Care ; 21 : 289-298.

Rusli, R. A., Meiyuntariningsih, T., Warni, W. E. (2011). Perbedaan Depresi Pasca Melahirkan pada Ibu Primipara ditinjau dari Usia Ibu Hamil. Jurnal INSAN. Vol. 13, No. 01: 21-31.

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Santrock, W. J. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta : Salemba Humanika.

Sari, Dewi I. & Panma, Yuanita. (2005). Karakteristik Ibu dengan Pospartum Blues di Rumah Bersalin Wilayah Depok Jawa Barat. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta.

Sari, Laila S. (2009). Sindroma Depresi Pasca Persalinan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sastroasmoro, S. & Ismael. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3.

Jakarta : Sagung Seto.

Setiawan, Vera. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga, Kesulitan Saat Persalinan dan Paritas terhadap Ibu Bersalin dengan Postpartum Blues di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda. Jurnal Karya Tulis Ilmiah. D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. Aceh.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sujarweni, V.W. (2014). Panduan Penelitian Keperawatan dengan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.


(14)

xvi

Venning, Anthony J., Eliott, J., Whitford, H., Honnor, Jill. (2007). The Impact of a

Child’s Chronic Ilness on Hopeful Thinking in Children and Parents. Journal

of Social and Clinical Psychology, 26 (6), 708-727.

Wardiah. (2013). Hubungan Usia Ibu Saat Persalinan dan Usia Pernikahan dengan Kejadian Baby Blues Syndrome pada Ibu Post Partum di Bidan Praktek Swasta (Bps) Hj. Suriani Desa Matang Kuli Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie. Jurnal Karya Tulis Ilmiah. STIKes U’Budiyah. Aceh.

Woolfson, R. C. (2005). Perbincangan Ringan dengan Anak Anda. Batam : Kharisma Publishing Group.

Yancey, Yusita. (2012). Hubungan Antara Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Sibling Rivalry pada Anak Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Popoh Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Yusdiana, Dina. (2009). Perbedaan Kejadian Stres Pasca Trauma pada Ibu Post Partum dengan Seksio Sesaria Emergency, Partus Pervaginam dengan Vakum dan Partus Spontan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara : Medan.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kelahiran seorang anak umumnya dipandang sebagai kejadian yang bahagia, namun banyak perempuan yang mengalami gejala depresi 4-6 minggu setelah melahirkan dengan kesulitan memahami mengapa mereka mengalami depresi, karena mereka menganggap bahwa ini adalah waktu yang menggembirakan. Ibu postpartum sebagian besar mengalami apa yang dikenal sebagai postpartum blues. Postpartum blues adalah respon normal terhadap tekanan melahirkan dan menghilang dengan cepat, umumnya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu (Elder, 2009).

Menurut Lusskin dan Misri (2013, dalam Hatfield, 2013), postpartum blues (juga dikenal sebagai baby blues atau maternity blues) adalah keadaan yang paling umum dan paling serius. Menurut Littleton & Engebretson (2005), mengatakan bahwa gejala ini biasanya terjadi pada periode postpartum awal, sering dalam 3-10 hari setelah melahirkan. Penelitian mengungkapkan bahwa sekitar 40% sampai 80% dari semua wanita postpartum mengalami fase transisi ini yaitu sedih dan menangis.

Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia hamil. Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang normal terjadi dalam hidup, tetapi demikian banyak ibu yang mengalami stres yang signifikan. Banyak bukti menunjukkan bahwa periode kehamilan, persalinan dan pascanatal merupakan masa terjadinya stres berat, kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian diri (Marmi, 2014).


(16)

2

Faktor yang mempengaruhi baby blues adalah yang faktor psikologis yang meliputi dukungan keluarga khusunya suami, faktor demografi yang meliputi usia dan paritas, faktor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status perkawinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi baby blues biasanya tidak berdiri sendiri sehingga gejala dan tanda baby blues sebenarnya adalah suatu mekanisme multifaktorial (Nirwana, 2011 dalam Irawati & Yuliani, 2013).

Menurut Marmi (2014), baby blues syndrome ini bisa menimbulkan gejala seperti, cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak percaya diri. Themze (2010, dalam Wardiah, 2013) mengemukakan bahwa ibu baru yang tidak mampu mengurus bayinya mengalami tanda-tanda baby blues syndrome seperti sulit berkonsentrasi, kesepian dan perasaan sedih yang mendominasi. Berdasarkan analisa 43 studi yang melibatkan lebih dari 28.000 responden, diketahui angka kejadian baby blues syndrome di Amerika Serikat pada ibu baru mencapai 14,1% lebih tinggi dibandingkan dari negara Eropa, Australia, Amerika Selatan dan China. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Reck (2009), menunjukkan bahwa tingkat prevalensi baby blues syndrome diperkirakan di kalangan perempuan di Jerman adalah 55,2%.

Angka kejadian baby blues syndrome di Indonesia seperti di Jakarta menurut Pangesti (2010, dalam Wardiah, 2013) yang penelitiannya dilakukan oleh dr. Irawati Sp.Kj, 25% dari 580 ibu yang menjadi respodennya mengalami gejala ini. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadian baby blues syndrome terdapat 11-30%. Menurut hasil penelitian Wardiah (2013) sendiri di Kabupaten Pidie,


(17)

3

menunjukan bahwa dari 41 responden ternyata mayoritas tidak mengalami baby blues syndrome yaitu 26 responden (63,4%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Machmudah (2010), menjelaskan bahwa hasil analisis antara paritas dengan kemungkinan terjadinya baby blues syndrome, yaitu dari 28 ibu multipara terdapat 6 orang responden (11,1%) yang mengalami kemungkinan terjadinya baby blues syndrome dan dari 52 ibu primipara terdapat 48 orang responden (88,9%) yang mengalami kemungkinan terjadinya baby blues syndrome. Menurut Masruroh (2013), perempuan primipara lebih umum menderita baby blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.

Menurut Elvira (2006, dalam Machmudah, 2010) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya baby blues syndrome salah satunya adalah keadaan atau kualitas kesehatan bayi. Masalah yang dialami bayi menyebabkan ibu kehilangan minat untuk mengurus bayinya. Masalah pada bayi tersebut antara lain adanya komplikasi kelahiran atau lahir dengan jenis kelamin tidak sesuai dengan harapan, atau lahir dengan cacat bawaan.

Menurut Kotila (2014) dalam jurnalnya, menjelaskan bahwa bagi ibu-ibu yang perfeksionis mungkin lebih cenderung untuk mencari dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui gender bayi, karena menurut mereka mengidentifikasi gender bayi dapat meredakan kecemasan selama proses kehamilan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Loo, Luo, Su, et al. (2010) di perkotaan Mainland Chinese, menjelaskan bahwa preferensi anak laki-laki dikaitkan dengan kecemasan prenatal. Implikasinya adalah tekanan dari


(18)

4

keluarga pada ibu agar sesuai dengan harapan masyarakat dan keluarga dengan menghasilkan anak laki-laki "ahli waris" menyebabkan kecemasan ibu selama kehamilan.

Teori dari jurnalnya Cho (2008), menjelaskan bahwa ibu dari anak laki-laki memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi depresi berat daripada ibu dari anak perempuan. Anak laki-laki lebih tahan terhadap ibu mereka, kurang waspada, dibandingkan anak perempuan. Depresi pada ibu menunjukkan kurang positif dalam interaksi ibu-bayi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan karena ibu depresi yang merasakan lebih kesulitan dalam mengasuh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, karena laki-laki cenderung lebih menuntut, menangis dan rewel lagi, dan menunjukkan kemarahan (Grace, Evindar, & Stewart, 2003). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Loo, Luo, Su, et al. (2009) di perkotaan Mainland Cina, sebagian besar ibu menyatakan keinginan untuk memiliki anak perempuan, bahkan jika mereka percaya bahwa suami mereka ingin anak laki-laki. Namun, dugaan anak laki-laki yang lebih umum daripada dugaan anak perempuan. Sementara ibu mungkin tidak dilaporkan keinginan untuk anak laki-laki, tidak tertutup kemungkinan bahwa ibu mungkin menjaga diri terhadap kekecewaan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara yang telah di lakukan oleh peneliti di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang di ambil 6 sampel ibu postpartum 2 hari-2 minggu. Hasil dari wawancara yang penulis dapatkan 4 dari 6 ibu primipara mengalami baby blues syndrome, sedangkan 2 ibu primipara lagi tidak mengalami baby blues syndrome, karena banyak ibu yang merasa belum siap menjadi seorang ibu karena ibu primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir,


(19)

5

maka ibu mempunyai tugas dan tanggung jawab baru. Hasil dari wawancara tersebut, ke 4 ibu yang mengalami baby blues syndrome mengatakan : ibu merasa sebal ketika mendengar tangisan bayinya, belum mau mengurusi bayinya sehingga menyerahkan bayi kepada ibunya, merasa gelisah dan susah tidur. Dua ibu primipara dari ke 4 ibu yang mengalami baby blues syndrome menyatakan mengenai jenis kelamin bayi, bahwa saat kehamilan mereka menginginkan jenis kelamin tertentu jika bayi sudah lahir nanti.

Berdasarkan fakta di atas, maka peneliti tertarik menganalisis hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome ibu primipara di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Harapan Ibu pada Gender Bayi dengan Terjadinya Baby Blues Syndrome pada Ibu Primipara di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang ?”

1. 3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada Hubungan Harapan Ibu pada Gender Bayi dengan Terjadinya Baby Blues Syndrome pada Ibu Primipara di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.


(20)

6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tentang harapan ibu pada gender bayi.

b. Untuk mengetahui kejadian baby blues syndrome pada ibu primipara di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

c. Untuk mengetahui hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome pada ibu primipara di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

1. 4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian dan bisa mengaplikasikan ilmu keperawatan pada masyarakat khususnya ibu postpartum yang mengalami baby blues syndrome setelah melahirkan.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan dapat memberikan informasi berkaitan dengan hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome ibu primipara.

3. Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan pada ibu postpartum khususnya pada ibu primipara tentang terjadinya baby blues syndrome dan mengetahui cara untuk menghadapi persalinan dan persiapan untuk menjadi ibu.


(21)

7

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan dan bisa mengaplikasikan perawatan dan pencegahan kepada masyarakat mengenai terjadinya baby blues syndrome.

1. 5 Keaslian Penelitian

1. Menurut hasil penelitian Wardiah tahun 2013 dalam Jurnal Karya Tulis Ilmiahnya yang berjudul Hubungan Usia Ibu saat Persalinan dan Usia Pernikahan dengan Kejadian Baby Blues Syndrome pada Ibu Postpartum di Bidan Praktek Swasta (Bps) Hj. Suriani Desa Matang Kuli Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2013, penelitian ini dilakukan mulai tanggal 16-29 Juli 2013, dan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa usia saat perkawinan mempengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang dalam melalui pernikahan dan persalinan, sehingga kemungkinan untuk mengalami baby blues lebih besar, dari pada menikah pada usia di atas 20 tahun hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mengambarkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara usia saat perkawinan dengan kejadian baby blues hal ini dikarenakan mental ibu yang belum siap untuk membangun sebuah perkawinan dan menerima suatu kehamilan.

Sedangkan mengenai kejadian baby blues dengan usia saat melahirkan didapatkan hasil penelitian dari 7 responden ibu yang berusia dewasa awal mayoritas mengalami kejadian baby blues syndrom yaitu sebanyak 6 responden (85,7 %), dari 29 responden ibu yang usia saat melahirkan pada usia dewasa tengah mayoritas tidak mengalami baby blues syndrome sebanyak 21 responden (72,4 %), dari 5 responden yang usia saat melahirkan pada usia dewasa akhir


(22)

8

mayoritas tidak mengalami baby blues syndrom sebanyak 4 responden (80,0%). Jadi, berdasarkan perhitungan diatas diperoleh p-value adalah 0,012. Selanjutnya dilakukan pengujian dimana p-value 0,012 < 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara usia saat melahirkan dengan kejadian baby blues syndrome.

Ada perbedaan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya adalah menganalisa hubungan usia ibu saat persalinan dan usia pernikahan dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum. Sedangkan dalam penelitian ini akan menganalisa hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu primipara. 2. Menurut Rahmi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Syndrome Baby Blues pada Ibu Postpartum di Puskesmas Suka Makmur Aceh Besar pada seluruh ibu postpartum 7-44 hari yaitu 45 orang ibu, tentang Hubungan Dukungan Sosial dengan Kejadian Baby Blues Syndrome pada Ibu Postpartum menunjukkan bahwa hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 25 responden yang tidak ada dukungan sosial dan mengalami baby blues syndrome sebanyak 72%, dan dari 20 responden yang ada dukungan sosial dan tidak mengalami baby blues syndrome sebanyak 65%.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat

kemaknaan (α) = 0,05 dan nilai p value = 0,029. Sehingga didapat kesimpulan

bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau terdapat hubungan dukungan sosial dengan dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum di Puskesmas Suka Makmur Aceh Besar.

Perbedaan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan


(23)

9

kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum yang terdiri dari dukungan sosial. Sedangkan dalam penelitian ini akan mengidentifikasi hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu primipara.

3. Menurut hasil penelitian Loo, Luo, Su, et al. tahun 2010 pada jurnalnya yang berjudul Prenatal Anxiety Associated with Male Child Preference Among Expectant Mothers at 10–20 Weeks of Pregnancy in Xiangyun County, China menunjukkan bahwa sebanyak 174 perempuan diwawancarai pada 12-19 minggu kehamilan. Di antara 84 ibu yang membuat prediksi tentang gender, 56 (67%) berpikir mereka mempunyai anak laki-laki, dan 28 (33%) mengharapkan seorang perempuan, dari 63 ibu yang menyatakan keinginan untuk laki-laki atau anak perempuan, 45 (71%) berharap untuk anak perempuan dan 18 (29%) berharap untuk anak laki-laki. Ibu dengan gelar sarjana atau pascasarjana lebih mungkin menunjukkan pilihan untuk anak laki-laki. Ibu hamil tua lebih mungkin untuk melaporkan bahwa mereka pikir ingin anak laki-laki. Kesimpulannya, sebagian besar ibu tidak menyatakan pilihan yang berbeda untuk jenis kelamin anak. Lebih banyak ibu menyatakan keinginan untuk memiliki anak perempuan ketika memilih gender, namun dugaan anak laki-laki lebih sering daripada dugaan anak perempuan. Lebih besar pilihan anak laki-laki dan prediksi antara ibu yang berpendidikan tinggi dan ibu hamil tua mungkin mencerminkan status sosial yang tersirat dalam memiliki anak di perkotaan Cina.

Ada perbedaan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya adalah menganalisis pengaruh harapan ibu pada gender bayi terhadap kecemasan ibu selama kehamilan dengan membedakan


(24)

10

variabel terikatnya, pada penelitian sebelumnya variabel terikatnya adalah kecemasan ibu selama kehamilan sedangkan penelitian ini tentang terjadinya baby blues syndrome pada ibu primipara.

4. Menurut hasil penelitian Loo, Luo, Su, et al tahun 2009 pada jurnalnya yang berjudul Dreams of Tigers and Flowers: Child Gender Predictions and Preference in an Urban Mainland Chinese Sample during Pregnancy pada ibu dengan usia kehamilan 12-19 minggu, yang memiliki tempat tinggal di ibukota provinsi menunjukkan bahwa sebanyak 111 (63,8%) yang tidak menyatakan preferensi untuk laki-laki atau anak perempuan. Semua dari mereka menyatakan bahwa hal itu tidak masalah seperti apa jenis kelamin anak, mereka menyatakan bahwa mereka tidak bisa, atau tidak akan, menebak, atau hanya tidak tahu. Seratus empat ibu memberikan penjelasan untuk preferensi dinyatakan gender atau mengapa itu tidak penting bagi mereka. Semua penjelasan secara konsisten sepanjang baris "selama bayi sehat, saya akan senang" atau "jenis kelamin bayi tidak masalah bagi saya. Hanya satu ibu, yang menyatakan preferensi anak perempuan, mengatakan bahwa dia sendiri akan lebih memilih untuk memiliki anak perempuan, namun keinginan suaminya untuk anak laki-laki.

Dari 63 wanita yang menyatakan keinginan untuk anak laki-laki atau perempuan, 45 (71%) berharap untuk seorang perempuan dan 18 (29%) berharap untuk anak laki-laki. Di antara 93 ibu yang menyatakan apa yang mereka yakini sebagai keinginan suami mereka, 54 (58%) menganggap suami mereka ingin anak laki-laki. Ibu mungkin tidak dilaporkan keinginan untuk anak laki-laki, tidak tertutup kemungkinan bahwa ibu mungkin menjaga diri terhadap kekecewaan. Di antara perempuan dengan gelar


(25)

11

sarjana atau pascasarjana, bagaimanapun keinginan untuk anak laki-laki lebih sering diungkapkan. Wanita yang lebih tua juga lebih mungkin untuk memprediksi bahwa mereka mendapatkan anak laki-laki

Perbedaan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya memprediksi gender bayi laki-laki dan preferensi harapan ibu terhadap gender bayi. Sedangkan dalam penelitian ini akan menganalisis hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome.

1. 6 BATASAN PENELITIAN

Untuk mempermudah dan mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian ini diberi batasan penelitian sesuai judul Hubungan Harapan Ibu pada Gender Bayi dengan Terjadinya Baby Blues Syndrome Ibu Primipara di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang ini sebagai berikut :

1. Responden penelitian ini adalah pada ibu primipara di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

2. Responden penelitian ini adalah pada ibu yang melahirkan secara pervaginam atau normal.

3. Lingkup yang akan diteliti adalah harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome.


(1)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tentang harapan ibu pada gender bayi.

b. Untuk mengetahui kejadian baby blues syndrome pada ibu primipara di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

c. Untuk mengetahui hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome pada ibu primipara di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

1. 4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian dan bisa mengaplikasikan ilmu keperawatan pada masyarakat khususnya ibu postpartum yang mengalami baby blues syndrome setelah melahirkan.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan dapat memberikan informasi berkaitan dengan hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome ibu primipara.

3. Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan pada ibu postpartum khususnya pada ibu primipara tentang terjadinya baby blues syndrome dan mengetahui cara untuk menghadapi persalinan dan persiapan untuk menjadi ibu.


(2)

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan dan bisa mengaplikasikan perawatan dan pencegahan kepada masyarakat mengenai terjadinya baby blues syndrome.

1. 5 Keaslian Penelitian

1. Menurut hasil penelitian Wardiah tahun 2013 dalam Jurnal Karya Tulis Ilmiahnya yang berjudul Hubungan Usia Ibu saat Persalinan dan Usia Pernikahan dengan Kejadian Baby Blues Syndrome pada Ibu Postpartum di Bidan Praktek Swasta (Bps) Hj. Suriani Desa Matang Kuli Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie

Tahun 2013, penelitian ini dilakukan mulai tanggal 16-29 Juli 2013, dan hasil

penelitiannya mengemukakan bahwa usia saat perkawinan mempengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang dalam melalui pernikahan dan persalinan, sehingga kemungkinan untuk mengalami baby blues lebih besar, dari pada menikah pada usia di atas 20 tahun hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mengambarkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara usia saat perkawinan dengan kejadian baby blues hal ini dikarenakan mental ibu yang belum siap untuk membangun sebuah perkawinan dan menerima suatu kehamilan.

Sedangkan mengenai kejadian baby blues dengan usia saat melahirkan didapatkan hasil penelitian dari 7 responden ibu yang berusia dewasa awal mayoritas mengalami kejadian baby blues syndrom yaitu sebanyak 6 responden (85,7 %), dari 29 responden ibu yang usia saat melahirkan pada usia dewasa tengah mayoritas tidak mengalami baby blues syndrome sebanyak 21 responden (72,4 %), dari 5 responden yang usia saat melahirkan pada usia dewasa akhir


(3)

mayoritas tidak mengalami baby blues syndrom sebanyak 4 responden (80,0%). Jadi, berdasarkan perhitungan diatas diperoleh p-value adalah 0,012. Selanjutnya dilakukan pengujian dimana p-value 0,012 < 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara usia saat melahirkan dengan kejadian baby blues syndrome.

Ada perbedaan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya adalah menganalisa hubungan usia ibu saat persalinan dan usia pernikahan dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum. Sedangkan dalam penelitian ini akan menganalisa hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu primipara. 2. Menurut Rahmi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Syndrome Baby Blues pada Ibu Postpartum di

Puskesmas Suka Makmur Aceh Besar pada seluruh ibu postpartum 7-44 hari

yaitu 45 orang ibu, tentang Hubungan Dukungan Sosial dengan Kejadian

Baby Blues Syndrome pada Ibu Postpartum menunjukkan bahwa hasil penelitian

dapat dilihat bahwa dari 25 responden yang tidak ada dukungan sosial dan mengalami baby blues syndrome sebanyak 72%, dan dari 20 responden yang ada dukungan sosial dan tidak mengalami baby blues syndrome sebanyak 65%.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 dan nilai p value = 0,029. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau terdapat hubungan dukungan sosial dengan dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum di Puskesmas Suka Makmur Aceh Besar.

Perbedaan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan


(4)

kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum yang terdiri dari dukungan sosial. Sedangkan dalam penelitian ini akan mengidentifikasi hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu primipara.

3. Menurut hasil penelitian Loo, Luo, Su, et al. tahun 2010 pada jurnalnya yang berjudul Prenatal Anxiety Associated with Male Child Preference Among Expectant

Mothers at 10–20 Weeks of Pregnancy in Xiangyun County, China menunjukkan

bahwa sebanyak 174 perempuan diwawancarai pada 12-19 minggu kehamilan. Di antara 84 ibu yang membuat prediksi tentang gender, 56 (67%) berpikir mereka mempunyai anak laki-laki, dan 28 (33%) mengharapkan seorang perempuan, dari 63 ibu yang menyatakan keinginan untuk laki-laki atau anak perempuan, 45 (71%) berharap untuk anak perempuan dan 18 (29%) berharap untuk anak laki-laki. Ibu dengan gelar sarjana atau pascasarjana lebih mungkin menunjukkan pilihan untuk anak laki-laki. Ibu hamil tua lebih mungkin untuk melaporkan bahwa mereka pikir ingin anak laki-laki. Kesimpulannya, sebagian besar ibu tidak menyatakan pilihan yang berbeda untuk jenis kelamin anak. Lebih banyak ibu menyatakan keinginan untuk memiliki anak perempuan ketika memilih gender, namun dugaan anak laki-laki lebih sering daripada dugaan anak perempuan. Lebih besar pilihan anak laki-laki dan prediksi antara ibu yang berpendidikan tinggi dan ibu hamil tua mungkin mencerminkan status sosial yang tersirat dalam memiliki anak di perkotaan Cina.

Ada perbedaan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya adalah menganalisis pengaruh harapan ibu pada gender bayi terhadap kecemasan ibu selama kehamilan dengan membedakan


(5)

variabel terikatnya, pada penelitian sebelumnya variabel terikatnya adalah kecemasan ibu selama kehamilan sedangkan penelitian ini tentang terjadinya

baby blues syndrome pada ibu primipara.

4. Menurut hasil penelitian Loo, Luo, Su, et al tahun 2009 pada jurnalnya yang berjudul Dreams of Tigers and Flowers: Child Gender Predictions and Preference in an

Urban Mainland Chinese Sample during Pregnancy pada ibu dengan usia

kehamilan 12-19 minggu, yang memiliki tempat tinggal di ibukota provinsi menunjukkan bahwa sebanyak 111 (63,8%) yang tidak menyatakan preferensi untuk laki-laki atau anak perempuan. Semua dari mereka menyatakan bahwa hal itu tidak masalah seperti apa jenis kelamin anak, mereka menyatakan bahwa mereka tidak bisa, atau tidak akan, menebak, atau hanya tidak tahu. Seratus empat ibu memberikan penjelasan untuk preferensi dinyatakan gender atau mengapa itu tidak penting bagi mereka. Semua penjelasan secara konsisten sepanjang baris "selama bayi sehat, saya akan senang" atau "jenis kelamin bayi tidak masalah bagi saya. Hanya satu ibu, yang menyatakan preferensi anak perempuan, mengatakan bahwa dia sendiri akan lebih memilih untuk memiliki anak perempuan, namun keinginan suaminya untuk anak laki-laki.

Dari 63 wanita yang menyatakan keinginan untuk anak laki-laki atau perempuan, 45 (71%) berharap untuk seorang perempuan dan 18 (29%) berharap untuk anak laki-laki. Di antara 93 ibu yang menyatakan apa yang mereka yakini sebagai keinginan suami mereka, 54 (58%) menganggap suami mereka ingin anak laki-laki. Ibu mungkin tidak dilaporkan keinginan untuk anak laki-laki, tidak tertutup kemungkinan bahwa ibu mungkin menjaga diri terhadap kekecewaan. Di antara perempuan dengan gelar


(6)

sarjana atau pascasarjana, bagaimanapun keinginan untuk anak laki-laki lebih sering diungkapkan. Wanita yang lebih tua juga lebih mungkin untuk memprediksi bahwa mereka mendapatkan anak laki-laki

Perbedaan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya memprediksi gender bayi laki-laki dan preferensi harapan ibu terhadap gender bayi. Sedangkan dalam penelitian ini akan menganalisis hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome.

1. 6 BATASAN PENELITIAN

Untuk mempermudah dan mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian ini diberi batasan penelitian sesuai judul Hubungan Harapan Ibu pada Gender Bayi dengan Terjadinya Baby Blues Syndrome Ibu Primipara di Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang ini sebagai berikut :

1. Responden penelitian ini adalah pada ibu primipara di wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

2. Responden penelitian ini adalah pada ibu yang melahirkan secara pervaginam atau normal.

3. Lingkup yang akan diteliti adalah harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome.