PROPOSAL PENELITIAN SEMINAR JURNALISTIK. docx

PROPOSAL PENELITIAN SEMINAR JURNALISTIK
KONSTRUKSI PEMBERITAAN MEDIA TEMPO TENTANG KASUS
PEMBUNUHAN WARTAWAN UDIN
PERIODE 2013-2014

Oleh :
NAMA : DICKSON JOVANTO
NPM : 00000003859

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
KARAWACI

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Jurnalistik merupakan bidang konsentrasi dalam jurusan ilmu komunikasi. Seorang
jurnalis membutuhkan ilmu untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.
Sebagaimana yang diatur dalam kode etik jurnalistik. Kode etik jurnalistik dibuat sebagai
pedoman wartawan dalam menjalankan tugas-tugas peliputan .

Tugas seorang wartawan adalah mencari berita , mengumpulkan berita dan
mengidentifikasi berita. Pekerjaan wartawan tidaklah mudah, banyak wartawan yang
dilihat di media online berusaha untuk memuaskan pembaca, tetapi siapa sangka bahwa
kekerasan wartawan masih sering dialami oleh berberapa wartawan di Indonesia.
Faktanya Seorang wartawan berani dengan rela mempertaruhkan nyawanya demi
sebuah berita. Contoh kasus yang penulis ambil adalah tentang wartawan Udin. Udin
semula adalah seorang wartawan harian BERNAS yang gemar menulis berita tentang
oposisi dan militer pada zaman orde baru. Dimasa kepemimpinan Presiden Soeharto,
banyak wartawan yang dilarang menulis berita tentang oposisi dan pemerintahan.
Pada tanggal 13 Agustus malam Udin ditemukan meninggal dunia dengan cara dibunuh
tanpa diketahui siapa pembunuhnya. Udin tewas tanpa petunjuk atau bukti apapun. Polisi
tidak dapat mengungkap siapakah pembunuh udin. Sudah 19 tahun dan polisi indonesia
tetap tidak bisa mengungkap siapakah pembunuh Udin. Mungkin Udin bukan lah
seorang pahlawan, tetapi hak asasi manusia pun harus tetap kita junjung tinggi. ,Jangan
sampai kasus yang menimpa Udin membuat Takut para jurnalis-jurnalis muda yang ingin
menjadi seorang wartawan yang handal. Kasus Udin seharusnya diselesaikan dengan

2

tuntas dan pembunuhnya dihukum sesuai undang-undang yang berlaku. Penulisan berita

di setiap berita di media cetak maupun online memiliki arti yang berbeda.
Penulisan berita yang dilakukan oleh media tersebut adalah dengan cara audiens
memandang media tersebut. Bagaimana media tersebut membingkai sebuah kasus
peristiwa Udin secara subjektif atau objektif itulah yang akan penulis teliti. Dalam
penelitian kali ini, penulis akan menganalisa media online dari perusahaan Tempo.
Tempo merupakan perusahaan media yang bergerak sejak tahun 1971 ,Tempo memulai
penertiban pertama pada tanggal 6 Maret 1971 dengan Goenawan Mohamad sebagai
pemimpin redaksinya .Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya majalah Tempo dibredel,
karena dianggap terlalu tajam untuk mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan
politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi Pemilihan
Umum. Tapi akhirnya diperbolehkan terbit kembali setelah menandatangani semacam
"janji" di atas kertas segel dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu.
Penulis memilih koran Tempo sebagai bahan penelitian dikarenakan Tempo masuk dalam
peringkat 10 besar situs terbaik Indonesia. Hal ini berdasarkan survey yang dilakukan
oleh Alexa.Tempo menduduki peringkat kedua dibawah Kompas,Tempo dipandang oleh
sebagian masyarakat sebagai media yang objektif dan Tempo juga pernah mengeluarkan
edisi khusus tentang kasus pembunuhan Wartawan Udin inilah salah satu alas an penulis
menggunakan media Tempo untuk bahan penelitian nya. Tempo juga yang dalam kurun
waktu 2013 -2014 banyak menulis artikel tentang kasus pembunuhan wartawan Udin,
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diatas maka penulis merumuskan masalah
adalah sebagai berikut “bagaimana Konstruksi Media Online Tempo Tentang Kasus
Pembunuhan Wartawan Udin Periode 2013 dan 2014.
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian kali ini adalah untuk
mengetahui bagaimana Konstruksi Media Online Tempo Tentang Kasus Pembunuhan
Wartawan Udin Periode 2013 dan 2014.

3

1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dibuat oleh penulis dengan berberapa tujuan, Penulis sangat mengharapkan
bahwa hasil penelitian ini dapat digunakan oleh publik untuk membuka pandangan publik
bagaimana resiko menjadi seorang wartawan. Penelitian ini bisa digunakan sebagai ilmu
atau pengetahuan tambahan dalam bidang ilmu komunikasi khususnya jurnalistik
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah dari penelitian ini terdiri dari 4 bab yang terdiri dari:
Bab 1 : Pendahuluan yang berupa penggambaran & penjelasan tentang masalah yang
akan dianalisis (Latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan
kegunaaan penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan).

Bab 2 : Tinjauan pustaka dan literature review (State of the art/ keunikan dari masalah)
Bab 3 : Hasil & Pembahasan
Bab 4 : Simpulan, saran, dan rekomendasi
BAB 2
OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN
Objek penelitian dari penelitian ini adalah kasus Pembunuhan Udin, sedangkan
subjek dari penelitian ini adalah media cetak dan online Tempo.Pemberitaan ini akan
diteliti menggunakan analisis framing menurut Entmant.
Tempo
Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya
meliput berita dan politik dan diterbitkan oleh PT Tempo Inti Media Tbk..Majalah ini
pertamanya diterbitkan pada 6 Maret 1971 dengan Goenawan Mohamad sebagai
Pemimpin Redaksi. Terbitnya edisi tersebut tidak bisa lepas dari peran prakarsa
sekumpulan anak muda pada tahun 1969, antara lain yaitu Goenawan Mohamad, Fikri
Jufri, Christianto Wibisono dan Usamah, dan awalnya majalah itu bernama
"Ekspres". Namun dikarenakan adanya perbedaan prinsip antara jajaran redaksi dan pihak

4

pemilik modal utama, maka Goenawan dan kelompoknya keluar dari Ekspres pada

tahun 1970.
Dalam waktu yang kurang lebih sama, Harjoko Trisnadi sedang mengalami masalah.
Majalah Djaja, milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) , yang dikelolanya
sejak1962 macet terbit. Menghadapi kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat
kepada Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, meminta agar Djaja diswastakan dan
dikelolaYayasan Jaya Raya, sebuah yayasan yang berada di bawah Pemerintah DKI. Lalu
terjadi rembugan tripartite antara Yayasan Jaya Raya, yang dipimpin Ir. Ciputra orangorang bekas majalah Ekspres, dan orang-orang bekas majalah Djaja. Disepakatilah
berdirinya majalah Tempo di bawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya.
Dan pada tahun 1971, dengan peran serta dari Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman
Setiawan, dan Bur Rasuanto, Goenawan yang kemudian dianggap sebagai "pendiri",
menerbitkan majalah Tempo untuk pertama kalinya.
Pemakaian nama Tempo, tidak lepas dari saran dari para pengecer. Di mana kata ini
mudah untuk diucapkan dan memiliki jarak penerbitan yang cukup longgar, yakni
mingguan. Selain itu, namanya, dianggap mirip-mirip dengan majalah terkenal
dariAmerika, Time. Dengan rata-rata umur pengelola yang masih 20-an, ia tampil beda
dan diterima masyarakat. Dengan mengedepakan peliputan berita yang jujur dan
berimbang, serta tulisan yang disajikan dalam prosa yang menarik dan jenaka, majalah ini
diterima masyarakat. Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya majalah ini dibredel,
karena dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan
politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi Pemilihan

Umum. Tapi akhirnya diperbolehkan terbit kembali setelah menandatangani semacam
"janji" di atas kertas segel dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu
( zaman Soeharto ada Departemen Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol
pers)
Makin sempurna mekanisme internal keredaksiannya, makin mengental semangat
jurnalisme investigasinya. Maka makin tajam pula daya kritik Tempo terhadap
pemerintahan Soeharto yang sudah sedemikian melumut. Puncaknya, pada Juni 1994,

5

untuk kedua kalinya majalah ini dibredel oleh pemerintah, melalui Menteri
PeneranganHarmoko. Ia dinilai terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal
pembelian kapal kapal bekas dari Jerman Timur. Laporan ini dianggap membahayakan
"stabilitas negara", di mana laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap
impor oleh Menristek BJ Habibie. Sekelompok wartawan yang kecewa pada
sikap Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang menyetujui pembredelan Tempo, Editor,
dan Detik, kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di Tempo -dan
tercerai berai akibat bredel- berembuk ulang. Mereka bicara ihwal perlu-tidaknya majalah
Tempo terbit kembali. Hasilnya, Tempo harus terbit kembali. Maka, sejak 12

Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali.
Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia media, maka pada
tahun 2001, PT. Arsa Raya Perdanago public dan menjual sahamnya ke publik dan
lahirlah PT Tempo Inti Media Tbk. (PT.TIM) sebagai penerbit majalah Tempo -yang
baru.- Pada tahun yang sama (2001), lahirlah Koran Tempo yang berkompetisi di media
harian. Sebaran informasi di bawah bendera PT TIM Tbk, terus berkembang dengan
munculnya pproduk-produk baru seperti majalah Tempo edisi bahasa Inggris,
Travelounge (2009) dan Tempo Interaktif, yang kemudian menjadi tempo.co serta Tempo
News Room (TNR), kantor berita yang berfungsi sebagai pusat berita media Group
Tempo. Tempo juga mencoba menembus bisnis televisi dengan mendirikan Tempo TV,
kerja sama dengan kantor berita radio KBR68H.
Yang juga penting di dalam naungan Kelompok Tempo Media adalah kehadiran
percetakan PT Temprint. Percetakan ini mencetak produk-produk Kelompok Tempo dan
produk dari luar.
VISI & MISI Tempo
VISI
Menjadi acuan dalam usaha meningkatkan kebebasan publik untuk berpikir dan
berpendapat serta membangun peradaban yang menghargai kecerdasan dan perbedaan
MISI


6

Menghasilkan produk multimedia yang independen dan bebas dari segala tekanan
dengan menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.
Menghasilkan produk multimedia bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik.
Menjadi tempat kerja yang sehat dan menyejahterakan serta mencerminkan keragaman
Indonesia.
Memiliki proses kerja yang menghargai dan memberi nilai tambah kepada semua
pemangku kepentingan.
Menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah artistik, intelektual, dan dunia bisnis
melalui pengingkatan ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik.
Menjadi pemimpin pasar dalam bisnis multemedia dan pendukungnya
Kasus Pembunuhan Wartawan Udin
Fuad Muhammad Syafruddin yang akrab dipanggil Udin(lahir di Bantul, Yogyakarta, 18
Februari 1964 – meninggal diYogyakarta, 16 Agustus 1996 pada umur 32 tahun) adalah
wartawan Bernas, Yogyakarta, yang dianiaya oleh orang tidak dikenal, dan kemudian
meninggal dunia. Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis tentang
kebijakan pemerintahOrde Baru dan militer. Ia menjadi wartawan di Bernas sejak 1986.
Selasa malam, pukul 23.30 WIB, 13 Agustus 1996, ia dianiaya pria tak dikenal di depan
rumah kontrakannya, di dusun Gelangan Samalo, Jalan Parangtritis Km 13 Yogyakarta.

Udin, yang sejak malam penganiayaan itu, terus berada dalam keadaannya koma dan
dirawat di RS Bethesda, Yogyakarta. Esok paginya, Udin menjalani operasi otak di rumah
sakit tersebut. Namun, dikarenakan parahnya sakit yang diderita akibat pukulan batang
besi di bagian kepala itu, akhirnya Udin meninggal dunia pada Jumat, 16 Agustus 1996,
pukul 16.50 WIB. Sejak Udin mengalami koma hingga rentang waktu yang cukup
panjang, hampir seluruh media massa meliput peristiwa yang menimpa Udin.
ANALISIS FRAMING
Apa yang dimaksud dengan Analisis framing sebenarnya analiswi framing adalah
salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dananalisis semiotik. Secara
sederhana, Framing adalah membingkai sebuah peristiwa, atau dengan kata lain framing

7

digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan wartawan atau media massa ketika menyeleksi isu dan menulis berita
Framing merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian
tidak diingkari secara total, melainkan dobelokkan secara halus, dengan memberikan
penonjolan pada aspek tertentu.Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berkaitan dengan
penulisan fakta.Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek
tersebut ditulis.Hal ini sangta berkaitan dengan pamakaian diksi atau kata, kalimat,

gambar atau foto, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Analisis framing digunakan untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu,
kelompok, dan lainnya) yang dilakukan oleh media massa.Pembingkaian tersebut
merupakan proses konstruksi yang berarti realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan
cara dan makna tertentu.Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna,
lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengenal dalam pikiran khalayak.Dalam
praktik, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame surat kabar, sehingga
dapat dilihat bahwa masing-masing surat kabar sebenarnya meiliki kebijakan
politis tersendiri

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini saya merasa lebih cocok menggunakan analisa framing
menurut Entman. Entman membagi framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu
dan penekanan pada aspek-aspek tertentu dari realitas. Seleksi isu berkaitan dengan
pemilihan fakta. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses
seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas yang dibangun
oleh media massa. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi
dalam konteks yang khas, sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada
isu yang lain. Selain itu, framing juga memberi tekanan lebih pada bagaimana

teks komunikasiditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh
pembuat teks.Dengan bentuk seperti itu, sebuah gagasan atau informasi lebih mudah
terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan karena berhubungan dengan
skema pandangan khalayak.Dalam kasus ini pemilihan berita apa yang perlu di update

untuk kasus Pembunuhan Udin media Temposelalu membela wartawan Udin sedangkan
Media lain seakan tidak peduli dengan Udin , seperti yang kita tahu bahwa Udin adalah
wartawan yang tewas karena beritan , seharusnya semua media menilai Udin sebagai
wartawan yang baik , itulah yang harus diteliti oleh peneliti , penulisan berita yang
8

dilakukan beberapa media inilah yang akan peneliti sorot menggunakan framing Entman
peneliti bermaksud melihat berita yang dibuat oleh Tempo dan Berita yang dimuat oleh
media lain disini , peneliti akan menseleksi berita dan menonjolkan sebuah aspek
tersebut

9