MAKALAH SEJARAH PERAN PEMUDA INDONESIA D

MAKALAH SEJARAH
PERAN PEMUDA INDONESIA DI ERA REFORMASI

MUHAMMAD FIKRI ALFANDI
XII M.S 1

SMA NEGERI PLUS PROVINSI RIAU
T.A 2017/2018

Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas Sejarah Indonesia . Tugas ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas dari Sejarah Indonesia . Selain itu juga penulis ingin menggali ilmu
pengetahuan dan memberi solusi dan membahas masalah mengenai Peranan Pemuda
Indonesia Dalam Era Reformasi.
Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Andri
Karmidi.MPd sebagai guru mata pelajaran Sejarah Indonesia yang telah banyak
memberikan pengetahuan kepada saya dalam menyusun tugas ini serta kepada semua
pihak yang telah membantu .
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
saya mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, khususnya

kepada Pak Andri Karmidi M.Pd sebagai guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia

Pekanbaru , 15 Februari 2018

Muhammad Fikri Alfandi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita
bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, Pemuda
lah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan
para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun
gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan
norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Pemuda-pemudi generasi sekarang sangat berbeda dengan generasi terdahulu dari segi
pergaulan atau sosialisasi, cara berpikir, dan cara menyelesaikan masalah. Pemudapemuda zaman dahulu lebih berpikir secara rasional dan jauh ke depan. Dalam arti,

mereka tidak asal dalam berpikir maupun bertindak, tetapi mereka merumuskannya
secara matang dan mengkajinya kembali dengan melihat dampak-dampak yang akan
muncul dari berbagai aspek. Pemuda zaman dahulu juga aktif dalam berbagai kegiatan
sosial. Contohnya saja, sejarah telah mencatat kiprah-kiprah pemuda Indonesia dalam
memerdekakan Negara ini. Bung Tomo, Bung Hatta, Ir. Soekarno, Sutan Syahrir, dan
lain-lain rela mengorbankan harta, bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk
kepentingan bersama, yaitu kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan pemuda zaman sekarang, masih terkesan acuh terhadap masalah-masalah
sosial di lingkungannya. Pemuda-pemuda saat ini telah terpengaruh dalam hal pergaulan
bebas, penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, bahkan kemajuan teknologi pun
yang seharusnya membuat mereka lebih terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun
bertukar informasi justru malah disalahgunakan. Tidak jarang kaum-kaum muda saat ini
yang menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan seorang
pemuda, seperti membuka situs-situs porno dan sebagainya.
Peranan pemuda saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun drastis. Mereka lebih
mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih sering bermain-main dengan
kelompoknya. Padahal, dulu biasanya pemuda lah yang berperan aktif dalam
menyukseskan kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti acara keagamaan, peringatan Hari
Kemerdekaan, kerja bakti dan lain-lain. Seandainya saja pemuda-pemuda zaman dahulu
seperti Ir. Soekarno, Bung Hatta, Bung Tomo dan lain-lain masih hidup pasti mereka

sedih melihat pemuda-pemuda sekarang ini yang lebih mementingkan kesenangan
pribadi. Generasi yang menjadi harapan mereka melanjutkan perjuangan mereka, tidak
punya lagi semangat nasionalisme.
Masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ungkapan ini memiliki semangat
konstruktif bagi era reformasi di dan perubahan. Pemuda tidak selalu identik dengan
kekerasan dan anarkisme tetapi daya pikir revolusionernya yang menjadi kekuatan utama.
Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda
dan segar.
Perkembangan pemikiran pemuda Indonesia mulai terekam jejaknya sejak tahun 1908
dan berlangsung hingga sekarang. Periodisasinya dibagi menjadi 6 (enam) periode mulai
dari periode Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, Aksi
Tritura 1966, periode 1967-1998 (Orde Baru).
Periode awal yaitu Kebangkitan Nasional tahun 1908, ditandai dengan berdirinya
Budi Utomo yang merupakan organisasi priyayi Jawa pada 20 mei 1908. Pada periode

ini, pemuda Indonesia mulai mengadopsi pemikiran-pemikiran Barat yang sedang
booming pada saat itu. Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain adalah Sosialisme,
Marxisme, Liberalisme, dll. Pengaruh pemikiran ini terhadap pemikiran pemuda saat itu
tergambar jelas pada ideologi dari sebagian besar organisasi pergerakan yang mengadopsi
pemikiran Barat serta model gerakan yang mereka pakai. Dari beberapa gerakan yang

terekam dalam sejarah Indonesia, salah satu yang paling diminati adalah model gerakan
radikal. Salah satu gerakan radikal yang merupakan percobaan revolusi pertama di Hindia
antara 1925-1926. Selain mengadopsi pemikiran Barat, para pemuda di masa itu juga
menerapkan esensi dari kebudayaan Jawa, Islam, dan konsep kedaerahan lainnya sebagai
pegangan (ideologi).
Periode berikutnya, Sumpah Pemuda 1928, ditandai dengan Kongres Pemuda pada
bulan Oktober 1928. Peristiwa ini merupakan pernyataan pengakuan atas 3 hal yaitu, satu
tanah air; Indonesia, satu bangsa; Indonesia, dan satu bahasa; Indonesia. Dari peristiwa
ini dapat kita gambarkan bahwa pemikiran pemuda Indonesia pada masa ini
mencerminkan keyakinan di dalam diri mereka bahwa mereka adalah orang Indonesia
dan semangat perjuangan mereka dilandasi oleh semangat persatuan.
Dengan melihat perkembangan pemikiran pemuda dari tahun 1908-1998, kita dapat
merefleksi sekaligus bercermin dari semangat perubahan yang mereka lakukan. Semangat
pembaruan yang lahir dari pemikiran mereka merupakan buah dari kerja keras dan
disiplin. Sebagai penerus tongkat estafet perjuangan yang menjadi simbol kemajuan suatu
bangsa, kita wajib meneladani semangat dan idealisme mereka agar kelak lahir SoekarnoSoekarno baru, Soe Hok Gie-Soe Hok Gie baru, serta pemikir-pemikir baru yang
memiliki pola pikir baru, kreatif dan segar.
Masyarakat masih membutuhkan pemuda-pemudi yang memiliki kematangan
intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, memiliki kesetiakawanan sosial dan semangat
nasionalisme yang tinggi dalam era reformasi di nasional. Pemuda diharapkan mampu

bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan persatuan NKRI, serta mengamalkan
nilai-nilai yang ada di dalam pancasila agar terciptanya kedamaian, kesejahteraan umum,
serta kerukunan antar bangsa. Bangun pemuda-pemudi Indonesia. Tanamkan semangat
yang berkobar di dadamu.
Bersatulah membangun Negara tercinta. Seperti isi sumpah pemuda yang di ikrarkan
pada tanggal 28 Oktober 1928 “satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa”. Semoga
Negara kita ini tetap bersatu seperti slogan budaya bangsa yang tercermin dalam Bhineka
Tunggal Ika. Berkarya lah pemuda-pemudi Indonesia, Majukan Negara Kita, Jadilah
Soekarno dan Moh Hatta berikutnya yang memiliki semangat juang tinggi dalam
membangun bangsa
Yang paling penting nasib bangsa Indonesia baik buruknya ke depan itu akan sangat
bergantung pada generasi penerusnya yaitu generasi muda. Oleh sebab itu saya
mengangkat tema dalam makalah ini yaitu bagaimana peran pemuda-pemudi Indonesia
terhadap Bangsa Indonesia di Era Reformasi ?.
1.2

Tujuan

Makalah ini di buat dengan tujuan agar para pembaca terutama pelajar SMA/se-derajat
dapat mangetahui dan memahami peran pemuda-pemudi Indonesia terhadap bangsa

Indoensia di Era Reformasi
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian era reformasi di indonesia.
1.2.2 Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran era reformasi di indonesia.
1.2.3 Untuk mengetahui peran pemuda-pemudi Indonesia terhadap bangsa
Indonesia di era reformasi.
1.3

Metode Penulisan

Agar makalah ini dapat dipahami pembaca, maka penulis membuat sistematika penulisan
makalah sebagai berikut :
1.

BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan latar belakang mengenai pengertian pemuda dalam
menghadapi masa reformasi indonesia, tujuan dibuatnya makalah, dan sistematika
penulisan.

2.


BAB II PERMASALAHAN
Berisi tentang masalah yang akan dibahas, berupa garis besar dari judul dalam
makalah ini.

3.

BAB III PEMBAHASAN
Peran pemuda-pemudi dalam era reformasi di Indonesia dan berisikan pengertian era
reformasi di Indonesia , pokok-pokok pikiran bangsa Indonesia di era reformasi ,
peran pemuda-pemudi dalam era reformasi di bangsa indonesia.

4.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari penulis dalam makalah dan masukan untuk judul
yang diambil.

BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Bagaimana peran Pemuda-pemudi pada era reformasi di bangsa indonesia?
Pemuda-pemudi merupakan kekuatan intelektualitas masyarakat untuk menuju
suatu perubahan. Coba lihat apa yang terjadi di Indonesia, jika tidak ada Gerakan
Pemuda-pemudi Indonesia 1998.

Pemuda-pemudi mengambil peranan penting dalam menggulingkan sebuah
kekuasaan dan menggantinya dengan sebuah tonggak baru, yang mengedepankan
demokrasi.
Ibarat gayung bersambut, gerakan pemuda-pemudi dengan agenda reformasi
mendapat simpati dan dukungan dari rakyat. Gerakan tersebut pun menjadi
monumental karena di anggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan
Presiden Republik Indonesia.
Selain itu, Gerakan Pemuda-pemudi Indonesia mendapatkan momentumnya saat
terjadinya krisis moneter pada pertengahan 1997. Dimana harga-harga kebutuhan
melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang dan tuntutan mundurnya
Soeharto menjadi agenda nasional gerakan pemuda-pemudi. Pemuda-pemudi berada
didepan perubahan sebuah sejarah demokrasi dunia. Pemuda-pemudi merupakan
sebuah entitas spirit yang menggunakan intelektualitas dan dialektika yang maha
dasyat kekuatannya. Pemuda-pemudi memiliki kekuatan energi penuh dengan sifat
kreatif, kritis dan dinamis serta kepekaan yang tinggi pada masalah sosial.

Pemuda-pemudi yang merupakan satu satuan karakter, mampu menjadi satu
gerakan besar yang bukan saja memperjuangkan suatu tujuan, namun berupaya
membuat sejarah baru dalam sebuah era reformasi di masa depan suatu bangsa.
Sebagai bagian dari masyarakat, pemuda-pemudi memiliki peran vital dan
menyeluruh sehingga oleh para pakar pemuda-pemudi dikelompokkan dalam tiga
fungsi pokok, yaitu : agent of change, social control and iron stock. Seperti yang
sudah dibahas diatas, peran pemuda-pemudi di era reformasi, merupakan sebuah
kekuatan yang sejak dulu hadir, dari mulai persiapan kemerdekaan, mempertahankan
kemerdekaan hingga pada masa reformasi.
Pemuda-pemudi masih tetap memiliki peran disetiap perubahan yang terjadi di
bangsa Indonesia. Namun ada sebuah pertanyaan refleksi untuk melihat kembali
strategi gerakan pemuda-pemudi selama ini. Sudah siapkah masyarakat dengan
perubahan yang telah dibuat oleh pemuda-pemudi? pertanyaan ini untuk menguji
kembali strategi gerakan pemuda-pemudi. Sehingga gerakan pemuda-pemudi tetap
mengarah pada cita-cita bangsa Indonesia, dan secara bertanggung jawab memikul
beban terhadap perubahan yang dipelopori olehnya.

Adapun Sejarah Gerakan Pemuda-pemudi di Era Reformasi
-Pra Kemerdekaan Hingga Kemerdekaan
Sejak Pra Kemerdekaan atau sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945 di

deklarasikan, kaum muda Indonesia terutama pemuda-pemudi sudah memperlihatkan
peran penting mereka. Dinamika gerakan pemuda-pemudi memang mewarnai
kehidupan yang ada di Negara ini.
Hitam-putih bangsa ini pun tak terlepas dari gerakan-gerakan pemuda-pemudi.
Terlalu panjang jika kita menuliskan secara ringkas namun tidak menanggalkan
lekatan substansi sejarah yang ada. Gerakan pemuda-pemudi ini berperan untuk
mendiskusikan dan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia yang saat itu sedang
dijajah oleh Belanda. Gerakan pemuda-pemudi inilah yang kemudian berpikir akan
persatuan seluruh bangsa Indonesia untuk mendapatkan haknya untuk merdeka dan
menjadi masyarakat yang adil, sejahtera dan beradab. Pemuda-pemudi di Belanda
maupun di Jakarta, terus mendiskusikan dan bermimpi tentang kemerdekaan
rakyatnya. Berdirinya Boedi Oetomi di tahun 1908, menjadi salah satu bukti peran
pemuda-pemudi dalam merebut kemerdekaan. Dari Boedi Oetomo itulah pemuda-

pemudi Indonesia mulai mengadakan persatuan untuk mendiskusikan dan
memperjuangkan nasionalisme bangsa Indonesia. Bukan hanya di Indonesia, gerakan
pemuda-pemudi pun mulai tumbuh di Belanda. Pemuda-pemudi-pemuda-pemudi
Indonesia yang belajar disana mendirikan organisasi-organisasi pemuda Indonesia,
seperti Indoneische Vereeninging, Indische Partij, Indische Sociaal
Democratische (ISDV) dan lainnya.

Dan dari kebangkitan pemuda yang dimotori pemuda-pemudi tersebutlah, maka
pada tanggal 28 Oktober 1928 pada kongres pemuda II, maka dicetuskanlah “Sumpah
Pemuda”. Ikrar yang menjadikan seluruh pemuda di Indonesia mengakui bahwa
hanya ada satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa, yakni Indonesia. Setelah
peristiwa Sumpah Pemuda 1928 dan pergerakan bawah tanah yang dilakukan oleh
pemuda-pemudi-pemuda-pemudi Indonesia, dan dibantu juga oleh beberapa orang
Belanda yang prihatin dengan kondisi bangsa Indonesia.
Ditahun 1925, saat Jepang berkuasa, Pemuda Indonesia yang terdiri dari angkatan
muda dan angkatan tua terus berupaya mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada bulan agustus, angkatan muda yang dipelopori oleh Chaerul Saleh dan Soekarni
menculik dan mendesak soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan.
Dan pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dibacakan oleh Soekarno, dan berita tersebut diteruskan keseluruh Indonesia. Gerakan
pemuda Indonesia, yang didalamnya merupakan gerakan pemuda-pemudi, lewat
diskusi-diskusi bawah tanah di Asrama Menteng, Asrama Cikini dan Asrama Kebon
Sirih, berhasil membawa perubahan pada bangsa Indonesia, sehingga menemukan
kemerdekaannya sendiri. Peran gerakan pemuda tidak habis oleh waktu. Sejak tahun
1908, 1928 hingga 1945, pemuda tetap berkobar dengan pemikirannya yang berani
dan kritis untuk memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia. Memang waktu yang
panjang untuk menemukan sebuah kemerdekaan, namun dengan strategi gerakan yang
tepat bangsa ini telah menemukan nasibnya sendiri. Ditangan gerakan pemudalah
nasib bangsa ini berubah, dan ditangan pemuda jugalah perubahan terjadi.
-Pergerakan Pemuda-pemudi Pasca Reformasi
Kemerdekaan telah diraih, perubahan telah terjadi. Dimanakah pemuda-pemuda
Indonesia setelah kemerdekaan? mereka tetap ada dalam titik kritis dengan
pemerintahan yang baru saja terbentuk. Masukan-masukan kritis diberikan para
pemuda kepada Soekarno dan Hatta untuk melanjutkan nasib bangsa Ini. Pemudapemuda generasi tua seperti Soekarno, Hatta, Amir Syarifudin dan lainnya masuk
dalam tubuh pemerintahan baru untuk meneruskan perjuangan pemuda Indonesia,
demi terciptanya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan beradab. Gerakan
mora (moral movement) yang disematkan kepada gerakan pemuda-pemudi pasca
reformasi menjadi salah satu istilah yang sangat sakral sekali.
Sakral karena berbicara tentang moral, berarti berbicara tentang suara hati yang
senantiasa merefleksikan kebenaran universal, menolak segala bentuk pelanggaran
HAM, penindasan, kesewenang-wenangan, kedzaliman dan otoriterianisme
kekuasaan. Suara hati nurani dan gerakan politik nilai (value political movement)
menjadi perpaduan pasca reformasi. Hati nurani yang memberi energy konstan dan
kontinu sehingga memberi kekuatan abadi yang takkan pernah mati selama manusia
yang jujur dengan nuraninya. Sedangkan, gerakan politik nilai (value political
movement), merupakan istilah idealis lain yang dikaitkan dengan gerakan pemudapemudi. Idealis karena gerakan yang dibangun bukan gerakan politik kekuasaan
(power political movement) yang berorientasi kekuasaan seperti partai politik, namun

berorientasi terciptanya nilai-nilai ideal kebenaran, keadilan, humanisme
(kemanusiaan), profesionalitas, dan intelektualitas dalam seluruh aspek pengelolaan
negara. Perpaduan antara gerakan moral dan gerakan politik nilai ini yang menjadikan
gerakan pemuda-pemudi sebagai gerakan yang murni (genuine), unik, luas, lintas
sektoral, antikekerasan dan kontrol sosial yang teramat sulit dikooptasi oleh
kepentingan politik kekuasaan Pasca reformasi, tokoh-tokoh reformasi bersaing lewat
dunia politik untuk menjadi pemimpin bangsa ini. Dan beberapa tokoh reformasi,
seperti Megawati Soekarnoputri dan Gus Dur berhasil menjadi Presiden Republaik
Indonesia (Gus Dur Presiden RI ke-4 & Megawati Soekarnoputri Presiden Ri ke-5),
sedangkan Amin Rais menjadi ketua MPR RI pada tahun 1999.
Gerakan pemuda-pemudi dan tokoh-tokoh pemuda-pemudi berupaya untuk terus
mewujudkan reformasi di Indonesia. Beberapa keberhasilan proses reformasi yakni
Pemilu 1999 yang diikuti oleh banyak partai, kebebasan pers dan media, kebebasan
umat beragama (Konghuchu) masuk menjadi salah satu agama di Indonesia),
pemisahan POLRI dan TNI, TNI kembali ke barak, reformasi POLRI (polisi sipil),
upaya penumpasan KKN dan banyak UU direvisi menjadi pro-rakyat. Proses menuju
cita-cita reformasi terus berlanjut hingga kepemimpinan presiden saat ini, dan belum
tuntas.
Era reformasi pemuda-pemudi mengambil peran sangat besar, sejak awal
terjadinya perubahan, hingga pengawalan terhadap perubahan dalam masyarakat
akibat reformasi. Gerakan pemuda-pemudi masih tetap berpikir kritis dan memberikan
pernyataan sikap terhadap kinerja pemerintah, serta kebijakan-kebijakan. Saat ini
peran pemuda-pemudi untuk terus mengawal reformasi masih berjalan.
Dalam mendukung peran pemuda-pemudi di era reformasi Pemuda-pemudijuga
bias menjadi Sebagai Tokoh Intelektual Masyarakat yang akhirnya mempengaruhi.
Dalam kehidupan berdemokrasi, masyarakat memiliki hak penuh untuk berpartisipasi
terhadap proses pembuatan kebijakan publik. Mulai memilih pemimpin hingga
mengkritisi kebijakan yang dibuatnya. Namun kesadaran untuk turut berpartisipasi
dalam proses politik ini masih lemah di kalangan yang tidak berpendidikan.
Kalangan dengan ekonomi menengah bawah seringkali dijadikan obyek dari para
elite politik guna mendulang suara ketika pemilihan umum dan kebijakan public yang
dirumuskan tidak memihak kepada konstituennya yakni kalangan tersebut yang telah
memilihnya.
Sebagai kalangan intelektual yang berkesempatan memperoleh pendidikan,
pemuda-pemudi miliki tugas wajib yakni dengan membantu yang tidak
berkesempatan menggunakan haknya dalam proses perumusan kebijakan publik.
Pramoedya Ananta Toer, pernah mengatakan, “Semua yang terjadi di bawah
kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berpikir.”Dan mungkin yang
dimaksud Pramoedya adalah kalangan intelektual, mereka yang berpikir dan hidup
dalam gagasan-gagasan. Selain itu Noam Chomsky dalam The Responsibility of
Intellectuals mengatakan, seorang intelektual dengan status istimewanya berkewajiban
memajukan kebebasan, keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian.
Kalangan Intelektual yang termasuk di dalamnya pemuda-pemudi, oleh Edward
Said dikatakan sebagai pencipta sebuah bahasa kebenaran kepada penguasa,
menjalankan kebenaran itu dan senantiasa bersifat oposisi terhadap penguasa dan
tidak akomodatif.
Sudah tercatat dalam sejarah, bahwa kaum intelektual adalah mereka yang ada di
garda terdepan dalam membela rakyat. Pemimpin-pemimpin awal di era kemerdekaan

adalah kaum intelektual, pendobrak ketika penguasa mulai tidak berpihak pada rakyat
adalah kaum intelektual
Karena kaum intelektual adalah mereka yang hidup dalam gagasan-gagasan, dan
pengabdian kepada rakyat adalah pengamalannya. Terkhusus pemuda-pemudi,
kiprahnya pun tak diragukan lagi, ketika demokrasi terpimpin sudah mulai tak
berpihak pada rakyat, pada 1966 orde lama berhasil digulingkan. Dan pada 1998
ketika orde baru pun sudah tak memihak pada rakyat, pemuda-pemudi kembali
mendobrak dan menjadi pelopor dalam penggulingannya, hingga lahirlah reformasi.
Pemuda-pemudi merupakan pelopor perubahan dan merupakan tokoh intelektual
dalam masyarakat dan pro pada rakyat. Sudah sepatutnya gerakan dan aksi pemudapemudi tidak lepas dari karakter kritis dan ilmiah.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Era reformasi di Bangsa Indonesia
Era reformasi di Menurut Para ahli
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang era reformasi di sebagai “Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994)
memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa era reformasi di nasional dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan
strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya,
dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor
industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.
Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding
terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi.
Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui
pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan,
kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara
lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya
perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme
ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan
materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.
Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, era reformasi di adalah sumua
proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai
dampak dari adanya pembangunan.
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang
menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya
mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek
yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan
sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala
aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya.
Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang
mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen era reformasi di menganggapnya sebagai
suatu proses era reformasi di di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional
menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat
modern, menggantikan alat-alat yang tradisional.
3.2 Pokok-Pokok Pikiran
Upaya pencapaian era reformasi di bangsa indonesia sebagai pijakan tujuan
nasional yang disepakati bersama didasarkan pada pokok-pokok pikiran berikut :
1. Manusia Berbudaya
Manusia adalah mahluk Tuhan yang pertama-tama berusaha menjaga,
mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, manusia
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dari yang paling pokok sampai yang paling
mutakhir baik yang bersifat materi maupun kejiwaan.
Manusia dikatakan mahluk Tuhan yang sempurna karena memiliki naluri,
kemampuan berpikir, akal dan berbagai ketrampilan, senantiasa berjuang. Untuk
keperluan itu maka manusia hidup berkelompok (homo socius) dan menghuni suatu

wilayah tertentu yang dibinanya dengan kemampuan dan kekuasaannya (zoon politicon).
Oleh karena itu, manusia berbudaya senantiasa selalu mengadakan hubungan-hubungan
sebagai berikut :
a.
Manusia dengan Tuhan dinamakan Agama/Kepercayaan
b.
Manusia dengan cita-cita dinamakan Ideologi
c.
Manusia dengan kekuatan/kekuasaan dinamakan Politik
d.
Manusia dengan pemenuhan kebutuhan dinamakan Ekonomi
e.
Manusia dengan penguasaan/pemanfaatan alam dinamakan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
f.
Manusia dengan manusia dinamakan Sosial
g.
Manusia dengan rasa Keindahan dinamakan Seni/Budaya
h.
Manusia dengan rasa aman dinamakan Pertahanan dan Keamanan
2. Pancasila sebagai Paradigma Era reformasi
Pancasila sebagai paradigma era reformasi di, artinya pancasila berisi anggapananggapan dasar yang merupakan kerangka keyakinan yang berfungsi sebagai acuan,
pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemamfaatan hasil-hasil era
reformasi di nasional. Misalnya :
a.
Era reformasi tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu era reformasi di itu tidak hanya
mementingkan tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
b.
Era reformasi tidak boleh bersifat ideologis, yaitu secara mutlak melayani Ideologi
tertentu dan mengabaikan manusia nyata.
c.
Era reformasi harus menghormati HAM, yaitu era reformasi di tidak boleh
mengorbankan manusia nyata melainkan menghormati harkat dan martabat bangsa.
d.
Era reformasi dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan masyarakat
sebagai tujuan era reformasi di dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kebutuhan mereka.
e.
Era reformasi diperioritaskan pada penciptaan taraf minimum keadilan sosial, yaitu
mengutamakan mereka yang paling lemah untuk menghapuskan kemiskinan struktural.
Kemiskinan struktural, adalah kemiskinan yang timbul bukan akibat malasnya individu
atau warga Negara, melainkan diakibatkan dengan adanya struktur-struktur sosial yang
tidak adil.
4. Makna Era reformasi Nasional.
Adalah rangkaian upaya era reformasi yang berkesinambungan yang meliputi aspek
politik, ekonomi, sosial dan budaya, dan Hankam untuk mencapai tujuan nasional
sebagaimana termaktub dalam aline IV Pembukaan UUD 1945.
5. Hakekat Era reformasi Nasional
Adalah era reformasi di manusia Indonesia seutuhnya dan era reformasi di masyarakat
Indonesia pada umumnya. Wujud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia
Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas dan trampil, berbudi

luhur, berakhlak mulia, desiplin, sehat jasmani dan rohani, bertanggung jawab, dan
mampu membangun diri dalam rangka membangun bangsanya.
6. Tujuan Era reformasi Nasional
Untuk mencapai tujuan nasional sebagaimnana yang termaktub dalam alinea ke empat
pembukaan UUD 1945 dalam rangka mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur lahir dan batin berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara
kesatuan RI dan lingkup pergaulan internasional yang merdeka dan berdaulat.
Catatan :
Tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945, adalah :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan, kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
3.3 Peran Pemuda Dalam Era reformasi di Bangsa Indonesia
a.
Peran Pemuda dan Urgensi Keberadaan Pemuda
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda
dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk menyebut pemuda,
digunakan istilah young human resources sebagai salah satu sumber era reformasi di.
Mereka adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki
kualifikasi efektif dengan kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek
untuk dapat maju dan berdiri dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif
lainnya guna penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula
dipungkiri bahwa pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih
memerlukan bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan
kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan
secara fungsional .
Dalam pendekatan ekosferis, generasi muda atau pemuda berada dalam status yang
sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua. Generasi tua
sebagai ‘generasi yang berlalu’ (passsing generation) berkewajiban membimbing generasi
muda sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung
jawabnya yang semakin kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika,
berkewajiban mengisi akumulator generasi tua yang makin melemah, di samping
memetik buah pengalaman generasi tua. Dalam hubungan ini, generasi tua tidak dapat
mengklaim bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan negara.
Sebaliknya generasi muda tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk
memelihara dan membangun masyarakat dan negara. Pemuda memiliki peran yang lebih
berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah
memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap xxxxxxxxxxtapak-tapak
penting sejarah. Pemuda sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi
dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik

yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat
kritisnya, kematangan logikanya dan ‘kebersihan’-nya dari noda orde masanya.
Angkatan 1908 mendapat inspirasi dari asiatic reveil (kebangkitan bangsa-bangsa
Asia) akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905, sehingga mulai
tumbuh kesadaran sebagai bangsa. Melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928,
para pemuda berikrar untuk mengakui satu bangsa Indonesia. Angkatan 1945 menjadi
angkatan yang mendorong lahirnya negara baru bernama Indonesia melalui proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945. Angkatan 1966 melakukan koreksi terhadap
kepemimpinan nasional yang dipicu oleh pemberontakan PKI. Angkatan 1966 juga
dianggap sebagai penyelamat atas keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Angkatan 1974 menjadi angkatan yang mengoreksi kebijakan pemerintah Orde Baru
hingga Angkatan 1998 sebagai pendobrak otokrasi yang dilakukan oleh Presiden
Soeharto. Lewat gerakan Reformasi, kembali peran pemuda diharapkan muncul sebagai
‘penyelamat krisis’ bangsa.
Melihat peran pemuda tersebut, posisi pemuda sebagai salah satu elemen bangsa
adalah sangat urgen. Krisis ekonomi yang merembet ke krisis multidimensi ini belum
berakhir. Pemuda yang menjadi penggerak pada setiap zamannya, kembali dituntut untuk
tampil, meski tantangan yang dihadapi selalu berbeda.
b.

Peranan Pemuda Dalam Era reformasi di Bangsa Indonesia

Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita
bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, Pemuda
lah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan
para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun
gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan
norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Pemuda tidak selalu identik dengan kekerasan dan anarkisme tetapi daya pikir
revolusionernya yang menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah
tatanan lama
budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar.
Perkembangan pemikiran pemuda Indonesia mulai terekam jejaknya sejak tahun
1908 dan berlangsung hingga sekarang. Periodisasinya dibagi menjadi 6
(enam)
periode mulai dari periode Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah
Pemuda 1928,
Proklamasi 1945, Aksi Tritura 1966, periode 1967-1998 (Orde
Baru).
Periode awal yaitu Kebangkitan Nasional tahun 1908, ditandai dengan
berdirinya Budi Utomo yang merupakan organisasi priyayi Jawa pada 20 mei
1908. Pada periode ini, pemuda Indonesia mulai mengadopsi pemikiranpemikiran
Barat yang sedang booming pada saat itu. Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain
adalah Sosialisme, Marxisme, Liberalisme, dll. Pengaruh pemikiran ini terhadap
pemikiran pemuda saat itu tergambar jelas pada ideologi dari sebagian besar organisasi
pergerakan yang mengadopsi pemikiran Barat serta model gerakan yang mereka pakai.
Dari beberapa gerakan yang terekam dalam sejarah Indonesia, salah satu yang paling
diminati adalah model gerakan radikal. Salah satu gerakan radikal yang terbesar pada saat

itu adalah Pemberontakan PKI tahun 1926. Pemberontakan ini merupakan percobaan
revolusi pertama di Hindia antara 1925-1926. Selain mengadopsi pemikiran Barat, para
pemuda di masa itu juga menerapkan esensi dari kebudayaan Jawa, Islam, dan konsep
kedaerahan lainnya sebagai pegangan (ideologi).
Periode berikutnya, Sumpah Pemuda 1928, ditandai dengan Kongres Pemuda pada
bulan Oktober 1928. Peristiwa ini merupakan pernyataan pengakuan atas 3 hal yaitu, satu
tanah air; Indonesia, satu bangsa; Indonesia, dan satu bahasa; Indonesia. Dari peristiwa
ini dapat kita gambarkan bahwa pemikiran pemuda Indonesia pada masa ini
mencerminkan keyakinan di dalam diri mereka bahwa mereka adalah orang Indonesia
dan semangat perjuangan mereka dilandasi oleh semangat persatuan.
Dengan melihat perkembangan pemikiran pemuda dari tahun 1908-1998, kita dapat
merefleksi sekaligus bercermin dari semangat perubahan yang mereka lakukan. Semangat
pembaruan yang lahir dari pemikiran mereka merupakan buah dari kerja keras dan
disiplin. Sebagai penerus tongkat estafet perjuangan yang menjadi simbol kemajuan suatu
bangsa, kita wajib meneladani semangat dan idealisme mereka agar kelak lahir SoekarnoSoekarno baru, Soe Hok Gie-Soe Hok Gie baru, serta pemikir-pemikir baru yang
memiliki pola pikir baru, kreatif dan segar.
c.

Sikap Pemuda terhadap Persoalan Bangsa

Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan
memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan bangsa, bahkan
menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan semangat bangsa.
Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi
kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya
penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah
penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya menegakan keadilan dan
masih banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.
Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya sensitivitas, karena
bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang serius, dan
harus dituntaskan secara simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilainilai dasar bangsa ke depan perlu bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan
bangsa ;
1.
Komitmen untuk meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan
martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa. Seluruh
aktivitas era reformasi di sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri,
misalnya dengan menegakkan semangat berdikari.
2.
Harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi masyarakat sehingga
berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa.
Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh
dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara.
3.
Penyelenggara negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin dalam satu
kesatuan jiwa Kata kucinya adalah segera terwujudnya sistem kepemimpinan nasional
yang kuat dan berwibawa di mata rakyat yang memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur

dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan) pemimpin yang jelas dan implementatif,
pemimpin yang mampu memberi inspirasi (inspiring) dan mengarahkan (directing)
semangat rakyat secara kolektif, memiliki semangat jihad, komunikatif terhadap rakyat,
mampu membangkitkan semangat solidaritas (solidarity maker) atau conflict resolutor.
Dan untuk pemuda, mereka harus mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang
merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejala
ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.
d.

Strategi Pemuda Untuk Memujudkan Wawasan Kebangsaan

Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang berwawasan
kebangsaan, cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan berakhlak mulia adalah :
1.
pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan harus terencana,
menyeluruh,
terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya wawasan
generasi muda dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan generasi muda bangsabangsa lain. Usaha pengembangan ini merupakan pemerataan serta perluasan dari tahap
sebelumnya dan merupakan rangkaian yang berkelanjutan.
2.
pemberdayaan generasi muda merupakan program era reformasi di yang bersifat
lintas bidang dan lintas sektoral, harus dikoordinasikan sedini mungkin dari perumusan
kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasanserta melibatkan
peran serta masyarakat.
3.
menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek
dan pada tingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara lebih
aktif, produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif.
Dalam pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang
merupakan proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa. Proses
gradual ini secara sosiologis meru¬pakan proses sosialisasi (penanaman) nilai dan norma
masyarakat sesuai dengan tahapan usianya. Proses ini dapat dikelompokkan sesuai usia;
0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun dan 21-35 tahun. Kelompok 6-18 tahun harus mulai
melakukan interaksi sosial dalam rangka memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal
untuk menjadi orang dewasa sehingga ketika mereka mencapai usia kelompok berikutnya
(usia 21-35 tahun), diharapkan mampu mencapai tingkat kematangan pemikiran sekaligus
mampu menerapkannya dalam lingkungannya. Namun demikian, perlu sarana kondusif
untuk mencapai puncak kematangan sebuah generasi.
Pemuda dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai
kemandirian. Pertama, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda
dapat mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya. Dengan
pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif dan optimis tentang
para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi muda memiliki potensi, bakat, dan minat
masing-masing.
Kedua, pemberdayaan generasi muda membutuhkan suatu strategi kebudayaan, bukan
strategi kekuasaan. Dengan strategi kebudayaan berarti kita harus menempatkan generasi

muda bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagai subyek. Para generasi muda harus
diberikan otoritas untuk melakukan proses pembelajaran sendiri agar mereka menjadi
lebih berdaya dan diberdayakan.
Ketiga, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada para generasi muda untuk
mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka. Ini dimaksudkan agar etos
kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik. Kecenderungan untuk menyeragamkan
mereka dalam suatu wadah tunggal seperti kebiasaan lama ternyata justru menumbuhkan
semangat berkompetisi.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pemuda adalah agen perubahan, baik buruknya bangsa indonesia itu tergantung
dengan generasi penerusnya. Apabila generasi muda Indonesia memiliki mental, edukatif,
inovatif, dan religius dan insyaallah Indonesia dipimpin generasi yang terdidik, inovatif
dan berketuhanan dan dapat tercapai keinginan bangsa indonesia pada tahun 2020
menjadi negara maju.
4.2 Saran
Jadilah pemuda yang berguna untuk diri sendiri, orang tua, orang lain, dan nagara
NKRI. Dimulai dari hal kecil kita jadikan bangsa indonesia menjadi negara maju.