ALAM SEMESTA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG

ALAM SEMESTA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Sekolah
Mata Kuliah : Keterpaduan Iptek Dan Islam
Dosen : Edi Candra S.Si, M.A

NURAZIZAH
59461276

Tarbiyah / IPA Biologi - D / VII

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SYEKH NURJATI CIREBON
2012

Alam adalah segala sesuatu yang ada atau
yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini
selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya.

ALAM


Alam Semesta menurut Teori big bang

Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak
seorangpun tahu kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini
terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa penelitian yang memakan waktu
yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam semesta.

Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al
Anbiya ayat 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?”

Kerusakan Alam Dalam Al-Quran
”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS
Ar-Rum[30]:41).


Terjadinya kerusakan merupakan akibat dari dosa dan pelanggaran yang
dilakukan
oleh
manusia
sehingga
mengakibatkan
gangguan
keseimbangan di darat dan di laut. Sebaliknya, ketiadaan keseimbangan
itu, mengakibatkan siksaan kepada manusia. Semakin banyak perusakan
terhadap lingkungan, semakin besar pula dampak buruknya terhadap
manusia, termasuk akan berdampak kepada manusia yang tidak berdosa
disekitarnya.

Dalam Al-Quran, Allah menyatakan bahwa alam diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Allah berfirman,”Dan Dia menundukkan
untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang berfikir,”(QS Al-Jatsiyah [45}:13).


Ayat
inilah
yang
menjadi
landasan
teologis
pembenaran Pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Islam
tidak melarang memanfaatkan alam, namun ada
aturan mainnya. Manfaatkan alam dengan cara yang
baik (bijak) dan manusia bertanggungjawab dalam
melindungi alam dan lingkungannya serta larangan
merusaknya.
Menurut
Islam
(AlQuran)
alam
bukan
hanya benda yang tidak
berarti apa-apa selain

dimanfaatkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
manusia. Alam dalam
pandangan Islam (AlQuran) adalah tanda
(ayat)
“keberadaan”
Allah. Alam memberikan
jalan
bagi
manusia
untuk
mengetahui
keberadaan-Nya. Allah
berfirman,”Dan di bumi
itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi
orang-orang
yang

yakin,”(QS Adz-Dzariyat
[51]:20).

Manusia dan alam mempunyai keterikatan yang kuat dimana keduanya
mempunyai hak dan kewajiban antara satu dengan yang lain untuk menjaga
keseimbangan alam. Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan
manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk
dan yang ditaklukkan, atau antara tuhan dengan hamba, tetapi hubungan
kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan
untuk memerankan fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian dan
pemeliharaan. Berbuat adil dan tidak bertindak sewenang -wenang kepada
semua makhluk sehingga hubungan yang selaras antara manusia dan alam
mampu memberikan dampak positif bagi keduanya. Oleh karena itu manusia
diperintahkan untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan alam
guna menjaga keseimbangan alam dan meningkatkan keimanan kepada
Allah SWT. Itu merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Allah SWT. juga menjelaskannya dalam Al
Qur’an, bahwa semua yang ada dialam ini
memang

sudah
diciptakan
untuk
kepentingan manusia.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu” (al baqarah: 29)
Tapi berbeda dengan anthoroposentris yang
menempatkan manusia sebagai penguasa
yang memiliki hak tidak terbatas terhadap
alam, maka islam menempatkan manusia
sebagai rahmat bagi alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.”(al anbiyaa’:107)