Makalah Keperawatan Keluarga Bantuan Pel

Makalah Keperawatan Keluarga
Bantuan Pelayanan Kesehatan oleh Perawat untuk Ibu Dengan
Ketidakmampuan untuk Melakukan Laktasi atau Pemberian Asi Eksklusif
pada Tahap Keluarga dengan Bayi

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

LIZZA WIRMA

04021181320002

RANI AYU PUTRI UTAMI

04021181320015

PRASETA OKTA VIANA

04021181320039

ANUWAR IQBAL


04021281320003

POVI OLIVIA

04021281320021

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah melancarkan
kami dalam proses pembuatan makalah tentang peran perawat kepada keluarga dengan bayi.
Shalawat beiring salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang mana
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti
sekarang ini.
Pada makalah yang kami susun ini, kami menjelaskan secara keseluruhan tentang
peran perawat kepada keluarga dengan bayi. Kami memaparkan manfaat yang bisa diambil

dari makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada dosen yang membimbing dalam
penyusunan makalah ini.
Dengan tersusunnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat mendapatkan manfaat
dari makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf bila ada salah kata kami
mohon maaf. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Inderalaya,

Januari 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang............................................................................................. 1


1.2

Rumusan Masalah......................................................................................... 2

1.3

Tujuan........................................................................................................ 2

1.4

Manfaat...................................................................................................... 2

BAB II..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN......................................................................................................... 3
2.1

Tahap Keluarga dengan Bayi (Birth of The First Child)........................................3

2.2


Tugas Bantuan Pelayanan Kesehatan yang Dapat Dilakukan Perawat.....................3

2.2.1

Memberikan informasi kepada Orang tua (Ayah dan Ibu) Bayi mengenai:........3

Produksi ASI (Prolaktin).......................................................................................... 3
Refleks Prolaktin.................................................................................................. 3
Refleks Aliran (Let Down Reflek)............................................................................. 4
Refleks Menangkap (Rooting Refleks).......................................................................5
Refleks Menghisap (Sucking Refleks)........................................................................5
Refleks Menelan (Swallowing Refleks)......................................................................5
Pengeluaran ASI (Oksitosin)..................................................................................... 5
2.2.2
Mendemonstrasikan Breast Care dan Memantau Kemampuan Ibu Untuk
Melakukan Secara Teratur.................................................................................. 10
2.2.3
Mengajarkan Cara Memngeluarkan Asi Dengan Benar, Cara Menimpan, Cara
Transportasi Sehingga Bisa Diterima Dengan Bayi..................................................12
2.2.4

Memberikan Dukungan dan Semangat pada Ibu Untuk Melaksanakan
Pemberian ASI Eksklusif.................................................................................... 14
2.2.5
Memberikan Penjelasan Tentang Tanda Dan Gejala Bendungan Payudara,
Infeksi Payudara............................................................................................... 15
BAB III.................................................................................................................. 17
PENUTUP.............................................................................................................. 17
3.1

Kesimpulan................................................................................................ 17

3.2

Saran........................................................................................................ 17

Daftar Pustaka........................................................................................................... iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup.
Produktifitas tenaga kerja angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anakanak. menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah
akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat
ini di Indonesia adalah kurang kalori protein hal ini banyak ditemukan bayi dan anak
yang merupakan golongan rentan. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan
karena selain makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti
dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini
pertanda adanya perubahan social dan budaya yang negative dipandang dari segi gizi
pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang
diperoleh termasuk energy dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut.
ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia
sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin,
dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada
beras.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini
mungkin yaitu sejak masih bayi, salah satu factor yang memegang peranan penting
dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian
ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan
persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarapan tentang

peningkatan penggunaan ASI.
Namun demikian, berbagai maslah dialami oleh ibu-ibu yang memiliki bayi, antara
lain adalah ibu merasa cemas ketika memiliki bayi, sehingga produksi ASI tidak keluar
seperti seharusnya, akibatnya bayi tidak memperoleh ASI secara maksimal.
Oleh karena itu di sinilah peran dan tugas tenaga kesehatan khususnya perawat dalam
memberikan edukasi kesehatan serta bentuan pelayanan kepada keluarga pada tahap
keluarga dengan bayi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah bagaimanakah bentuk tugas bantuan pelayanan kesehatan
yang dapat dilakukan perawat pada tahap keluarga dengan bayi.

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bentuk tugas bantuan
pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan perawat pada tahap keluarga dengan bayi.

1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui bentuk tugas
bantuan pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan perawat pada tahap keluarga dengan

bayi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tahap Keluarga dengan Bayi (Birth of The First Child)
Tahapan ini keluarga sudah mempunyai anggota keluarga baru, yaitu bayi. Yang
dimaksud bayi adalah sampai dengan umur 30 bulan dan biasanya tahap ini berlangsung
rata-rata selama 2,5 tahun.
Keluarga memiliki tugas lain: memberikan ASI sebagai kebutuhan dasar bayi
(minimal 6 bulan), memberikan kasih saying, mulai mensosialisasikan dengan lingkungan

keluarga besar masing-masing pasangan, pasangan kembali melakukan adaptasi karena
kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan sex, mempertahankan hubungan
dalam rangka memuaskan pasangan.

2.2 Tugas Bantuan Pelayanan Kesehatan yang Dapat Dilakukan Perawat
2.2.1

Memberikan informasi kepada Orang tua (Ayah dan Ibu) Bayi mengenai:
a. Fisiologi Menyusui

Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu,
dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah
hormon esterogen dan progesteron yang

membantu

maturasi

alveoli.

Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi
ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau
ketigapasca

persalinan,

sehingga


terjadi

sekresi

ASI.

Pada proses

laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum,

tetapi

jumlah


kolostrum

terbatas

dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang
masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya
fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteronjuga berkurang. Hisapan
bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung
saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medullaspinalis
hipotalamus

dan

akan

menekan

pengeluaran

faktor

penghambat

sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin.

Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau

ada

isapan

bayi,

namun pengeluaran

air

susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal
pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi dan rangsangan puting susu
Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang

berasal

dari

isapan

bayi

dilanjutkan

ke

hipofise

posterior

(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,
hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari
sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk
ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke
mulut bayi.
Faktor-faktor

yang

meningkatkan

letdown

adalah:

melihat

bayi,

mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflekletdown adalah stress, seperti: keadaan
bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:
1. Refleks menangkap (rooting refleks)
2. Refleks menghisap
3. Refleks menelan

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah
sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papillamamae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar
puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut
bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan
antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel
miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosinselain dipengaruhi oleh
isapan

bayi,

juga

oleh

reseptor

yang

terletak

pada duktus.

Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis.

b. Manfaat Menyusui
Manfaat menyusui bagi bayi
1) Membantu mencegah konstipasi

ASI sangat mudah dicerna oleh tubuh bayi dan membantu mencegah pup
yang keras akibat kekurangan cairan pada tubuh bayi.
2) Mengurangi resiko kegemukan dan diabetes
ASI dapat mengurangi resiko anak mengalami kegemukan atau obesitas
serta diabetes tipe 2 di kemudian hari.
3) Mengurangi resiko berbagai infeksi
Manfaat menyusui lainnya adalah mengurangi resiko bayi terkena
berbagai infeksi, misalnya infeksi pada kuping, pernafasan, dan
pencernaan.
4) Membantu mencegah alergi dan asma
Daya tahan tubuh bayi yang diciptakan oleh ASI membantu mencegah
alergi dan asma.
5) Membantu mencegah SIDS
Kematian mendadak pada bayi atauSuddenInfantDeathSyndrome (SIDS)
kadang terjadi pada bayi berusia di bawah 1 tahun. Pemberian ASI secara
eksklusif dapat membantu mencegah terjadinya SIDS.
6) Membantu mencegah kerusakan gigi
ASI lebih baik dari susu formula yang pada umumnya mengandung gula,
sehingga membantu mencegah kerusakan gigi.
7) Bayi lebih cerdas
Menurut penelitian, bayi yang meminum ASI secara rutin selama minimal
6 bulan pada umumnya lebih cerdas karena memiliki perkembangan otak
yang baik

Manfaat bagi ibu dan keluarga :
1) Menciptakan kedekatan dan ikatan antara ibu dan bayi

Menyusui bayi akan meningkatkan kedekatan ibu dan bayi, terutama bila
dilakukan dengan skintoskincontact.Metode ini umumnya diterapkan
pada bayi yang baru lahir, di mana kulit bayi dan ibu disengaja
bersentuhan secara langsung supaya ikatan emosional tersebut tercipta.
2) Membantu rahim kembali ke ukuran normal
Secara alami pemberian ASI membantu mengembalikan kondisi hormon
ibu ke kondisi awal, sehingga mempercepat rahim kembali ke ukuran
normal setelah melahirkan.
3) Membantu tubuh mengontrol pendarahan
Masih berkaitan dengan hormon, manfaat menyusui lainnya adalah
membantu tubuh ibu dalam mengontrol pendarahan setelah melahirkan.
4) Mengurangi resiko kanker payudara dan rahim
Pemberian ASI dapat mencegah resiko ibu terkena kanker payudara dan
kanker rahim di kemudian hari.
5) Membantu diet setelah melahirkan
Selain

mengembalikan

kondisi

hormon

ibu,

menyusui

akan

menghabiskan kalori yang cukup banyak, sehingga membantu diet ibu
setelah melahirkan.
6) Mengurangi biaya pembelian susu formula
Dari sisi ekonomis, ASI tidak membutuhkan biaya dan dapat membantu
penghematan keuangan keluarga dengan manfaat yang besar.
7) Hemat waktu
Menyusui dengan ASI tidak membutuhkan persiapan dan selalu tersedia
dalam kondisi segar serta terbaik untuk bayi.

c. Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk

memperlancarkan pengeluaran ASI. Perawatan payudara sebaiknya
dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari. Untuk
mengurangi rasa sakit pada payudara maka lakukan pengurutan
payudara secara perlahan, kompres air hangat sebelum menyusui bayi
karena panas dapat merangsang aliran ASI kemudian kompres air
dingin

setelah menyusui

untuk mengurangi rasa sakit

dan

pembengkakan. Perawatan payudara tersebut bermanfaat untuk
merangsang

payudara

dan

mempengaruhi

hipofise

untuk

mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin
mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan hormon oksitosin
mempengaruhi proses pengeluaran ASI.
Untuk mengatasi masalah perawatan payudara yang kurang
tersebut, maka pada ibu nifas yang malas melakukan perawatan
payudara

sebaiknya

diberikan

motivasi

mengenai

pentingnya

perawatan payudara dan pada tiap kali kunjungan ibu nifas dianjurkan
untuk menerapkan langkah perawatan payudara. Bagi ibu nifas yang
menganggap bahwa langkah-langkah dalam perawatan payudara
teralu rumit maka sebaiknya mengajarkan tiap-tiap langkah dalam
melakukan perawatan payudara sampai ibu nifas benar-benar
mengerti, memahami dan mampu melakukan perawatan payudara
secara mandiri. Sedangkan untuk mengatasi masalah ketidaklancaran
produksi ASI, maka anjurkan pada ibu nifas untuk makan makanan
yang bergizi sehingga kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan
baik, anjurkan ibu nifas minum air putih yang banyak agar ibu nifas
tidak mengalami dehidrasi sehingga suplai ASI dapat berjalan lancar
dan ibu nifas harus banyak istirahat agar kondisinya tetap terjaga
dengan baik.

d. Kebutuhan Diit Khusus Ibu Menyusui
Ada berbagai macam kendala pemberian ASI Ekslusif, salah
satunya adalah ASI tidak lancar. Tetapi jangan khawatir, bagi para
ibu-ibu yang ASI-nya tidak lancar tapi ingin memberikan bayinya ASI

Eksklusif ada beberapa makanan yang dapat mempengaruhi produksi
ASI, yaitu:
1) Daun Katuk
Daun katuk dapat digunakan sebagai sayuran maupun jamu. Pada
daun katuk terdapat vitamin A, C, B1, zat besi, kalium, protein,
fosfor, sterol, alkaloid, asam seskuiterna.
2) Bayam Hijau dan Bayam Merah
Tumbuhan bayam banyak mengandung klorofil juga banyak
mengandung vitamin A, B6, C, E, K, Asam Folat, Zat besi,
Karoten, Thiamin.
3) Kacang Hijau
Kacang hijau mengandung banyak vitamin B1, protein, fosfor,
tiamin, mangan, kalium, magnesium, dan asam folat. Selain itu
mampu memproduksi banyak ASI, kacang hijau dapat mencakupi
kebutuhan protein dan energi.
4) Pare
Buah pare mengandung vitamin K, likopen, fitokimia, lutein, anti
oksidan yang berguna untuk memproduksi insulin, mampu
menurunkan kadar gula di dalam darah, termasuk sebagai
makanan anti kanker.
5) Bunga Pepaya
Bunga pepaya tebuktu mengandung vitamin A, C, fosfor, kalium,
enzim

papain,dan

kelebihan

bunga

pepaya

juga

dapat

meningkatkan nafsu makan.
6) Semangka
Menurut para ahli buah semangka mengandung vitamin A, C,
asam folat, kalium, sangat cocok untuk membantu kesegaran
seorang ibu dan membantu produksi ASI secara signifikan.
7) Labu Siam
Labu siam mengandung vitamin B6, C, K, asam folat, kalium,
magnesium,

zink,

mangan.

Labu

siam

dapat

membantu

mencukupi kebutuhan asam folat ibu yang sedang menyusui. Labu
siam mampu membantu pertumbuhan sel danjuga perkembangan
tubuh bayi.

2.2.2

Mendemonstrasikan Breast Care dan Memantau Kemampuan Ibu Untuk
Melakukan Secara Teratur
Breast Care (PerawatanPayudara) adalahpemeliharaanbuah dada

/

payudarasehinggaproduksi ASI lancardanmenghindarikesulitandalammenyusui.
Tujuan perawatan payudara post natal adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Memelihara kebersihan payudara
Melenturkan dan menguatkan putting susu
Mengeluarkan puting susu yang masuk kedalam / datar
Memperlancar produksi ASI
Agar waktu menyusui, ASI dapat keluar dengan lancar dan menghindari
kesulitan dalam menyusui.

Prinsip perawatan payudara
a.
b.
c.

Dikerjakan secara sistematis
Menjaga kebersihan sehari-hari
Memakai BH yang menopang payudara

Alat yang harus disiapkan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Baby Oil / Minyak kelapa dalam tempatnya
Kapas
Dua Handuk besar yang bersih dan kering, dua buah waslap
Bengkok
Gelas
Air hangat dan air dingin dalam baskom

Cara perawatan payudara post natal

Sumber: http://www.beritahu.me/2014/04/cuci-tangan-langkah-awal-hidup-sehat.html

1.
2.

Mencuci tangan
Basahi kapas dengan minyak / baby oil, dan kompres putting susu dengan

3.

kapas minyak tersebut selama 3-5 menit
Setelah 3-5 menit, bersihkan putting susu dengan gerakan memutar,
bersihkan sampai bersih

4.

Gerakan I : Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak, Kedua tangan
diletakkan diantara kedua payudara kearah atas, samping, bawah dan
lepaskan kearah depan (lakukan gerakan 30 kali).
GerakanII : Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak, Telapak tangan

5.

kiri menopang payudara kiri, dan jari-jari tangan saling dirapatkan, Sisi
kelingking kanan mengurut payudara kiri dari pangkal payudara kearah
puting, demikian pula pada payudara sebelah kanan (lakukan 30 kali).
Gerakan III : Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak, Telapak tangan

6.

kiri menopang payudara kiri, jari-jari tangan dikepalkan, tulang-tulang
kepalan tangan kanan mengurut payudara dari pangkal kearah puting
(lakukan 30 kali).
Lakukan gerakan memelintir puting payudara sampai elastic dan kenyal
Selanjutnya rangsang payudara dengan air hangat dingin bergantian, siram /

7.
8.

kompres payudara dengan air hangat dulu baru air dingin, siram bergantian
9.
10.
11.
12.
2.2.3

sampai 5 menit.
Keringkan payudara dengan handuk.
Gunakan BH yang menopang payudara bukan yang menekan payudara.
Rapikan alat-alat
Cuci tangan

Mengajarkan Cara Memngeluarkan Asi Dengan Benar, Cara Menimpan,
Cara Transportasi Sehingga Bisa Diterima Dengan Bayi
Cara Mengeluarkan ASI:
Pijat / urut payudara dari pangkal kearah putting susu untuk mengeluarkan
ASI, bukan hanya memencet putting susunya saja karena dapat menyebabkan
iritasi dan ASI tidak dapat keluar dengan lancar.
Jika putting susu masuk ke dalam, cara perawatannya :

Sumber: http://www.fydanoh.com/2014/12/panduan-memerah-susu-ibu-untuk-hasil-yang-sangat-lumayan.html



Letakkan kedua jari di atas dan di bawahputing



Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua jari ke atas dan ke
bawah sebanyak 20 kali.



Letakkan kedua jari di samping kiri dan kanan putting.



Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua jari kearah kiri dan
kanan sebanyak 20 kali.



Lakukan secara teratur sehingga putting susu menonjol.

Hal-hal yang harus diperhatikan :


Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya.



Hindari pemakaian sabun pada payudara.



Usahakan menyusui dengan kedua payudara secara bergantian kanan dan
kiri.



Hindari gerakan yang kasar yang dapat mememarkan payudara.



Hindari stress.



Gizi ibu harus diperhatikan untuk meningkatkan produksi ASI.

Cara Menyimpan ASI
Paling lama ASI dapat disimpan tidak lebih dari 6 bulan dalam keadaan beku.
Penyimpanan ASI yang lebih dari 6 bulan akan menyebabkan lebih banyak
komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI terurai (hilang).
Cara menyimpan ASI dan batas waktu penyimpanan:


Bila akan diberikan dalam waktu 6 jam setelah pengambilan dapat disimpan
dalam suhu ruangan, tidak perlu disimpan dalam lemari pendingin.



Disimpan dalam termos yang diberi es batu dapat bertahan 24 jam.



Bila akan diberikan dalam waktu 72 jam, ASI disimpan didalam lemari
pendingin (dibawah 5 derajat celcius, bukan dibekukan).



Bila akan diberikan dalam waktu 3 bulan, ASI disimpan di dalam freezer,
dibekukan pada suhu dibawah -18 derajat celcius. Dalam penyimpanan
khusus ini dapat dibekukan untuk 6 bulan. Ini biasanya dilakukan pada kasus

ketika ibu akan pergi dalam jangka waktu tertentu sehingga perlu
mengumpulkan sejumah ASI sebelumnya.
Membekukan ASI akan merusak beberapa antibody tertentu, sebaiknya sedapat
mungkin menggunakan ASI segar.
Cara Menghangatkan Dan Memberi Asi Yang Disimpan


Ambil ASI yang telah disimpan berdasarkan urutan penyimpanan, ASI yang
pertama diperah diberikan terlebih dahulu.



Untuk ASI yang di simpan dilemari pendingin cukup dihangatkan dengan
cara meletakkan botol yang berisi ASI di wadah yang berisi air hangat selama
15 menit sambil dikocok



Untuk ASI yang beku keluarkan botol ASI yang beku 30 menit sebelum
diberikan. Rendamlah dengan air hangat. Ganti air hangat beberapa kali
sampai ASI menjadi cukup hangat. Atau pindahkan ASI beku kelemari
pendingin bagian bawah (fridge) semalam sebelumnya. Saat akan digunakan
esok hari ASI akan mencair, kemudian hangatkan. ASI beku yang
dihangatkan dapat bertahan 24 jam dalam lemari pendingin. Jangan
membekukan kembali ASI yang telah dipindahkan kelemari pendingin
(fridge).



Jangan memanaskan di atas kompor atau microwave karena akan merusak
ASI.

2.2.4



Buang ASI sisa yang telah diberikan.



Berikan ASI dengan sendok kecil sesuap demi sesuap.

Memberikan Dukungan dan Semangat pada Ibu Untuk Melaksanakan
Pemberian ASI Eksklusif
1) Manajemen klinis menyusui di rumah sakit
Dalam manajemen klinis menyusui, perlu pengetahuan teknis dan
ilmiah oleh perawat dalam mendukung intervensi di komplikasi dan
konseling untuk ibu menyusui tentang praktik menyusui, seperti memegang
tepat dan posisi dan juga ekstraksi manual susu. Dengan demikian,
pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi payudara adalah praktek khas
untuk anggota staf keperawatan, yang harus memiliki pengetahuan yang baik

bila diperlukan bersama dengan ibu menyusui. Dengan cara ini, manajemen
klinis menyusui, perawat harus bertindak langsung terhadap perawatan
payudara, menonton baik kebersihan mereka sebagai saat menyusui,
memanfaatkan komunikasi sederhana dan obyektif untuk dorongan dan
dukungan untuk menyusui. Dengan demikian, pengetahuan perawat pada
posisi yang benar dan harus bertindak langsung untuk memperbaiki praktek
yang salah untuk mencegah komplikasi masa depan yang disebabkan oleh
menyusui.
2) Secara aktif mendukung dan mempromosikan pentingnya menyusui
kepada ibu dan keluarga
Peran perawat dalam hal ini adalah perhatian dan upaya upaya yang
dapat mendukung keberhasilan menyusui.dalam hal ini,bentuk fasilitas dari
perawat yaitu:


Mengatur regulasi ibu menyusui meliputi pengaturan jadwal ibu untuk



menyusui,dan porsi pemberian makan
Memfasilitasi ibu dalam menyusui yaitu membantu memudahkan ibu
dalam menyusui agar lancar,dan berhasil.hal ini dapat berupa
memfasilitasi ibu dan bayi bersama dalam satu ruang,memfasilitasi ibu
untuk pemberian asi dengan cangkir atau sendok.

2.2.5

Memberikan Penjelasan Tentang Tanda Dan Gejala Bendungan Payudara,
Infeksi Payudara
1) Tanda dan gejala bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau
karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe
sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Sarwono, 2005).
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro,
2005):


Payudara keras dan panas pada perabaan



Suhu badan naik



Putting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi
untuk menyusu.



Kadang-kadang pengeluaran air susu terhalang

Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara
bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang kadang terasa nyeri serta
sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tandatanda kemerahan dan demam. (Sarwono, 2009)
2) Tanda dan Gejala Infeksi Payudara (Mastitis)
Mastitis adalah suatu kondisi yang menyebabkan jaringan payudara wanita
menjadi sakit dan meradang. Mastitis paling sering terjadi pada wanita
menyusui. 1 dari setiap 10 wanita yang menyusui yang terkena, biasanya
dalam

tiga

bulan

pertama

setelah

melahirkan.

Mastitis terkait dengan menyusui kadang-kadang disebut laktasi mastitis
atau mastitis nifas oleh dokter.
Namun, perempuan yang tidak menyusui juga dapat mengembangkan
mastitis. Wanita non-menyusui sering memiliki tipe yang disebut mastitis
periductal. Dalam wanita menyusui, mastitis sering disebabkan oleh
penumpukan susu dalam payudara. Hal ini dikenal sebagai susu stasis.
Gejala Mastitis
Mastitis biasanya hanya mempengaruhi satu payudara, dan gejala sering
berkembang dengan cepat. Gejala mastitis dapat mencakup:
a. Gejala mastitis infeksiosa


Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di
sertai takikardia



Demam suhu > 38,5 derajat celcius



Ada luka pada puting payudara



Kulit payudara kemerahan atau mengkilat



Terasa keras dan tegang



Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang
berbatas tegas



Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu
karena ASI yang terasa asin



merah, daerah yang bengkak pada payudara Anda yang mungkin
merasa panas dan menyakitkan untuk disentuh



benjolan payudara atau daerah kekerasan pada payudara



nyeri terbakar di payudara Anda yang mungkin terus menerus, atau
hanya dapat terjadi ketika Anda sedang menyusui



Anda juga mungkin mengalami gejala seperti flu, seperti sakit, suhu
tinggi (demam), menggigil dan kelelahan.

b. Gejala mastitis non infeksiosa
 Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut


Bercak kecil keras yang nyeri tekan

 Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tahapan ini keluarga sudah mempunyai anggota keluarga baru, yaitu bayi. Yang
dimaksud bayi adalah sampai dengan umur 30 bulan dan biasanya tahap ini
berlangsung rata-rata selama 2,5 tahun.

Namun demikian, berbagai maslah dialami oleh ibu-ibu yang memiliki bayi,
antara lain adalah ibu merasa cemas ketika memiliki bayi, sehingga produksi ASI
tidak keluar seperti seharusnya, akibatnya bayi tidak memperoleh ASI secara
maksimal.
Oleh karena itu di sinilah peran dan tugas tenaga kesehatan khususnya perawat
dalam memberikan edukasi kesehatan serta bentuan pelayanan kepada keluarga pada
tahap keluarga dengan bayi.
Beberapa hal yang merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan perawat
antara lain:
 Memberikan informasi kepada Orang tua (Ayah dan Ibu) Bayi
 Mendemonstrasikan Breast Care dan Memantau Kemampuan Ibu Untuk


Melakukan Secara Teratur
Mengajarkan Cara Memngeluarkan Asi Dengan Benar, Cara Menimpan, Cara



Transportasi Sehingga Bisa Diterima Dengan Bayi
Memberikan Dukungan dan Semangat pada Ibu Untuk Melaksanakan Pemberian



ASI Eksklusif
Memberikan Penjelasan Tentang Tanda Dan Gejala Bendungan Payudara, Infeksi
Payudara

3.2 Saran
Di harapkan makalah dapat bermanfaat dan di jadikan penambah wawasan dalam
mengetahui peran perawat kepada keluarga dengan bayi. Dalam pembuatan makalah ini tidak
lepas dari kekurangan baik dari segi sumber informasi dan penulisan. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diharapkan untuk kebaikan bersama.

Daftar Pustaka
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September
2009; pukul 10:55 WIB sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologilaktasi.html.
Aswanto.2014.
Perawatan
Payudara
Post
Partum.
Online
(http://www.slideshare.net/septianraha/leaflet-perawatan-payudara-akper-raha-34444481,

diakses 22

Januari 2016). Akper Pemerintahan Kabupaten Muna.
botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh, Jumat, 22 Januari 2016;
pukul 14.07 WIB.
Dewi Kartika Sari.2004. SatuanAcaraPengajaranPerawatanPayudaraPos Natal.Online
(https://dcolz.files.wordpress.com/2010/12/sap-breast-care-post-natal.pdf,
2016).

Program

PendidikanProfesiNers

Program

diakses

22

Januari

StudiIlmuKeperawatan

FK

UniversitasDiponogoro Semarang.
http://sahunie.blogspot.co.id/2013/05/konsep-bendungan-asi.html di unduh, 22 Januari 2016;
pukul 06.15 WIB.
http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S1414-1452015000300439&script=sci_arttext&tlng=en
di unduh, 21 Januari 2016; pukul 19.00 WIB.
lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314114-T%2031191...full%20text.pdf di unduh, Kamis, 21
Januari 2016, pukul 17.00 WIB.
Program

Manajemen Laktasi,

Roesli,

U.,

2004. Buku

2005. Panduan

Bacaan

Praktis Menyusui.

Manajemen Laktasi.
Jakarta:

Jakarta.

Puspaswara.

(hlm:3-5)

(hlm:

10-17)

dr.surinah. 2009.BukuPintarMerawatBayi 0-12 Bulan. Jakarta: Gramedia
2006. PerawatanPayudara. Online (http://www.slideshare.net/septianraha/leaflet-breast-care,
diakses 22 Januari 2016). Depkes RI Poltekes Bandung JurusanKeperawatan Prodi
Keperawatan Bandung