Pengadaan Barang dan Jasa iii iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan

baik.

Makalah

ini

membahas

secara

lengkap

dan

menyeluruh mengenai Hukum Keuangan Negara bab pengadaan
barang dan jasa.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Hukum
Keuangan Negara. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak I Gede Made Artha Dharmakarja, selaku dosen
pembimbing mata kuliah Hukum Keuangan Negara dan semua
anggota kelompok 4 yang ikut berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini serta segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
dan arahan selama penulisan makalah ini.
Kami

berharap,

makalah

yang

telah

disusun

dengan


mempertimbangkan aspek kemudahan untuk dipahami ini menjadi
bahan materi yang bermanfaat bagi pembaca. Tak ada gading yang
tak retak, tak ada karya yang sempurna, kecuali karya dari Yang
Maha Berkarya. Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan
kata dalam penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun sehingga dalam pembuatan
makalah selanjutnya, penulis dapat menyelesaikannya dengan lebih
baik.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Tangerang Selatan, 12 April 2017

Kelompok 4

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................. 4
1.1.

Latar Belakang....................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan.....................................................................5
1.4. Sistematika Penulisan............................................................................... 6
BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................. 7
2.1 Pengertian.............................................................................................. 7
2.2 Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.............................................9
2.3 Swakelola Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah..........................................11
2.4 Panitia Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa.................................................18
2.5 Kasus Penyalahgunaan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.......................27
Kronologi Kasus Hambalang (hingga 16 Juni 2012)..........................................27
BAB III : PENUTUP....................................................................................... 51
3.1. Kesimpulan.......................................................................................... 51
3.2. Saran.................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 52

Pengadaan Barang dan Jasa
53

BAB I : PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh

Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah,
Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa. Sehubungan
dengan hal tersebut, Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman prosedur mengenai tata
cara Pengadaan Barang dan Jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai
dengan tata kelola yang baik. Prosedur mengenai tata cara pengadaan barang dan jasa
dalam peraturan presiden ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi yang
kondusif, efisiensi belanja negara, dan percepatan pelaksanaan APBN/APBD

Namun sering kali ditemukan adanya penyimpangan dalam prosedur
pengadaan tersebut. Permasalahan dalam pengadaan Barang dan Jasa pemerintah
tidak akan terjadi apabila para pelaksana memahami dan melaksanakan sepenuhnya
prinsip dasar pengadaan Barang dan Jasa yang ditetapkan dalam perpres.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah yang telah diubah Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 dan
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 menjadi dasar pelaksanakan pengadaan
barang dan jasa pemerintah. Pengadaan barang dan jasa pemerintah daerah dapat
dilakukan dengan efektif dan efesien dengan prinsip persaingan sehat, transparansi,
keterbukaan, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi
kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa pokok persoalan yang dapat
diperbincangkan terkait dengan Perpres 54 tahun 2010 sebagai perubahan tentang tata
cara pengadaan barang dan jasa pemerintah dari Keputusan Presiden No 8 tahun
2003, yakni:
1. Apakah pengertian Barang, Jasa, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Penyedia
Barang Jasa?

2. Apa saja yang menjadi Perubahan Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah?
3. Bagaimanakah Swakelola Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah ?
4. Apakah pengertian Panitia Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa ?
5. Bagaimana kasus hukum penyalahgunaan penggunaan barang dan jasa
pemerintah?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Setiap penulisan suatu masalah atau setiap kegiatan dilakukan tentunya harus
memiliki suatu tujuan dan manfaat. Dalam penulisan makalah ini, penulis
memberikan beberapa tujuan dan manfaat dari makalah ini.
1.3.1

Tujuan dari Penulisan

1. Sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Hukum Keuangan
Negara
2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pengadaan barang
dan jasa Pemerintah

Pengadaan Barang dan Jasa

53

3. Untuk mengetahui bagaimana swakelola pengadaan barang
dan jasa Pemerintah
4. Untuk mengetahui siapa saja panitia pengadaan barang dan
jasa lain
5. Untuk mengetahui contoh kasus penyalahgunaan dalam
pengadaan barang dan jasa Pemerintah

1.3.2

Manfaat Penulisan

1. Sebagai pedoman untuk menambah wawasan dalam menulis dan membuat
suatu karya ilmiah terutama dalam makalah ini
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya
3. Sebagai bahan bacaan dan lebih memahami bagaimana tata cara penulisan
makalah
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 3 (tiga) bab, dimana bab-bab tersebut

disesuaikan dengan isi dan maksud dari tulisan makalah ini, secara garis besar
pembahasannya dibagi lagi dalam sub-sub sesuai dengan penulisan skripsi. Adapun
ketiga bab tersebut dapat dilihat dari gambaran sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan.
Pada bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Pembahasan.
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang apa itu pengertian pengadaan,
bagaimana tata cara pengadaan barang dan jasa pemerintah, swakelola pengadaan
barang dan jasa pemerintah, panitia pengadaan dan penyedia barang dan jasa, dan

Pengadaan Barang dan Jasa
53

kemudian akan menjelaskan beberapa kasus terkait dalam penyalahgunaan dalam
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Bab III : Penutup.
Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan-kesimpulan atas pembahasan
tulisan ini, yang merupakan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang ada,
selanjutnya penulis akan memberikan saran-saran sebagai sumbangan penulisan atau

pendapat yang mungkin bermanfaat.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
1. Definisi Pengadaan
Kegiatan

untuk

memperoleh

barang/jasa

oleh

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya
(K/L/D/I) yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

diselesaikannya seluruh kegiatan memperoleh barang/jasa
2. Jenis Pengadaan
 Barang : Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan,


dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang
Pekerjaan Konstruksi : Seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan



pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya
Jasa Konsultasi : Jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan



adanya olah pikir (brainware)
Jasa Lainnya : Jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain
jasa konsultansi, pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang

3. Contoh Pengadaan
 Barang :
a. bahan baku;
b. barang setengah jadi;
c. barang jadi/peralatan;
d. makhluk hidup.
 Pekerjaan Konstruksi :
a. Bangunan
b. Selain Bangunan :

Pengadaan Barang dan Jasa
53

1. konstruksi bangunan kapal, pesawat atau kendaraan tempur;
2. pekerjaan yang berhubungan dengan persiapan lahan,
penggalian, dan/atau penataan lahan (landscaping);
3. perakitan atau instalasi komponen pabrikasi;
4. penghancuran (demolition) dan pembersihan (removal);
5. reboisasi.
 Jasa Konsultasi:
a. jasa rekayasa (engineering);
b. jasa perencanaan (planning), perancangan (design)

dan

pengawasan (supervision) untuk Pekerjaan Konstruksi;
jasa perencanaan (planning), perancangan (design),

dan

c.

pengawasan (supervision) untuk pekerjaan selain Pekerjaan
Konstruksi, seperti transportasi, pendidikan, kesehatan, kehutanan,
perikanan,

kelautan,

pengembangan

usaha,

lingkungan
perdagangan,

hidup,

kedirgantaraan,

pengembangan

SDM,

pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian, perindustrian,
d.

pertambangan, dan energi;
jasa keahlian profesi, seperti jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa
pendampingan, bantuan teknis, konsultan manajemen, dan

konsultan hukum;
e. Pekerjaan survei yang membutuhkan telaahan Tenaga Ahli.
 Jasa Lainnya :
a. jasa boga (catering service), jasa layanan kebersihan (cleaning
b.

service), jasa penyedia tenaga kerja;
jasa asuransi, perbankan dan keuangan; jasa layanan kesehatan,
pendidikan,

pengembangan

sumber

daya

manusia,

dan

c.
d.
e.

kependudukan;
jasa penerangan, iklan/reklame, film, dan pemotretan;
jasa pencetakan dan penjilidan;
jasa pemeliharaan/perbaikan; jasa pembersihan, pengendalian

f.

hama (pest control), dan fumigasi;
jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan, dan penyampaian

g.
h.

barang;
jasa penjahitan/konveksi; jasa impor/ekspor;
jasa penulisan dan penerjemahan;

Pengadaan Barang dan Jasa
53

i.

jasa penyewaan; jasa penyelaman; jasa akomodasi; jasa angkutan

j.
k.
l.
m.
n.
o.

penumpang;
jasa pelaksanaan transaksi instrumen keuangan;
jasa penyelenggaraan acara (event organizer);
jasa pengamanan;
jasa layanan internet; jasa pos dan telekomunikasi;
jasa pengelolaan aset;
jasa pekerjaan survei yang tidak membutuhkan telaahan tenaga
ahli.

2.2 Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Sebagai penjelas dan pelengkap dari aturan yang berlaku sebelumnya,
Perpres No 54 Tahun 2010 mengatur tata cara pengadaan barang dan jasa sebagai
barikut:
a. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
1. Pelelangan Umum , metode pelelangan umum merupakan yang paling sering
dilakukan untuk memilih penyedia barang/jasa yang akan mendapatkan
proyek pengadaan pekerjaan konstruksi..
2. Pemilihan Langsung, metode untuk memilih penyedia jasa untuk proyek
yang maksimal bernilai 200 juta.
3. Pengadaan Langsung, digunakan untuk proyek pengadaan jasa konstruksi
yang termasuk kebutuhan operasional dan bernilai paling tinggi 100 juta.
4. Pelelangan Terbatas, dilakukan jika pekerjaan yang dibutuhkan dianggap
kompleks dan penyedianya terbatas.
5. Penunjukkan Langsung, dilakukan untuk proyek konstruksi tertentu dengan
persetujuan dari jajaran di instansi pemerintah terkait.
b. Pengadaan Barang/ Jasa Lainnya
1. Pelelangan Umum, paling umum dilakukan untuk dalam proyek pengadaan
barang dan jasa pemerintah
2. Pelelangan Sederhana, dilakukan jika proyek yang ada bernilai paling tinggi
200 juta dan tidak bersifat kompleks.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

3. Pengadaan Langsung, dilakukan jika proyek yang ada berupa pengadaan
barang/jasa operasional yang beresiko kecil, berteknologi sederhana dan
bernilai maksimal 100 juta.
4. Penunjukkan Langsung,
5. Kontes/ Sayembara. Kontes dilakukan dengan memperlombakan gagasan,
kreativitas maupun inovasi tertentu yang telah ditentukan harga/biaya
satuannya., sedangkan Sayembara dilakukan untuk kriteria yang belum
ditentukan harga/nilai satuannya di pasaran. Biasanya kontes diaplikasikan
untuk pengadaan barang, dan sayembara untuk pengadaan jasa.
c. Pengadaan Jasa Konsultasi
1. Seleksi Umum, merupakan metode paling utama untuk memilih penyedia
jasa yang akan menangami penyedian jasa konsultasi pemerintah.
2. Seleksi Sederhana, dilakukan untuk pengadaan jasa konsultansi untuk proyek
yang bernilai maksimal 200 juta.
3. Pengadaan Langsung, dilakukan jika proyek pengadaan jasa bernilai tidak
lebih dari 50 juta
4. Penunjuk Langsung
5. Sayembara
2.3 Swakelola Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
A. Pengadaan Yang dapat Dilaksanakan Dengan Cara Swakelola
Pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan dua cara
yaitu:
1) dengan cara melalui penyedia barang/jasa; dan
2) dengan cara swakelola.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Pengadaan barang/jasa melalui penyedia barang/jasa adalah
Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya dikerjakan oleh pihak
ketiga sebagai penyedia barang/jasa. Menurut pasal 1 Perpres
nomor 70 tahun 2012 yang dimaksud penyedia barang/jasa adalah
badan

usaha

atau

Barang/Pekerjaan

orang

perseorangan

Konstruksi/Jasa

yang

menyediakan

Konsultansi/Jasa

Lainnya.

Ketentuan tersebut memasukkan semua pihak (baik perorangan
maupun

badan

usaha)

yang

pekerjaannya

menyediakan

barang/pekerjaan konstruksi/jasa konsultansi/jasa lainnya sebagai
penyedia barang/jasa. Dalam hal pengadaan barang/jasa dilakukan
melalui

penyedia

Pengadaan

barang/jasa

Barang/Jasa

Peraturan

mengharuskan

Presiden
pemilihan

tentang
penyedia

barang/jasa dilakukan dengan cara tertentu. Tata cara pemilihan
penyedia

tersebut

meliputi

pelelangan,

seleksi,

penunjukan

langsung, pengadaan langsung, sayembara, dan kontes. Dalam hal
pengadaan dilakukan dengan cara swakelola Perpres menetapkan
pelaksanaan swakelola dapat dilaksanakan oleh:
1. instansi penanggung jawab anggaran;
2. instansi lain;
3. kelompok masyarakat.
Jenis

pengadaan

barang/jasa

yang

dapat

dilaksanakan

dengan cara swakelola adalah pengadaan dalam bentuk pekerjaan
(membuat sesuatu atau melaksanakan kegiatan) bukan membeli
barang

yang

sewakelola

sudah

adalah

jadi.
proses

Unsur

penting

pelaksanaan

dalam

pengadaan

pekerjaan.

Dalam

pengadaan secara swakelola pelaksana swakelola benar-benar
bekerja melaksanakan suatu kegiatan pembuatan barang/jasa.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Contohnya adalah pekerjaan memasak makanan pasien oleh
pegawai rumah sakit, membersihkan saluran irigasi oleh kelompok
masyarakat,

menyemai

bibit

oleh

pegawai

dinas

pertanian,

pelaksanaan diklat/workshop/seminar oleh instansi pemerintah, dan
sebagainya.

Karena

itu

komponen

biaya

yang

menunjukkan

pekerjaan swakelola adalah komponen upah dan honorarium.
Sedangkan komponen biaya lainnya seperti biaya pengadaan
material atau bahan yang diperlukan dalam pekerjaan swakelola
sebenarnya bukan menunjukkan pekerjaan swakelola, walaupun
jumlahnya sering kali lebih besar dari komponen upah dan
honorarium.
Dalam

pekerjaan

swakelola

sering

kali

memerlukan

barang/bahan yang pengadaannya justru tidak mungkin dilakukan
secara swakelola. Contohnya dalam pemeliharaan jalan yang
dilaksanakan
swakelola,

oleh

jika

pegawai

kegiatan

Dinas

tersebut

Pekerjaan

Umum

membutuhkan

aspal

secara
maka

pengadaan aspal tersebut tidak dapat dilakukan dengan cara
swakelola, melainkan harus dilaksanakan melalui pihak ketiga
(penyedia barang/jasa).
Pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cara swakelola
telah ditetapkan dalam pasal 26 ayat (2) Perpres 70 tahun 2012
meliputi:
a. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia,
serta sesuai dengan tugas dan fungsi K/L/D/I;
b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan
partisipasi langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I
;

Pengadaan Barang dan Jasa
53

c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan
terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia
Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang
besar;
e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya
atau penyuluhan;
f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei
yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja
yang belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;
g.

pekerjaan

survei,

pemrosesan

data,

perumusan kebijakan

pemerintah, pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem
tertentu;
h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan;
i. pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri;
j. penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau
k. pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista
dan industri almatsus dalam negeri.
Penetapan

apakah

suatu

pengadaan

barang/jasa

akan

dilaksanakan secara swakelola atau dilaksanakan melalui penyedia
barang/jasa ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran (PA/KPA).
B. Prosedur Swakelola

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Prosedur
pelaksanaan,

swakelola

meliputi

pengawasan,

kegiatan

penyerahan,

perencanaan,

pelaporan

dan

pertanggungjawaban pekerjaan.
1). Perencanaan Swakelola.
Kegiatan perencanaan swakelola dilakukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). Perencanaan kegiatan swakelola dilakukan dengan
memperhitungkan

tenaga

ahli/peralatan/bahan

tertentu.

Perencanaan swakelola meliputi:
a.

penetapan

sasaran,

rencana

kegiatan

dan

jadwal

pelaksanaannya;
b. perencanaan teknis dan penyiapan metode pelaksanaan yang
tepat agar diperoleh rencana

keperluan tenaga, bahan dan

peralatan yang sesuai;
c. penyusunan rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan
secara rinci serta dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, rencana
kerja mingguan dan/atau rencana kerja harian; dan
d. penyusunan rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya
bulanan dan/atau biaya mingguan.
Untuk kegiatan swakelola yang dilaksanakan oleh Kelompok
Masyarakat Pelaksana Swakelola, perencanaan swakelola disusun
dan diusulkan oleh kelompok masyarakat. Perencanaan tersebut
ditetapkan oleh PPK setelah melalui proses evaluasi. Instansi
penanggung jawab anggaran hanya menetapkan sasaran yang akan
dicapai melalui kegiatan swakelola tersebut. Contohnya pada
kegiatan pembuatan sumur dalam DPA-SKPD Salah satu Dinas
Pemerintah Daerah yang yang pelaksanaannya diserahkan kepada
kelompok masyarakat pelaksana swakelola, Perencanaan swakelola

Pengadaan Barang dan Jasa
53

oleh Dinas Pemerintah Daerah tersebut hanya sebatas menetapkan
sasaran kegiatan yakni menentukan berapa buah sumur untuk
setiap desa dan berapa jumlah dana yang akan dialokasikan pada
masing-masing desa. Perencanaan kegiatan yang lebih detail
disusun

oleh

kelompok

masyarakat

pelaksana

swakelola.

Sedangkan untuk kegiatan swakelola yang dilaksanakan sendiri oleh
instansi penanggung jawab anggaran dan kegiatan swakelola yang
dilaksanakan
swakelola

oleh

disusun

instansi
dan

pemerintah

ditetapkan

lainnya,

oleh

PPK

perencanaan
pada

instansi

penanggung jawab anggaran.
2) Pelaksanaan Swakelola.
Perpres menetapkan cara pelaksanaan swakelola dalam tiga cara
yaitu:
a.

swakelola

dilaksanakan

oleh

instansi

penanggung

jawab

anggaran;
b. swakelola dilaksanakan oleh instansi lain;
c. swakelola dilaksanakan oleh kelompok masyarakat.
Pelaksanaan

swakelola

oleh

instansi

penanggung

jawab

anggaran memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan tenaga ahli untuk digunakan dalam pekerjaan swakelola
dilakukan oleh Pokja ULP/Pejabat Pengadaan. ULP atau Pejabat
Pengada yang melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa
tersebut adalah ULP pada K/L/D/I penanggung jawab anggaran.
b. pengadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a berpedoman
pada ketentuan dalam Peraturan Presiden tentang pengadaan

Pengadaan Barang dan Jasa
53

barang/jasa pemerintah. Jika kebutuhan peralatan/suku cadang
tersebut

lebih

dari

Rp200.000.000,-

(dua

ratus

juta

rupiah)

pengadaannya dilakukan oleh Pokja ULP dengan cara lelang. Jika
kebutuhan

peralatan/suku

cadang

tersebut

tidak

lebih

dari

Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) pengadaannya dilakukan
oleh Pejabat Pengadaan dengan cara Pengadaan langsung.
c. pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara
berkala berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah
borongan. Tenaga kerja yang berasal dari instansi penanggung
jawab anggaran dibayar dalam bentuk honorarium. Pembayaran
gaji tenaga ahli dari luar instansi penanggung jawab dilakukan
berdasarkan

Kontrak.

Jumlah

tenaga

ahli

dari

luar

instansi

penanggung jawab anggaran paling banyak 50% dari seluruh
pegawai instansi penanggung jawab anggaran yang terlibat dalam
kegiatan swakelola tersebut.
d. penggunaan tenaga kerja, bahan dan/atau peralatan dicatat
setiap hari dalam laporan harian.
e. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan Uang
Persediaan (UP)/Uang Muka kerja atau istilah lain yang disamakan
dan

dipertanggungjawabkan

secara

berkala

maksimal

secara

bulanan;
f. kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu
yang disesuaikan dengan penyerapan dana.
g. kemajuan nonfisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi
setiap bulan yang disesuaikan dengan penyerapan dana.
h. pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana
yang ditunjuk oleh PPK, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Pengadaan melalui Swakelola oleh Instansi Pemerintah lain
pelaksana

Swakelola

dilaksanakan

dengan

ketentuan

sebagai

berikut:
a. pelaksanaan dilakukan berdasarkan Kontrak antara PPK pada
K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan pelaksana Swakelola
pada Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola.
b. pengadaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan
tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh Pokja ULP/Pejabat
Pengadaan pada Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola.
c. pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara
harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah
borongan.

Pembayaran

imbalan

dilakukan

berdasarkan

Kontrak

tenaga

ahli yang diperlukan

antara

Pelaksana

Kegiatan

Swakelola pada Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola
dengan tenaga kerja bersangkutan.
d. penggunaan tenaga kerja, bahan/barang dan/atau peralatan
dicatat setiap hari dalam laporan harian.
g. kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu
yang

disesuaikan

dengan

penyerapan

dana

oleh

Instansi

Pemerintah lain pelaksana Swakelola.
h. kemajuan nonfisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi
setiap bulan yang disesuaikan dengan penyerapan dana oleh
Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola.
i. pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilaksanakan oleh pihak
yang ditunjuk PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran,
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Pengadaan secara Swakelola oleh Kelompok Masyarakat
Pelaksana

Swakelola

dilaksanakan

dengan

ketentuan

sebagai

berikut:
a. pelaksanaan Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana
Swakelola dilakukan berdasarkan Kontrak antara PPK pada K/L/D/I
Penanggung

Jawab

Anggaran

dengan

Kelompok

Masyarakat

Pelaksana Swakelola.
b. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa hanya diserahkan kepada
Kelompok

Masyarakat

Pelaksana

Swakelola

yang

mampu

melaksanakan pekerjaan.
c.

pengadaan

Pekerjaan

Konstruksi

hanya

dapat

berbentuk

rehabilitasi, renovasi dan konstruksi sederhana. Untuk konstruksi
bangunan baru yang tidak sederhana, dibangun oleh K/L/D/I
Penanggung Jawab Anggaran untuk selanjutnya diserahkan kepada
kelompok

masyarakat

sesuai

dengan

peraturan

perundang-

undangan.
d. pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan

tenaga

ahli

yang

diperlukan

dilakukan

oleh

Kelompok

Masyarakat Pelaksana Swakelola dengan memperhatikan prinsipprinsip pengadaan dan etika pengadaan.
e. penyaluran dana

kepada

Kelompok

Masyarakat Pelaksana

Swakelola dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) 40% (empat puluh perseratus) dari keseluruhan dana Swakelola,
apabila Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola telah siap
melaksanakan Swakelola;
2) 30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan dana Swakelola,
apabila pekerjaan telah mencapai 30% (tiga puluh perseratus); dan

Pengadaan Barang dan Jasa
53

3) 30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan dana Swakelola,
apabila pekerjaan telah mencapai 60% (enam puluh perseratus).
f. pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana Swakelola yang
dikeluarkan,

dilaporkan

oleh

Kelompok

Masyarakat

Pelaksana

Swakelola secara berkala kepada PPK.
h. pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Kelompok
Masyarakat Pelaksana Swakelola.
i. pertanggungjawaban pekerjaan/kegiatan Pengadaan disampaikan
kepada

K/L/D/I

pemberi

dana

Swakelola

sesuai

ketentuan

perundang-undangan.
3) Pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban
Pengawasan,

penyerahan,

pelaporan

dan

pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan swakelola dilakukan
sesuai ketentuan berikut:
(1)

Pelaksanaan

Swakelola

diawasi

oleh

Penanggung

Jawab

Anggaran atau oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.
(2) Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan
dilaporkan oleh pelaksana lapangan/Pelaksana Swakelola kepada
PPK secara berkala.
(3) Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan setiap
bulan secara berjenjang oleh Pelaksana Swakelola sampai kepada
PA/KPA.
(4) APIP pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran, melakukan audit
terhadap pelaksanaan Swakelola.
2.4 Panitia Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2006, panitia pengadaan
adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/KuasaPengguna Anggaran/Dewan
Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/ Direksi BUMD, untuk melaksanakan
pemilihan penyedia barang/jasa. Sedangkan, Pejabat pengadaan adalah 1 (satu) orang
yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur
BI/Pimpinan BHMN/ Direksi BUMN/Direksi BUMD untuk melaksanakan
pengadaan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat
atas Keppres Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah disebutkan sebagai berikut:
Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pejabat/panitia pengadaan/Unit Layanan
Pengadaan (Procurement Unit) meliputi sebagai berikut:
a. menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan;
b. menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS);
c. menyiapkan dokumen pengadaan;
d. mengumumkan pengadaan barang/jasa di surat kabar nasional dan/atau provinsi
dan/atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan diupayakan
diumumkan di website pengadaan nasional;
e. menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;
f. melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
g. mengusulkan calon pemenang;
h. membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pejabat pembuat
komitmen dan/atau pejabat yang mengangkatnya:
i. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dimulai.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Pengadaan barang dan jasa Indonesia sedikit diubah pada tahun 2015 dengan
keluarnya Perpres 4 tahun 2015. Perpres ini merupakan perubahan keempat atas
Perpres Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang
dikeluarkan pada tanggal 16 Januari 2015. Perpres ini diharapkan dapat mengatasi
beberapa kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan barang dan jasa.
Salah satu poin penting yang ada di perpres ini adalah diberikannya kewenangan
yang lebih besar kepada pejabat pengadaan untuk melaksanakan pengadaan dengan
cara e-purchasing.
Berdasarkan Perpres 54/ 2010, pejabat pengadaan adalah personil yang
memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang melaksanakan pengadaan
barang/ jasa. Sedangkan menurut Pepres 70/ 2012 pejabat pengadaan adalah personil
yang ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan langsung. Apa itu pengadaan
langsung? Pengadaan langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada
penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/ seleksi/penunjukan langsung.
Berdasarkan pasal 39 Perpres 70/2012, pengadaan langsung dapat dilakukan terhadap
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi
Rp200.000.000,00 dengan ketentuan:
a)

kebutuhan operasional K/L/D/I;

b)

teknologi sederhana;

c)

risiko kecil; dan/atau

d)

dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa usaha orang-perseorangan dan/atau
badan usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro, Usaha
Kecil, dan koperasi kecil. Sedangkan untuk pengadaan jasa konsultansi
pengadaan langsung digunakan untuk nilai sampai dengan lima puluh juta
rupiah.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Pejabat Pengadaan
Paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai
paling tinggi Rp200.000.000,00 dapat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja ULP atau
Pejabat Pengadaan. Demikian juga Paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai
paling tinggi Rp50.000.000,00 dapat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja ULP atau
Pejabat Pengadaan. Pengadaan Langsung ini dilaksanakan oleh satu orang Pejabat
Pengadaan.
Setiap satuan kerja pasti mempunyai pejabat pengadaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa banyak pekerjaan yang dilaksanakan dengan nilai yang
relatif kecil. Sehingga dalam proses pengadaannya tidak diperlukan pelelangan/
seleksi. Pejabat pengadaanlah yang menetapkan penyedia barang/jasa untuk
pengadaan langsung.
Pada saat itulah peran pejabat pengadaan menjadi penting. Karena urgensinya
yang sangat tinggi itu, maka Perpes mengamanatkan bahwa untuk dapat diangkat
sebagai pejabat pengadaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.

memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;

2.

memahami pekerjaan yang akan diadakan;

3.

memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas ULP/Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan yang bersangkutan;

4.

memahami isi dokumen, metode dan prosedur Pengadaan;

5.

memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/ Jasa sesuai dengan kompetensi
yang dipersyaratkan; dan

Pengadaan Barang dan Jasa
53

6.

menandatangani Pakta Integritas.

Perubahan Kewenangan Pejabat Pengadaan
Berdasarkan Perpres 4 tahun 2015 -sebuah peraturan yang dinilai banyak
pihak sebagai aturan yang akan mendorong pengadaan barang dan jasa akan berjalan
secara efektif dan efisen- ada perubahan mengenai pengertian pejabat pengadaan.
Pasal 1 ayat 9 mengatakan bahwa yang disebut pejabat pengadaan adalah personil
yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan
E-Purchasing.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai pejabat pengadaan, penulis
sampaikan matriks perbedaan tersebut.

Matriks Perbedaan Definisi Pejabat Pengadaan

Peraturan / Jabatan

Pejabat Pengadaan
personil

Perpres 54/ 2010

yang

memiliki

sertifikat

keahlian pengadaan barang/jasa yang
melaksanakan pengadaan barang/jasa

Perpres 70/2012

personil yang ditunjuk untuk

Pengadaan Barang dan Jasa
53

melaksanakan pengadaan langsung
personil
Perpres 4 / 2015

yang

ditunjuk

untuk

melaksanakan Pengadaan Langsung,
Penunjukan

Langsung,

dan

E-

Purchasing

Jika kita cermati, ada kewenangan yang ditambahkan kepada pejabat
pengadaan yaitu:
1. Pengadaan barang/ pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya sampai dengan Rp 200
juta dan konsultan s/d 50jt dengan metode pemilihan penyedia yaitu
penunjukan langsung ;
2. Pengadaan barang/jasa dengan e-purchasing tanpa ada batasan nilai
rupiahnya.
Selama ini pejabat pengadaan sudah terbiasa dengan metode pengadaan
langsung. Jika ditambahkan dengan penunjukan langsung untuk batasan nilai yang
sama dengan pengadaan langsung, penulis beranggapan hal itu tidak akan menjadi
persoalan yang serius. Karena selama ini pejabat pengadaan aman-aman saja dengan
pemilihan penyedia yang sudah dilakukan sebelumnya. Namun akan menjadi
persoalan ketika pejabat pengadaan juga diberi kewenangan untuk pengadaan dengan
cara e-purchasing tanpa batasan nilai.
E-Purchasing

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Dalam pengadaan barang dan jasa dikenal istilah pengadaan secara elektronik
atau e-procurement, yaitu pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan
menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Pengadaan secara elektronik terdiri dari dua jenis yaitu e-tendering dan epurchasing. E-tendering adalah tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang
terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan satu
kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Sedangkan e-purchasing adalah
tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik. Katalog elektronik
atau e-catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis,
spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa
pemerintah.
Mengapa pejabat pengadaan diberikan kewenangan untuk mengadakan
barang/jasa secara e-purchasing? Hal ini asumsinya adalah karena dalam epurchasing tidak perlu dilakukan evaluasi penawaran dan kualifikasi sehingga tugas
pejabat pengadaan adalah melaksanakan sistem dalam aplikasi e-purchasing. Jika
kebutuhan akan barang/jasa tersedia dalam katalog elektronik, maka K/L/D/I wajib
melakukan pengadaan barang dan jasa dengan e-purchasing.
Jika anda mencermati perkembangan katalog elektronik yang disediakan oleh
LKPP, maka jenis barang/ jasa yang tersedia semakin bertambah yang memuat
informasi teknis maupun harganya.
Di satu sisi, hal ini merupakan perkembangan yang bagus untuk percepatan
proses pengadaan barang dan jasa . Namun hal ini harus diikuti dengan tata laksana
yang tepat. Mari kita lihat kondisi ini dari faktor-faktor sebagai berikut:

Pengadaan Barang dan Jasa
53

a.

Selama ini yang penulis temui (terutama dalam diklat pengadaan barang dan
jasa, baik yang berupa DTSS Pengadaan Barang/Jasa , DTSS persiapan ujian
PBJ, dan Penyegaran PBJ), yang menjadi pejabat pengadaan pada umumnya
secara kepegawaian adalah pegawai golongan II dan kedudukannya adalah
pelaksana. Secara struktural pejabat pengadaan yang dipegang oleh pegawai ini
memiliki kedudukan yang tidak selevel dengan posisi lain dalam pengelola
keuangan satuan kerja. Hal ini membawa dampak yang cukup serius baik secara
substansi maupun psikologi. Pejabat pengadaan akan merasa dibawah pengaruh
atasan langsungnya maupun PPK ketika akan memutuskan untuk melaksanakan
kewenangannya sehubungan dengan penunjukan langsung maupun terutama epurchasing.

b.

Selama ini pejabat pengadaan identik dengan pengadaan langsung dimana
langsung berhadapan dengan barangnya. Disitu kelihatan bentuk dan wujud
barang/jasanya. Disamping nilainya yang signifikan tidak besar, pejabat
pengadaan sudah nyaman dengan penyedia barang jasa yang lazim ditemuinya.
Jika pengadaan dengan cara e-purchasing, maka seakan-akan pejabat pengadaan
berhadapan dengan makhluk yang entah berapa dimana barangnya. Hal ini
memunculkan permasalahan psikologis yang lain mengenai bagus tidaknya
kondisi barang tersebut.

c.

Tanda bukti perjanjian untuk e-purchasing berupa surat pesanan. Perpes baru
menyatakan bahwa cukup surat pesanan sudah bisa menjadi tanda bukti
perjanjian. Jika demikian apakah surat pesanan itu merupakan perikatan antara
pejabat pengadaan dengan penyedia?

d.

e-purchasing dengan nilai sampai dengan dua ratus juta rupiah menjadi
wewenang pejabat pengadaan

e.

e-purchasing dengan nilai diatas dua ratus juta rupiah menjadi kewenangan PPK.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Sedangkan Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Komitmen dalam
Pengadaan Barang dan Jasa bila dilihat dari Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006
Pasal 9 ayat (3), berbunyi :
a. menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa;
b. menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan
penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi
usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;
c. menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS), jadwal, tata cara
pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh panitia pengadaan/ pejabat
pengadaan/unit layanan pengadaan;
d. menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan/unit
layanan pengadaan sesuai kewenangannya;
e. menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai
ketentuan yang berlaku;
f. menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia
barang/jasa;
g. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada pimpinan
instansinya;
h. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
i. menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada
Menteri/Panglima TNI/Kepala Polri/Pimpinan Lembaga/Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Tinggi Negara/ Pimpinan Kesekretariatan
Komisi/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/ Direksi
BUMN/BUMD dengan berita acara penyerahan;
j. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dimulai.
Jalan keluar

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Pasal 110 Perpres 4/2015 mengatakan bahwa e-purchasing dilaksanakan oleh
pejabat pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan instansi/institusi.
Menilik bunyi pasal ini, maka penulis berpendapat bahwa sebaiknya untuk epurchasing , kewenangannya dibagi dua:
Hal ini adalah untuk menjaga kemungkinan buruk yang kemungkinan terjadi
di kemudian hari mengingat PPK -yang seorang pejabat- adalah pejabat yang
memiliki kewenangan lebih besar dibandingkan dengan pelaksana.
Faktor yang lain yang juga perlu diperhatikan adalah sehubungan dengan
honor pengadaan yang diberikan kepada pejabat pengadaan. Selama ini honorarium
pejabat pengadaan dibayarkan berdasarkan satuan OB (Orang Bulan). Jadi seberapa
banyaknya pun pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakannya, maka
honor bulanan nya akan tetap. Tapi coba bandingan dengan honor pantia
pengadaan/ULP. Honor panitia/ULP dibayarkan berdasarkan satuan OP (Orang
Paket). Jadi, semakin banyak paket pekerjaan yang dikerjakannya, maka semakin
besar honor yag diterima.
Jika dibandingkan dengan pejabat pengadaan, jika memiliki kewenangan
untuk melakukan e-purchasing di kantornya tanpa batasan nilai. Misal pejabat
pengadaan melaksanakan pengadaan mobil dinas sesuai dengan katalog elektronik
LKPP. Pengadaan mobil tersebut nilainya sangat besar karena jumlahnya yang
banyak, misalnya dua milyar. Walaupun pejabat pengadaan melaksanakan pekerjaan
dengan nilai yang besar tersebut, honor yang diterima akan tetap sesuai dengan SBM
Kementerian Keuangan yaitu honor bulanan itu. Disinilah penulis melihat ada
ketidakadailah jika e-purshasing tanpa batas nilai diberikan kewenangannya kepada
pejabat pengadaan.
2.5 Kasus Penyalahgunaan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Pekerjaan Konstruksi

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Kronologi Kasus Hambalang (hingga 16 Juni 2012)
Kasus Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan, adalah kasus
dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak terlibat, diantaranya
para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum qq
komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi
Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya.
Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktur dimana mereka
merupakan BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga mensubtenderkan sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300M.
KPK menyatakan, dalam penyelidikan Hambalang ada dua hal yang menjadi
konsentrasi pihaknya. Yakni, terkait dengan pengadaan pembangunan dan terkait
dengan kepengurusan sertifikat tanah Hambalang.
Berikut ini penulis menyajikan rangkaian berita sesuai kronologinya, untuk
memahami kasus Hambalang ini.
Selasa, 1 Mei 2012
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menyatakan bahwa penyelidikan
proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor mengalami peningkatan.
Hal tersebut diutarakan oleh pimpinan KPK sendiri, Abraham Samad pada Selasa, 1
Mei 2012 malam.
Menurutnya, peningkatan tersebut terlihat dari banyaknya informasi mengenai
kasus itu yang masuk ke KPK yang datang dari sejumlah orang yang pernah dimintai
keterangan oleh lembaga anti korupsi tersebut mengenai proses sertifikasi tanah
Hambalang.
Selain itu, Abraham Samad juga membenarkan pernyataan koleganya,
Bambang Widjojanto, bahwa KPK yakin Ketua Umum Partai Demokrat, Anas
Urbaningrum terlibat dalam proyek Hambalang. Keyakinan ini muncul lantaran

Pengadaan Barang dan Jasa
53

adanya pengakuan dari Anggota Komisi II asal Fraksi Partai Demokrat, Ignatius
Mulyono.
Sementara itu, Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, pihaknya hingga
kini masih mengumpulkan alat bukti atas indikasi tindak pidana dalam proyek yang
dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk dan PT Wijaya Karya Tbk tersebut. Menurut dia,
karena alat buktinya belum cukup, maka proyek yang dijalankan dua emiten BUMN
sektor konstruksi dengan kode perdagangan masing-masing ADHI dan WIKA itu
masih dalam tahap penyelidikan.
Johan mengatakan, ada dua persitiwa yang tengah diselidiki pihaknya. Pertama, pada
proses penerbitan sertifikat tanah Hambalang. Kedua, pelaksanaan pengadaan proyek
Hambalang yang dilakukan secara multi years.
Kasus Hambalang ini pertama kali diungkapkan oleh terdakwa suap proyek
pembangunan wisma atlet, M Nazaruddin. Menurut mantan Bendahara Umum Partai
Demokrat itu, Anas turut terlibat dalam proyek dengan melakukan serangkaian
pertemuan yang dihadiri Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto
terkait sertifikasi tanah Hambalang. Bukan hanya itu, Nazaruddin juga menuding
bahwa Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng turut terlibat dalam proyek
ini.
Kamis, 3 Mei 2012
Pekan depan, KPK mengagendakan gelar perkara (ekspose) penyelidikan
kasus pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor. dalam forum itu,
penyelidik

atau

penyidik

KPK

yang

menangani

kasus

mempresentasikan

perkembangan penanganan perkara kepada pimpinan KPK. Tujuan ekspose agar
dapat diketahui perkembangan kasus yang tengah diselidiki lembaga antikorupsi
tersebut.
Selasa 22 Mei 2012
KPK menjadwalkan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng untuk
memberikan keterangan terkait penyelidikan dugaan korupsi pembangunan sport
center di Hambalang, Kabupaten Bogor, pada Kamis (24/5)

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Terkait

proyek

senilai

Rp1,1

triliun ini, Andi

pernah

memberikan

keterangannya saat bersaksi untuk terdakwa M Nazaruddin dalam kasus dugaan suap
pembangunan wisma atlet. Menurutnya, proyek Hambalang tak kunjung selesai sejak
tahun 2003 lantaran terkendala masalah sertifikat tanah seluas 5.000 hektar yang
belum ada.
Namun, Andi membantah melibatkan Nazaruddin terkait pembuatan sertifikat
tanah tersebut. Terkait hal ini, terdakwa sendiri menuding ada uang dari proyek
Hambalang yang mengalir ke Andi Mallarangeng.
Direktur PT Dutasari Citralaras, Mahfud Suroso dilarang berpergian keluar
negeri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kamis, 24 Mei 2012
Menpora, Andi Mallarangeng memenuhi panggilan KPK dan dimintai
keterangan oleh penyidik KPK selama sekira 10 jam.
Usai diperiksa, Andi membantah tudingan mantan Komisi III DPR
Muhammad Nazaruddin, bahwa dirinya menerima uang sebesar Rp20 miliar terkait
proyek yang menelan uang negara Rp1,5 triliun tersebut.
Sebelumnya, usai diperiksa KPK terkait proyek Hambalang, Nazaruddin
menuding Andi turut menerima jatah sebesar Rp20 miliar. Menurutnya, uang tersebut
diterima Andi melalui adiknya yang bernama Choel Mallarangeng. Nazaruddin
mengatakan, uang tersebut diberikan oleh Adhi Karya selaku pelaksana pembangunan
yang bekerjasama dengan Wijaya Karya.
Terkait proyek disubkontrakkan ke PT Dutasari Citralaras, Nazaruddin
mengaku tak tahu menahu. Ia hanya bisa menjelaskan bahwa Mahfud Soeroso selaku
pemilik PT Dutasari pernah menerima uang Rp100 miliar yang Rp20 miliar di
antaranya diperintahkan PT Adhi Karya untuk diberikan ke Andi melalui Choel.
Sejumlah petinggi Partai Demokrat lainnya dituding Nazaruddin turut
menikmati uang tersebut. Seperti Anas Urbaningrum Rp2 miliar, Mirwan Amir Rp1,5
miliar, Jafar Hafsah Rp1 miliar serta pimpinan Banggar, Melchias Markus Mekeng

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Rp1,5 miliar, Tamsil Linrung Rp1 miliar dan Olly Dondokambey Rp1 miliar. Angie
sendiri memperoleh Rp1 miliar.
Jumat, 25 Mei 2012
KPK mendalami penyebaran uang pada Kongres Partai Demokrat.
Mantan Ketua DPC Partai Demokrat Minahasa Tenggara, Diana Maringka
dimintai keterangannya oleh KPK terkait penyelidikan dugaan korupsi pembangunan
sarana dan prasarana olahraga di Hambalang, Jawa Barat. Usai diperiksa, Diana
mengaku hanya ditanya seputar pembagian uang dalam kongres Partai Demokrat
tahun 2010 silam.
Terkait proyek Hambalang, Diana mengaku tak tahu apa-apa. Dalam kongres
itu, lanjut Diana, dirinya diberikan uang oleh tim sukses Anas Urbaningrum sebesar
AS$7000 dan Rp30 juta. Selain dirinya, sejumlah DPC yang lain juga diberikan uang.
Sebelumnya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin berkali-kali menyebut bahwa ada penggelontoran uang dalam kongres
Partai Demokrat yang dilaksanakan 2010. Menurut Nazar, uang yang digelontor
berjumlah Rp30 miliar dan AS$5 juta tersebut berasal dari Permai Grup, perusahaan
miliknya.
Senin, 28 Mei 2012
Tim dari KPK bertandang ke Hambalang sekira dua pekan silam. Menurut
Juru Bicara KPK Johan Budi, kedatangan tim lembaganya tersebut untuk mencari
tahu sejauh mana perkembangan pengadaan proyek senilai Rp1,2 triliun itu. Menurut
Johan, Kedatangan tim ingin tahu progres pengadaan.
Tim KPK yang mendatangi proyek Hambalang belum bisa melakukan
mengaudit alasan kenapa bisa runtuh tanahnya. karena proyek Hambalang masih
dalam tahap penyelidikan di lembaganya. Hasil audit alasan tanah di Hambalang bisa
amblas dapat dijadikan lembaganya sebagai salah satu bahan penyelidikan.
Khususnya dalam pengadaan proyeknya.
Selasa, 29 Mei 2012

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Kementrian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan bahwa PU tak dilibatkan
dalam proyek pembangunan kompleks olahraga terpadu Hambalang sejak
perencanaan, hanya ketika pembangunannya dimulai. Hal tersebut diutarakan oleh
Dirjen Cipta Karya, Budi Yuwono. Penegasan tersebut disampaikan terkait dengan
amblesnya tanah di proyek itu di tiga titik pada 14-15 Desember 2011 lalu.
Selain itu, Budi menegaskan, apa pun yang terjadi dengan proyek itu,
kontraktor utama yakni PT Wijaya Karya Tbk dan PT Adhi Karya Tbk, harus
bertanggung jawab.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian PU, Waskito Pandu
menegaskan, sebenarnya tidak ada aturan yang mewajibkan proyek strategis di
Indonesia harus melibatkan PU sejak awal. “Hanya saja, kebiasaan selama ini untuk
proyek APBN strategis, PU yang dianggap punya banyak ahli teknis, sering dimintai
rekomendasi dan untuk proyek Hambalang, memang tidak dilibatkan,” katanya.
Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Yuli Mumpuni sebelumnya
mengatakan, tiga titik amblesnya tanah di proyek Hambalang adalah fondasi
bangunan lapangan badminton, bangunan gardu listrik, dan jalan nomor 13.
Proyek Hambalang, ketika Menporanya Adhyaksa, nilainya sebesar Rp125
miliar untuk sekolah olahraga dan saat Andi Mallarangeng menjabat, proyek
Hambalang berubah menjadi proyek olahraga terpadu Hambalang, (sport center)
dengan anggaran sebesar Rp1,2 triliun.
Rabu, 30 Mei 2012
Salah satu LSM yang fokus pada bidang anggaran, Forum Indonesia untuk
Tranparansi Anggaran (FITRA), menilai bahwa jika pembangunan Hambalang
diteruskan, negara ditaksir akan merugi hingga Rp753 miliar. Potensi rugi hingga
Rp753 miliar ini, kata Uchok (Koordinator Advokasi dan Investigasi Sekretariat
Nasional FITRA), merupakan uang negara yang sudah dikeluarkan sejauh ini untuk
membangun Hambalang. Menurutnya, miliaran rupiah uang tersebut dapat terbuang
percuma apabila tanahnya ambles sehingga bangunan yang sudah dibuat tak bisa
digunakan.

Pengadaan Barang dan Jasa
53

Menurut Uchok, berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada
2009, pembangunan seharusnya dilakukan di wilayah Sentul, bukan di Hambalang.
Dia mengutarakan bahwa tanah Hambalang labil dan tak akan terpakai lagi jika sudah
ambles.
Uchok menjelaskan, angka Rp753 miliar itu terbagi atas dua tahun anggaran.
Yakni pada tahun 2010 sebesar Rp253 miiliar untuk pembangunan lanjutan fisik
pusat pendidikan, pelatihan dan sekolah olahraga nasional dan sebesar Rp500 miliar
pada 2011 untuk pengadaan sarana olahraga pendidikan, pelatihan dan sekolah
olahraga nasional Hambalang.
Sedangkan pelaksana proyek, c.q. PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya,
mengklaim kerugian yang diakibatkan peristiwa amblesnya bangunan tersebut
mencapai Rp14 miliar.
Senin, 4 Juni 2012
Teka-teki adanya pembengkakan anggaran proyek Hambalang dari Rp 125
miliar menjadi Rp 1,175 triliun mulai terkuak. Meski sejumlah anggota Komisi
Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat berkukuh mengatakan tidak tahu, Kementerian
Pemuda dan Olahraga ternyata telah memberitahukan k