MTsN Kebumen 1 Membangun Madrasah Unggulan

  Edisi 6/ Tahun I/ Juni 2015 ISSN : 2460 - 3813 media pemersatu umat

  

Kebijakan Sekolah Kebijakan Sekolah

5 Hari

  8

  8

  22

  22

  34 Bidang Penmad : ang Penmad : Dinamika Daerah Dinamika Daerah Art ikel Art ikel

  34

  Badai BOS MTsN Kebumen 1 MTsN Kebumen 1 Kemenag Jadi

  Akun 52 Akun 52 Partner TNI dalam Membangun Membangun Program TMMD Madrasah Unggulan Madrasah Unggulan

  1

  Salam REDAKSI Daftar Isi

  Salam Redaksi ...................................................... 2 Pembinaan ............................................................ 3 Laporan Utama ..................................................... 5

  Akun S2 Badai BOS Keberadaan madrasah kini diper- hitungkan banyak pihak. Hal ini tidak lepas dari kerja keras semua kalangan, khususnya mereka yang memiliki komitmen tinggi untuk memajukan madrasah.Masyarakat pun berbondong-bondong me- nyekolahkan anaknya di madra- sah, baik Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupun

  Madrasah Aliyah (MA).

  Bidang PENMAD .................................................. 8 Bidang PONTREN ................................................ 10 Bidang PAIS .......................................................... 12

  Pentas PAI sebagai Media Evaluasi Bidang PAIS Kanwil Kementerian Agama Prov. Jawa Tengah menye- lenggarakan kegiatan dalam rangka memberikan tambahan pengeta- huan, pemahaman, pengalaman dan keterampilan pada peserta didik yang dikemas dalam Gebyar Pendidikan Agama Islam Taman Kanak-Kanak .

  Bidang URAIS ...................................................... 12 Bidang Penais Zawa ............................................ 16 Bimas Kristen ....................................................... 18 Bimas Katolik ....................................................... 19 Bimas Hindu ......................................................... 20 Bimas Buddha ....................................................... 21 Dinamika Daerah ................................................. 23 Artikel .................................................................... 28

  KUB ....................................................................... 33 Prestasi ................................................................. 35 Terapan .................................................................. 37 Lensa Foto ............................................................. 39

  Penanggung Jawab : Badrus Salam ; Redaktur : Budiawan, Gentur Rachma Indriadi, Suripah, Martina Wulandari, M Fachri ; Penyunting / Editor : Saronji, Djati Prasetyo ; Design Grafi s / Fo- tografer : Hery Basuki, Muhammad Khoirulloh ; Sekretariat : Yudi Prasetyo, Amin Sri Widodo Penerbit: Subbag Informasi & Humas Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Alamat Redaksi : Jalan Sisingamangaraja 5 Semarang - 50232 Telp : 024-8412547, 8412548, 8412552 Fax. 024-8315418, EMAIL : [email protected]. i Redaksi SEJAHTERA menerima sumbangan dalam bentuk tulisan, foto ilustrasi dan lainnya yang sesuai dengan

  Majalah Bulanan misi Majalah SEJAHTERA. Ketikan 1,5 spasi maks 2 hal kuarto, disertai identitas resmi penulis. Redaksi berhak

  SEJAHTERA merubah tulisan tanpa mengurangi substansinya. Demi perbaikan penerbitan, redaksi mengharapkan kritik dan

  Diterbitkan oleh : saran dari para pembaca. Subbag Informasi & Humas Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah Keterangan Cover Depan : Wakil Presiden RI Jusuf Kalla membuka Ijtima Ulama Nasional di Tegal dilanjutkan menanam pohon durian di Pondok Pesantren Attauhidyyah Cikura Kabupaten Tegal.

  2

  Jangankan ushul fi qh, atau tafsir, ilmu alat saja banyak yang gagap. Alhasil, Indonesia pun berada di ambang krisis ulama.

H. Solikhin

  Permasalahan inilah yang mendorong Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah melakukan serangkaian program dalam rangka

  waktu belajar yang singkat, para santri mampu membaca kitab kuning dengan baik dan benar.

  menjadi karakteristik di pondok pesantren. Perlu ada inovasi pembelajaran ilmu alat agar bisa me- nyesuaikan dengan padatnya waktu belajar santri. Khususnya bagi santri yang sekaligus belajar di sekolah formal. Dengan inovasi, diharapkan dalam

  Kedua , metode pembelajaran kitab kuning yang

  damping kasipondokpesantren kemenag Jateng muhtasit.

  dzurriyyah (keluarga),” ujar H. Sholikhin yang di

  “Permasalahan ini hanya bisa diselesaikan antara lain dengan mengembangkan pengelo- laan pesantren berbasis sistem, bukan berbasis

  Berdasarkan data EMIS Pondok Pesantren Jawa Tengah tahun 2014, Ketidakmampuan pesantren meregenerasi diri itu setidaknya disebabkan dua hal. Pertama, aspek internal pengasuh pesantren. Regenerasi internal pesantren terputus disebab- kan antara lain karena pengasuh tidak memiliki keturunan, anak maupun menantu pengasuh tidak bersedia mengelola pesantren, tidak ada keturunan pengasuh yang memiliki latar belakang pesantren, atau pengasuh meninggal dunia saat putra-putrinya belum dewasa.

  Pada tahun 1997-2005 Jawa Tengah memiliki 3.477 pesantren dengan 2.737.805 santri. Kemudian pada tahun 2005- 2014 jumlah pesant- ren kembali meningkat menjadi 4.582 pesantren dengan santri berjumlah 3.464.334 orang. Pertumbuhan jumlah pesantren yang sangat signifi kan itu sebagian pesantrentidak mampu meregenerasi pengelolaan pesantren secara internal. Hal tersebut berdampak pada pengelolaan pesantren yang kurang maksimal, menurunnya kualitas pembelajaran dan ber- dampak langsung terhadap mutu lulusan dan jumlah santri.

  Padahal, jumlah pesantren se- makin meningkat tajam dari tahun ke tahun.

  3 Pembinaan Kaderisasi Ulama

  Banyaknya lembaga pendidikan pesantren yang hanya fokus terhadap pendidikan formal, membuat kaderisasi ulama minim. Perlumembuat

  sangat pragmatis? Inilah yang ditengarai Kanwil Jawa Tengah menyebabkan berkurangnya ulama. Apalagi sejumlah ulama kharismatik tanah air sudah banyak yang berpulang kerahmatullah.

  al-din di tengah gempuran pendidikan formal yang

  Tapi seberapa banyak pesantren yang masih- menomorsatukan pengembangan tradisi tafaqquh fi

  rimah,” tutur Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, H. Solikhin.

  al-din ) dan memperkokoh benteng akhlaqul ka-

  “Kompetensi tersebut merupakan salah satu persyaratan untuk menjaga dan memperkuat karakteristik pondok pesantren salafi yah dalam mengembangkan tradisi keilmuan (tafaqquhu fi

  Situasi ini ditangkap Kantor Kementerian Agama Jawa Tengah (Kanwil Jateng) sebagai masalah yang harus diatasi. Mereka tahu, pesantren sejak dulu dikenal sebagai tempat kaderisasi ulama. Karenanya para santri pun dituntut untuk memi- liki pemahaman mendalam mengenai ilmu-ilmu agama, termasuk ilmu alat.

  rif Aziz, bukan nama sebe- narnya, pernah enam tahun mondok di sebuah Pesantren di Jawa Tengah. Di pondok pesantren itu, ia juga me- nempuh pendidikan formal Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Tapi setelah enam tahun mesantren, pria yang akrab disapa Azis itu ‘gagap’ membaca kitab kuning, kitab- gundul yang tidak berharokat dan bermakna. Ilmu alatnya (gramatika), berantakan. Padahal, gramatika Bahasa Arab merupakan pintu masuk memahami seluruh khazanah pemikiran Islam. “Wong di sana (Pesantren) fokusnya sekolah for- mal,” tuturnya.

  A

  Terobosan untuk mengatasi kelangkaan ulama.

  Kepergian para masyayikh tersebut tidak serta merta kemudian dibarengi dengan munculnya ulama, paling tidak, sekaliber ulama sebelumnya. Ironisnya, kualitas kedalaman ilmu agama para ulama ‘baru’ pun kurang mumpuni. mengantisipasi kelangkaan ulama, khususnya di Jawa Tengah. Yakni dengan pelatihan ilmu alat cara cepat bagi santri yang turut sekolah formal.

  Program yang dibuat Kanwil Jateng adalah pelati- han Amtsilati. Metode teranyar membaca kitab kuning ini digagas oleh KH. Taufi qul Hakim dan telah “diujicobakan” pada santri di pondok pe- santrennya sendiri, PP. Darul Falah, Jepara-Jawa Tengah.

  mengganggu proses pembelajaran (ora entuk

  Huda

  ulama di nusantara,” pungkas Kabid Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, H. Sholikhin.

  mutafaqqih fi al din sebagai jawaban atas kelangkaan

  Program ini diharapkan merupakan salah satu terobosan dan langkah kongkret dalam rangka men- gakselerasi peningkatan mutu para ustadz/ah di pondok pesantren dalam upaya penguasaan serta pembelajaran kitab kuning. “Semoga dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama akan muncul generasi

  dan Tatimmah minimal persis/sama dengan yang disampaikan Yi Taufi q.

  Amtsilati , Rumus Qoidah, Khulasoh dan Shorfi yah

  Setelah kembali ke pondok pesantrennya masing- masing, para ustadz/ah diwajibkan mengimple- mentasikan pembelajaran metode Amtsilati bagi santriu baru selama 1 (satu) tahun. Sama seperti dulu, mereka harus mengajarkan kembali Kitab

  Tidak cukup dengan 2 tahap itu saja, Kemenag Jateng juga mengadakan pendampingan berupa monitoring dan evaluasi pasca pelatihan Amtsilati.

  Fase OJL ini, selain praktek mengajar dengan metode Amtsilati dengan minimal tatap muka selama 2 (dua) jam, mereka juga diwajibkan mem- praktekkan mengelola program pembelajaran dan kajian kitab kuning terhadap santri modelnya.

  Setelah tahapan pertama selesai, tahapan kedua selanjutnya adalah On Th e Job Learning (OJL). Pada fase ini peserta melaksanakan praktek men- gajar selama 90 hari dengan menerapkan seluruh pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka dapatkan selama kegiatan di in-service learning di pondok pesantren asalnya. Sebagai sampel, Kementerian Agama Jawa Tengah mengharuskan para ustadz/ah membuat Kelas Model dengan 20 santri sebagai peserta didiknya. Selama menjalankan praktek mengajar, para ustadz/ah akan mengajarkan kembali ilmu yang telah mereka dapat baik dari segi metodologi dan kurikulum/sylabusnya.

  mbantah, ora entuk takon werno-werno, ora entuk ngrokok, ora entuk nggowo handphone ).

  guru ), dan dilarang melakukan tindakan yang

  Metode ini khusus mempelajari “ilmu alat” untuk membaca dan memahami kitab kuning dengan benar, cepat dan tepat hanya dalam tempo 3-6 bulan. Dan tak kalah pentingnya adalah santri bisa mengajarkannya kembali pasca kepulangan- nya di madrasah/pondok pesantrennya masing- masing.

  Yang khas ketika mesantren dengan Yi Taufi k (KH. Taufi qul Hakim) walupun mereka adalah para ustdaz/ah di pesantren asal namun seluruh peserta diposisikan sebagai seorang santri yang harus mentaati seluruh persyaratan yang diten- tukan pesantren (manut opo sing dingendikaake

  Program itu diantaranya adalah latihan mengajar Metode Amtsilati, mengelola program pembelajaran Amsilati, pengembangan kemampuan membaca kitab, kajian keislaman kontekstual dan menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL).

  Selain belajar Metode Amtsilati, para peserta juga mendapatkan program penunjang yang ber- manfaat kelak ketika kembali ke pesantren asal.

  Alfi yyah Ibnu Malik). 5) Tatimmah 1-2 (Praktek baca kitab - penerapan rumus). Setelah menguasai kelima hal tersebut maka peserta bisa menuliskan kembali dari hafalan nadzam (Bahasa Arab, Indonesia dan Jawa). Dan yang lebih penting lagi, peserta menge- tahui cara mengajarkan Kitab Amtsilati.

  Alfi yyah Ibnu Malik (intisari ilmu nahwu dari Kitab

  Tahap pertama, In-Service Training, para peserta diharuskan mondok di Pondok Pesantren Darul Falah selama 90 hari. Selama 3 bulan itu, para ustadz/ah diharuskan belajar dan menguasai; 1) Kitab Amtsilati jilid 1-5. 2) Qo’idati : Rumus dan Qoidah(ringkasan dari Amtsilai jilid 1- 5). 3) Shorfi yah (metode praktis memahami ilmu shorof dan i’lal). 4) Khulashoh

  Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan secara kontinyu pengetahuan, keterampilan dan metode pembelajaran guna mengefektifkan dan mengefesiensikan amanahnya sebagai ustadz/ah. Kedua, On Th e Job Learning (OJL). Pengembangan mutu proses pembelajaran OJL difokuskan pada upaya untuk mempraktek- kan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari selama In-Service Learning di pondok pesantren/madrsah asal.

  In-Service Training, dalam bahasa Indonesia sering disebut pendidikan dalam jabatan semasa berdinas.

  Program ini dilakukan melalui dua tahap. Pertama,

  program yang bertajuk Akselerasi Mutu Ustadz/ ah Pondok Pesantren ini seluruh jajaran pejabat dan staff (Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren) Kanwil Kemenag Propinsi sampai Kemenag Kabupaten/Kota (Sie Pondok Pessantren/ Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam, PAKIS) se-Jawa pun Tengah dilibatkan.

  stakeholder internal maupun ekstenal. Dalam

  Program pilot project ini hanya diperuntukkan bagi 50 orang yang berasal dari berbagai ustadz/ ah pondok pesantren se-Jateng. Dalam melak- sanakan program ini, Kanwil melibatkan berbagai

4 Pembinaan

  Laporan UTAMA Kebijakan Sekolah Kebijakan Sekolah

  5 HARI Belakangan ini, ramai diberitakan di media massa tentang kebijakan ujicoba kangan ini, ramai diberitakan di media massa tentang kebijakan ujicoba pemberlakuan Sekolah Lima Hari. Penerapan sekolah lima hari tersebut b l k S k l h Li H i P k l h li h i t b t didasarkan pada Surat Edaran (SE) Gubernur Jateng Nomor 420/006752/2015 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan pada Satuan Pendidikan di

  5 HARI

  Provinsi Jateng, tanggal 27 Mei 2015. Alasannya agar pada hari Sabtu para siswa bisa berkumpul dengan keluarga.

  ejumlah SMA/SMK di Jawa Tengah pun mulai kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00-13.45 tahun ajaran 2015/2016 memberlakukan kebijakan dan Jumat 07.00-11.00, sedangkan saat lima hari seko- sekolah lima hari tersebut (Senin s/d Jumat). lah diterapkan kebiatan belajar mengajar Senin hingga Sebagian lainnya masih tetap menerapkan enam Kamis dimulai 07.00-15.30/16.00 dan Jumat 07.00-11.00.

  S hari sekolah (Senin s/d Sabtu).Pada saat enam hari sekolah Bahkan, sejumlah sekolah menerapkan kebijakan pulang

  5 Penerapan kebijakan sekolah lima hari tersebut, bagi umat Islam di Jawa Tengah, dan umat Islam Indonesia pada umumnya, berimplikasi luas. Implikasi itu baik berupa ekonomi, sarana dan prasarana maupun dampak negatif bagi umat Islam.

  Sebagaimana diketahui, dengan pu- lang sekolah pukul 16.00 atau bahkan pukul 17.00, maka secara tidak lang- sung akan menghalangi anak-anak Islam untuk bisa mengikuti sekolah keagamaan pada sore hari, baik berupa Madrasah Diniyah maupun Taman Pendidikan Alquran (TPQ). Sebab, hampir seluruh Madrasah Diniyah dan Taman Pendidikan Alquran (TPQ) diselenggarakan pada sore hari, antara pukul 14.30 s/d 17.00. Dengan de- mikian, pemberlakuan sekolah lima hari secara langsung atau tidak lang- sung, akan memberangus keberadaan sekolah keagamaan tersebut.

  Padahal, diakui atau tidak, eksis- tensi sekolah keagamaan, baik berupa Madrasah Diniyah maupun TPQ, te- lah ikut membentuk karakter islami anak-anak. Karakter luhur, karakter yang sesuai dengan tuntunan agama Islam.

  Sebagaimana diketahui, pembelajaran TPQ mulai berkembang pesat sejak tahun 1990-an, dengan Metode Qiroati karya KH Dahlan Salim Zarkasy (Kebon Arum Semarang) tahun 1963, Metode Iqro karya KH Human Yogyakarta, dan Metode Yambua karya Pondok Pesantren Yambuul Quran yang di- gawangi KH Ulin Nuha dan KH Ulil

  Albab Kudus. Adapun lembaga pendidi- kan keagamaan Madrasah Diniyah su- dah berdiri atau ada sebelum Indonesia merdeka. Kedua sekolah keagamaan pada sore hari tersebut diakui telah berjasa banyak bagi pembentukan karakter anak-anak Islam.

  Teramcam Bubar Namun sayangnya, baik Madrasah

  Diniyah maupun TPQ, kini terancam bubar lantaran kebijakan Gubernur Jateng yang memberlakukan sekolah lima hari mulai tahun ajaran 2015/2016. Meskipun kebijakan itu baru sebatas uji coba dan hanya pada SMA/SMK, tetapi hal itu tetap berdampak luas. Sebab tidak menutup kemungkinan, ke depan kebijakan itu akan diberlaku- kan permanen dan meliputi seluruh sekolah, baik SD-SMP maupun SMA/ SMK. Kalau hal ini sampai terjadi maka eksistensi Madrasah Diniyah dan TPQ benar-benar tamat dari bu- mi Jawa Tengah. Madrasah Diniyah dan TPQ akan gulung tikar. Kedua lembaga pendidikan keagamaan itu akan tutup.

  “Kalau kebijakan lima hari seko- lah benar-benar diberlakukan, maka sama saja memberangus keberadaan pembelajaran TPQ. Dengan kata lain, eksistensi TPQ secara langsung atau tidak, akan bubar. Padahal, kita semua harus bertanggung jawab terhadap keberlangsungan TPQ,” kata Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Kota Semarang, Dr Abu Rakhmat.

  Penolakan yang sama juga dilaku- kan oleh Badko TPQ Batang. ‘’Kalau kebijakan tersebut betul-betul dit- erapkan lima hari sekolah, tiap hari anak-anak berangkat pukul 07.00 pu- lang pukul 16.00-17.00. Jelas anak usia SD-SMP sudah tidak ada waktu mengenyam pendidikan kemadrasa- han. Secara otomatis madrasah-TPQ, di Batang dan di seluruh Provinsi Jawa Tengah, akan gulung tikar atau tutup,’’ ujar penasihat Badko-TPQ Kabupaten Batang, Fatkhurizaq Zein.

  Padahal, jumlah sekolah keagamaan pada sore hari tersebut sangat ban- yak. Berdasarkan data pada Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Jawa Tengah, Madrasah Diniyah di Jawa kini berjumlah 9.135 lembaga, atau secara nasional terbesar kedua setelah Jawa Timur. Adapun jumlah Taman Pendidikan Alquran (TPQ) berdasarkan data pada Kanwil Kemenag Jateng mencapai 32.000 lembaga. Dari jumlah itu, TPQ di Kota Semarang mencapai 1.200 lembaga, dengan 5.550 guru (ustadz/ustadzah) dan 24.000 santri.

  Mengingat dampaknya sangat luas, menyedihkan dan memprihatinkan bagi umat Islam, khususnya anak-anak Islam, sehingga sejumlah kabupaten/ kota menolak memberlakukan kebi- jakan sekolah lima hari yang digagas Gubernur Jawa Tengah tersebut. Badko TPQ Kota Semarang, Kabupaten Batang, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Batang, dan daerah-daerah lain- nya secara tegas menolak kebijakan Gubernur Jawa Tengah itu, yang se- cara langsung atau tidak, merugikan umat Islam.

  Kebijakan sekolah lima hari tersebut jelas tidak memberikan kesempatan kepada anak-anak Islam untuk meng- enyam pendidikan kemadrasahan pada sore hari. Kebijakan itu cenderung terjebak menjadikan bangsa sekuler, dan Islam KTP. Umat muslim (pela- jar) secara perlahan tapi pasti, akan dijauhkan dari ajaran Islam.

  Kebijakan sekolah lima hari juga akan berdampak terhadap kehan- curan moral secara besar-besaran, karena mematikan pendidikan non- formal di sore hari. Kita tidak boleh menutup mata, bahwa Pendidikan Agama Islam pada sore hari, telah mencetak generasi yang sholeh dan sholehah. Siapa yang akan bertang- gung jawab, di seluruh wilayah Jawa

  Rapat koordinasi Badan Koordinasi (Badko) TPQ Jateng Tahun 2015

6 Laporan UTAMA pukul 17.00 WIB.

  Laporan UTAMA Siswa-siswi di sebuah madrasah tampak serius mengerjakan soal.

  Tengah kalau lima tahun mendatang dari bumi Jawa Tengah. seyogyanya Gubernur mau menghargai akan lahir pelajar-pelajar yang tidak Sejatinya, umat Islam Jawa Tengah kearifan lokal sesuai dengan otonomi bermoral. Bahkan di kemudian hari sudah sangat toleran. Ketika bantuan daerah masing-masing, khususnya tidak mustahil akan lahir di seluruh dari APBD I Jateng untuk guru-guru penyelenggaraan Madrasah Diniyah wilayah Jawa Tengah, pemimpin yang Madrasah Diniyah dan guru TPQ dihen- dan TPQ. Kalau tidak bisa memban- cerdas secara akademik tetapi miskin tikan dengan alasan politis-birokratis, gun dan membantu pengembangan spiritual. umat Islam diam. Ketika batuan untuk penyelenggaraan Madrasah Diniyah

  Kasus di Spanyol pengembangan mushalla-mushalla dan TPQ, semestinya kedua lembaga

  Kasus memilukan yang terjadi di dihentikan, umat Islam juga diam. pendidikan keagamaan tersebut tidak Spanyol jangan sampai terulang di Kini, muncul kebijakan yang secara diberangus dengan kebijakan yang Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, langsung atau tidak akan memberan- esensinya tidak jelas. Apalagi secara karena kebijakan fatal yang dibiarkan gus keberadaan Madrasah Diniyah yuridis formal lembaga pendidikan dan kelengahan umat Islam. Dulu, dan TPQ pada sore hari. keagamaan tersebut juga diakui dalam Spanyol adalah negara berpenduduk Kita umat Islam berharap kebijakan UU Nonor 20 Tahun 2003 tentang muslim terbesar. Bangunan masjid sekolah lima hari tersebut ditinjau Sisdiknas. begitu banyak dan megah-megah, ulang. Sebagai seorang pemimpin, Mohammad Saronji lembaga-lembaga pendidikan Islam maju. Tetapi kini, masyarakat di sana/ Spanyol, tidak kenal apa itu Islam, apa itu Alquran, dan bagaimana cara membacanya.

  Allah Swt memang menjamin bahwa Alquran tidak akan hilang atau pu- nah dari muka bumi ini. Hal ini se- bagaimana termaktub dalam Alquran Surat Al-Hijr ayat 9 : Sesunguhnya

  Kami telah menurunkan Alquran dan Kami pasti akan menjaganya.

  Tetapi, siapa yang berani menjamin Alquran tidak akan punah dari bumi Jawa Tengah, Alquran punah dari rumah tangga kita. Siapa yang berani menjamin, anak-anak Islam tetap mengenal dan bisa membaca Alquran dengan baik dan benar, sementara keberadaan TPQ Siswa Madrasah Diniyah sedang belajar. dan Madrasah Diniyah diberangus

  7

PENM AD

  Bidang Badai BOS Badai BOS Akun 52 Akun 52

  ekanisme penyaluran, ekanisme penyaluran,

  Bagi Tim Manajemen

  penggunaan dan pe penggunaan dan pe-

  BOS Kanwil Kemenag

  laporan akun 57 sudah

  Jateng selama tahun 2015

  sangat familier, karena sudah berlangsung sejak program

  merupakan tahun yang M

  Bantun OperasionalSekolah (BOS)

  bikin pusing, karena disaat digulirkan pemerintahtahun 2005. proses penyaluran dana

  Bahkan setiap rakor tentang evaluasi

  BOS sedang berjalan,

  BOS, Jateng senantiasa menduduki peringkat tiga besar tercepat dalam

  terjadi perubahan setiap pencairan BOS. kebijakan yang cukup

  Setiap tiga bulan sekali, secara ru-

  signifi kan dalam proses

  tin MI dan MTs menerima kucuran Oleh Akhmad Su’aidi

  penyaluran maupun dana yang tidak sedikit, karena pagu

  menggelontorkan dana BOS, kondisi anggaran tiap madrasah disesuaikan

  pelaporan penggunaan

  madrasah di tanah air, khususnya di jumlah siswanya. Mulai tahun 2013,

  BOS. Tahun-tahun

  Jawa Tengah yang hampir mencapai MA turut menikmati aliran dana segar

  sebelumnya, anggaran BOS

  96 persen berstatus swasta dan lebih yang tujuan untuk meningkatkan mu- banyak berada di pedesaan dengan

  pada DIPA (Daftar Isian tupendidikan. Bagi madrasah dengan

  kondisi ekonomi orangtua siswa dari jumlah siswa semakin banyak makin

  Pelaksanaan Anggaran)

  golongan ekonomi lemah. Dengan besar pula dana BOS yang diterima

  masuk dalam akun 57

  kondisi seperti itu, madrasah dapat yang tentunya akan mempengaruhi dipastikan mengalami kesulitan untuk

  atau katagori pengeluaran

  kesejahteraan guru dan karyawan- menghimpun dana sekedar untuk nya.

  uang Negara untuk Belanja

  membeli alat tulis dan honor guru- Padahal sebelum pemerintah Bantuan Sosial.

  8

PENM AD

  Lembaga anti korupsi ini juga menilai tidak ada kontrol dari pemerintah terhadap penggunaan uang negara, karena memberikan dana secara lang- sung dengan sasaran yang mencapai puluhan ribu sekolah/madrasah.

  Mereka butuh dana BOS

  S u al ril an. ah in-

  tid pedoma program tidak dip

  t a

  Le B d

  Pemerintah dalam menerapkan kebijakan program ata

  k heran jika klimpungan nda hingga berubah.

  2

  S

  BO su dis

  Kejadian serupa terulang kembali tahun 2014 den- gan revisi yang berulang- ulang, sehingga dana BOS yang biasa diterima minggu pertama pada setiap awa triwulan, baru bulan Apr dana BOS dapat disalurka Sebagian besar madras swasta terpaksa harus pin- jam kepada berbagai pihak. Sebagian madrasah swasta melupakan fungsi BOS yang sebenarnya, mestinya fung-

  Secara internal yakni Direktorat Jenderal Pendidikan Islam juga da- lam mengevaluasi, keberadaan BOS membuat perkembangan madrasah tumbuh subur (ditunjang juga dengan kemudahan memperoleh ijin opera- sional) tetapi menjauhkan madrasah dari lingkungan (menurunnya par- tisipasi masyarakat). Dampaknya, oleh DPR.

  9 Bidang

  gurunya, meski hanya 10 ribu per bulan sudah ditolak masyarakat karena dirasa cukup berat. Maka sangatlah wajar, sejakBOS digulirkan pemerintah tahun 2005 bagi madrasah bagaikan hujan di musim kemarau, disambut dengan suka cita.

  yang direncanakan untuk membiayai kegiatan den- gan rencana pelaksanaannya tidak didukung dengan pedoman penyaluran yang jelas; program, kegiatan dan pedoman nya tidak dipublikasikan secara luas,serta daftar penerima dan jumlahnya tidak ditetapkan secara jelas dan diumumkan secara terbuka.

  tidak transparan dan tidak akuntabel, karena anggaran

  Lembaga Negara. Disamping BPK juga menemukan dalam pelaksanaannya

  anggaran yang direncanakan untuk membiayai kegiatan yang memiliki kesamaan baik substansi maupun penerimanya diantara Eselon I dalam satu Kementerian/ Lembaga Negarayang bersangkutan atau diantara Kementerian/

  tumpang tindih anggaran, karena

  Dari review BPK juga menemukan

  direncanakan untuk membiayai kegia- tan yang penerimanya tidak memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam PMK 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial. Hal ini terjadi karena kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat dimasukkan dalam Belanja Modal maupun Belanja Barang sehingga oleh Kementerian/Lembaga Negara dimasukkan dalam Belanja Bantuan Sosial.

  tepat sasaran, karena anggaran yang

  Pemerintah dalam menerapkan kebijakan program BOS dari akun 57 menjadi akun 52, sudah melalui kajian cukup dalam disertai dengan monitoring cukup lama. Sebagaimana disampaikan BPKP (Badan Pemeriksa Keuangandan Pembangunan), dalam pelaksanaan program BOS selama ini dinilai tidak

  Jika sebelumnya madrasah dibuat kalang-kabut akibat penundaan pe- nyaluran dana BOS, kejadian hamper sama saat pelaksanaan penyaluran da- na BOS tahun 2015. Selain penundaan penyaluran, juga terjadi perubahan dalam penempatan anggaran BOS dari akun 57 dipindah dalam akun 52 atau pengeluaran uang Negara untuk belanja barang dan jasa. Dengan akun 52, penggunaan dana BOS madrasah swasta hampir sama dengan madrasah negeri, karena dikendalikan secara langsung oleh pemerintah dan system penyaluran danpelaporannya juga berubah.

  Dari 57 ke 52

  Kejadian serupa terulang kembali tahun 2014 den- gan revisi yang berulang- ulang, sehingga dana BOS yang biasa diterima minggu pertama pada setiap awal triwulan, baru bulan April dana BOS dapat disalurkan. Sebagian besar madrasah swasta terpaksa harus pin- jam kepada berbagai pihak. Sebagian madrasah swasta melupakan fungsi BOS yang sebenarnya, mestinya fung- siBOS hanya membantu sebagian pembiayaan pelaksanaan program pendidikan tetapi pada kenyataannya menjadi satu-satunya sumber penda- patan, sehingga mengabaikan larangan penggunaandana BOS, seperti untuk menggaji guru dan karyawan serta merehab bangunan madrasah.

  Sedemikian senangnya atau bahkan “ketergantungan” setiap bulan tidak pernah kesulitan untuk menjalankan roda kegiatan belajar mengajar. Semua kebutuhan pendidikan, mulai dari memberi honor guru dan karyawan, membeli computer, alat tulis, honor kegiatan ekstrakurikuler, beaya listrik, telepon dan lainnya dibiyai dari uang yang bernama BOS. Tidak heran jika madrasah sempat dibuat klimpungan ketika dana BOS harus ditunda hingga lima bulan pada tahun 2013, karena terjadi pemblokiran anggaran oleh DPR.

  Lebih tragis lagi ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan investigasi terhadap pelaksanaan program “bagi-bagi duit negara” ini ditengarai dana BOS dijadikan alat politik dan menumbuh suburkan manipulasi penggunaan uang negara, khususnya sejak oto- nomi daerah dengan pilkada langsung.

PENM AD

  terjadi persaingan yang tidak sehat antar madrasah. Hal ini berimbas pada kurang tercapainya peningkatan mutu pendidikan pada sebagian madrasah. Jika kondisi seperti ini dibiarkan, akan memperburuk citra madrasah sebagai lembaga pendidikan tidak bermutu yang tentunya tidak diinginkan oleh ke- luarga besar madrasah itu sendiri.

  Perubahan akun yang berlangsung pada saat proses penyaluran, tentu harus disikapi dan diikuti dengan perubahan mekanime agar tidak mem- bawa dampak negatif bagi pengambil kebijakan bidang pendidikan. Jajaran Dirjen Pendidikan Islam secara mar- athon terus berkoordinasi dengan instansi terkait, terutama dengan Kementerian Keuangan, BPKP dan bahkan dengan KPK. Dari hasil kon- sultasi, lantas muncul Surat edaran Dirjen Pendis nomor Dj.l/Dt.l.l/ PP.00.11/125/2015 tanggal 1 April 2015 tentang Mekanisme Pencairan dan Pemanfaatan Dana BOS Madrasah dan BOP RA.

  Isi dari surat tersebut diantaranya agar tata cara pencairan dana BOS Madrasah dan BOP RA dengan akun 521219 berpedoman pada PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana diatur dalam Surat Dirjen Perbendaharaan Nomor : S-8245/PB/2014 tanggal 28 November 2014.

  Dengan surat ini, ternyata belum dapat memberikan solusi agar proses penyaluran dana BOS yang sudah terhenti tiga bulan dapat segera dilaksanakan, karena pelaksana penyaluran BOS yaitu Tim Manajemen BOS pada Kanwil Kemenag Provinsi mengalami hambatan. Hambatan yang paling mendasar terutama pada madrasah swasta dan kebanyakan belum memiliki SDM yang mampu melaksanakan perubahan kebijakan ini.

  Untuk itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam melalui suratnya yang bernomor DJ.I/PP.04/1374/ 2015 tanggal 8 Mei 2015 menerbitkan revisi Petunjuk Teknis BOS Madrasah yang mengacu pada PMK Nomor 190/PMK.05/2012. Dengan adanya revisi ini, Tim Manajemen BOS memperoleh rujukan secara teknis dalam menyalurkan dana BOS dan bagi madrasah juga mendapatkan tata cara untuk dapat menerima BOS

  Rupanya keresahan madrasah swasta yang mencapai 96 persen dari populasi madrasah secara nasional ini turut dirasakan pula oleh Menteri Agama H. Lukman Hakim Saifuddin. Terlebih lagi melihat kenyataan, proses penyaluran dana BOS pada Kementerian Pendidikan masih menggunakan tata cara sebagaimana dalam akun 57.

  Didorong kondisi arus bawah yang sudah “menjerit” lantaran sudah lima bulan belum menerima kucuran dana operasional pendidikan, Menteri Agama berinisiatif untuk melayangkan surat kepada Menteri Keuangan untuk dapat memberikan kebijakan dispensasi dalam proses penyaluran dana BOS akun 52, melalui suratnya bernomor MA/116/2015 tanggal 15 Mei 2015. Tanpa menunggu terlalu lama, Menteri Keuangan pun membalasnya melalui suratnya bernomor S-376/ MK.05/2015 tertanggal 21 Mei 2015.

  Namun isi balasan surat Menkeu tidak seperti yang diharapkan, karena mekanisme penyaluran dana BOS bagi madrasah masih tetap sama yaitu mengacu kepada PMK Nomor 190/ PMK.05/2012.

  Dengan kondisi seperti ini, jajaran Kementerian Agama mau tidak mau harus melaksanakan sesuai mekanisme yang berlaku, meski madrasah sebagai pihak penerima dana BOS terpaksa harus “puasa” beberapa saat sambil menunggu berbuka yang pada saatnya nanti pasti akan menerimanya. “Puasa” BOS kali ini terasa sangat menyakitkan, lantaran berlangsung hingga puasa Ramadhan 1437 H selesai sehingga ribuan guru madrasah swasta tidak bisa merayakan lebaran kali ini dengan baju baru.

  Inilah kondisi secara nasional yang terjadi dalam proses penyaluran dana BOS untuk madrasah. Sedangkan untuk Jawa Tengah dan lima provinsi sendiri sebenarnya sedikit lebih beruntung, karena sempat melaksanakan penyaluran tahap pertama pada Maret 2015 sebanyak Rp. 250 milyar lebih, sementara provinsi yang lain baru bisa menyalurkan pada bulan Juli. Langkah cepat dalam mensikapi kejadian ini, membuat Jateng bertenger pada posisi puncak serapan dana BOS secara nasional.

  Mengingat mekanisme penyaluran dana BOS melalui akun 52 merupakan yang pertama kali sehingga diharapkan sebagaimana pepatah “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersusah-susah dahulu insyaallah akan mudah dan lancar pada tahap yang akan datang”. Semoga badai BOS akun 52 segera berlalu. Amin.

  Penulis adalah Kasi Kesiswaan Kankemenag Prov. Jateng Para siswa sibuk dengan soal. Tapi mereka butuh dana BOS untuk kelancaran belajar mereka.

10 Bidang

  11 Bidang PONTREN

  Optimalisasi Manajemen Pondok Pesantren melalui SIMAPES (Sistem Informasi Manajemen pada Madrasah dan Pondok Pesantren )

  Pondok Pesantren, atau sering disingkat pontren atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan di mana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan ustadz yang dibawah pimpinan kyai.

  P

  endidikan pontren diselengga- rakan dalam kompleks asrama yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lain- nya. Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut penger- tian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok juga berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren.

  Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam . Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengak- selerasikan mobilitas vertikal (dengan penjejalan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horisontal (ke- sadaran sosial). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based

  curriculum ) dan cenderung melangit,

  tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kekinian masyarakat (society-based curriculum). Seiring perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidi- kan Umum, kini banyak pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum dalam pesantren. kemudian muncul istilah pesantren Salaf dan pesantren Modern, pesantren Salaf adalah pesantren yang murni men- gajarkan Pendidikan Agama sedang- kan Pesantren Modern menggunakan sistem pengajaran pendidikan umum atau Kurikulum.

  Di tengah kemajuan zaman yang serba digital ini, peningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan Islam di lingkungan pondok pesantren meru- pakan hal penting yang tidak bisa ditawar lagi. Namun sampai sekarang sebagian besar Pondok Pesantren manajemennya belum memiliki sistem yang didukung basis tekhnologi, pa- dahal, sistem ini sangat penting untuk kemajuan lembaga pendidikan, baik level dasar maupun tingkat lanjut .

  Selain itu manajemen yang baik di pondok pesantren bisa mempermu- dah masyarakat untuk memperoleh Informasi yang akurat, sehingga pondok pesantren tidak dipandang sebelah mata ,dan tentunya akan membantu perkembangan pondok pesantren itu sendiri. Untuk itu sudah saatnya pondok pesantren mempunyai sistem manajemen pendidikan yang berbais tekhnologi untuk kemajuan pondok pesantren itu sendiri

  Dengan penggunaan manajemen yang masih manual mengakibatkan dalam pengelolaan data masih kurang tertib, sehingga ketika Kementerian Agama membutuhkan data pada pon- dok pesantren untuk pengisian data Emis sering kali data yang disajikan oleh pondok pesantren bukanlah data yang akurat, akuntabel, rapi, integrited dan tepat waktu, padahal data tersebut sangat dibutuhkan untuk perencanaan program, seperti BOS, KIP, Pondok Pesantren Tahfi dz, Pondok Pesantren Agribisnis, dan Pondok Pesantren Bahari, bila data yang disajikan tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan tentunya bisa merugikan sendiri bagi pondok pesantren, karena bantuan yang diberikan oleh pemerintah bisa tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

  Beberapa hal terebut diatas disebab- kan karena Sumber Daya manusia di bidang IT pada pondok pesantren masih rendah dan sarana prasarana yang kurang memadai, seperti perleng- kapan komputer di pondok pesantren masih sangat terbatas

  Salah satu upaya yang dilakukan oleh Bidang Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah adalah dengan menjalin kerja sama dengan Rabithatul Maahad al- Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) Jawa Tengah dengan menyiapkan Sistem Manajemen Madrasah dan Pesantren (SIMAPES) yakni sistem aplikasi berbasis komputer sebagai salah satu instrumen dalam pengem- bangan sistem administrasi pondok pesantren.

  Huda PAI S Bidang

  

Pentas PAI sebagai Media

Evaluasi PAI di Jawa Tengah

  etelah tujuan penyelenggaraan Pentas PAI ke 3 kali ini adalah

  Pekan Keterampilan dan Seni

  melihat tolok ukur keberhasilan pembinaan Pendidikan

  Pendidikan Agama Islam

  Agama Islam pada Sekolah yang meliputi pengetahuan,

  (Pentas PAI) Tingkat Provinsi pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam. Jawa Tengah Ke 3 Tahun 2015 Sebab kegiatan lomba sebagai sarana membangun kelengkapan

  S

  aspek psikomotorik dalam meningkatkan kompetensi dan skill

  diselenggarakan di Asrama

  siswa dalam memahami pelajaran di sekolah. Dan fungsi lain,

  haji Donohudan, Boyolali,

  untuk memberikan model pembelajaran lifeskill siswa juga. Maka

  tanggal 14 s.d 17 Juni 2015

  sejak awal tujuan Pentas PAIS ini ungkap Kabid PAIS sebagai pencermatan secara mendalam dan evaluasi terhadap hasil edukasi

  dibuka secara resmi oleh Kepala

  PAI sebagai outcome penyelenggaraan program-program Bidang

  Kantor Wilayah Kemenag

  Pendidikan Agama Islam di Jawa Tengah, saat rapat pemantapan

  Prov. Jawa Tengah, diikuti

  Pentas PAI di ruang pertemuan Bidang PAIS lantai 2 pada Jumat,

  oleh peserta didik perwakilan 11 Juni 2015.

  Kabag TU, H. Andewi Susetyo. SH, saat penutupan penyelengga-

  terbaik dari masing-masing

  raan Pentas ini dengan memberikan arahan kepada peserta agar

  jenjang yang sudah diseleksi

  melihat secara nyata bahwa apapun capaian yang sudah diraih

  dari 35 Kabupaten /Kota di Jawa

  peserta didik dalam ajang ini merupakan catatan bagi semua

  Tengah sejumlah 770 peserta, pihak. Bagi yang sudah berprestasi tidak perlu sombong dan bagi

  yang belum berprestasi terus memacu diri untuk meningkatkan

  yang terbagi dalam jenjang

  kualitas pencapaian prestasi dimasa yang akan dating sehingga

  SD sebanyak 245 siswa, SMP

  akan dapat memacu diri untuk mengembangkan apa yang selama

  sebanyak 245 siswa, SMA/SMK

  ini ada kekurangan pada dirinya. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana mangamalkan atau membumikan PAI dalam setiap

  sebanyak 280 siswa.

  12

  PAI S Bidang

  kegiatan peserta didik sebagaimana tertera dalam tema Pentas PAI Tingkat Provinsi Jawa Tengah Ke 3 Tahun 2015* “Sportif Berkompetisi,Raih Prestasi, dan Bumikan PAI”*

  Dewan Juri dan Panitera pada ajang ini tidak hanya melakukan penilain namun melakukan pencatatan *(notu- lasi)* untuk memotret wajah PAI pada setiap jenjang pendidikan. Disini akan terekam implementasi kurikulum PAI 2013 pada penyelenggaraan tahun didik 2014/2015 pada masing-mas- ing kabupaten/kota di Jawa Tengah. Sekaligus Dewan juri mampu mem- berikan rekomendasi dari hasil dasar penilaian dari segala aspek untuk pe- doman dalam pencarian kader-kader atlit di lingkungan sekolah se Jawa

  Pentas Lomba Debat PAI SMA

  Tengah. Sekaligus untuk menunjang kesuksesan ke jenjang nasional sebab potret penyelenggaraan kurikulum segala bentuk kompetisi antar siswa setelah pelaksanaan sekarang ini akan PAI. Dan berfungsi untuk bahan masu- adalah mampu memberikan inovasi, dihadang juga pelaksanaan kegiatan kan bagi para stakeholder, terutama kreatifi tas dan dinamika system dan tahun berikutnya sehingga kita akan Tim Pengembang Kurikulum PAI metode pembelajaran bagi seorang dapat berlatih dengan waktu yang Provinsi Jawa Tengah dan lembaga guru di sekolah. Maka melalui kegiatan masih banyak waktu untuk meraih terkait Pendidikan Agama Islam di justru mendorong para guru akan kaya prestasi yang kita harapkan. daerah FKG, KKG, MGMP untuk segera strategi dalam mengembangkan model

  Kejuaraan Pentas PAIS sebagai bergerak, meningkatkan yang sudah pembelajaran PAI nantinya. Semoga juara umum adalah Kab Semarang bagus dan memperbaiki yang masih penyelenggaraan ini dapat menjadi dengan memboyong tropi bergilir. kurang. bahan evaluasi untuk membumikan Dan ajang Pentas PAIS ke 3 menjadi Hasil yang sangat mendasar bahwa PAI di Jawa Tengah. Amin. (*) Penyerahan Juara Umum oleh Kabag TU Kanwil Kemenag Jateng, Andewi Susetyo.

  13 URAI S

Menyongsong Idul Fitri 1436 H

  Sebagai bentuk komitmen untuk melaksanakan kesepakatan Ijtimak Ulama Komisi Fatwa MUI dan ormas Islam se-Indonesia pada 2003, yaitu penentuan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah didasarkan pada metode rukyat dan hisab.

  K

  ita mengakui bahwa masih ada perbedaan di antara ormas Islam di dalam menentukan awal bulan Hijriah karena perbedaan metode yang digunakan serta kriteria imkanur rukyat atau batas visibilitas hilal. Musyawarah

  Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) menyepakati imkanur rukyat adalah pada saat matahari terbenam dan ketinggian hilal di atas ufuk minimal 2 derajat dengan jarak lengkung bulan-matahari minimal 3 derajat dan usia bulan minimal 8 jam dihitung sejak ijtimak (konjungsi). Sementara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menilai secara ilmiah hilal baru bisa dilihat di atas ketinggian 5 derajat di atas ufuk. Ormas Islam yang menggu- nakan metode hisab murni seperti Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) menetapkan standar ber- beda mengenai awal bulan karena Muhammadiyah menggunakan kri- teria wujudul hilal, sedangkan Persis menggunakan imkanur rukyat.

  Ada tiga kriteria dalam penentuan 1 Syawal ini.

  Pertama, wujudul hilal, yakni ketika

  hilal sudah terlihat berapa pun ting- ginya. Ini yang selama ini menjadi patokan ormas Muhammadiyah dalam menentukan 1 Syawal.

  Kedua, hilal harus bisa dilihat.

  Pengalaman selama ini, hilal harus di atas 3 derajat, bahkan ada yang mengatakan 4 derajat dengan usia bulan minimal 8 jam dihitung sejak ijtimak (konjungsi).

  ketiga, hilal sudah mungkin dirukyat.

  Penetapan Lebaran atau Idul Fitri 2015 berpotensi berbeda antara organisasi kemasyarakatan Islam yang satu dengan yang lain maupun dengan pemerintah. Tidak tertutup kemungkinan puasa Ramadan di istikmalkan menjadi 30 hari jika tim rukyat di seluruh Indonesia

  

Oleh : Saifulloh

Penetapan 1 Syawal 1436 H Berpotensi Berbeda

14 Bidang

  15 Bidang URAI S

  17 Juli, namun tidak serta merta tang- gal itu ditetapkan sebagai hari Idul Fitri. Tidak tertutup kemungkinan NU menggenapkan Ramadhan 30 hari jika tim rukyat yang disebar di sejumlah daerah tidak berhasil me- lihat hilal.

  Tidak tertutup kemungkinan NU menggenapkan Ramadhan 30 hari jika tim rukyat yang disebar di sejumlah daerah tidak berhasil melihat hilal.

  “Posisi hilal sangat tipis, hanya tiga derajat, sehingga ada potensi berbeda. Sangat susah melakukan rukyatul hilal pada posisi seperti itu. Sementara yang berpatokan pada hisab (hitungan) menetapkan stan- dar berbeda-beda, seperti antara Muhammadiyah dan Persis

  Apabila nantinya ada perbedaan dalam penentuan awal Syawal sekaligus Idul Fitri. perbedaan harus disikapi sebagai bagian dari keberagaman yang dimiliki umat IslamdiIndonesia.

  ”Akan tetapi, apabila hilal atau bu- lan sabit muda tidak terlihat, maka pemerintah akan mengistikmalkan atau menyempurnakan puasa Ramadan menjadi 30 hari sehingga Idul Fitri jatuh pada 18 Juli.

  16 Juli 2015, maka Pemerintah akan segera megumumkan bahwa awal Syawal (Idul Fitri) bertepatan dengan tanggal 17 Juli 2015,

  Namun apabila hilal dapat dilihat pada saat rukyat hari kamis tanggal

  Sementara NU, seperti biasanya, mendasarkan penetapan 1 Syawal pada rukyatul hilal, sehingga meski di dalam penanggalan NU berdasar hitungan 1 Syawal 1436 H jatuh pada

  tidak berhasil melihat hilal. Sehingga lebaran akan jatuh pada hari Sabtu tanggal 18 Juli 2015, Sehingga masih terbuka kemungkinan lebaran idul fi tri terjadi perbedaan antara tanggal 17 atau 18 Juli 2015. Semenatara Ormas Islam Muhammadiyah memastikan Idulfi tri 1436 Hijriyah/2015 Masehi pada Jumat, 17 Juli 2015.

  Sementara yang berpatokan pa- da hisab (hitungan) menetapkan standar berbeda-beda, seperti antara Muhammadiyah dan Persis, Muhammadiyah telah memutuskan bahwa tanggal 1 Syawal 1436 H jatuh pada hari Jumat, 17 Juli 2015. Dengan demikian bulan Ramadhan tahun ini hanya 29 hari menurut ormas itu. Sementara menurut Persis, itu belum masuk, jadi kalau kalender Persis itu Lebaran 18 Juli,”

  

Sangat susah melakukan rukyatul

hilal pada posisi seperti itu.