barang publik dan barang pemerintahan

Nama

: Sapitri Karuniani

NIM

: GAC 114 068

Jurusan

: Ilmu Pemerintahan

Mata Kuliah : Keuangan Negara
1.

BARANG PUBLIK
Secara umum barang publik biasa dipahami sebagai sesuatu yang dapat dinikmati

atau dibutuhkan oleh semua orang. Suatu barang publik merupakan barang-barang yang
tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik adalah barang yang apabila

dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang
tersebut. Barang publik memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif. Ini berarti konsumsi
atas barang tersebut oleh sutu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia
untuk dikonsumsi oleh individu lainnya dan non-eksklusif berarti semua orang berhak
menikamti manfaat dari barang tersebut. Contoh barang publik ini diantaranya udara,
cahaya matahari, lampu lalu lintas, pemerintahan dan sebagainya. Barang publik (public
goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan
mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Barang publik sempurna (pure
public goods) adalah barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama
terhadap seluruh anggota masyarakat. Barang publik hampir sama dengan barang kolektif.
Bedanya, barang publik adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan), sementara
barang kolektif dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu komunitas yang lebih kecil)
dan hanya berhak digunakan secara umum oleh komunitas tersebut.
Macam-macam Barang Publik
Barang publik memiliki dua sifat atau dua aspek yang terkait dengan penggunaannya,
yaitu :
1) Non-rivalry. Berarti bahwa penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak
akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut.
Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi menfaat
yang diperoleh orang lain. Contoh, dalam kondisi normal, apabila kita menikmati udara

bersih dan sinar matahari, orang-orang di sekitar kita pun tetap dapat mengambil manfaat
yang sama.
2) Non-excludable. Berarti bahwa apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang
dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut. Dalam

konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun tidak membayar dapat
menikmati barang tersebut. Contoh, masyarakat membayar pajak kemudian diantaranya
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan jasa kepolisian, dapat menggunakan jasa
kepolisian tersebut tidak hanya terbatas pada yang membayar pajak saja. Mereka yang
tidak membayar pun dapat mengambil menfaat atas jasa tersebut. Singkatnya, tidak ada
yang dapat dikecualikan (excludable) dalam mengambil manfaat atas barang publik.
2.

BARANG PEMERINTAH (BARANG NEGARA)
1. Pengertian Barang MIlik Negara
Barang Milik Negara, atau yang biasa disingkat BMN, merupakan bagian tak

terpisahkan dari Keuangan Negara sebagaimana tertuang dalam pasal 1 Undang- undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa: “Keuangan Negara
adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala

sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.”
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,pada
pasal 1 disebutkan bahwa: “Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.” Dimana tidak
termasuk dalam pengertian BMN adalah barang-barang yang dikuasai dan atau dimiliki
oleh:
a.

Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD termasuk yang sumber

dananya berasal dari APBN tetapi sudah diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah).
b.

Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari:

1)

Perusahaan Perseroan, dan


2)

Perusahaan Umum.

c.

Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah.
Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pengertian “perolehan lainnya yang sah”
disebutkan antara lain meliputi hibah/sumbangan, pelaksanaan perjanjian/kontrak,
diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, dan berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
2. Klasifikasi Barang Milik Negara.
Dalam akuntansi pemerintahan, BMN merupakan bagian dari aset pemerintah
pusat yang berwujud. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah, dalam Lampiran I.08 PSAP 07 tentang Akuntansi Aset
Tetap dijelaskan bahwa aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap tersebut yaitu sebagai

berikut :
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun
oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
f. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
Untuk memudahkan identifikasi, maka setiap BMN diklasifikasikan dengan cara tertentu
sehingga memberikan kemudahan dalam pengelolaannya. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara
sebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.018/1999 tentang
Klasifikasi dan Kodefikasi Barang Inventaris Milik/Kekayaan Negara membagi BMN
dalam klasifikasi Golongan, Bidang, Kelompok, Sub Kelompok, dan Sub-sub kelompok.

Golongan BMN meliputi: Barang Tidak Bergerak; Barang Bergerak; Hewan, Ikan
dan Tanaman, Barang Persediaan, Konstruksi Dalam Pengerjaan, Aset Tak Berwujud dan
Golongan Lain-lain. Dari masing-masing Golongan tersebut selanjutnya dirinci lagi ke
dalam klasifikasi bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub kelompok. Dengan
demikian, klasifikasi paling rinci (detil) ada di level Sub-sub kelompok.
3. Pengelolaan Barang Milik Negara.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
BarangMilik Negara/Daerah, disebutkan bahwa pengelolaan BMN adalah kegiatan
yang dilakukan atas BMN mulai dari perencanaan sampai dengan penghapusan

yang meliputi 10 (sepuluh) kegiatan sebagai berikut :
a.

Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang

milik negara/daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.
b.

Pengadaan
Perencanaan

anggaran

yang

mencerminkan

kebutuhan


riil barang

milik

Negara/daerah pada kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah selanjutnya
menentukan pencapaian tujuan pengadaan barang yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan

tugas

pokok

dan

fungsi

pemerintah.Pengadaan

barang


milik

negara/daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan
terbuka, bersaing, adil/ tidak diskriminatif dan akuntabel.
c.

Penggunaan
Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam

mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.

d.

Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah yang tidak

dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah, dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun

serah guna/bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan.
e.

Pengamanan dan pemeliharaan
Pengamanan

administrasi

yang

ditunjang

oleh

pengamanan

fisik

dan


pengamanan hukum atas barang milik negara/daerah merupakan bagian penting
dari pengelolaan barang milik ncgara/daerah. Sedangkan pemeliharaan adalah suatu
rangkaian kegiatan untuk menjaga kondisi dan memperbaiki semua barang milik
negara/daerah agar selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya
guna dan berhasil guna.
f.

Penilaian
Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada

data/fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknik tertentu untuk
memperoleh nilai barang milik negara/daerah.
g.

Penghapusan
Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara/daerah dari daftar

barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna barang dan/atau pengelola barang dari
tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.
h.

Pemindahtanganan
Pemindah tanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik negara/daerah

sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau
disertakan sebagai modal pemerintah.
i.

Penatausahaan
Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi,

dan pelaporan barang milik negara/daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
j.

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian
Menteri

Keuangan

menetapkan

kebijakan

umum

dan

kebijakan

teknis

pengelolaan barang milik negara/daerah, sedangkan Menteri Dalam Negeri menetapkan
kebijakan teknis dan melakukan pembinaan pengelolaan barang milik daerah
sesuai dengan kebijakan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kebijakan umum.