Komparasi Keunggulan Prestasi Akademik Siswa Antara Sekolah Unggulan dan Madrasah Unggulan (Studi pada SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 Jakarta)

(1)

(STUDI PADA SMA NEGERI 8 JAKARTA DAN MA NEGERI 4 JAKARTA)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Muhammad Yusuf Badrulael

NIM. 1111018200033

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

i

ABSTRAK

Muhammad Yusuf Badrulael, NIM: (1111018200033), Komparasi Keunggulan Prestasi Akademik Siswa Antara Sekolah Unggulan dan Madrasah Unggulan (Studi pada SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 Jakarta), Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengkomparasikan prestasi akademik siswa di SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 Jakarta, dengan melihat dari dimensi input, proses, dan output sekolah dan madrasah dalam rangka memaksimalkan prestasi akademik siswa dan berupaya untuk bersaing di tingkat global.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dan dianalisa dengan pendekatan analisis deskriptif yakni menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang terkumpul dalam sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan atau kualitas. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumen, wawancara, dan observasi.

Hasil penelitian ini mengungkapkan beberapa hal penting: pertama, perolehan prestasi akademik siswa dipengaruhi oleh kualitas input siswa. Kedua, proses pembelajaran di sekolah dan madrasah memberikan dampak yang besar terhadap prestasi akademik siswa. Ketiga, peran kegiatan ekstrakurikuler akademik yakni

study club/science club baik di SMAN 8 Jakarta maupun di MAN 4 Jakarta dijadikan sebagai salah satu wadah yang menarik bagi siswa untuk menambah wawasan ilmiah. Keempat, daya saing alumnus SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta di PTLN menunjukkan kestabilan selama kurun waktu lima tahun terakhir.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan prestasi sekolah/madrasah di DKI Jakarta dan menjadi sumber informasi dan referensi bagi penyedia layanan pendidikan maupun pengguna layanan pendidikan.

Kata kunci: Komparasi Sekolah dan Madrasah, Keunggulan Prestasi Akademik Siswa, Daya Saing Global


(8)

ii

ABSTRACT

Muhammad Yusuf Badrulael, NIM: (1111018200033), A Comparison of

Students’ Academic Achievement between Best Qualified School and

Madrasah in Jakarta (A Comparative Study at SMAN 8 Jakarta and MAN 4 Jakarta), a Scientific Research Paper for Degree of S. Pd. (Strata One) in

Tarbiyah and Teachers’ Training Faculty of Syarif Hidayatullah Jakarta

State Islamic University, 2015.

This research aimed to describe and compare students’ academic achievement at SMAN 8 Jakarta and MAN 4 Jakarta by analyzing the teaching-learning input,

process, and output of the two schools in a way to maximize students’ academic

achievement and competitive quality in the global era.

Research methodology that was used in this research was qualitative research and analyzed with descriptive analytic approach which describes and interprets the collected data into research statements which represent a description of whole data situation and quality. The techniques for collecting data in this research were documentation, interview, and observation.

The result of this research shows four important things. First, the result of students’ academic achievement is influenced by the quality of students’ input. Second, teaching-learning process at school and madrasah gives a great effect on students’ academic achievement. Third, the role of academic extracurricular activities such as study club/science club at both SMAN 8 Jakarta and MAN 4 Jakarta becomes as an interesting means for students to enrich their scientific knowledge. Fourth, a competitive quality of post-graduate students at SMAN 8 Jakarta and MAN 4 Jakarta at PTLN shows stability during the last five years.

Hopefully, this research gives wide information about students’ academic achievement in DKI Jakarta and becomes as a reference for both educational service providers and users.

Keywords: A Comparison of School and Madrasah, Best Qualified Student Academic Achievement, Global Competitive Quality.


(9)

iii

KATA PENGANTAR

Peningkatan kualitas sekolah merupakan suatu hal yang perlu direncanakan dan dilaksanakan. Sekolah berkualitas akan melahirkan lulusan yang berkualitas, baik kualitas dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Para alumni sekolah tersebut akan membawa semangat pendidikan dalam rangka pembangunan bangsa. Berbagai program sekolah dalam mewujudkan sekolah berkualitas mendorong sekolah agar menyiapkan peserta didik mampu menjawab tantangan zaman.

Gelombang era globalisasi saat ini dirasa sangat kuat, bahkan tidak lama lagi Indonesia akan menjadi pemeran dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area) di akhir tahun 2015. AFTA mewadahi banyak bidang seperti ekonomi, budaya, politik, dan sosial (pendidikan). Maka dari itu, peran pendidikan terutama pendidikan menengah dipacu untuk mampu menyiapkan para lulusan yang siap bersaing menghadapi hal tersebut. Kerjasama multilateral sektor pendidikan oleh pemerintah akan lebih ditingkatkan. Pada saat AFTA berjalan, maka arus persaingan akademik lintas negara ASEAN semakin terbuka lebar. Sekolah-sekolah dari luar negeri akan banyak melakukan perbandingan kualitas pendidikan melalui kompetisi ilmiah dan membandingkan hasil UN di Indonesia. Satuan pendidikan menengah sangat berpengaruh terhadap kesiapan pelajar Indonesia dalam bersaing di tingkat pendidikan menengah dan tinggi. Mereka merupakan generasi penerus bangsa yang siap menghadapi tantangan global.

Perbandingan antara sekolah umum dan madrasah aliyah dalam proses penyelenggaraan pendidikan, menjadi menarik ketika kedua satuan pendidikan ini berpacu menghasilkan lulusan bermutu. Alur kerja sekolah terdiri atas input, proses, dan output. Di samping itu, manajemen sekolah yang baik ditandai dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta evaluasi dengan melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman (SWOT) secara periodik. Hingga akhirnya, peran SDM dan sarana pendukung sekolah memberi inspirasi bagi kita dalam meningkatkan kualitas sekolah.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi para pemerhati pendidikan, penentu kebijakan di lingkungan dinas pendidikan


(10)

iv

kabupaten/kota dan provinsi, pengawas sekolah, serta kepala sekolah. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sekolah, baik pengembangan lembaga maupun peningkatan kualitas seluruh sumber daya manusia yang ada di sekolah untuk berprestasi dan berdaya saing di tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Husni Rahim sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I, yang selalu memberikan bimbingan selama penulis mengerjakan skripsi ini.

4. Dr. Hasyim Asy`ari, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi II dan selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Drs. Tulus Winardi, SH., M.Si. selaku kepala SMAN 8 Jakarta dan Dra. Nurlaelah, M.Pd. selaku kepalaMAN 4 Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Para wakil kepala sekolah/madrasah, dewan guru, staf tata usaha, serta siswa/i SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu proses penelitian skripsi ini.

7. Kedua orang tua; Ibu Maemunah dan Drs. Suherman yang tiada

henti-hentinya memberikan do’a, motivasi, dan materi kepada penulis.

8. Adik-adikku; Muhammad Hasbi Assidiqqi, Ellsha Rosmaida, Rezza Roselita, dan Muhammad Yudha el-Shahrezza, sepupu, saudara, dan teman-teman.

9. Herwandi (paman) yang selalu memberikan motivasi untuk fokus menyelesaikan skripsi.

10.Kawan-kawan Manajemen Pendidikan 2011, especially to Rudini Irawan, Affan Setiadi, dan Ogy Ubaydhillah.

11.Sugiarti yang senantiasa mengingatkan dan mendukung dalam penyelesaian skripsi.


(11)

v

12.Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan, terima kasih atas segala bantuannya dan maaf telah merepotkan.

Semoga Skripsi ini bermanfaat.

Jakarta, 11 September 2015 Penulis


(12)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Siswa ... 10

1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa ... 10

2. Macam-macam Prestasi Belajar Siswa ... 11

3. Karakteristik Siswa Berprestasi ... 12

4. Faktor-faktor Pendukung Prestasi Belajar Siswa ... 15

5. Faktor-faktor Penghambat Prestasi Belajar Siswa ... 16

6. Menuju Sekolah Berprestasi ... 18

7. Kepala Sekolah Visioner ... 19

8. Lingkungan Pendidikan ... 20

B. Sekolah Unggul ... 21

1. Pengertian Sekolah Unggul ... 22

2. Karakteristik Sekolah Unggul ... 23


(13)

vii

C. Pembentukan Citra Sekolah/Madrasah Unggul ... 28

1. Sekolah dan Madrasah di Indonesia ... 29

2. Membentuk Citra Sekolah ... 30

D. Sekolah di Persaingan Global ... 32

E. Penelitian Terdahulu ... 33

F. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 35

C. Sumber Data ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Analisa Data ... 39

F. Kisi-kisi Instrumen Wawancara ... 42

G. Kisi-kisi Instrumen Observasi Kelas ... 46

H. Kisi-kisi Instrumen Observasi Sekolah/Madrasah ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMAN 8 Jakarta ... 49

1. Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Jakarta ... 49

a) Sejarah Singkat ... 49

b) Visi, Misi dan Kebijakan Mutu ... 50

c) Keorganisasian, Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan 51

d) Data Kelas, Prodi, dan Siswa ... 53

e) Ekstrakurikuler ... 54

f) Sarana dan Prasarana ... 54

2. Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta ... 56

a) Sejarah Singkat ... 56

b) Visi, Misi dan Kebijakan Mutu ... 56

c) Keorganisasian, Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 58


(14)

viii

d) Data Kelas, Prodi, dan Siswa ... 59

e) Ekstrakurikuler ... 60

f) Sarana dan Prasarana ... 61

B. Deskripsi dan Analisa Data ... 62

1. SMAN 8 Jakarta a. Pengembangan Prestasi SMAN 8 Jakarta ... 62

1) Input Siswa ... 62

2) Sarana dan Prasarana ... 65

3) Kurikulum ... 66

4) Tenaga Pendidik ... 67

5) Sumber Belajar ... 68

6) Dana ... 69

7) Dukungan Sekolah ... 70

8) Strategi Pengembangan ... 71

9) Koordinasi ... 72

10)Proses KBM ... 73

11)Pengembangan Siswa ... 75

12)Motivasi Siswa ... 77

13)Bimbingan dan Konseling ... 78

14)Kinerja Guru ... 79

15)Prestasi ... 80

b. Keunggulan SMAN 8 Jakarta ... 81

c. Prestasi Akademik Siswa SMAN 8 Jakarta ... 84

2. MAN 4 Jakarta a. Pengembangan Prestasi MAN 4 Jakarta ... 90

1) Input Siswa ... 90

2) Sarana dan Prasarana ... 92

3) Kurikulum ... 93

4) Tenaga Pendidik ... 94

5) Sumber Belajar ... 95


(15)

ix

7) Dukungan Sekolah ... 97

8) Strategi Pengembangan ... 98

9) Koordinasi ... 100

10)Proses KBM ... 100

11)Pengembangan Siswa ... 102

12)Motivasi Siswa ... 103

13)Bimbingan dan Konseling ... 104

14)Kinerja Guru ... 106

15)Prestasi ... 107

b. Keunggulan MAN 4 Jakarta ... 108

c. Prestasi Akademik Siswa MAN 4 Jakarta ... 111

3. Komparasi Prestasi Akademik Siswa SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta ... 117

a. Komparasi Hasil UN Program Studi IPA ... 117

b. Komparasi Hasil UN Program Studi IPS ... 123

c. Komparasi Final UN IPA dan IPS antara SMAN 8 Jakarta Dan MAN 4 Jakarta ... 130

d. Komparasi Prestasi Kompetisi Ilmiah dan Kecakapan Bahasa-Keagamaan ... 133

e. Komparasi Sebaran Para Alumni SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta selama 5 Tahun Terakhir ... 139

C. Temuan Penelitian ... 143

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 146

B. Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA


(16)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas

44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Observasi Mengajar Guru di Kelas 46

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Observasi Sekolah/Madrasah 48

Tabel 4.1 Keorganisasian SMA Negeri 8 Jakarta TP. 2014-2015 51

Tabel 4.2 Data Tenaga Pendidik SMA Negeri 8 Jakarta 52

Tabel 4.3 Data Tenaga Kependidikan SMAN 8 Jakarta 52

Tabel 4.4 Data Kelas, Prodi, dan Siswa Tahun Pelajaran 2014-2015 53

Tabel 4.5 Keorganisasisasian MA Negeri 4 Jakarta TP.2014-2015 58

Tabel 4.6 Data Tenaga Pendidik MA Negeri 4 Jakarta 58

Tabel 4.7 Data Tenaga Kependidikan SMAN 8 Jakarta 59

Tabel 4.8 Data kelas, Prodi, dan Siswa Tahun Pelajaran 2014-2015 59

Tabel 4.9 Daftar Nama Ekstrakurikuler MA Negeri 4 Jakarta 60

Tabel 4.10 Kuota PPDB SMA Jalur Prestasi 64

Tabel 4.11 Hasil Nilai Rata-rata UN Program Studi IPA SMAN 8 Jakarta

84

Tabel 4.12 Hasil Nilai Rata-rata UN Program Studi IPS SMAN 8 Jakarta

87

Tabel 4.13 Prestasi Siswa pada Kegiatan Lomba Akademik (SMAN 8 Jakarta)


(17)

xi

Tabel 4.14 Hasil Nilai Rata-rata UN Program Studi IPA MAN 4 Jakarta

111

Tabel 4.15 Hasil Nilai Rata-rata UN Program Studi IPS MAN 4 Jakarta

114

Tabel 4.16 Prestasi Siswa pada Kegiatan Lomba Akademik (MAN 4 Jakarta)

116

Tabel 4.17 Komparasi Hasil UN Matpel Bahasa Indonesia Prodi IPA antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

117

Tabel 4.18 Komparasi Hasil UN Matpel Bahasa Inggris Prodi IPA antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

119

Tabel 4.19 Komparasi Hasil UN Matpel Matematika Prodi IPA antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

120

Tabel 4.20 Komparasi Hasil UN Matpel Fisika Prodi IPA antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

121

Tabel 4.21 Komparasi Hasil UN Matpel Kimia Prodi IPA antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

122

Tabel 4.22 Komparasi Hasil UN Matpel Biologi Prodi IPA antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

123

Tabel 4.23 Komparasi Hasil UN Matpel Bahasa Indonesia Prodi IPS antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

123

Tabel 4.24 Komparasi Hasil UN Matpel Bahasa Inggris Prodi IPS antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

125

Tabel 4.25 Komparasi Hasil UN Matpel Matematika Prodi IPS antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

126

Tabel 4.26 Komparasi Hasil UN Matpel Ekonomi Prodi IPS antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

127

Tabel 4.27 Komparasi Hasil UN Matpel Sosiologi Prodi IPS antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta


(18)

xii

Tabel 4.28 Komparasi Hasil UN Matpel Geografi Prodi IPS antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

129

Tabel 4.29 Komparasi Final UN IPA dan IPS antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta

130

Tabel 4.30 Komparasi Prestasi Kompetisi Ilmiah di Olimpiade Nasional

133

Tabel 4.31 Komparasi Prestasi Siswa di Olimpiade Internasional 134 Tabel 4.32 Komparasi Prestasi Siswa di Bidang Bahasa-Keagamaan 135 Tabel 4.33 Perbandingan Sebaran Para Alumni SMAN 8 Jakarta dan

MAN 4 Jakarta selama 5 tahun terakhir

139

Tabel 4.34 Perbandingan Sebaran Para Alumni di Perguruan Tinggi Luar Negeri antara SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta


(19)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Hasil Seleksi Sementara PPDB DKI Jakarta 2015 SMAN 8 Jakarta

63

Gambar 4.2 Ruang bimbingan dan konseling SMAN 8 Jakarta 78 Gambar 4.3 Buku bimbingan dan konseling SMAN 8 Jakarta 78 Gambar 4.4 Pergerakan Hasil Nilai Rata-rata UN 2011-2015

Program Studi IPA SMAN 8 Jakarta

85

Gambar 4.5 Nilai Rata-rata Hasil UN Prodi IPA SMAN 8 Jakarta Selama 5 Tahun Terakhir

86

Gambar 4.6 Pergerakan Hasil Nilai Rata-rata UN 2011-2015 Program Studi IPS SMAN 8 Jakarta

87

Gambar 4.7 Nilai Rata-rata Hasil UN Prodi IPS SMAN 8 Jakarta Selama 5 Tahun Terakhir

88

Gambar 4.8 Pergerakan Hasil Nilai Rata-rata UN 2011-2015 Program Studi IPA MAN 4 Jakarta

112

Gambar 4.9 Nilai Rata-rata Hasil UN Prodi IPA MAN 4 Jakarta Selama 5 Tahun Terakhir

113

Gambar 4.10 Pergerakan Hasil Nilai Rata-rata UN 2011-2015 Program Studi IPS MAN 4 Jakarta

114

Gambar 4.11 Nilai Rata-rata Hasil UN Prodi IPS MAN 4 Jakarta Selama 5 Tahun Terakhir


(20)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Kepala SMAN 8 Jakarta (Waka. Humas) Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Waka. Bidang Kesiswaan SMAN 8 Jakarta Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Waka. Bidang Kurikulum SMAN 8 Jakarta Lampiran 4

Hasil Wawancara dengan Siswa SMAN 8 Jakarta Lampiran 5

Lampiran 6

Hasil Wawancara dengan Guru SMAN 8 Jakarta Lampiran 7

Lampiran 8 Hasil Wawancara dengan Tata Usaha SMAN 8 Jakarta Lampiran 9 Hasil Hasil Wawancara dengan Kepala MAN 4 Jakarta

Lampiran 10 Hasil Wawancara dengan Waka. Bidang Kesiswaan MAN 4 Jakarta Lampiran 11 Hasil Wawancara dengan Waka. Bidang Kurikulum MAN 4 Jakarta Lampiran 12

Hasil Wawancara dengan Siswa MAN 4 Jakarta Lampiran 13

Lampiran 14

Hasil Wawancara dengan Guru MAN 4 Jakarta Lampiran 15

Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Tata Usaha MAN 4 Jakarta

Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dan Guru Mengajar di SMAN 8 Jakarta

Lampiran 18 Hasil Observasi Fasilitas SMAN 8 Jakarta

Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dan Guru Mengajar di MAN 4 Jakarta

Lampiran 20 Hasil Observasi Fasilitas MAN 4 Jakarta

Lampiran 21 Prestasi Akademik Siswa di Olimpiade Nasional SMAN 8 Jakarta Lampiran 22 Prestasi Akademik Siswa di Olimpiade Internasional SMAN 8 Jakarta Lampiran 23 Prestasi Siswa di Bidang Bahasa-Keagamaan SMAN 8 Jakarta

Lampiran 24 Prestasi Akademik Siswa di Olimpiade Nasional MAN 4 Jakarta Lampiran 25 Prestasi Siswa di Bidang Bahasa-Keagamaan MAN 4 Jakarta Lampiran 26 Indikator Kesiapan Sekolah dan Madrasah dari Prestasi


(21)

xv Lampiran 27 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 28 Surat Izin Pra Penelitian SMAN 8 Jakarta Lampiran 29 Surat Izin Pra Penelitian MAN 4 Jakarta Lampiran 30 Surat Izin Penelitian SMAN 8 Jakarta

Lampiran 31 Surat Keterangan Telah Penelitian di SMAN 8 Jakarta Lampiran 32 Surat Keterangan Telah Penelitian di MAN 4 Jakarta Lampiran 33 Lembar Uji Referensi


(22)

1

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan dasar bagi seseorang dalam pengembangan jenjang kehidupannya saat ini dan masa depan. Aspek dasar pendidikan yang berupa cita-cita menjadi insan mandiri, cerdas dan luhur budi pekertinya membawa tonggak perjuangan untuk mengubah masa depan menjadi lebih baik. Sebagai bagian penting dalam pembangunan bangsa, pendidikan menjadi alat untuk meraih pengakuan dunia, terlebih jika pendidikan tersebut ternilai sangat baik. Studi tentang berhasilnya pembangunan suatu bangsa dapat dilihat pada tingkat kualitas manusia, dan diukur dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam hal ini, Khusna Mardhiyah berpendapat bahwa:

IPM menggambarkan status kesehatan yang dilihat dari angka harapan hidup saat lahir, taraf pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf penduduk dewasa, dan gabungan angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar, menengah, tinggi serta taraf perekonomian penduduk. IPM dapat ditinjau melalui pendapatan domestik bruto (PDB) perkapita dengan kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity).1

Human Development Report tahun 2013 menunjukkan bahwa IPM Indonesia meningkat dari 0,617 (posisi ke 124 dari 187 negara) di tahun 2011 menjadi 0,684 pada tahun 2013 dan menempatkan Indonesia di peringkat 108 dari 187 negara.2 Demikian juga dengan Global Competitiveness Index (GCI) yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF), daya saing Indonesia mengalami peningkatan dari peringkat 50 pada tahun 2012-2013 menjadi peringkat ke-38 dari 148 negara pada tahun 2013-2014.3 Laporan tersebut memberi arti bahwa faktor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi berperan besar dalam penggerak laju pertumbuhan IPM Indonesia. Kenaikan daya saing tersebut mengacu pada tiga indikator utama, yaitu:

1Khusna Mardhiyah, Studi Komparasi Kualitas Pelayanan Pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Rembang dan Madrasah Aliyah Negeri Rembang”, Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, Jawa Tengah, 2012, h. 1.

2An Indonesia HDI values and rank changes in the 2014 Human Development Report, (UNDP, 2014), p. 2.

3Klaus Schwab, The Global Competitiveness Report 20132014 Full Data Edition, (Geneva: World Economic Forum, 2013), p. 15.


(23)

1. Persyaratan dasar yang mencakup kesehatan dan pendidikan dasar; 2. Kenaikan taraf harapan hidup dan peningkatan kualitas pendidikan; dan

3. Inovasi kualitas dan kuantitas pendidikan, yang dipacu melalui program rehabilitasi sarana fisik sekolah, pendistribusian dana BOS, dan peningkatan kualitas dosen dan guru.4

Kemajuan pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan di era global. Indonesia tergabung dalam perjanjian AFTA (ASEAN Free Trade Area). Perjanjian ini membuat sektor riil dan non riil menjadi mudah dan terbuka antar negara ASEAN. Partisipasi Indonesia dalam MEA yakni mewujudkan cita-cita kawasan ekonomi ASEAN menjadi wilayah berdaya saing tinggi, menjadi kawasan yang mendorong pembangunan, serta menjadi motor bagi perekonomian di dunia. Maka dari itu, pemerintah membuat kebijakan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Indonesia dituntut menyiapkan SDM yang siap bersaing. Pendidikan memberikan kontribusi penting terhadap peningkatan daya saing nasional, terutama dengan perbaikan akses dan mutu pendidikan dasar-menengah, kualitas sistem pendidikan, serta kerja sama penelitian dan pengembangan perguruan tinggi dengan dunia industri. Para pelajar di sekolah-sekolah di Indonesia merupakan pemeran dalam persaingan yang dimaksud. Kebijakan pemerintah dan upaya sekolah harus terus bersinergi dalam membentuk karakter siswa yang cerdas, kompetitif, dan berkarakter.

Menurut Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah 2013, visi Indonesia tahun 2025 adalah mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan menjadi kekuatan 12 besar dunia di tahun 2025 dan 8 besar dunia di tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan. Tentunya visi ini menjadi tujuan dan sebagai pondasi dalam langkah-langkah untuk mencapainya. Pendidikan di sekolah berperan aktif dalam pembentukan bibit-bibit unggul SDM Indonesia. Sekolah sebagai tempat bernaungnya pribadi-pribadi terpelajar dan terdidik diupayakan mampu merencanakan dan melaksanakan


(24)

bersama mengenai performa pendidikan dan pembangunan human capital bangsa. Sebagaimana IPM yang telah disebutkan sebelumnya, pendidikan mampu menunjang ekonomi nasional melalui SDM yang unggul dan kompetitif. Maka dari itu, pendidikan perlu mendapat perhatian lebih di samping kesehatan dan ekonomi. Pendidikan menengah atas merupakan jenjang yang mampu memberikan nilai untuk menyumbang SDM produktif. Selain itu, para lulusannya juga dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri. Dalam rangka memberikan pengertian yang lebih lengkap, undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menegaskan bahwa pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.5 Sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan formal yang berada dibawah pengelolaan Kementerian Pendidikan Nasional, sedangkan Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan/Keagamaan (MAK) merupakan lembaga pendidikan formal di bawah pengelolaan Kementerian Agama. Lembaga turunan dari kementerian-kementerian tersebut ataupun kementerian lain, telah tertuang dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 yakni dalam rangka untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.6 Selain itu, pendidikan juga harus bermutu sesuai dengan amanat undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal 5 ayat 1 tentang Hak Dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah, menyebutkan bahwa, “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.7 Maka dari itu, tidak cukup hanya kuantitas yang diutamakan, namun kualitas pendidikan pun perlu ditingkatkan untuk menjamin pendidikan bermutu.

5An., Undang-undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004, (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004), h. 12.

6Ibid., h. 7. 7Ibid., h. 8.


(25)

Ibu kota negara yakni Provinsi DKI Jakarta, selain berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat ekonomi nasional, dan juga sebagai tempat pengukuran indikator prestasi nasional pendidikan melalui sekolah/madrasah unggulan. SMAN 8 Jakarta adalah satu dari sekian banyak sekolah favorit/unggulan di Jakarta. Dari tahun ke tahun prestasi siswanya sangat tinggi hingga menembus kancah lintas negara. Sedangkan di tingkat madrasah aliyah, MAN 4 Jakarta pernah menjadi madrasah model nasional.8 Madrasah ini juga pernah menjadi juara umum pada

olimpiade sains madrasah tingkat provinsi di tahun 2013. Maka dari itu, sekolah lain di dalam dan luar Jakarta tak jarang mengadakan studi banding terhadap sekolah-sekolah unggulan di Jakarta tersebut untuk dijadikan ukuran dalam pengembangan pendidikan di sekolahnya.

Sekolah unggulan seolah menjadi oase di padang pasir. Para orang tua yang mengerti tentang sekolah berkualitas unggul seakan berlomba-dapatkan nama anaknya tercatat di sekolah tersebut. Hal ini wajar jika melihat hukum penawaran ekonomi dengan diagram Demand dan Supply, yang berarti jika suatu sekolah unggul berjumlah sedikit dan sangat potensial, sedangkan siswa yang ingin terdaftar di sekolah tersebut jumlahnya sangat banyak, maka mereka akan berjuang untuk terdaftar dalam buku induk sekolah tersebut. Tujuannya tak lain adalah untuk mendapatkan pelayanan dan mutu yang sesuai bahkan melebihi harapan. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Jakarta dan Madrasah Aliyah (MA) Negeri 4 Jakarta merupakan sekolah yang berkategori unggulan. Hampir setiap tahunnya sekolah tersebut selalu mendapat penghargaan baik dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan internasional dari bidang akademik maupun non akademik.

Prestasi akademik siswa SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta berhasil meluluskan siswanya sebesar 100% di tahun 2014. SMAN 8 Jakarta termasuk ke

8M. Munir, Madrasah@Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2014), h.51. Atas berbagai prestasi yang membanggakan, maka pada tahun 1998 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai MAN Model untuk DKI Jakarta oleh Menteri Agama RI sesuai Surat Keputusan Dirjen Binbaga Islam tertanggal 20 Februari 1998. Pada tahun 2007 MAN 4 Jakarta memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO dari Sucofindo. Dan pada tahun 2008 MAN 4 Jakarta berstatus Madrasah Standar Nasional (MSN).


(26)

dalam kategori peringkat tertinggi UN di Jakarta.9 Sedangkan MAN 4 Jakarta terus berusaha meningkatkan kinerja SDMnya. Hasil rata-rata UN di setiap program studi adalah A dan B.10 Dahulu, madrasah aliyah dipandang sebelah mata dan menjadi pilihan kedua jika tidak lulus seleksi di SMA/SMK. Namun, saat ini peran madrasah aliyah telah disejajarkan dengan SMA/SMK. Meskipun berada di naungan Kementerian Agama, namun fungsi sebagai satuan pendidikan nasional tetap dijunjung tinggi. Bila dilihat dari segi kelulusan, maka tidak diragukan lagi kinerja para guru SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta dalam mendukung prestasi akademik para siswa.

Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk SMAN 8 Jakarta memberlakukan sistem NEM tertinggi tiap awal tahun pelajaran baru, sehingga siswa yang berada di sekolah tersebut memang sudah tergolong siswa pilihan. Seleksi pun melalui sistem PPDB (Penerimaan Siswa Didik Baru) secara online. Berbeda dengan MAN 4 Jakarta, madrasah aliyah ini menggunakan tes sebagai pintu masuknya, sehingga tidak melihat NEM tertinggi, namun melalui tes ini NEM berapapun bisa berkompetisi menjadi yang terbaik. Jadi, intake siswa masing-masing sekolah sudah melalui teknik filterisasi.

Pengaruh the best input dan the best process menentukan besar tidaknya mutu lulusan. Sekolah-madrasah unggulan tersebut tentu punya banyak SDM profesional, manajemen yang baik serta koordinasi yang tepat, sehingga segudang prestasi berhasil diraihnya, baik itu tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional hingga internasional. Sekolah unggulan perlu menata dan terus memperbaiki sistem pembelajaran agar tetap berjalan optimal, dan memperkaya pengetahuan siswa-siswa pilihan. Angka partisipasi kasar (APK) pada jenjang pendidikan menengah di DKI Jakarta sampai dengan tahun 2013 sejumlah 93,79 dan angka partisipasi murni (APM) sejumlah 77,9111. Jumlah ini menyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Jakarta dan sekitarnya dalam menyekolahkan anaknya di jenjang

9Rachmi, Nilai UN SMAN 8 Tertinggi se-Jakarta, 2015, (poskotanews.com).

10An. Nilai UN Tahun Pelajaran 2014/2015 MAN 4 Jakarta, (Jakarta: MAN 4 Jakarta, 2014).

11Yul Yunazwin Nazarudin, dkk., Final APK-APM Gab 1213, (Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan-Kemdikbud, 2013), h. 4.


(27)

pendidikan dasar dan menengah tergolong tinggi. Selain sekolah sebagai pencetak siswa bibit unggul, dukungan pemerintah daerah melalui dinas pendidikan DKI Jakarta melalui program-program peningkatan mutu di sekolah, seperti pengadaan dan perawatan laboratorium, media, perpustakaan, dan sarana serta prasarana lainnya, turut mendorong pendidikan ke arah lebih baik.

Indikator kesiapan SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta untuk dikomparasi dapat dilihat dari dimensi input, proses, dan output. Dimensi input yakni input

siswa, laboratorium IPA, IPS dan komputer, penggunaan kurikulum 2013, tenaga pendidik berijazah S1 dan S2, perpustakaan, dan sumber dana berasal dari BOS dan BOP. Kemudian dimensi proses untuk pengembangan prestasi siswa yakni pelatihan kepada guru, perencanaan (Raker dan Rakor), peninjauan mutu (RTM), ekskul akademik (study club/science club), kerjasama sister school, dan BK. Di samping itu, dimensi output yakni kinerja guru, kompetisi ilmiah siswa, hasil ujian nasional, dan sebaran lulusan di PTN, PTS, dan PTLN. Lebih jauh tentang indikator kesiapan sekolah dan madrasah dari prestasi dapat dilihat di Lampiran 26.

Berdasarkan tabel dimensi kualitas menurut Owlia and Aspinwall dan Waugh dalam Khodayari, setidaknya kualitas pendidikan memenuhi enam aspek, yaitu: academic resources (kelengkapan akademis), competence (keahlian manajemen, guru dan staf), attitude (pembimbingan), content (isi pembelajaran),

reability and responsivensess (keandalan dan ketanggapan), dan assurance and empathy (keyakinan dan empati)12.

Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan sampai sejauh mana kualitas layanan pendidikan yang telah diberikan oleh sekolah dan madrasah sebagai penyedia layanan pendidikan kepada pengguna layanan (peserta didik) hingga berprestasi. Oleh karena itu, penulis perlu meneliti dan mengomparasikan tentang prestasi pendidikan di SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 jakarta, dan mengidentifikasi atas keunggulan dan kelemahan antara dua sekolah tersebut agar mampu bersaing ke kancah global.

12

Faranak Khodayari and Behnaz Khodayari, Service Quality in Higher Education, Interdisciplinary Journal of Research in Business, Vol. 1, 2011, p. 39.


(28)

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat ditemukan beberapa poin permasalahan, diantaranya:

1. Pelaksanaan visi dan misi sekolah/madrasah belum optimal sehingga siswa kurang produktif dalam prestasi.

2. Koordinasi pimpinan dan personel sekolah belum berjalan baik membuat keterbatasan dalam efektifnya program sekolah.

3. Terbatasnya dana membuat pengadaan, perawatan sarana-prasarana, dan program sekolah belum terpenuhi dengan baik.

4. Lingkungan sekolah kurang kondusif membuat minat belajar siswa kurang optimal.

5. Program pengajaran belum optimal membuat pencapaian akademik siswa menjadi rendah.

6. Fungsi bimbingan dan konseling (BK) belum maksimal sehingga motivasi belajar siswa rendah.

7. Sistem evaluasi belum maksimal membuat tingkat kompetisi akademik antar siswa belum maksimal.

8. Belum optimalnya dukungan sekolah/madrasah dalam meningkatkan prestasi akademik siswa.

9. Rendahnya daya saing para lulusan sekolah dalam menghadapi era globalisasi sehingga kompetisi dengan para lulusan sekolah tingkat global terbilang minim.

C.

Pembatasan Masalah

Untuk terarahnya penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Belum optimalnya dukungan sekolah/madrasah dalam meningkatkan prestasi akademik siswa.

2. Rendahnya daya saing para lulusan sekolah dalam menghadapi era globalisasi sehingga kompetisi dengan para lulusan sekolah tingkat global terbilang minim.


(29)

Berdasarkan pembatasan tersebut, kita dapat mengidentifikasi prestasi akademik siswa dan menghasilkan para lulusan sekolah/madrasah yang berkualitas. Di samping itu, mereka mampu bersaing dengan para lulusan sekolah di negara lain guna menjadi mahasiswa di perguruan tinggi dalam dan luar negeri terbaik, dan kelak menjadi tenaga kerja terdidik yang unggul.

D.

Perumusan Masalah

Dari permasalahan tersebut dapat dirumuskan permasalahan penelitian yakni: “Bagaimana komparasi keunggulan prestasi akademik siswa di SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta dalam bersaing menghadapi tantangan global?”

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan perolehan prestasi akademik siswa di SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 Jakarta;

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik siswa di SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 Jakarta;

3. Menjelaskan strategi SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 Jakarta untuk menghadapi tantangan global;

4. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat prestasi akademik siswa di SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 Jakarta.

F.

Kegunaan Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan prestasi sekolah/madrasah di DKI Jakarta dan menjadi sumber informasi dan referensi bagi penyedia layanan pendidikan maupun pengguna layanan pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu khususnya prestasi di sekolah menengah atas atau


(30)

madrasah aliyah, juga sebagai studi komparasi antara teori dan praktik serta sebagai dasar lebih lanjut bagi penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan saran kepada pihak sekolah atau madrasah. Dengan demikian dapat menjadi dasar pedoman untuk mengarahkan sekolah atau madrasah dan seluruh bagian yang ada didalamnya ke arah pemenuhan kebutuhan siswa sebagai pengguna layanan pendidikan. Sekolah atau madrasah sangat diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas layanan pendidikan dan perbaikan melalui evaluasi dan perencanaan, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi kualitas pendidikan nasional.


(31)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

Persoalan prestasi akademik siswa menyita banyak perhatian dan dari berbagai latar belakang, mulai dari masyarakat, praktisi pendidikan, pemerintah bahkan negara lain. Semua melihat dari berbagai perspektif yang berbeda berdasarkan latar belakang dan tujuan masing-masing. Namun berbagai pandangan tersebut bertumpu pada satu pertanyaan, bagaimana cara sekolah untuk bermutu dan bersaing di kancah internasional? Bab ini akan membahas tentang keunggulan prestasi siswa di sekolah yang menegaskan untuk mewujudkan SDM Indonesia unggul dalam bersaing menghadapi tantangan global.

A.

Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian Prestasi Belajar Siswa

Kata prestasi diidentikkan dengan jajaran trofi, piagam penghargaan, serta plakat-plakat. Prestasi yang membanggakan sering dipublikasikan oleh sekolah melalui etalase pameran, bahkan termuat dalam media cetak maupun elektronik. Menurut Kamur Besar Bahasa Indonesia,

“prestasi adalah hasil yg telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb.).”13 Berdasarkan pengertian tersebut, maka sifat prestasi berupa final, sebab segenap usaha telah dilakukan dan menghasilkan suatu bentuk penghargaan. Sedangkan menurut Muhibbin Syah, “prestasi adalah perubahan segenap ranah psikologis sebagai akibat pengalaman dan proses

belajar siswa.”14 Pernyataan ini bermakna bahwa penyebab terbesar prestasi adalah dengan berlangsungnya pembelajaran yang dilakukan baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan sosial.

13Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 4, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 895.


(32)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari kegiatan pembelajaran baik dari kegiatan pelatihan oleh sekolah, luar sekolah, maupun individu. Siswa yang mengalami pembelajaran berarti ia sedang berupaya melakukan perubahan-perubahan dalam kehidupannya. Pembelajaran oleh siswa dapat berasal dari lingkungan belajar di sekolah, lingkungan keluarga, maupun dari lingkungan teman sejawat. Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono

adalah “proses internal yang kompleks. Kompleksitas yang dimaksud

adalah seluruh proses mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.”15

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, prestasi dengan belajar merupakan dua hal yang saling berhubungan. Maka prestasi diperoleh dari belajar yang dapat mengubah sikap secara kualitas lebih baik dari kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Kemampuan baru ini diperoleh karena adanya pengalaman yang mengacu pada penguasaan ilmu, kecakapan, dan kebiasaan.

2. Macam-Macam Prestasi Belajar Siswa

Pemahaman tentang prestasi belajar dibagi menjadi dua macam, yakni akademik dan non akademik. Prestasi akademik merupakan hasil pengukuran belajar berdasarkan nilai kognitif dan afektif. Penilaian pada ranah kognitif yakni berdasarkan penguasaan konsep, prinsip dan teori. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (UH), ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS), ujian sekolah (US) dan ujian nasional (UN), ataupun dapat dilihat dari perlombaan akademik seperti kompetisi sains dan olimpiade. Berbeda dengan kognitif/pengetahuan yang hasilnya dapat segera diketahui, penilaian sikap agak sulit dilakukan. Akan tetapi dapat diperoleh melalui instrumen berupa skala sikap, observasi, wawancara, dan lain sebagainya. Prestasi akademik

15Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, cet. 3, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), h. 18.


(33)

melibatkan banyak komponen seperti tenaga pendidik, ketersediaan bahan pustaka, dan pembentukan budaya sekolah. Sedangkan prestasi non akademik merupakan hasil belajar dari keterampilan. Penemuan prestasi ini diukur dari tingkat kualitas kerja keras dan ketekunan. Sekolah biasanya memiliki program organisasi intra sekolah (OSIS) dan ekstrakurikuler sebagai tempat penggalian bakat dan minat siswa dalam pengembangan prestasi non akademik. Baik prestasi akademik maupun non akademik, tingkat efektivitas pembelajaran dapat diketahui oleh para pendidik dengan menggunakan patokan atau ukuran tertentu untuk dicapai pada waktu tertentu. Pengukuran dapat melalui tes maupun nontes disesuaikan dengan bentuk apa yang diberikan ketika proses pembelajaran.

3. Karakteristik Siswa Berprestasi

Semenjak manusia baru dilahirkan ke dunia, Allah SWT telah menganugerahkan berbagai kelebihan kepada manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an bahwa, “manusia dianugerahi instink (garizah), indera, akal (kecerdasan), nurani (kalbu), dan lain-lain.”16 Siswa merupakan individu yang khas, yakni setiap siswa memiliki tingkat kecerdasan dan sikap yang berbeda-beda., Banyak hal yang memengaruhi tingkat IQ siswa seperti pekerjaan orang tua, lingkungan belajar, serta teman sepermainan. Dalam hal ini, Philip R.E Verson dalam

buku Oemar Hamalik menyatakan bahwa “pada hakikatnya perbedaan-perbedaan individu adalah perbedaan-perbedaan-perbedaan dalam kesiapan belajar.”17 Pernyataan ini mengartikan bahwa siswa membawa motivasi dirinya dengan motif tertentu dan kesiapan tertentu. Siswa yang berfokus pada nilai yang tinggi, maka ia akan rajin dalam belajar bahkan menambah waktu belajar di sekolah. Ia berkomitmen untuk meminimalisir ketidakhadirannya di sekolah dan menghindari pelanggaran tata tertib di sekolah. Di samping

16Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik, cet. 1, (Jakarta: Kamil Pustaka, 2014), h. 203.

17

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar, cet. 6, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 17.


(34)

itu, peran orang tua dalam membimbing anak juga ditekankan agar mereka mendapat asuhan yang baik dan di sekolah dibina dengan berbagai ilmu pengetahuan.

Sekolah sebagai lingkungan belajar menyiapkan sistem pembelajaran untuk mencapai perkembangan secara optimal bagi tiap individu sesuai dengan kapasitas dan kecenderungan mental mereka. Berhubungan dengan hal tersebut, Ratna dan Dany mengungkapkan bahwa

“kecakapan potensial siswa dapat dibagai menjadi dua bagian yaitu

kecakapan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitudes).”18 Inteligensi menurut C.P. Chaplin dalam Ratna dan Dany mengartikan bahwa “inteligensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan

efektif.”19 Menurut pendapat Virget tersebut mengungkapkan bahwa perlu diadakan sejumlah riset dalam menyiapkan suatu program untuk anak berbakat. Sebelum program akselserasi dihentikan oleh pemerintah, sekolah dibolehkan untuk membuka kelas akselerasi, yakni terdapat kelas percepatan bagi siswa berkategori berbakat.

Terdapat perbedaan perilaku belajar antara anak biasa dan anak berbakat, sebab anak berbakat memiliki tingkat inteligensi lebih tinggi dibanding anak pada umumnya. Siswa berbakat belajar dengan motivasi, fasilitas, dan lingkungan yang ada di sekolah. Mereka memerlukan pelayanan khusus, yakni memerlukan pelayanan akademik yang lebih memadai, menantang, dan lengkap. Jika tidak tersedianya hal-hal tersebut, maka daya pikir dan kemampuan siswa berbakat tersebut dikhawatirkan pada arah yang negatif (underachievement). Maka dari itu, sekolah perlu menyiapkan program yang bisa mengakomodir anak berbakat agar potensinya bisa dimunculkan, misalnya dengan ekstrakurikuler study club.

18Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan, cet. 1, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2011), h. 231.


(35)

Pada umumnya, anak berbakat cenderung berprestasi. Namun, anak biasa pun memungkinkan untuk memperoleh prestasi yang setara. Sejalan dengan hal tersebut, pakar desain metodologi Edward Matchett yang dikutip oleh Shinta Rahmawati dalam buku Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif

bahwa, “tidak benar anggapan bahwa kejeniusan sebagai sesuatu yang tidak dapat dicapai, karena itu merupakan faktor pembawaan. Kejeniusan

memang dilahirkan, tapi itu dilahirkan bersama setiap orang.”20 Oleh sebab itu, baik anak yang berkategori biasa pun sebenarnya bisa mencapai prestasi. Hanya saja, perlu adanya penumbuhan dorongan dalam diri siswa untuk menggapai prestasi. Namun, tidak semua anak dapat berprestasi di sekolah. Bila ketidakberhasilan tersebut disebabkan oleh kemampuan anak yang kurang merupakan hal yang lumrah. Akan tetapi, jika kemampuan yang baik menghasilkan prestasi yang rendah, maka ada sesuatu yang salah

dan perlu penanganan. Menurut Fetty Ernawati, “keberbakatan harus

ditunjukkan dalam suatu prestasi, sehingga siswa yang tidak berprestasi

tidak akan dikategorikan sebagai anak berbakat.”21 Pengukuran inteligensi seseorang dapat dilakukan dengan Tes Binot Simon yakni dengan menggunakan rumus IQ= MA: CA x 100.22 Yaitu berarti perbandingan kecerdasan itu=umur mental (berdasar hasil tes akademik) dibagi dengan umur kronologis (usia siswa).

Setiap siswa memiliki motivasi dalam belajar. Baik itu berasal dari dalam diri sendiri (internal) maupun dari faktor luar (eksternal) siswa. Salah satu faktor internal yakni kemauan untuk berprestasi. Siswa dengan kemauan yang kuat untuk berprestasi, cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi, sebab ia tahu fungsi usaha dan hasil yang akan diperoleh. Sedangkan pada faktor eksternal, peluang untuk bekerja di tempat berpenghasilan tinggi atau berkuliah di universitas terbaik merupakan

20Shinta Rahmawati (ed.), Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, Cet. 2, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), h. 173.

21Fetty Ernawati, “Keberbakatan Akademik dan Prestasi Akademik”, Jurnal At-Tarbawi, Vol.5, 2007, h.28.

22Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Rineka Cipta), h. 147-148.


(36)

dorongan yang kuat untuk membuktikan kalau ia mampu menggapainya. Waktu dalam belajar juga menjadi penentu dalam mencapai kesuksesan dalam prestasi. Siswa yang memiliki jam lebih lama untuk belajar dan berlatih, akan berpenampilan aktif ketika proses KBM di sekolah. Oleh karena itu, baik siswa berbakat atau pun siswa biasa, perlu memiliki motivasi belajar yang tinggi agar mampu meningkatkan personal branding value. Jadi, perbedaan antara siswa berbakat dan biasa terletak pada motivasi, faktor lingkungan, dan kebiasaan dalam belajar.

4. Faktor-Faktor Pendukung Prestasi Belajar Siswa

Upaya mengubah perilaku seseorang merupakan hal yang sulit karena diperlukan sinergi dari dalam dan luar diri. Di saat peserta didik belajar, peran pendidik mengoptimalkan topik belajar dengan menyentuh aspek psikologis. Maka dari itu, belajar membutuhkan proses yang panjang dan kontinu. Dalam menunjang hal tersebut, pendidik telah merumuskan segala hal yang akan terjadi di kelas melalui Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Di sanalah tersusun materi ajar, rencana belajar, metode apa yang digunakan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Belajar berarti berubah. Sifat perubahan yang tidak nampak

(intangible) menjadi sulit ternilai namun dapat dilihat berdasarkan tingkah laku. Perubahan tersebut yang dianggap penting dan mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar (prestasi). Berdasarkan hal tersebut berikut ini faktor-faktor mempengaruhi kualitas prestasi siswa:

1) Sistem evaluasi yang digunakan oleh sekolah; 2) Pengaruh lingkungan pendidikan;

3) Latar belakang sosial-ekonomi keluarga; serta 4) Kemampuan dasar kognitif siswa.23

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa:

23Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, cet.4, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h.18.


(37)

1) Faktor internal, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; 2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa; 3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.24 Pembelajaran yang telah terlaksana dengan baik, maka selanjutnya dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan langkah akhir dalam memberi gambaran tentang ukuran pemahaman siswa setelah melalui proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Selain itu, pengaruh lingkungan pendidikan turut menentukan prestasi siswa di sekolah. Latar belakang sosial-ekonomi keluarga juga memberikan dampak besar terhadap perkembangan siswa. Selain itu, kemampuan dasar siswa membawa kemudahan dalam menjalankan misinya sesuai cita-cita yang diharapkan, seperti tingkat IQ, emosional anak, dan motivasi belajar.

5. Faktor–Faktor Penghambat Prestasi Belajar Siswa

Dalam rangka mengatasi penghambat prestasi siswa, perlu diketahui aspek dasar penyebabnya. Seperti yang dikutip dari Syaiful Bahri Djamarah, berikut ini beberapa faktor yang menghambat prestasi siswa, yakni:

1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi peserta didik;

2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;

3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).25

Berdasarkan informasi tersebut, tiga ranah di atas dapat memengaruhi prestasi siswa, baik akademik maupun non akademik. Sedangkan untuk mengatasinya, Syaiful Bahri Djamarah mengungkapkan enam tahapan yakni sebagai berikut.

1) Pengumpulan data, dengan melakukan pengumpulan informasi melalui teknik wawancara dan dokumentasi.

24Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Ed. Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 145-146.


(38)

2) Pengolahan data, yakni dengan melakukan penganalisisan dari data yang terkumpul.

3) Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data.

4) Prognosis. Pada tahapan ini dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan tentang tindakan yang akan dilakukan.

5) Treatment, yakni pemberian bantuan ke peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar.

6) Evaluasi yakni menilai dari treatment yang telah diberikan.26 Sementara itu, Sudarwin Danim mengemukakan bahwa sulitnya siswa untuk berprestasi, antara lain:

1) Resistansi pengguna 2) Hambatan intuisi

3) Kendala untuk menentukan fokus dan mencapai prestasi belajar siswa

4) Keterbatasan kewenangan sekolah 5) Konsentrasi kepala sekolah

6) Keterbatasan sumber-sumber27

Guru yang berperan langsung sebagai pendidik juga menentukan kualitas belajar. Siswa yang menerima pembelajaran merasa kurang nyaman dengan gaya mengajar guru akan kesulitan menyerap pelajaran. Hal ini

dipertegas oleh Munif Chatib bahwa “Kegagalan siswa menyerap informasi

dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan

gaya belajar siswa.”28 Hal ini menunjukkan bahwa gaya mengajar guru turut menentukan prestasi akademik siswa.

Hambatan-hambatan belajar dan penyebab lulusan bermutu di atas sebaiknya menjadi bahan evaluasi bagi sekolah untuk diperhatikan agar

26Ibid., h.250-254.

27Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik, cet. 3, (Jakarta: Sinar Grafika Offset), h. 63.

28Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di


(39)

mutu sekolah tetap baik dan terjaga. Maka dari itu, kepala sekolah perlu berinisiatif dalam mengelola sekolahnya.

6. Menuju Sekolah Berprestasi

Sekolah memiliki visi, misi, tujuan, sasaran, dan program tertentu dalam buku Rencana Kegiatan Sekolah (RKS). RKS terhimpun dengan salah satunya berupa program yang bersifat mendirikan potensi akademik siswa. Program itu diwujudkan untuk menjawab tantangan perlombaan berbasis kognitif siswa, seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan program kebahasaan. Perlombaan akademis tersebut dapat menjadi tolok ukur sekolah dalam mengukur diri. Sebab, di sana dapat dilihat mutu dari pelajaran yang telah diajarkan ke peserta didik, bahkan dapat pula sebagai perbandingan kualitas pendidikan antar sekolah.

Siswa berbakat maupun yang dibentuk dari proses belajar di sekolah harus berada dalam budaya belajar dan lingkungan belajar yang memadai. Situasi belajar yang kondusif, nyaman, dan aman turut membangun karakter cerdas dan kompetitif. Melalui situasi tersebut, siswa dapat mengembangkan potensi masing-masing. Bila ingin sukses dalam perlombaan OSN maka ia cenderung lebih sering berkunjung ke perpustakaan sekolah untuk berlatih dan membaca pustaka terkait. Budaya belajar yang baik, didukung fasilitas yang mumpuni akan lebih maksimal dalam pembelajaran. Hal tersebut membawa respon positif untuk meraih

prestasi. Seperti peribahasa mengatakan “Bagai air mencari jenisnya”, yang bermakna berusaha untuk mencari ilmu dengan tidak berhenti-henti dan berusaha dengan tidak mengenal jerih payah. Jika budaya belajar sudah ditanamkan, maka seluruh komponen sekolah akan bergerak untuk berprestasi.


(40)

7. Kepala Sekolah Visioner

Kepala sekolah sebagai administrator sekolah berperan sangat penting dalam keberhasilan/efektivitas sekolah. Pendidikan yang saat ini ditantang pada era globalisasi dan perdagangan bebas harus bermutu baik proses maupun personelnya. Untuk itu, menurut Sudarwan Danim bahwa,

“kepala sekolah harus mampu menampilkan kepemimpinan tim bersama wakil kepala sekolah, demikian juga guru dan staf lainnya.”29 Selain itu, kepala sekolah juga harus mampu menunjukkan performa komunikasi ke organisasi pendidikan, pendidikan lanjut, masyarakat, orang tua, komite, dan dunia usaha-dunia industri (dudi) sehingga mampu menampilkan peningkatan prestasi akademik siswa.

Menurut Robert J. Starratt, fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut.

“Hal yang lebih dibutuhkan adalah kepemimpinan subs tansial-kepemipinan yang memiliki ide-ide, visi, komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dipegang teguh, yang dapat diterjemahkan ke dalam program-program pendidikan jangka panjang dan struktur

institusi yang manusiawi.”30

Hasil riset yang berkaitan dengan pengaruh tidak langsung kepala sekolah terhadap pencapaian siswa yakni:

1) Efek kepemimpinan kepala sekolah paling nyata dari usaha-usahanya untuk memengaruhi guru dan berinteraksi langsung dengan siswa dalam aktivitas pengajaran.

2) Kepala sekolah yang bekerja di sekolah yang memiliki pencapaian siswa tinggi sebab memberi kesempatan kepada guru untuk mengambil keputusan bagi kelasnya.

3) Perubahan sekolah dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan kepala sekolah.

4) Sekolah-sekolah dengan populasi besar memiliki elemen pemimpin kuat yang berkomitmen terhadap pendidikan.

5) Kepala sekolah memengaruhi pencapaian siswa melalui pengaruhnya terhadap iklim sekolah dan melalui gaya kepemimpinannya.31

29Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 211. 30An., BukuMenghadirkan Pemimpin Visioner, Terj. dari Leaders with Vision, The Quest

for School Renewal oleh Robert J. Starratt,(Jakarta: Kanisius, 2007), h. 22.

31Siti Mahyuni, Buku Kualitas Kepala Sekolah yang Efektif, Terj. dari Qualities of Effective


(41)

Selain itu, sosok kepala sekolah harus aktif berkomunikasi kepada para bawahan menggunakan metode tertentu. Berikut ini paparan pendekatan komunikasi organisasi menurut Arni Muhammad:

1) Pendekatan makro; yakni organisasi dipandang sebagai suatu strukur global yang berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Pendekatan mikro; yakni memfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan subunit pada suatu organisasi.32

8. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan berperan penting dalam pemberian pengalmaan pembentukan karakter. Lingkungan pendidikan menurut Abdul Kadir, yakni segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat terhadap individu.33 Terdapat tiga macam lingkungan pendidikan yang berpengaruh terhadap siswa yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

a. Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan bagian lingkungan pendidikan. Keluarga memberikan dasar-dasar ajaran bagi seseorang. Peran orang tua memegang hal penting dalam pengajaran tersebut. Orang tua sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya berupaya menanamkan nilai-nilai pengajaran hidup baginya. Sebab sebelum anak keluar lebih jauh dari lingkungan keluarga, interaksi pertama meraka adalah dengan orang tua. Peran orang tua sangat mempengaruhi kepribadian anak, mereka harus menanamkan kebaikan dan membiasakannya secara terus-menerus agar anak dapat tumbuh dan

32Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, cet. 12, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.75-77.

33Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, cet. 1, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.157.


(42)

berkembang menjadi manusia yang berkepribadian baik dan juga dapat berprestasi di sekolahnya.

b. Lingkungan sekolah. Sekolah sebagai pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga yang menyelenggarakan sistem pendidikan yang terstruktur dan pengelolaannya lebih ketat. Sebagaimana sekolah menurut Azra dalam Abdul Kadir yakni pendidikan di sekolah, biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan.34

c. Lingkungan masyarakat. Dalam proses belajarnya, anak membutuhkan segala hal yang dapat mendukung pencapaian prestasinya. Melalui sosialisasi dengan teman sebaya dan ke masyarakat, siswa dituntut dapat hidup bersosial seperti mengikuti organisasi kepemudaan dan koperasi. Menurut Abdul Kadir, masyarakat memikul tanggung jawab dalam membina, mengajak kepada kebaikan, dan melarang kegiatan-kegiatan yang dapat merusak dirinya dan orang lain.35

B.

Sekolah Unggul

Sekolah yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan lomba nasional maupun internasional dan siswanya berhasil menjadi pemenang dapat dikategorikan sebagai sekolah unggul. Namun, sistem pendidikan di sekolah yang memberi nilai lebih terhadap pemenuhan kesempatan dan pemerataan kepada siswa belum dikatakan sebagai pemberi layanan pada siswa berprestasi. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan inteligensi antara siswa biasa dan siswa berbakat. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa

berbakat tersebut, diperlukan sekolah khusus yakni dikenal sebagai “sekolah unggulan”.

34Ibid., h. 163. 35Ibid., h. 168.


(43)

1. Pengertian Sekolah Unggul

Sekolah unggul adalah sekolah yang diselenggarakan untuk melayani kebutuhan siswa-siswa berbakat maupun biasa dalam memenuhi kebutuhan akademik dan nonakademiknya. Berdasarkan sudut pandang tersebut, sekolah unggulan harus memiliki karakteristik keunggulan pada siswa, sarana, lingkungan belajar, kepala sekolah, guru, kurikulum, rentang waktu belajar, proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan dan pembinaan kepemimpinan.36 Sejalan dengan pendapat tersebut, Husni Rahim dalam mengartikan madrasah unggul memiliki empat syarat utama, yakni: (a) ketersediaan tenaga kependidikan yang profesional, (b) kelengkapan sarana dan prasarana, pengelolaan dengan manajemen profesional yang modern, dan (c) adanya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan dunia modern.37 Dalam hal ini, Allison

Zmuda et.al menyatakan “An excellent school must promote high academic

achievement and an excellent school must ensure equity.”38 Jadi, sekolah

unggul adalah sekolah yang sudah memenuhi standar nasional pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal dari kepemimpinan, pengorganisasian, tata kelola, SDM, kurikulum, intake

siswa, sarana-prasarana, prestasi akademik dan non akademik, pendanaan serta lulusan yang berprestasi tinggi.

Dalam hal ini Nanang Fattah memaparkan prinsip-prinsip manajemen sekolah unggul, sebagai berikut.

1) Perubahan harus dipahami secara sistematik;

2) Perubahan dalam manajemen sekolah (SBM) berkaitan dengan

output yang dikehendaki (kinerja sekolah);

3) SBM sebagai suatu sistem pendidikan antara sekolah dan Pemda Kabupaten;

36Depdikbud dalam Suahrtono dan Ngadirun, “Penyelenggaraan Program Kelas-kelas

Unggulan Di Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo”, Laporan Penelitian, (Jakarta; Lembaga Penelitian Universitas Terbuka, 2003), h. 7.

37An, Madrasah Model Upaya Tingkatkan Kualitas Pendidikan Islam”, Kliping

Masalah-Masalah Aktual Di Bidang Pendidikan, Jakarta: Subbag Humas UIN Syarif Hidayatullah, 2002, h. 106.

38Allison Zmuda, et.al., Transforming Schools: Creating a Culture of Continuous


(44)

4) Masyarakat sebagai partisipan di dalam sistem pengelolaan sekolah.39

Sekolah unggul dirancang untuk memberikan pelayanan belajar yang memadai bagi siswa yang benar-benar mempunyai kemampuan yang lebih dari rata-ratanya. Pemberian pelayanan pembelajaran tersebut dilakukan supaya potensi anak dapat berkembang dengan optimal. Masalah pendidikan yang serius di negara kita karena rendahnya mutu pendidikan. Dengan semakin dekatnya kerjasama perdagangan bebas antara pemerintah dengan sejumlah negara yang tergabung dalam AFTA, maka satuan pendidikan terutama pendidikan menengah perlu memperbaiki sektor yang lemah. Wayan Koster berpendapat bahwa,

“Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu faktor yang

menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan pembangunan

bangsa di berbagai bidang.”40

Sekolah unggulan dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya sehingga mampu untuk bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa di lembaga pendidikan luar negeri.. Untuk mencapainya, maka diperlukan sinergi berupa intake siswa, tenaga pendidikan dan kependidikan, serta sistem pendidikan serta proses pembelajaran yang terintegrasi.

2. Karakteristik Sekolah Unggul

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan sekolah unggulan yang dikeluarkan oleh pemerintah, sekolah unggulan harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Masukan (input) diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan;

2. Sarana dan prasarana menunjang untuk pemenuhan kebutuhan belajar dan penyaluran minat dan bakat siswa;

3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan nyata;

39Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan; Dalam Konteks Penerapan MBS, cet. 1, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012), h. 114.

40Wayan Koster, “Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektif dengan Sekolah Tidak


(45)

4. Memiliki guru dan tenaga kependidikan yang unggul,baik dari segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas;

5. Kurikulum yang diperkaya, yakni melakukan pengembangan dan improvisasi kurikulum secara maksimal sesuai dengan tuntutan belajar;

6. Rentang waktu belajar sekolah yang lebih panjang dibandingkan sekolah lain dan tersedianya asrama yang memadai;

7. Proses belajar mengajar yang berkualitas dan hasilnya selalu dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa, lembaga, maupun masyarakat;

8. Adanya perlakuan tambahan di luar kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pengajaran remedial, pelayanan bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas, dan disiplin, sistem asrama dan kegiatan ekstrakurikuler dan lainnya;

9. Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan siswa melalui praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai materi pelajaran.41

Pada dasarnya, sekolah unggulan dan non unggulan tidak bergantung pada sekolah negeri ataupun swasa. Sekolah/madrasah negeri pada masa ini tidak lagi memberlakukan biaya masuk kepada siswa karena kebijakan sekolah gratis oleh pemerintah.

Setiap sekolah unggulan biasanya memiliki standar mutu tertentu yang tidak terbatas pada kriteria input siswa, melainkan juga standar dalam proses belajar seterusnya selama di sekolah itu. Standar ini tidak hanya meliputi standar akademis, melainkan juga hubungan sosial dalam sekolah itu. Jerome S. Arcaro membuat diagram bangunan sekolah bermutu sebagai berikut.


(46)

Gambar 2. Karakteristik Sekolah Unggul42

Menurut Suryadi, indikator sekolah unggul/bermutu adalah sebagai berikut:43

Sekolah Bermutu Sekolah Tidak Bermutu 1. Masukan yang tepat

2. Semangat kerja tinggi

3. Gairah motivasi belajar tinggi 4. Penggunaan biaya, waktu,

fasilitas, tenaga yang proporsional

5. Kepercayaan berbagai pihak 6. Tamatan yang bermutu

7. Keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat

1. Masukan yang banyak 2. Pelaksanaan kerja santai 3. Aktivitas belajar santai

4. Boros memakai sumber-sumber

5. Kurang peduli terhadap lingkungan

6. Lulusan hasil katrol 7. Keluaran tidak produktif

42Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan danTata

Langkah Penerapan, cet. 6, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 39.

43Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, (Sarana Panca Karya Nusa, 2009), h. 231.

F okus pa da Kustom er Ke ter li ba tan T otal P engukur an Komit men P erba ikan Be rk elanjutan


(47)

Sedangkan indikator mutu menurut Firdaus Basuni yakni “mutu

pendidikan dapat diukur dari relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, cepat tidaknya lulusan memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai serta kemampuan seseorang didalam mengatasi berbagai

persoalan hidup.”44 Di samping itu, Jaap Schrens mengemukakan beberapa faktor tentang sekolah bermutu yakni diantaranya:

a.Kepemimpinan pendidikan yang kuat;

b.Penekanan pada perolehan keterampilan dasar; c.Lingkungan yang rapi dan aman;

d.Harapan pencapaian murid yang tinggi e.Penilaian tentang kemajuan murid.45

Menurut Cut Zahri Harun, ada tiga hal yang menunjang SDM yang unggul melalui program pendidikan bermutu dengan daya pendukung PBM

yakni: “(1) man; (2) money; (3) materials;, dan terdapat (4) methods; (5) machines; and (6) markets sebagai sumber daya pendidikan lainnya.”46

3. Model Sekolah Unggul

Transformasi pendidikan yang terjadi, mengubah metode pengajaran yang teacher centered menjadi student centered but teacher as facilitator and confirmer, dan sudah waktunya setiap lembaga pendidikan mempunyai sumber belajar yang memadai. Hal ini diperkuat oleh Suwendi yang dikutip oleh Jejen Musfah bahwa hanyalah informasi yang diolah dengan baik akan menghasilkan pengetahuan (knowledge), dan hanyalah pengetahuan yang diolah dengan baik akan menghasilkan kearifan atau kebijaksanaan (wisdom).47 Sekolah unggul memiliki standar dan sistem

44Firdaus Basuni, “Akreditasi terhadap Kinerja Pendidik dan Hasil Ujian Nasional

Madrasah”, Jurnal Evaluasi, Vol.1, h. 4.

45Abas Al-Jauhari, Buku Peningkatan Mutu Sekolah, Terj. dari Improving School

Effectivenes oleh Jaap Schrens, (United Nations, 2000), h.38-39.

46Cut Zahri Harun, “Sumber Daya Pendidikan Merupakan Penunjang Utama dalam Menghasilkan Manusia Unggul melalui Program Sekolah Binaan,” Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan, No.73, 2008, h. 621.

47Jejen Musfah (ed.), Pendidikan Holistik; Pendekatan Lintas Perspektif, (Tangerang: FITK Press, 2011), h. 334.


(48)

tertentu seperti sumber-sumber belajar yang dapat menggali potensi siswa agar optimal.

Beberapa indikator yang menunjukkan sekolah berpenampilan unggul yaitu sekolah memiliki visi dan misi untuk meraih prestasi/mutu yang tinggi, semua personel sekolah memiliki komitmen yang tinggi untuk berprestasi, adanya program pengadaan staf sesuai dengan perkembangan Iptek, adanya kendali mutu yang terus menerus (quality control), adanya perbaikan mutu yang berkelanjutan (continous quality improvement), serta adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid dan masyarakat.48 Model sekolah yang baik menurut Hedley Beare, adalah sebagai berikut.

“model should be consistent with what is known about understanding leadership, especially those aspects concerned with ensuring clarity, consensus and commitment to the purposes of the school, the unification of people around values, responsibility and authority at the school level, the sharing of leader ship roles, and implementing the vision for a school in policies, plans, budgets, and processes so that day to day activities ara shaped by the vision.”49

Dalam pengertian lain yakni model sekolah yang baik harus konsisten dengan apa yang diketahui tentang pemahaman kepemimpinan, terutama yang berkaitan dengan aspek kebutuhan dunia usaha, dunia kerja, dan pendidikan, konsensus dan komitmen terhadap tujuan sekolah, pengorganisasian orang-orang yang berkepentingan, tanggung jawab dan kewenangan di tingkat sekolah, berbagi peran pemimpin dalam unit, dan melaksanakan visi untuk sekolah dalam kebijakan, rencana, anggaran, dan proses sehingga suatu saat mencapai visi yang dirumuskan.

Pengembangan sekolah di Indonesia mengacu pada tiga konsep yaitu pengembangan manajemen sekolah, pengembangan misi dan visi sekolah, serta pengembangan fasilitas.50 Pemecahan masalah nasional melalui sekolah unggulan dan pemenangan persaingan, menuntut dimilikinya sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya yang

48Nanang Fattah, loc.cit.

49Hedley Beare, et.al., Creating an Excellent School; Some New Management

Techniques,(London: Routledge, 1989), p. 149.

50Iif Khairu dan Sofyan, Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional dan


(49)

disertai dengan kepemilikan moral.51 Masalah tersebut dapat diperbaiki dengan pendidikan bermutu. Mutu pendidikan tidak lepas dari kajian mengenai bagaimana sebuah sekolah dapat dikelola secara efektif, efisien, dan berkeadilan untuk mewujudkan mutu pendidikan berdasar pada tujuan pendidikan nasional. Menurut Idris M. Noor, setelah proses pendidikan di sekolah unggul selesai, maka para lulusannya diharapkan agar:

“a) kompetensi sesuai dengan standar lulusan dan diperkaya dengan standar kompetensi, b) daya saing komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan keunggulan lokal di tingkat daerah, wilayah, nasional bahkan internasional, c) kemampuan bersaing dalam berbagai lomba tingkat daerah, wilayah, nasional bahkan internasional, d) kemampuan melanjutkan studi bersaing ke luar negeri, e) kemampuan berbahasa asing, f) kemampuan berperan aktif dalam sosio-kultural di masyarakat, dan g) kemampuan menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara global.”52

C.

Pembentukan Citra Sekolah/Madrasah Unggul

Masyarakat saat ini sudah pandai mencari tahu informasi sekolah terbaik dari kemajuan teknologi informasi. Kemudahan akses yang ditawarkan memudahkan berbagai informasi tentang keberhasilan sekolah dengan berbagai prestasinya. Berikut ini beberapa pemikiran yang dapat sebagai pertimbangan bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya:

a. Pengakuan SMA/MA unggulan atau biasa; b. Kualitas guru dan siswa-siswanya;

c. Kemanan sekolah dalam menunjang stabilitas belajar-mengajar;

d. Fasilitas sekolah yang menunjang perkembangan kecerdasan dan prestasi anak; dan

e. Ragam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.53

Sekolah yang baik dan urung diinginkan siswa perlu menunjukkan kelebihan/kekuatannya, bukan kekurangannya. Dalam hal ini, Cyril Poster

51Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 289.

52Idris HM Noor, “Evaluasi Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, 2011, h. 255-256.


(50)

mengungkapkan bahwa, “Citra sekolah adalah memanfaatkan sumber daya

yang dimiliki, modal, dana, personal dengan cara yang akan memaksimalkan

prioritasnya.”54 Berdasarkan pernyataan tersebut, pelayanan pendidikan di sekolah membawa dampak baik dengan prestasi yang diraih melalui siswa dan dapat meningkatkan reputasi sekolah. Penjelasan lebih lanjut tentang pembentukan citra sekolah/madrasah unggul adalah sebagai berikut.

1. Sekolah dan Madrasah di Indonesia

Di Indonesia, terdapat dua jenis sekolah yang dikelola oleh dua kementerian, yakni sekolah umum oleh Kemendikbud dan madrasah oleh Kemenag. Sekolah umum mengadopsi seluruh peraturan pemerintah secara menyeluruh dari Kemendikbud, sedangkan Kemenag memiliki aturan tambahan untuk diadaptasi di madrasah yang asalnya dari Kemendibud. Madrasah telah menampilkan identitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam sejak sekitar awal abad ke-20.55 Sekolah berbasis agama cenderung mencerminkan visi dan misi kehidupan dari didikan orang tua kepada anak. Sebagaimana yang telah diketahui jika sekolah agama merupakan keterpaduan antara ilmu sains dan agama. Madrasah aliyah adalah contoh sekolah Islam yang murni basisnya agama. Kelebihannya pelajaran fasih membaca Al-Qur’an dan bahasa Arab lebih ditekankan. Dalam muatan kurikulum mata pelajarannya pun bermuatan spiritual.

Peningkatan kualitas sekolah merupakan hal yang perlu difokuskan untuk direncanakan. Sekolah yang memiliki kualitas unggul tentu menjadi magnet perhatian orang tua dan para siswa. Banyak sekali faktor yang mampu mewujudkan sekolah berkualitas unggul, diantaranya adalah faktor input siswa, faktor profesionalitas tenaga pendidik dan kependidikan, serta manajemen efektif. Apabila faktor-faktor tersebut berjalan efektif, maka dapat dikroscek melalui sejumlah tes tertulis (akademik) maupun perlombaan (non akademik) akan maksimal.

54Cyril Poster, Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul, (Jakarta: Lembaga Indonesia Adidaya, 2000), h. 243.

55Azyumardi Azra, Sejarah Perkembangan Madrasah, cet. 2, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2000), h. 176.


(51)

Sinergi sekolah dalam meningkatkan kualitas siswa dapat terletak baik dari segi pembangunan pengetahuan dan keterampilan siswa. Pembangunan pengetahuan dapat dilakukan dengan mewujudkan pembelajaran efektif dan menyenangkan. Sedangkan pembangunan keterampilan perlu didukung oleh sarana dan prasarana sekolah. Dukungan dari pihak yang berkepentingan (stakeholder) baik pemerintah, pengawas eksternal, orang tua, dan masyarakat juga dibutuhkan dalam mencapai kolaborasi pembelajaran bermutu.

2. Membentuk Citra Sekolah

Sekolah dapat membuat sendiri peraturan untuk membawa sekolah menuju prestasi yang diinginkan. Dalam kaitannya dalam hal prestasi, manajemen berbasis sekolah memberi arti dalam hal support dan pendayagunaan seluruh komponen sekolah. Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan secara profesional menyediakan bahan ajar yang menampilkan refleksi tujuan pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah memadai dan terawat, serta masyarakat yang peduli akan pendidikan di sekolah. Pemerintah memiliki program akreditasi sekolah, yaitu dengan mengkategorikan sekolah pada sekolah standar nasional (SSN), sekolah rintisan, dan sekolah potensial.56 Sekolah standar nasional merupakan sekolah yang telah mencapai standar minimal dalam hal ketersediaan fasilitas dan kualifikasi akademik dan non akademik yang dimiliki oleh sekolah. Penyelenggaraan kegiatan yang melibatkan semua komponen ini harus sesuai dengan perundang-undangan pendidikan yang berlaku dalam mencapai prestasi sekolah setinggi-tingginya. Prestasi-prestasi yang dicapai oleh peserta didik, bukan menunggu tapi dikondisikan untuk muncul, yakni dengan cara penyusunan strategi MBS di sekolah dengan memanfaatkan berbagai kreativitas tenaga pendidik dan kependidikan serta peserta didik.

56Ikbal Barlian, Manajemen Berbasis Sekolah; Menuju Sekolah Berprestasi, cet. 1, (Jakarta: Erlangga, 2012), h.5.


(52)

Kepala sekolah bersama-sama warga sekolah lainnya merumuskan kondisi riil sekolah, baik mengenai kelebihan dan kelemahan yang dimiliki sekolah, maupun peluang dan ancaman yang dihadapi oleh sekolah. Sedangkan menurut penulis, citra sekolah/madrasah dapat diketahui sebagai berikut:

Pertama, pengakuan SMA/MA unggulan atau biasa. Sekolah yang menunjukkan performa pendidikan terbaik akan memunculkan minat orang tua dalam list penilaian sekolah untuk studi anaknya.

Kedua, kualitas guru dan siswa-siswanya. Pada pertimbangan ini, profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan dibutuhkan. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui penelaahan dari riwayat pendidikan, pengalaman pendidikan, seberapa banyak diklat yang diikuti dan prestasi selama menjadi tenaga pendidik.

Ketiga, keamanan sekolah dalam menunjang stabilitas belajar-mengajar. Suasana kondusif dan aman serta iklim sekolah yang nyaman membuat siapapun merasa tenteram bila berada di dalamnya, begitu pun di sekolah.

Keempat, fasilitas sekolah yang menunjang perkembangan kecerdasan dan prestasi anak. Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah menjadi pertimbangan selanjutnya. Bila fasilitas sekolah memadai dan terawat sebagaimana mestinya, serta bukti nyata prestasi siswa, masyarakat tambah yakin bahwa sekolah tersebut dapat memanfaatkannya dengan optimal.

Kelima, ragam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ragam kegiatan ekstrakurikuler membutuhkan keterampilan, ketangkasan, dan kerja sama. Ekstrakurikuler yang selalu memenangi sejumlah perlombaan membawa nama baik sekolah dan menarik minat siswa. Selain lima hal tersebut, penilaian atas lokasi sekolah dan lingkungan, sarana fisik, visi dan misi sekolah, profil pendidik, kurikulum pembelajaran, ketertiban dan kebersihan sekolah, keterampilan skolastik, dan rekap prestasi serta keberhasilan alumninya.


(53)

D.

Sekolah di Persaingan Global

Para lulusan yang menjadi calon tenaga kerja harus siap menghadapi persaingan global. Meskipun lulusan SMA/MA tidak diwajibkan untuk menjadi pekerja/ wirausahawan, namun perlu ada langkah persiapan. Di akhir tahun 2015, masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) akan berdampak besar terhadap dunia pendidikan serta ekonomi secara umum. Dhrikul Hakim telah merumuskan makna strategi pendidikan unggul dalam menyongsong pasar tunggal ASEAN 2015 yakni sebagai berikut.

“Kebutuhan akan pendidikan dan sumberdaya manusia yang unggul

-kompetitif bagi bangsa Indonesia adalah prasarat mutlak agar bisa menjadi

the winner di era pasar tunggal Asean. Keunggulan sumber daya manusia ini pada gilirannya akan menjadi pilar utama atas keunggulan bangsa dalam hal kualitas dan kuantitas segala produk bangsa Indonesia baik

ekonomi,budaya maupun iptek.”57

Berdasarkan pendapat para ahli tentang sekolah bermutu dan persiapan menghadapi ekonomi bebas, maka sekolah harus dapat meningkatkan performanya dan menyiapkan para siswa untuk bersaing di era MEA yang dimulai di akhir tahun 2015. Berikut langkah-langkah strategis sekolah dalam bersaing:

1) Kondisikan dan pastikan bahwa lebih dari setengah komponen organisasi memiliki keunggulan bersaing;

2) Selalu memperbarui misi, program, dan strategi;

3) Kritis terhadap berbagai strategi yang diterapkan dan peka terhadap strategi baru yang diterapkan oleh para pesaing; 4) Berorientasi pada kepuasan pengguna layanan jasa pendidikan; 5) Belajar pada kegagalan dan berguru pada kesuksesan orang lain; 6) Tidak memberi bilai berlebih terhadap diri sendiri dan selalu

menghargai setiap dukungan orang lain;

7) Selalu berada pada waktu yang tepat, bersama orang yang tepat dan di tempat yang tepat;

8) Cermat dalam memanfaatkan peluang dan dalam menguasai sumber-sumber informasi;

9) Selalu menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan; 10)Efisien dalam menggunakan waktu, tenaga, pikiran dan dana.58

57

Dhikrul Hakim, “Makna Strategi Pendidikan Unggul Menyongsong Pasar Tunggal Asean

2015”, literature review, Jawa Timur, h. 5.

58Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Cet. 1, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2011), h.224-225.


(54)

E.

PENELITIAN TERDAHULU

Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan judul penelitian yang penulis ajukan ternyata tidak ditemukan. Berbagai perpustakaan yang pernah penulis telusuri yakni:

1. Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Perpustakaan pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 3. Perpustakaan Universitas Terbuka Pondok Cabe;

4. Perpustakaan utama Universitas Negeri Jakarta; 5. Internet.

Berbagai perpustakaan baik offline maupun online telah penulis telusuri, namun tidak ditemukan hasil yang similar dengan judul yang diajukan. Maka dari itu, penelitian ini mengawali komparasi prestasi antara sekolah menengah atas (SMAN 8 Jakarta) dan madrasah aliyah (MAN 4 Jakarta) di Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)