Riset Pasar Positioning dan Kepuasan Pro

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Mencuci pakaian merupakan rutinitas yang dilakukan oleh setiap rumah

tangga, sehingga kebutuhan akan produk deterjen menjadi lahan bisnis bagi para
produsen untuk menciptakan berbagai produk deterjen. Hal ini karena deterjen
merupakan produk utama yang dibutuhkan untuk mencuci pakaian. Saat ini,
banyak

deterjen

muncul

dengan

menambahkan

variasi-variasi


serta

keunggulannya masing-masing.
Kondisi di industri produk deterjen kini terlihat sanngat bersaing dengan
gencar melakukan inovasi produk, promosi iklan bahkan sampai brand yang
mencirikan produk seperti “berani kotor itu baik” dan memunculkan inovasi
deterjen baru yaitu deterjen cair. Beberapa produsen juga mencoba dengan
membagikan hadiah pada masyarakat yang memakai deterjen tersebut. Dengan
teknik seperti itu diharapkan konsumen berkeinginan memperoleh hadiah dengan
memakai produk deterjen tersebut terus menerus. Beberapa deterjen lain juga
menawarkan hadiah, baik yang diletakkan pada kemasan maupun yang di undi
melalui kupon berhadiah.
Perubahan pola pemasaran tersebut dapat berakibat pada perubahan perilaku
konsumen. Merebaknya produk deterjen yang sama tetapi berbeda merek
membuat konsumen untuk mencoba produk sampai ditemukan produk yang
sesuia dengan keinginannya. Pergantian produk produk deterjen merupakan
realitas yang ada di masyarakat. Dalam hal ini sehingga produsen

berusaha


menciptakan kesan di benak konsumen bahwa produknya lah yang terbaik.
Berdasarkan uraian di atas memperlihatkan bahwa ketatnya persaingan
industri deterjen saat ini, mulai dari persaingan atribut-atribut utama produk,
harga, varians produk hingga hadiah-hadiah untuk mengambil hati konsumen. Hal
ini yang meletarbelakagi dilakukan penelitian mengenai analisis produk deterjen.
Analisis yang dilakukan adalah melihat posisi (positioning) dari masing-masing
merek deterjen yang diambil yaitu Rinso, Daia dan So Klin. Sebab semakin
banyaknya merek yang bermunculan akan membuat banyak pilihan bagi

1

konsumen untuk memilihnya, oleh karena itu dilakukan positioning. Selain itu
analisis yang digunakan adalah menganalisis kepuasan dari masing-masing merek
produk deterjen sesuai dengan atribut keunggulannya masing-masing, sehingga
dapat mengetahui atribut apakah yang paling berperan dan dapat menonjol bagi
konsumen mengenai produk deterjen tersebut.
Beberapa merek deterjen tersebut selayaknya menjadi obyek pilihan
konsumen pengguna deterjen, karena masing-masing produk memiliki ciri atau
karakteristik tertentu sehingga konsumen cenderung lebih selektif dalam memilih

dan menggunakan sesuai kebutuhan. Pentingnya mengetahui posisi produk
menurut konsumen maka pengambilan obyek penelitian diambil konsumen
pengguna deterjen dari masyarakat kecamatan Sukolilo Surabaya sebagai wilayah
penelitian.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.
1.

Bagaimana karakteristik konsumen dan perilaku konsumen pengguna
deterjen Rinso, Daia dan So Klin?

2.

Bagaimana positioning atribut – atribut produk deterjen Rinso, Daia dan So
Klin?


3.

Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap produk deterjen pada
merek So Klin, Rinso dan Daia?

1.3

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.

Mengetahui karakteristik konsumen dan perilaku konsumen pengguna
deterjen Rinso, Daia dan So Klin.

2.

Menganalisis positioning pada atribut – atribut produk deterjen Rinso, Daia
dan So Klin.


3.

Mengukur tingkat kepuasan konsumen terhadap produk deterjen pada merek
So Klin, Rinso dan Daia.

2

1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari riset ini adalah sebagai informasi

mengenai penentuan posisi produk deterjen melalui pengelolaan presepsi
konsumen yang di tinjau dari beberapa atribut produk. selain itu juga sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan implementasi mengenai riset pemasaran pada
analisis kepuasan dan positioning. Penelitian ini juga bermanfaat untuk produsen
deterjen khususnya pemasar karena dapat mengetahui perilaku konsumen dalam
melakukan pembelian deterjen yang dapat membantu menyusun program
pemasaran yang lebih efektif.
1.5


Batasan Masalah
Batasan masalah pada riset pemasaran ini yaitu tentang produk deterjen

dimana membandingkan tiga deterjen bubuk Rinso, Daia dan So Klin. Target
populasinya adalah Kecamatan Sukolilo, Surabaya dimana langsung melakukan
survei pada warga wanita di Sukolilo Surabaya.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Manajemen Pemasaran
Definisi manajemen pemasaran yang disetujui oleh Asosiasi Pemasaran

Amerika (Kotler, 2001) sebagai berikut, “…Manajemen pemasaran adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta
penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.” Definisi tersebut menjelaskan
bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisis,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, yang mencakup barang, jasa dan
gagasan dalam pertukaran yang diiginkan dengan pasar sasaran dengan tujuan
menghasilkan keputusan bagi pihak-pihak yang terlibat.
2.2

Positioning
Positioning adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan

sehingga menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan berada dalam benak
pelanggan sasarannya (Kotler, 1997). Positioning merupakan elemen yang sangat
utama dalam suatu strategi pemasaran.
Sebuah perusahaan dapat menentukan posisinya melalui persepsi pelanggan
terhadap produknya dan produk pesaingnya sehingga akan dihasilkan peta
persepsi. Dengan menggunakan informasi dari peta persepsi itu, dapat dikenali
berbagai strategi penentuan posisi antara lain.
a.

Positioning menurut atribut produk : usaha memposisikan diri menurut

atribut produknya.

b.

Positioning menurut manfaat : produk di posisikan sebagai pemimpin dalam
suatu manfaat tertentu.

c.

Positioning menurut harga/ kualitas : produk diposisikan sebagai nilai (harga
dan kualitas) terbaik.

d.

Positioning menurut pengguna/ penerapan : usaha memposisikan produk
sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan/ penerapan

4

e.


Positioning menurut pemakai : usaha memposisikan produk sebagai yang
terbaik untuk sejumlah kelompok pemakai.

f.

Positioning menurut pesaing : produk memposisikan diri sebagai lebih baik
daripada pesaing utamanya.

g.

Positioning menurut kategori produk : produk di posisikan sebagai
pemimpin dalam suatu kategori produk.

2.3 Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler & Amrstrong,“kepuasan pelanggan (customer sactisfaction)
yaitu tingkatan dimana kinerja anggapan produk sesuaidengan ekspektasi
pembeli”. Sedangkan menurut Fandy Tjiptono, dkk“Kepuasan pelanggan
merupakan konsep sentral dalam wacana bisnisdan manajemen”(2008:37).
Konsekuensi kepuasan dan ketidakpuasanpelanggan sangat krusial bagi kalangan

bisnis, pemerintah dankonsumen. Bagi bisnis kepuasan dipandang sebagai salah
satu

dimensikinerja

pasar.

Peningkatan

kepuasan

pelanggan

berpotensi

mengarahpada pertumbuhan penjualan jangka panjang dan jangka pendek,
sertapangsa pasar sebagai hasil pembelian ulang.Bagi pemerintah, konsep
kepuasan/ketidakpuasan

pelanggan


dapatmembantu

mereka

dalam

mengidentifikasi dan mengisolasi produk danindustri yang membutuhkan
tindakan pemerintah dalam rangkameningkatkan kesejahteraan konsumen. Bagi
konsumen, konsepkepuasan pelanggan bermanfaat dalam memberikan informasi
lebihlanjut tentang seberapa puas atau tidak konsumen lain terhadap produkatau
jasa tertentu.menurut Kotler (1997),” kepuasan merupakan tingkatperasaan di
mana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerjaproduk/jasa yang
diterima dan yang diharapkan”.
2.3.1 Faktor Pendorong Terhadap Kepuasan Pelanggan
Faktor-faktor pendorong kepuasan kepada pelanggan dalam Handi Irawan
(2007:37) adalah sebagai berikut.
a. Kualitas Produk
Pelanggan akan merasa puas setelah membeli dan menggunakan produk
tersebut yang memiliki kualitas produk baik.
b. Harga

5

Biasanya harga murah adalah kepuasan yang penting. Akan tetapi biasanya
faktor harga bukan menjadi jaminan suatu produk memiliki kualitas yang
baik.
c. Kualitas jasa
Pelanggan merasa puas apabila mereka memperoleh jasa yang baik atau
sesuai dengan yang diharapkan dari pegawai mauoun karyawan
perusahaan.
d. Emotional factor
Kepuasan bukan karena kualitas produk, tetapi harga diri atau nilai sosial
yang menjadikan pelanggan puas terhadap merek produk tertentu.
e. Biaya atau kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa
Kenyamanan dan efisien dalam mendapatkan suatu produk atau jasa serta
mudah mendapatkan jasa produk memberikan nilai tersendiri bagi
kepuasan pelanggan.
2.3.2 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut

Kotler

(1996)

ada

empat

metode

untuk

mengukur

kepuasanpelanggan antara lain:
a. Sistem keseluruhan dan saran.
Perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan selalu memberikan
kesempatan kepada para pelanggan untukmenyampaikan saran, pendapat dan
keluhan. Informasi yangdiperoleh dari pelanggan ini dapat dijadikan sebagai
masukan bagiperusahaan, sehingga perusahaan dapat bereaksi dengan cepat
dantanggap.
b. Ghost Shopping
Salah satu cara unik yang dilakukan oleh perusahaan untukmengetahui
kepuasan pelanggan dengan memperkerjakan beberapaorang untuk berperan atau
bersikap sbagai pelanggan atau pembelipotensial produk perusahaan dan pesaing,
kemudian merekamelaporkan kepada perusahaan tentang kekuatan dan kelemahan
parapesaing.
c. Analysis Lost Customer

6

Perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah terhenti dan parapemasok
yang dulu pernah diajak kerja sama untuk mengetahui darimereka kenapa mereka
berhenti atau pindah perusahaan, dan evaluasisemacam itu bagi perusahaan dapat
dijadikan sebagai masukan danperbaikan.
d. Survey Kepuasan pelanggan
Survey secara langsung pada konsumen diharapkan dapatmemberikan
tanggapan dan umpan balik yang positif bagiperusahaan, karena dengan survey
secara langsung ini bagi pelangganakan memberikan nilai tersendiri bahwasanya
perusahaan senantiasamemperhatikan kepentingan dari mereka.Metode survey
kepuasan pelanggan dapat menggunakan beberapa.
cara pengukuran antara lain:
1. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung denganpertanyaan.
2. Responden juga dapat diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka
mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapabesar yang mereka rasakan.
3. Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yangmereka miliki
dengan penawaran dari perusahaan dan untukmenuliskan perbaikan-perbaikan
yang mereka sarankan.
4. Responden diminta untuk merangking berbagai elemen daripenawaran
berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen danseberapa baik kinerja
perusahaan dalam masing-masing elemen.
Dalam hal ini penelitian menggunakan metode pengukuran dilakukan
langsung dengan pertanyaan dalam bentuk angket,sehingga responden tinggal
menjawab pertanyaan yang sudah disediakan oleh peneliti. Cara ini lebih efektif
karena peneliti dapat membuat pertanyaan yang hanya dibutuhkan untuk
mendapatkan data-data yang akan dijadikan objek penelitian. Sehingga pertanyaan
dan hasil yang didapat lebih spesifik dengan apa yangpeneliti butuhkan.
2.4

Analisis Deskriptif
Statistika deskriptif

merupakan

metode

yang

digunakan

untuk

mengorganisasi, menampilkan dan menggambarkan data melalui tabel, grafik dan
ringkasan ukuran,

2.4.1

Mean (Rata-Rata Hitung)
7

Rata-rata hitung atau di singkat dengan rata-rata adalah suatu kumpulan data
yaitu bilangan yang di dapat dari hasil pembagian jumlah nilai data oleh banyak
data dalam kumpulan itu.(Dr.Sudjana,M.A.,M.Sc.,1981)
Untuk rata-rata hitung sekumpulan data untuk observasi di hitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
n

∑ xi

¯ = i =1
X
n

Keterangan:


n

= Rata-rata
n

xi
∑ xi ∑
i=1
i=1

n

2.4.2

(2.3)

= Jumlah dari semua harga x

=Banyak data dalam ruang sampel

Diagram Batang
Diagram batang (histogram) adalah gambaran mengenai suatu distribusi

frekuensi, dimana untuk setiap kelas dinyatakan dalam skala horizontal (datar)
dan frekuensinya dalam skala vertikal (tegak); atau sebaliknya. Penyajian dalam
bentuk gambar berupa grafik atau diagram dapat lebih menjelaskan persoalan
lebih mudah secara visual. Data berbentuk kategori atau atribut sangat tepat
disajikan dengan diagram batang. Jika diagram dibuat tegak, maka sumbu datar
dipakai untuk menyatakan atribut.
2.5

Analisis Bipot
Metode biplot pertama kali diperkenalkan oleh Grabiel pada tahun 1971.

Metode ini merupakan memberikan tampilan grafik dari matriks data X dalam
suatu plot dengan menunpang tindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi
rendah. Metode ini digunakan dalam positioning maupun perceptual mapping dari
sekumpulan objek (baris dari matrik data X). Analisis ini akan diberikan dalam
bentuk tampilan gambar dua dimensi yang berisi informasi tentang:
1. Posisi relatif objek. Dua objek yang memiliki jarak terdekat dikatakan
memiliki tingkat kemiripan yang tinggi berdasarkan atribut-atribut yang
diamati.

8

2. Hubungan antaratribut. Informasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan
linier (korelasi) antaratribut.
3. Penggabungan informasi (1) dan (2) yang dikenal dengan istilah bi-plot
dimana akan diketahui ciri-ciri masing-masing objek berdasarkan atribut
yang diamati.
Suatu matriks Xnxp (rank Xnxp ≥ 2), maka dapat diuraikan menjadi Xnxp =
Gnx2H’2xp atau xij = g’i hj dimana:

[

⋯ x1i ⋯ x1 p
¿
⋱ ⋮ ⋱ ⋮
⋯ x ki ⋯ x kp
⋱ ⋮ ¿⋱ ⋮
⋯ x ¿ ⋯ x np

x 11

X nxp = x k 1

xn1

]

(2.4)

dan dasar penguraian nilai singular akan dibangkitkan dengan matriks G dan H
sebagai berikut:

[ ][ ] [ ][ ]

g11 g12
g T1



G= g k 1 g k 2 = g T
k



gn1 gn2
g Tn

;

h11 h12
hT1
⋮ ⋮

H= h i1 h i2 = hT
i



hp1 hp2
hTn
(2.5)

dimana:
gkT = (gk1 gk2) representasi dari xkT = (xk1 … xki … xkp)
hiT = (hi1 hi2) representasi dari xiT = (x1i … xki … xni)
Pendekatan langsung untuk mendapatkan biplot dimulai dari nilai Singular
Value Decomposition dengan matriks data Xc(nxp) yang merupakan matriks data
yang telah terkoreksi terhadap nilai tengahnya, yaitu Xc = X – (JX) / n dimana J
merupakan matriks berunsur bilangan satu dan berukuran nxn.

9

[

l11

J nxn= l k 1

ln 1

⋯ l1 i ⋯ l1 n
¿
⋱ ⋮ ⋱ ⋮
⋯ l ki ⋯ l kn
⋱ ⋮ ¿⋱ ⋮
⋯ l¿ ⋯ l nn

[

x 11 −´x1

X c (nxp )= x k 1−´x 1

x n 1− ´x 1

]

(2.6)

⋯ x1 i− x´ i ⋯ x1 p −´x p
¿




⋯ x ki− x´ i ⋯ x kp −´x p

⋮ ¿⋱

´
⋯ x¿ − x i ⋯ x np− ´x p

]

(2.7)

n

dengan

´x 1=∑ x ki /n dan Singular Value Decomposition diperoleh:
k=1

Xc(nxp) = Unxp Λpxp V’pxp

(2.8)

dimana:
1. V adalah matriks dengan kolom orthogonal (UTU = ATA = pIp) yang
kolomnya merupakan nilai eigen vektor dari X’cXc sehingga V = E’ = [ê1, ê2,
…, êp] dengan dimana Ê diperoleh dari persamaan XcÊ = UΛ. nilai UΛ
terdiri dari nilai-nilai komponen utama sedangkan V mengandung koefisienkoefisien yang membentuk komponen utama.
2. Λ merupakan matriks diagonal (λ1, λ2, …, λp) dan λ1 ≥ λ2 ≥ … λp ≥ 0
merupakan eigen value dari X’cXc.
2.6 Analisis GAP
Analisis GAP mengukur gap antara pelayanan yang diharapkan dengan
pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang diterima adalah berdasarkan
masukan dari pelanggan (Kotler, 2008).
Untuk melakukan Analisis GAP, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.

Hitung nilai rata-rata repsepsi dan harapan responden terhadap masingmasing unsur yang nilai, kemudian akan bisa diperoleh nilai gap yaitu selisih
antara rata-rata harapan dan persepsi seperti tabel dibawah ini.

10

2.

Selanjutnya buat plot nilai gap pelayanan atau grafik antara harapan dan
persepsi untuk mendeteksi unsur-unsur mana saja yang memilki gap paling
tinggi.

3.

Prioritas kebijakan atau perbaikan pelayanan diurutkan berdasarkan pada gap
paling tinggi ke paling rendah.

Dengan cara lain, untuk lebih memudahkan dalam mengevaluasi prioritas
kebijakan, bisa dibuat plot kuadran sebagai berikut:

Kuadran II
(Pertahankan
prestasi)

Kuadran I
(Prioritas utama)

Kuadran III
(Prioritas rendah)

Kuadran IV
(Berlebihan)

Kepuasan
Gambar 2.1 Kuadran Antara Tingkat Kepuasan dan Tingkat Kepentingan

Gambar diatas, masing-masing kuadran dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.

Kuadran I (Prioritas Utama ) : kuadran ini memuat unsur-unsur pelayanan
yang diharapkan sangat tinggi oleh pelanggan, tetapi pada kenyataannnya
kepuasan terhadap unsur tersebut belum sesuai dengan harapan pelanggan.
Tingkat kepuasan pelanggan masih lebih rendah dari pada yang diharapkan.
Oleh karena itu, pelayanan kinerja dikuadran ini harus lebih ditingkatkan.

2.

Kuadran II (Pertahankan Prestasi) : kuadran ini menunjukkan unsur-unsur
pelayanan yang harapan pelanggan sangat tinggi, namun kepuasan sudah
didapatkan oleh pelanggan.

3.

Kuadran III (Prioritas Rendah) : kuadran ini meliputi unsur-unsur yang
kurang diperhatikan oleh pelanggan dan kulitas pelayanannya juga rendah.
Peningkatan terhadap unsur ini perlu dipertimbangkan lagi karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan pelanggan sangat kecil.

11

4.

Kuadran IV (Berlebihan) : kuadran ini memuat unsur-unsur pelayanan yang
dianggap kuarang penting oleh pelanggan, namun pelayanannya sudah sangat
memuaskan. Peningkatan kinerja pada kuadran ini hanya akan menyebabkan
terjadinya pemborosan sumber daya.

2.7

Analisis Thurston Case-V
Preferensi stakeholder pasar tradisional mengenai kondisi pasar yang

penting untuk diperhatikan dapat dianalisis dengan metode Thurston Case-V.
Analisis ini dapat melihat struktur urutan atribut yang paling diutamakan hingga
yang dianggap tidak diutamakan untuk mengetahui prioritas aspek-aspek yang
penting menurut stakeholder.
Konsep metode analisis ini merupakan proporsi subjek yang menganggap
atribut A lebih penting dari B, yang menganggap A lebih penting dari C, yang
menganggap B lebih penting dari C, dan seterusnya. Proporsi tersebut selanjutnya
disusun menjadi suatu matriks proporsi seperti tampak pada Tabel 2.1 dimana
merupakan rekapitulasi matriks proporsi yang menunjukkan atribut di kolom lebih
dianggap penting daripada atribut baris.
Tabel 2.1 Perhitungan Thurston Case V

Atrib
ut
A
B


K

A
0,5
nba/
N



B
nab/
N
0,5




...
...



nka/

nkb/

..

N

N

.

K
nak/
N
nbk/
N



0,5

Pada matriks proporsi, Nilai nbk menyatakan jumlah responden yang lebih
menganggap penting atribut K daripada atribut B dengan N adalah total
responden, dan begitu juga untuk atribut-atribut lainnya. Langkah–langkah
analisis menggunakan metode Thurston Case–V adalah sebagai berikut:

12

1. Menentukan jumlah variable ke-k (dimana k = 1, 2, 3, …, k) pada baris
yang memiliki prioritas lebih utama lebih banyak dari variable ke-k pada
kolom.
2. Menentukan nilai proporsi nkb dari N
3. Menentukan normal baku dari proporsi.
4. Mencari rata–rata dari normal baku masing–masing atribut tiap kolomnya.
5. Menjumlahkan rata – rata terendah sehingga didapatkan skala preferensi
kemudian dapat disusun urutan antara atribut A, B, C, dan seterusnya.
2.8

Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Tintin Mira Yulianti (1396100005)

yaitu “Analisis Statistik terhadap Segmentasi dan Penempatan Posisi Persaingan
Produk Deterjen di Kelurahan Keputih”. Analsisis digunakan untuk mengetahui
segmentasi konsumen produk deterjen dan struktur preferensi tiap seg,en
berdasarkan atribut produk. Dan mengetahui peta posisi persaingan produk
deterjen berdasarkan persepsi konsumen. Obyek penelitiannya adalah konsumen
pengguna deterjen di Kelurahan Keputih dalam hal ini adalah ibu rumah tangga.
Produk deterjen yang di amati adalah deterjen bubuk dengan merek Rinso Excel,
Rinso Anti Noda, Rinso Warna, So Klin Higienis, So klin Power, Attack Double
Enzim, Attaxk Color, Surf Bintik Biru, dan Daia.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penelitian menghasilkan 4 segmen
dimana atribut daya bersih adalah yang paling utama dalam memilih produk
deterjen dan yang paling terakhir adalah iklan dan kemasan. Peta persaingan
menunjukkan bahwa deterjen So Klin Higienis dan Daia di posisikan hampir sama
karena mempunyai kelebihan pada atribut harum, harga ekonomis dan busa
banyak. Selain itu Daia dan B-29 mempunyai kemasan serta iklan menarik.
Sedangkan Rinso dan Attack di posisikan hampir sama karena kelebihan pada
atribut daya cuci bersih , cepat menghilangkan noda dan warna tetap cemerlang.
2.9

Deterjen

13

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci
yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan
garam Natrium dari asam sulfonat (Ratna dkk,2010).

14

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Sumber Data
Sumber data untuk penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data dasar masing-masing
kelurahan di kecamatan Sukolilo yang bersumber dari website resmi Surabaya
(www.surabaya.go.id). Data sekunder tersebut digunakan untuk menghitung
jumlah sampel dari proporsi masing-masing jumlah penduduk perempuan di
kelurahan.
Populasi penelitian ini adalah penduduk wanita di kecamatan Sukolilo
Surabaya. Perincian jumlah penduduk masing-masing kelurahan di Sukolilo
Surabaya di peroleh dari website resmi Surabaya (Surabaya.go.id).
Tabel 3.1 Jumlah penduduk wanita di masing-masing kelurahan di Sukolilo Surabaya tahun 2011

Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan

Sukolilo
Keputih
Klampis Ngasem
Medokan Semampir
Nginden Jangkungan
Gebang Putih
Menur Pumpungan
Semolowaru
Jumlah

Wanita
5378
8448
9211
5892
3399
7916
8792
49036

Sumber : Surabaya.go.id (data dasar kecamatan sukolilo)

Adapun data primer yang digunakan diperoleh dengan melakukan survei
melalui wawancara pada warga perempuan dengan menggunakan kuesioner.
Survey dilakukan dua tahap yaitu survei pendahuluan dan survei akhir yang
dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai Desember 2013.
3.2

Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan simple random sampling dengan jumlah populasi penduduk wanita
di Sukolilo yang telah diketahui dan mempunyai probabilitas yang sama untuk
terpilih. Chocran (1991) menuliskan perhitungan metode simple random sampling
menggunakan rumus sebagai berikut.
15

n=

D=

Nσ 2c
( N −1) D +σ 2c dengan

B

( )
Z

1−

2

α

2

Keterangan :
N

= jumlah populasi (populasi penduduk wanita di Sukolilo Surabaya)
2

σc

= varians dari penelitian (Pada penelitian ini digunakan varians dari
pengeluaran responden per bulan)

B = batas kesalahan taksiran sesuai peneliti (pada penelitian ini digunakan B
sebesar 12,7 jadi dapat diartikan bahwa kesalahan yang dikehendaki
maksimal 12,7)
Z = nilai baku dari tabel distribusi normal dengan tingkat kesalahan α (digunakan
5%)
Sehinggga diperoleh jumlah sampel,

n=

49036×807497
137669467 ,7
=
=47 , 8562~ 48
(49035)41 , 985+807497 2866231, 475
Jumlah sampel yang terpilih adalah 48 responden, dimana dalam

kecamatan Sukolilo terdapat 7 kelurahan. Oleh karena itu digunakan metode
sampling klaster 1 tahap dimana unit samplingnya sebagai klaster adalah
kelurahan yang ada di kecamatan Sukolilo. Dari 7 kelurahan yaitu Keputih,
Klasmpis Ngasem, Medokan Semampir, Nginden Jangkungan, Menur Pumpungan
dan Semolowaru akan dipilih beberapa kelurahan untuk digunakan penelitian.
Chocran (1991) menuliskan perhitungan metode sampling klaster 1 tahap
menggunakan rumus sebagai berikut.
2

Mσ c
m=
MD+σ 2c

D=
dengan

2 2
¯
B N
z α
1− 2

Dimana :
m = jumlah minimal ukuran klaster yang harus diambil
M = jumlah klaster (7 kelurahan)
N = jumlah populasi (jumlah populasi wanita di kecamatan Sukolilo 49036)
Z = nilai baku dari tabel distribusi normal dengan tingkat kesalahan α (digunakan
5%)

16

2

σc

= Varians dari penelitian (Pada penelitian ini digunakan varians dari
pengeluaran responden per bulan)

B = Batas kesalahan taksiran sesuai peneliti (pada penelitian ini digunakan B
sebesar 12,7 jadi dapat diartikan bahwa kesalahan yang dikehendaki
maksimal 12,7)
Nilai varians didasarkan pada hasil survey pendahuluan dengan 31 responden
diperoleh varians dari pengeluaran responden per bulan sebesar 807.497.
Sehingga berdasarkan rumus perhitungan dengan jumlah klaster 7 kelurahan dan
jumlah populasi wanita di kecamatan Sukolilo (N) sebesar 49036 diperoleh
jumlah klaster yang terpilih sebagai berikut.
2 2
¯ (12 ,7 )2 (49072036 , 4 )
B N
D=
=
=153808 , 95
z α
1, 96
1− 2

m=

7×807497
5652479
=
=3, 00000027 ~ 3
(7×153808 ,95 )+807497 1884159,65
kelurahan

Selanjutnya dengan tabel acak diperoleh sampel klaster yang terpilih yaitu
Keputih, Menur Pumpungan dan Gebang Putih. Sampel klaster kelurahan yang
telah diperoleh dibagi secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk
perempuan pada tiap-tiap kelurahan di Sukolilo. Perhitungan pembagian sampel
secara proporsional menggunakan rumus sebagai berikut:
ni=n

( NN )
i

dimana:
Ni

= Jumlah populasi tiap kelurahan

N

= Jumlah populasi total objek penelitian (penduduk wanita di Sukolilo

Surabaya)
ni

= Jumlah sampel tiap objek penelitian

n

= Jumlah sampel keseluruhan dari objek penelitian



Kelurahan Keputih

17

n1 =48


Kelurahan Gebang Putih

n1 =48


=15 , 446 ~ 15
(5378
16693 )
=9, 77 ~ 10
(3399
16693 )

Kelurahan Menur Pumpungan

n1 =48

(

7916
=22 ,76 ~23
16693

)

Hasil perhitungan sampel menunjukkan bahwa untuk penduduk perempuan di
kelurahan keputih sebanyak 15 responden, Kelurahan Gebang Putih sebanyak 10
responden dan Kelurahan Menur Pumpungan sebanyak 23 responden.
Tabel 3.2 Kerangka Sampel

Kelurahan
Keputih
Gebang Putih
Menur Pumpungan
Total Responden

3.3

Penduduk Perempuan
5378
3399
7916
16693

Sampe
l
15
10
23
48

Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitan ini terdapat empat variabel yaitu

variabel demografi, variabel tingkat prioritas konsumen, variabel perilaku
konsumen, variabel persepsi konsumen dan variabel kepuasan konsumen.
3.3.1

Variabel Demografi
Variabel demografi menjelaskan tentang karakteristik identitas dari

konsumen produk deterjen yang menjadi responden. Variabel – variabel yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Variabel Demografi

Variabel
Demografi
Status dalam
keluarga
Usia
Pendidikan
Terakhir
Pengeluaran
Responden

Kategori
1. Kepala Keluarga
2. Ibu rumah tangga
3. Anak
………………tahun
a. Tidak sekolah
b. SD / SLTP
c. SLTA
d. Perguruan Tinggi
Rp …………………..

18

Skala
Nominal
Rasio
Nominal
Rasio

3.3.2

Variabel Prioritas Kebutuhan Konsumen

Variabel prioritas kebutuhan konsumen merupakan perilaku konsumen
terhadap prioritas pemilihan produk deterjen terhadap beberapa atribut sebagai
berikut.
Tabel 3.4 Variabel Prioritas Kebutuhan Konsumen

Urutan Prioritas
a.
b
.
c.
d
.
e.
f.
g
.
h
.

3.3.3

Manfaat
Harga
Kualitas
Higienis (Bersih)
Isi
Kemasan
Iklan
Kemudahan mendapatkan produk

Variabel Perilaku Konsumen
Variabel perilaku konsumen menjelaskan karakteristik dari perilaku atau

kebiasan konsumen mengenai produk deterjen.
Tabel 3.5 Variabel Perilaku Konsumen

Variabel
Tempat membeli deterjen

Informasi mengenai produk deterjen

Faktor yang mempengaruhi berpindah merek deterjen

Frekuensi membeli deterjen dalam sebulan

19

Kategori
1. Toko Kelontong
2. Supermarket
3. Pasar Tradisional
4. Lainnya…
1. Media elektronik
2. Media Cetak
3. Baleho
4. Lainnya…
1. Harga
2. Variasi produk
3. Coba-coba
4. Kualitas
5. Lainnya…
1. Satu
2. Dua
3. Tiga
4. Empat
5. Lebih dari 4 kali

Ukuran deterjen yang terakhir atau biasa dibeli

3.3.4

1. +/- 30-50 gram
2. +/- 50-100 gram
3. +/- 500 gram
4. +/- 1 kg
5. > 1 kg

Variabel Persepsi Konsumen terhadap Merek Deterjen “Rinso, Daia
dan So Klin”.
Variabel ini menggambarkan aspek-aspek yang dianggap baik atau tidak

baik menurut responden untuk penilaian terhadap atribut pada deterjen “Rinso,
Daia dan So Klin”. Skala penilaian pada variabel ini menggunakan skala likert
dengan nilai 1-5 dengan keterangan sangat kurang sampai sangat baik
sebagaimana pada Tabel berikut.
Tabel 3.6 Variabel Persepsi Konsumen terhadap Merek Deterjen

Kod
e
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9

3.3.5

Atribut
Daya membersihkan
Keharuaman / wangi
Varians Produk
Harga
Kemasan
Kemudahan mendapat
Kehalusan / kelembutan di tangan
Banyaknya busa
Isi (Berat / Netto)

Variabel Kepentingan dan Kepuasan masing-masing produk Deterjen
“Rinso, Daia dan So Klin”.
Variabel ini menggambarkan atribut mengenai kepentingan dan kepuasan

masing-masing merek deterjen yaitu Rinso , Daia dan So Klin untuk mengukur
tingkat kepentingan dan bagaimana kepuasan yang diperoleh oleh konsumen.
Tabel 3.7 Variabel Kepentingan dan Kepuasan deterjen Rinso

Kode
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7

Atribut produk RINSO
Daya membersihkan
Keharuman / wangi
Harga
Banyak variasi produk deterjen bubuk
Kemasan
Isi (berat / netto)
Kemudahan memperoleh produk

20

R8
R9
R10

Promosi produk melalui Iklan
Banyaknya busa
Kelembutan di tangan
Tabel 3.8 Variabel Kepentingan dan Kepuasan Deterjen So Klin

Kode
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10

Atribut produk SO KLIN
Daya membersihkan
Keharuman / wangi
Harga
Banyak variasi produk deterjen
Kemasan
Isi (berat / netto)
Kemudahan memperoleh produk
Peomosi produk melalui Iklan
Banyaknya busa
Kelembutan di tangan

Tabel 3.9 Variabel Kepentingan dan Kepuasan Deterjen Daia

Kode
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
D8
D9
D10

3.4

Atribut produk DAIA
Daya membersihkan
Keharuman / wangi
Harga
Variasi produk deterjen
Kemasan
Isi (berat / netto)
Kemudahan memperoleh produk
Promosi produk melalui Iklan
Banyaknya busa
Kelembutan di tangan

Metode Analisis
Langkah awal sebelum dilakukan analisis dalam menjawab permasalah yang

ada, data hasil survei dilakukan uji validitas dan uji realibilitas. Uji validitas
menunjukkan sejauh mana skor atau nilai atau ukuran yang diperoleh benar-benar
menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin di ukur. Semakin
tinggi suatu validitas variabel, maka uji itu akan semakin valid.
Langkah – langkah dalam mengukur validitas yaitu :
1. Mendefinisikan konsep yang akan di ukur
2. Melakukan uji coba kuesioner
3. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor
total. Korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment dengan
rumus sebagai berikut.

21

n
r=

√[

(

n

n

)(
)
(∑ ) ][ ∑ (∑ ) ]

i=1

n

i =1

2

n

n ∑ x 2−
i =1

n

∑ xi y i − ∑ x i ∑ y i

i

i=1

xi

i=1

n

n

i=1

2

n

y 2i −

i =1

yi

dimana:
r = Koefisien korelasi person product moment;
x = Skor tiap pertanyaan/variabel
y = Skor total jawaban
n = Jumlah responden
Hipotesis :
H0 : Pertanyaan tidak dapat mengukur aspek yang sama
H1 : Pertanyaan dapat mengukur aspek yang sama
Nilai korelasi pearson atribut yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan
nilai tabel pearson product moment (r,df). Jika nilai korelasi pearson lebih besar
dari nilai rtabel, maka dapat dikatakan bahwa atribut tersebut signifikan valid.
Signifikansi juga dapat diketahui dari p-value dimana jika p-value kurang dari α,
maka atribut tersebut signifikan valid.
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat di andalkan. Adapun uji reliabilitas
dilakukan menggunakan metode Alpha Cronbach’s dengan statistik uji yang
digunakan adalah sesuai dengan rumus berikut.
Hipotesis :
H0 : Alat ukur tidak reliabel
H1 : Alat ukur reliabel
k

( )

k
1− i=12
k −1
s tot

( )

α C=

∑ s2i

dimana:

α c = nilai Alpha Cronbach’s
k = banyaknya pembagian atribut
k

∑ s2i
i=1

= jumlah varians pembagian atribut,
22

i = 1,2, ..., k
2

s tot

= varians total atribut.

Skala penilaian nilai αc dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Nilai alpha Cronbach 0 - 0,2 berarti kurang reliabel
2. Nilai alpha Cronbach 0,21 - 0,4 berarti agak reliabel
3. Nilai alpha Cronbach 0,42 - 0,6 berarti cukup reliabel
4. Nilai alpha Cronbach 0,61 - 0,8 berarti reliabel
5. Nilai alpha Cronbach 0,81 - 1 berarti sangat reliabel
Atribut yang valid dan reliabel kemudian dapat dilanjutkan analisis
selanjutnya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Mengolah variabel karakteristik responden dengan analisis statistik deskriptif
yang disajikan dengan diagram batang, ukuran pemusatan dan ukuran
penyebaran untuk variabel demografi dan perilaku konsumen.
2. Pendapat tentang prioritas konsumen dalam memilih produk deterjen diketahui
dengan analisis statistik deskriptif yang disajikan dengan analisis Thurstone
Case-V untuk variabel tingkat prioritas kebutuhan pemilihan akan deterjen.
Analisis Thurstone Case-V dilakukan dengan sesuai tahapan sebagai berikut:
a. Membentuk matriks proporsi dimana kolom lebih utama daripada baris
b. Membuat matriks Zscore dari matriks proporsi
c. Menghitung rata-rata kolom dari matriks Zscore
d. Mengurutkan rata-rata kolom dari yang paling besar ke yang paling kecil
sehingga diperoleh urutan aspek-aspek yang menjadi prioritas dalam
pemilihan produk deterjen.
3. Positioning ketiga produk deterjen dilakukan menggunakan metode analisis
biplot dimana ketiga produk deterjen yaitu “Rinso, Daia dan So Klin” akan
dibandingkan berdasarkan variabel persepsi penilaian konsumen. Output biplot
berupa peta posisi antara ketiga produk deterjen dengan atribut terkait.
Semakin dekat sudut dari titik pusat koordinat antara produk deterjen dengan
atribut, maka semakin produk deterjen tersebut dinilai baik dalam atribut
tersebut. Tahap analisisnya sebagai berikut:

23

a. Menghitung matriks V dari dekomposisi matriks UΛV’ sehingga diperoleh
koordinat untuk tiap atribut.
b. Menghitung matriks U dari dekomposisi matriks UΛV’ sehingga diperoleh
koordinat untuk tiap merek produk deterjen yang dibandingkan.
c. Membuat plot dari atribut dan merek produk deterjen berdasarkan
koordinat yang telah diketahui.
d. Menghitung sudut antara merek deterjen dengan atribut dari titik pusat
sumbu koordinat (0,0).
4. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pada masing-masing merek deterjen
dilakukan dengan analisis GAP dengan metode diagram kartesius berdasarkan
atribut kepentingan dan kepuasan dari konsumen. Output dari analisis GAP
adalah peta posisi yang dibagi menjadi 4 kuadran yaitu kuadran I prioritas
utama, kuadran II pertahankan posisi, kuadran III prioritas rendah dan kuadran
IV berlebihan. Langkah-langkah dalam analisis GAP adalah sebagai berikut.
a. Menghitung nilai rata-rata kepentingan dan kepuasan responden terhadap
masing-masing atribut produk yang dinilai, kemudian akan bisa diperoleh
nilai GAP yaitu selisih antara rata-rata kepentingan dan kepuasan.
b. Membuat plot nilai GAP atau grafik antara kepentingan dan kepuasan
untuk mendeteksi atribut-atribut apa saja yang dimiliki oleh merek
deterjen sebagai gap yang paling tinggi.
c. Memprioritaskan kebijakan atau perbaikan terhadap produk berdasarkan
pada gap paling tinggi ke paling rendah.
Jika posisi variabel kepuasan konsumen ada di kuadran pertahankan
(kuadran I) berarti tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen sudah
sebanding. Jika berada di kuadran prioritas utama (kuadran II) maka perlu
untuk diperhatikan atau di adakan peraikan. Jika berada di kuadran prioritas
rendah (kuadran III) maka tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen
rendah. Jika berada di kuadran berlebihan (kuadran IV) berarti tingkat
kepentingan konsumen rendah tetapi tingkat kepuasan konsumen tinggi.

24

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
dari hasil survey pada warga perempuan di Sukolilo Surabaya sebagai pengguna
produk deterjen Rinso, Daia dan So Klin. Analisis dilakukan dengan analisis
Biplot untuk positioning produk dan Analisis GAP kepuasan produk deterjen.
Sebelum melakukan analisis biplot dan GAP maka dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diketahui bahwa
masing-masing atribut untuk dimensi kepentingan kepuasan dan atribut
positioning produk telah valid dan reliabel. uji reliabitas diketahui nilai alpha
Cronbach’s yang dihasilkan untuk masing-masing atribut lebih dari 0,7 sehingga
alat ukur atau kuisioner yang digunakan pada penelitian ini reliabel. Karena
instrumen sudah valid dan reliabel, maka analisis dapat dilakukan. Berikut akan
diuraikan hasil analisis pada penelitian Identifikasi Kepuasan dan Positioning
Produk Deterjen Rinso, Daia dan So Klin.
4.1

Karakteristik Pengguna Produk Deterjen Rinso, Daia dan So Klin di
Sukolilo, Surabaya
Pada karakteristik responden ini akan digambarkan menggunakan diagram

batang. Adapun variabel yang digambarkan adalah variabel demografi dan
variabel perilaku pengguna produk deterjen.
4.1.1 Karakteristik Responden yang Menggunakan Produk Deterjen Rinso,
So Klin dan Daia
Karakteristik responden yang menggunakan produk deterjen Rinso , So Klin
dan Daia berjumlah sebanyak 48 responden dapat terdefinisi mengenai variabel
demografi berdasarkan usia responden sebagai berikut.

25

33%
Ibu Rumah
Tangga
Anak
67%

Gambar 4.1 Status dalam Keluarga

Berdasarkan Gambar 4.1diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari
responden adalah ibu rumah tangga yaitu 67% atau 32 responden. Sedangkan
untuk anak 33% atau 16 responden.
Tabel 4.1 Statistika Deskriptif Usia Responden Pengguna Produk Deterjen Rinso, So Klin, Daia

Variabel
Usia(th)

Min
19

Max
45

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa responden terdiri dari berbagai
macam usia dari remaja sampai orang tua. Dari 48 responden yang disurvei
diketahui bahwa pengguna produk deterjen rinso, so klin dan daia berusia
minimum 19 tahun dan usia maksimum 45 tahun.
33

1
Tidak Sekolah

3

4

SD

SLTP

7

SLTA Perguruan Tinggi

Gambar 4.2 Pendidikan Terakhir

Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas dari
responden adalah dengan pendidikan tarakhir SLTA yaitu sebanyak 33 responden,

26

dan yang paling sedikit tidak sekolah dengan 1 responden. Sedangkan untuk
pendidikan terakhir SD sebanyak 3 responden dan pendidikan terakhir SLTP
sebanyak 4 responden. Sementara itu responden dengan pendidikan terakhir
perguruan tinggi sebanyak 7 responden.
Tabel 4.2 Statistika Deskriptif Pengeluaran Perbulan dari Responden

Variabel

Mean
1.076.19
0

Pengeluaran (Rp)

Min
150.000

Max
2.000.00
0

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 48 responden yang
disurvei, pengeluaran perbulan dari responden rata-rata Rp 1.076.190. Sedangkan
mayoritas pengeluaran perbulan dari responden adalah Rp 2.000.000 dan yang
paling sedikit yaitu Rp 150.000.
Perkembangan dunia perdagangan kini juga telah mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen. Ketersediaannya produk deterjen di pasar tradisional
maupun modern sudah hampir merata dan banyak ditemui oleh konsumen.
Berdasarkan Gambar 4.2 akan menggambarkan perilaku konsumen dalam
memilih tempat membeli deterjen.

31
16
2

1

Gambar 4.3 Tempat pembelian produk deterjen
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
membeli produk deterjen di supermarket/minimarket, yakni sebanyak 31 orang,
Jumlah responden yang membeli di supermarket tersebut lebih tinggi daripada
membeli deterjen di toko kelontong, yakni sebanyak 16 orang, di pasar tradisional
sebanyak 2 orang dan membeli di tempat lainnya yaitu sebanyak 1 orang.

27

Sehingga produsen dapat menggunakan supermarket sebagai tempat distribusi
penjualan yang sangat baik.
Selain itu, para produsen berusaha menyampaikan keunggulan produknya
yang diharapkan sesuai dengan keinginan konsumen dan yang mudah di dijumpai
oleh konsumen. Hal ini dapat dilihat dari sumber informasi yang diperoleh
konsumen mengenai produk deterjen.
Media elektronik
baleho

media cetak
lainnya

2% 4%

94%

Gambar 4.4 Sumber Informasi produk Deterjen
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa responden mengetahui
informasi tentang produk deterjen sebagian besar melalui media elektronik yakni
sebesar 94%, sedangkan untuk informasi melalui media cetak tidak ada yang
mengetahui. Untuk informasi melalui baleho hanya 2% serta mengetahui produk
deterjen dari mungkin teman, tetangga dan lainnya sebesar 4%. Perbedaan atau
selisih dengan jumlah responden yang mendapatkan informasi dari media cetak
sangat besar, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya responden yang mengetahui
informasi berasal dari media cetak, sehingga pengaruh dari media cetak dapat
dikurangi untuk melakukan promosi iklan karena jumlahnya relative kecil. Hal
tersebut dapat di maksimalkan terhadap media elektronik seperti Televisi melihat
dari mayoritas responden yang mengetahui sumber informasi dari media
elektronik.

28

19
15

7
5
2

harga

varians produk coba-coba

kualitas

lainnya

Gambar 4.5 Faktor yang Mempengaruhi untuk Berganti Merek Deterjen

Berdasarakn

Gambar

4.5

dapat

diketahui

bahwa

faktor

yang

mempengaruhi responden berganti produk deterjen sebagian besar disebabkan
karena factor dari kualitas deterjen, yakni sebanyak 19 responden. Alasan berganti
merek karena melihat dari faktor dari harga, yakni sebanyak 15 orang. Dan
karena variasi produk sebanyak 6 orang, karena ingin mencoba-coba berbagai
merek deterjen sebanyak 8 orang, serta karena disebabkan factor lain sebanyak 2
orang. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pengguna produk deterjen sebagian
besar cenderung berganti ganti merek deterjen tertentu karena berdasarkan
kualitas dari deterjen tersebut.
23

3

4

6
2

Gambar 4.6 Frekuensi pembelian deterjen selama 1 bulan

29

Berdasarakan Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden membeli deterjen satu kali dalam sebulan sebanyak 24 orang, 2 kali
dalam sebulan sebanyak 3 orang, 3 kali sebulan sebanyak 4 orang dan membeli
deterjen 4 kali perbulan

sebanyak 6 orang serta membeli lebih dari 4 kali

sebanyak 2 orang. Jadi dapat di simpulkan bahwa sebagian besar pola konsumsi
pembelian deterjen pada responden sukolilo hanya perbulan sekali.

13%

8%

13%

19%
48%

30-50 gram
51-100 gram
500 gram
1 kg
> 1kg

Gambar 4.7 Ukuran deterjen yang biasa dibeli
Berdasarkan Gambat 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
lebih sering membeli deterjen berukuran 1 kg, dengan prosentase paling besar
yaitu 48% yakni sebanyak 23 orang. Prosentase 13% membeli deterjen berukuran
>1 kg sebanyak 6 orang, dengan ukuran 500 gram sebesar 19% yakni 8 orang,
dengan ukuran 51-100 gram sebesar 12% yakni 6 orang serta membeli dengan
ukuran paling kecil dengan presentase 8% yaitu ukuran 30-50 gram sebanyak 4
orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden sukolilo sebagian besar
lebih sering membeli deterjen yang berukuran 1 kg.
4.1.2 Karakteristik Urutan Prioritas Konsumen dalam Memilih Produk
Deterjen
Analisis trustone case V yang digunakan adalah sebanyak 8 atribut sebagai
alat ukur. Hal tersebut mendeskripsikan urutan preferensi pertimbangan responden
dalam membeli dan menggunakan produk deterjen. Hasil dari analisis thurstone
case V adalah sebagai berikut.

30

Tabel 4.3 Urutan Prirotas Pemilihan Deterjen
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Atribut
Manfaat
Harga
Kualitas
Higienis
Isi
Kemasan
Iklan
Kemudahan

Urutan
3
1
2
4
5
6
8
7

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas utama
responden dalam memilih dan menggunakan produk deterjen adalah harga. Dua
selanjutnya adalah kualitas produk deterjen dan manfaatnya. Pilihan yang berada
pada urutan ke empat adalah mengenai tingkat kehigienisan produk deterjen.
Pilihan berat (isi) berada pada urutan ke lima yaitu urutan yang sedang-sedang
saja, sehingga dipertimbangkan namun tidak begitu membebani. Kemudahan
memperoleh produk merupakan prioritas ke tujuh sebagai atribut yang
dipertimbangkan oleh konsumen. Dan prioritas yang terakhir, yang dianggap
paling kecil dalam mempengaruhi konsumen dalam memilih produk deterjen
adalah iklan. Hal ini yang perlu mendapat evaluasi lebih lanjut dari produsen
deterjen sebab iklan tidak terlalu berpengaruhi menurut konsumen.

31

4.2

Positioning Produk Deterjen Rinso, Daia dan So Klin
Plot posisi ketiga merek deterjen yaitu Rinso, Daia dan So Klin merupakan

gambaran atribut produk yang dimiliki ketiga merek berdasarkan persepsi
konsumen adalah sebagai berikut.

Gambar 4.8 Biplot Produk Deterjen Rinso, Daia dan So Klin

Berdasarkan Gambar 4.8 secara visual analisis biplot menunjukkan bahwa
persepsi konsumen mengenai produk Rinso cenderung terhadap daya kebersihan.
Pada produk Daia persepsi konsumen lebih terhadap penilaian harga yang
ekonomis dan kemudahan mendapatkan produk. Sedangkan persepsi konsumen
produk So Klin cenderung terhadap atribut banyaknya busa, variasi produk,
kemasan dan kehalusan ditangan.
Tabel 4.4 Jarak Sudut Antara Produk Rinso, Daia dan So Klin dengan Variabel
Positioning
Produk
Atribut
Rinso
Daia
So Klin
0.12233
0.10357
0.10757
Daya Bersih
0.11312
0.11059
0.11287
Harum
0.10703
0.10830
0.11321
Variasi Produk
0.10312
0.11903
0.10260
Harga
0.10588
0.10457
0.10988
Kemasan
0.11772
0.12789
0.11688
Kemudahan Mendapat Produk
0.11188
0.10100
0.11355
Kehalusan Di Tangan

32

0.10673
0.11518

Banyak Busa
Isi

0.11202
0.11502

0.11455
0.11588

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan jarak sudut antara ketiga merek produk
dengan atribut untuk memperkuat visualisasi pada Gambar Biplot. Pada atribut
daya kebersihan deterjen dan keharuman lebih unggul pada persepsi konsumen
mengenai produk Rinso. Pada atribut merek Daia persepsi konsumen yaitu pada
harga yang ekonomis dan kemudahan mendapatkan produk, oleh karena itu
produsen Daia perlu mempertahankan harga produk dan penyebaran distribusinya
karena telah dianggap sebagai produk yang berharga paling ekonomis dan mudah
didapatkan. Pada produk So Klin, persepsi konsumen lebih cenderung dekat
dengan atribut yang lebih banyak yaitu variasi produk, kemasan produk,
kehalusan ditangan, banyaknya busa dan berat produk.
4.3

Analisis Kepuasan pada masing-masing Produk Deterjen Rinso, Daia
dan So Klin
Pada analisis ini terdapat 3 merek deterjen yang digunakan untuk mengukur

kepuasan konsumen pada masing-masing merek deterjen yaitu Rinso, So Klin dan
Daia berdasarkan variabel-variabel yang digunakan. Berikut merupakan hasil dari
analisis GAP untuk kepuasan konsumen deterjen Rinso.
Deterjen RINSO
4.0833
Daya membersihkan

4.8

Kelembutan di tangan

Kepentingan

4.6

Keharuman / wangi
Harga

Kemudahan memperoleh produk

4.4
4.333
Isi (berat / netto)

4.2
Banyaknya busa

Promosi produk melalui kegiatan
Banyak variasi produk
Promosi produk melalui Iklan

4.0
Kemasan

3.7

3.8

3.9

4.0
4.1
Kepuasan

4.2

4.3

4.4

Gambar 4.9 Analisis GAP Kepuasan Konsumen Produk Deterjen Rinso

Berdasarkan Gambar 4.9 dapat diketahui bahwa pada kuadran I
menunjukkan adanya kepentingan yang tinggi mengenai kelembutan produk
deterjen di tangan , tingkat keharuman dan harga deterjen. Tetapi kepuasan yang
diperoleh konsumen masih rendah. Oleh karena itu, produsen deterjen Rinso perlu

33

meningkatkan produk mengenai kelembutan ditangan, keharuman dan harga yang
diharapkan oleh konsumen sehingga konsumen merasa puas.
Pada kuadran II menunjukkan bahwa adanya kepentingan yang tinggi
mengenai daya bersih dan kemudahan memperoleh produk yang memiliki tingkat
kepuasan yang diterima oleh konsumen juga tinggi. Sehingga produsen deterjen
Rinso perlu mempertahankan daya kebersihan dan distribusi yang merata
sehingga konsumen mudah mendapatkan produk serta merasa puas dengan
kebersihannya.
Pada

kuadran

III

menunjukkan

bahwa

produsen

Rinso

perlu

mempertimbangkan lagi mengenai banyaknya busa, promosi produk baik melalui
iklan ataupun kegiatan karena hal tersebut merupakan unsur yang dianggap
kepentingan rendah dan kepuasan yang diterima juga rendah oleh konsumen.
Dan untuk kuadran IV merupakan atribut yang dianggap kurang penting
menurut konsumen tetapi dalam kenyatannya konsumen sudah merasa puas,
atribut tersebut yaitu banyaknya variasi produk, kemasan produk dan isi (berat)
produk deterejen.

Deterjen So Klin
4.083

4.8
4.7

Daya membersihkan
Keharuman / wangi

Kelembutan di tangan

Harga

4.6
Kepentingan

4.5
4.4

Kemudahan memperoleh produk

4.333

Kemasan

4.3

Isi (berat / netto)

4.2
4.1

Banyak variasi produk deterjen
Promosi produk melalui Iklan

4.0

Banyaknya busa

3.9
3.6

3.8

4.0

4.2

4.4

4.6

Kepuasan

Gambar 4.10 Analisis GAP Kepuasan Konsumen Produk Deterjen So Klin

Berdasarkan Gambar 4.10 dapat diketahui bahwa pada kuadran I
menunjukkan perlunya ada peningkatan terhadap daya bersih deterjen So Klin dan
harga produk karena atribut tersebut merupakan atribut yang dinilai sangat
penting oleh konsumen tetapi pada kenyataannya mendapatkan kepuasan yang
rendah.

34

Pada kuadran II menunjukkan bahwa adanya kepentingan yang tinggi
mengenai kelembutan di tangan, keharuman dan kemudahan memperoleh produk
yang memiliki tingkat kepuasan yang diterima oleh konsumen juga tinggi.
Sehingga produsen perlu mempertahankan atribut tersebut agar konsumen tetap
merasa puas.
Pada kuadran III menunjukkan bahwa produsen So Klin perlu
mempertimbangkan lagi mengenai banyaknya busa, kemasan, berat produk,
variasi produk dan promosi iklan karena hal tersebut merupakan unsur yang
dianggap kepentingan rendah dan kepuasan yang diterima juga rendah oleh
konsumen.

Deterjen DAIA
3.785

4.7
4.6
4.5

Harga
Kelembutan di tangan
Keharuman / wangi
Daya membersihkan
Isi (berat / netto)

Kemudahan memperoleh produk

Kepentingan

4.4
4.3
4.246

Varians produk

4.2
4.1

Kemasan

4.0

Pemberian hadiah
Promosi produk melalui Iklan

3.9

Banyaknya busa

3.8
3.4

3.5

3.6

3.7
3.8
Kepuasan

3.9

4.0

4.1

Gambar 4.11 Analisis GAP Kepuasan Konsumen Produk Deterjen Daia

Berdasarkan Gambar 4.11 dapat diketahui bahwa pada kuadran I
menunjukkan adanya kepentingan yang tinggi mengenai kelembutan produk di
tangan , tingkat keharuman dan daya bersih. Tetapi kepuasan yang diperoleh
konsumen masih rendah. Sehingga produsen deterjen Daia perlu meningkatkan
mengenai efek kelembutan produk, daya bersih dan kerahuman deterjen yang
diharapkan oleh konsumen sehingga konsumen merasa puas.
Pada kuadran II menun