etika moral dan akhlak dalam

TUGAS MAKALAH AGAMA ISLAM
ETIKA MORAL DAN AKHLAQ

DISUSUN OLEH:

Arif Rahman

(J1B014015)

Harwin Jumaidi

(J1B014035)

Isni Rohani

(J1B014049)

M Raynaldi Agustiansyah (J1B014061)
Ridwan Khalil

(J1B014097)


Sri Usmayanti

(J1B014107)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji kita ucapkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah
memberikan kita hidayah, dan taufik dan segala macam kenikmatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kita haturkan shalawat
beserta salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam sebagai suri
tauladan yang merupakan sebaik-baik manusia yang patut kita teladani.
Makalah

yang


berjudul

Etika,

Moral,

dan Akhlaq

ini,

dalam

penyusunannya penulis melibatkan beberapa orang yang turut membantu
selesainya makalah ini, sehingga penulis berterima kasih kepada semua yang telah
berperan dalam selesainya makalah ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat dijadikan referensi kepada
penulis dan pembaca. Terakhir penulis meminta maaf karena tulisan ini masih
jauh dari kesempurnaan, diharapkan kritik dan saran yang membangun.

Mataram, 16 Maret 2015


Penulis

2

DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………...1
Kata Pengantar................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4
1. Latar Belakang..................................................................................4
2. Tujuan...............................................................................................5
3. Identifikasi Masalah.........................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................6
1. Konsep Etika, Moral, dan Akhlaq....................................................6
2. Karakteristik Etika Islam................................................................10
3. Hubungan Tasawuf dengan Akhlaq...............................................10
4. Aktualisasi Akhlaq dalam Kehidupan Masyarakat........................13
BAB III PENUTUP.....................................................................................16

1. Kesimpulan.....................................................................................16
2. Saran...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...17
1.

3

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain aqidah,
fiqih, muamalah, sirah, akhlaq dan lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan
sempurna apabila mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai
dengan Al-Quran dan Hadist Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dan
memahaminya sesuai pemahaman para sahabat beliau.
Akhlaq adalah salah satu aspek ajaran Islam yang agung. Dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai seseorang, apakah dia
seseorang yang baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata
dan bertingkah lakunya yang tampak ketika bermuamalah dengan orang tersebut.

Inilah gambaran tentang akhlaq, yaitu ajaran Islam yang mengatur tentang
bagaimana cara bertutur, bertingkah, dan bermuamalah dengan sesama manusia
dengan cara yang baik.
Islam meninggikan dan mengutamakan orang-orang yang mau menghiasi
diri mereka dengan akhlak yang mulia. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam bersabda yang dikeluarkan Imam Bukhari dalam
shahihnya, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya”.
Karenanya, akhlak adalah hal yang penting dalam kehidupan manusia karena
akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau
dengan sesama makhluk. Pada makalah ini, penulis mencoba untuk memaparkan
tentang etika, moral dan akhlak dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

4

2. Tujuan
Di era globalisasi seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan
akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku umat pada
saat ini sudah banyak menyimpang dan jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak
terjadi pada masyarakat Islam saat ini yang cenderung mengarah pada perilaku

yang kurang baik dan tidak mencerminkan Islam itu sendiri. Oleh karena itu,
penulis membuat makalah ini dengan harapan agar tulisan ini dapat dimanfaatkan
opleh pembaca dan penulis sendiri untuk memperbaiki etika, moral, dan akhlaq
pada zaman ini yang telah banyak ditinggalkan, dapat diperbaiki dan diterapkan
sesuai dengan ajaran Islam yang benar.

3. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini, masalah yang akan diidentifikasi oleh penulis adalah
sebagai berikut:
a. Konsep etika, moral, dan akhlaq,
b. Karakteristik etika Islam (Akhlaq),
c. Hubungan Tasawuf dengan akhlaq,
d. Aktualisasi akhalq dalam kehidupan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

5

1. Konsep Etika, Moral, dan Akhlaq

a. Etika
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ethikos", yang
berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran.

Etika

mencakup

analisis

dan

penerapan

konsep

seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Menurut para ahli seperti H. A. Mustafa, etika adalah ilmu yang
menyelidiki tentang mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran.
b. Moral
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa
latin mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat
kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral
adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral
biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan,
kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau
tidak layak, patut maupun tidak patut.
Kemoralan merupakan sesuatu yang berkait dengan peraturan-peraturan
masyarakat yang diwujudkan di luar kawalan individu. Dorothy Emmet (1979)
mengatakan bahawa manusia bergantung kepada tata susila, adat, kebiasaan
masyarakat dan agama untuk membantu menilai tingkah laku seseorang.

c. Akhlaq

6


Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk yang berasal dari bahasa
Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan
mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan
membinasakan ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk
senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan
kekacauan,

senang

melakukan

perbuatan

yang

tercela,


yang

akan

membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi shallallahu’alaihi
wasallam bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang
paling mulia akhlaknya.” (H.R. Imam Ahmad).
Jika ditinjau dari objeknya, akhlak mulia di dalam Islam bisa ditemui di
lima objek:
1)Akhlaq kepada Allah, yaitu adab bagaimana seseorang berinteraksi dengan
Allah dan syariat-Nya, semisal dalam beribadah, berdoa, bertawakkal,
berprasangka, bersyukur, dan takut kepada Allah.
2) Akhlaq kepada Al Qur’an, yaitu adab bagaimana seseorang berinteraksi
dengan Al Qur’an, semisal bagaimana adab membacanya, menghafalnya,
menjaganya, dan mengamalkannya.
3) Akhlaq kepada Rasulullah, yakni bagaimana adab seseorang berinteraksi
dengan Rasulullah dan ajarannya, semisal bagaimana mencintai, mentaati,
dan memuliakan beliau.
4) Akhalq kepada diri sendiri, semisal bagaimana seseorang mensucikan

dirinya, baik secara zohir dan secara batin.
5) Akhlaq kepada makhluk Allah, semisal kepada orang tua, guru, karib
kerabat, tetangga, dan masyarakat secara umum. Termasuk juga bagaimana
berinteraksi dengan binatang dan tumbuhan.
Atau jika ditinjau dari dari keadaannya, adab dan akhlak mulia yang diatur
oleh Islam juga bisa ditemukan ketika makan, minum, berkendara, berbicara,

7

tidur, mandi, menuntut ilmu, berpakaian, dan seterusnya, yang tak satu pun
keadaan di dalam kehidupan keseharian ini kecuali telah diatur bagaimana adab
dan akhlaknya di dalam Al Qur’an dan sunnah.
d. Antara Etika, Moral dan Akhlaq
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan antara etika,
moral, dan akhlaq adalah sama-sama digunakan sebagai tolok ukur untuk
menilai baik atau buruknya tingkah laku seseorang dalam bermuamalah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pula perbedaan antara etika, moral,
dan akhlaq adalah sebagai berikut:
1) Etika, lebih bersifat teoritis/umum.
2) Moral, besifat lokal/khusus.
3) Akhlak, standar penenentuannya adalah Al-Quran dan Al-Hadits.
Jadi perbedaaan antara etika, moral, dengan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruknya. Yang
mana pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran dan
berkembang sesuai dengan hasil pemikiran manusia, pada moral berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum di suatu lingkungan masyarakat, dan pada
akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah wahyu
berupa al-Qur’an dan al-Hadits.

2. Karakteristik Etika Islam
a. Definisi Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: Sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
8

lain. Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional),
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Karakter ini ada dua jenis. Pertama adalah karakter alamiah dan bertolak
dari watak dasar seseorang dan yang kedua adalah karakter yang tercipta
melalui kebiasaan dan latihan.
1) Karakter alamiah dan dasar.
Yaitu karakter yang dimiliki seseorang dengan sendirinya, tanpa adanya
proses pertimbangan dan latihan. Misalnya karakter pemarah yang dikarenakan
hal-hal kecil, karakter pemalu dan sebagainya.
2) Karakter yang tercipta melalui kebiasaan dan latihan.
Pada mulanya, setiap individu memiliki karakter alamiah. Namun karakter
ini bisa berubah menjadi karakter yang lain. Hal ini terjadi karena adanya
pertimbangan dan pemikiran, kemudian melalui praktek terus-menerus hingga
menjadi karakter yang baru. Misalnya seseorang yang memiliki karakter
pemarah, karena ia sering mendengarkan nasihat dan mempertimbangkan hal
tersebut, ia mencoba mengubahnya dan mengontrol kemarahannya sehingga
lama-kelamaan karakter pemarah tadi tergantikan dengan karakter yang
pemaaf.
b. Karakteristik Etika Islam
Etika Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku
yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.

9

2) Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik
dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Qur’an dan alHadits yang shohih.
3) Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan
dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun
mereka berada.
4) Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak
yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya
memanusiakan manusia.

3. Hubungan Tasawuf dengan Akhlaq
a. Tasawuf
Kami

mendefinisikan

tasawuf

sebagai

seni

atau

cara

yang

mengantarkan manusia untuk berada dalam keselarasan dan keseimbangan
penuh. Itulah jalan yang memungkinkan orang mencapai persepsi,
pemahaman dan kepuasan batin dalam setiap situasi dimana pun ia berada.
Interaksi kaum shufi

dalam segala keadaan demikian selaras dan

menyatunya dengan ekologi total sehingga segala tindakannya nampak
sebagai perwujudan cinta dan poerwujudan cinta dan kepuasan

dalam

segala keadaan (Syekh Fadhlullah Haeri, 1994).
Tentang kapan awal munculnya Tasawuf, Ibnul Jauzi mengungkapkan,
yang patsi, istilah shufi muncul sebelum tahun 200 Hijriyah. Ketika pertama
kali muncul, banyak orang yang membicarakannya dengan berbagai
ungkapan. Alhasil tasawuf dalam pandangan mereka merupakan latihan jiwa
dan usaha mencegah tabi’at dari akhlaq-akhlaq yang hina lalu membawanya
ke akhlaq yang baik, hingga mendatangkan pujian di dunia dan pahala di
akhirat.

10

Istilah tasawuf tidak dikenal dalam kalangan generasi umat Islam
pertama (sahabat) dan kedua (tabiin), ilmu tasawwuf menurut Ibn Khaldun
merupakan ilmu yang lahir kemudian dalam Islam, karena sejak masa
awalnya para sahabat dan tabiin serta genearasi berikutnya telah memilih
jalan hidayah (berpegang kepada ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi) dalam
kehidupannya, gemar beribadah, berdzikir dan aktifitas rohani lainya dalam
hidupnya. Akan tetapi setelah banyak orang islam berkecimpung dalam
mengejar kemewahan hidup duniawi pada abad ke-dua dan sesudahnya,
maka

orang-orang

mengarahkan

hidupnya

kepada

ibadat

disebut suffiyah dan mutasawwifin (Ahmad Daudy, 1998).
Abdurrahman Abdul Khaliq, dalam bukunya Al-Fikrus Shufi fi Dhauil
Kitabi wa Sunnah menegaskan, tidak diketahui secara tepat siapa yang
pertama kali menjadi Shufi di kalangan umat Islam. Imam Syafi’i ketika
memasuki kota Mesir mengatakan, Kami tinggalkan Kota Baghdad
sementara di sana kaum zindiq telah mengadakan sesuatu yang baru yang
mereka namakan assama‘ (nyanyian).
Kaum zindiq yang di Maksud Imam Syafi’i adalah orang-orang Shufi.
Dan assama‘ yang dimaksud adalah nyanyian-nyanyian yang mereka
dendangkan. Sebagaimana dimaklumi, Imam Syafi’i masuk Mesir tahun
199 H (Hartono Ahmad Jaiz, 1999).

b. Hubungan antara Tasawuf dengan Akhlaq
Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Suci tidak
dapat didekati kecuali oleh hati yang suci. Telah dijelaskan bahwa akhlaq
adalah gambaran hati (al-qalb) yang dari padanya timbul perbuatanperbuatan. Jika hatinya bersih dan suci maka yang akan keluar adalah
perbuatanyang baik (akhlaq al-mahmudah) dan sebaliknya jika hatinya
kotor maka akan muncul dari perilakunya adalah akhlaq yang buruk
(akhlaq al-mazmumah).
11

Kalau ilmu akhlaq menjelaskan mana nilai yang baik dan mana
yang buruk juga bagaimana mengubah akhlaq yang buruk menjadi akhlaq
yang baik secara zhairiyah yakni dengan cara-cara yang nampak seperti
keilmuan, keteladanan, pembiasaan, dan lain-lain maka ilmu tasawuf
menerangkan bagaimana cara menyucikan hati (tashfiat al-qalb), agar
setelah hatinya suci yang muncul dari perilakunya adalah akhlaq alkarimah. Perbaikan akhlaq, menurut ilmu tasawuf harus berawal dari
penyucian hati. Persoalan yang mengemuka kemudian adalah bagaimana
cara menyucikan hati dalam tasawuf?
Metode tashfiat al-qalb, dalam pendapat para shufi adalah dengan
ijtinab al-minhiyyat (menjauhi larangan Tuhan), adaa al-wajibat
(melaksanakan kewajiban-kewajiban Tuhan), adaa an-nafilat (melakukan
hal-hal yang disunnatkan) dan al-riyadhah. Riyadhah artinya latihan
spiritual sebagaimana yang diajarkan Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam, sebab yang mengotori hati manusia adalah kemaksiatankemaksiatan yang diperbuat manusia akibat ia lengah dari bujukan nafsu
dan godaan setan. Kemaksiatan dapat menyebabkan hati manusia kotor,
kelam, dan berkarat sehingga hati tidak bersungsi dan bisa mati.
Kata para shufi, keadaaan hati ada tiga macam: Pertama hati yang
mati yaitu hati orang-orang kafir, kedua hati yang hidup yaitu hati orangorang beriman, dan ketiga hati yang kadang-kadang hidup dan kadangkadang mati, itulah hati orang-orang fasik dan munafik. Yang harus
diperjuangkan adalah bagaimana cara memperoleh istiqamah dalam hati,
hal ini pun bagian dan bahasan ilmu tasawuf.
Berbicara tujuan ilmu akhlaq berarti berbicara tujuan Islam itu
sendiri. Sebab pada dasarnya akhlaq adalah aktualisasi ajaran Islam secara
keseluruhan. Dalam kaca mata akhlaq tidaklah cukup iman seseorang
hanya dalam bentuk pengakuan, apalagi hanya dalam bentuk pengetahuan.
Yang kaffah adalah iman, ilmu, dan amal. Amal itulah yang dimaksud
akhlaq. Tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu akhlaq adalah
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.

12

4. Aktualisasi Akhlaq dalam Kehidupan Masyarakat
Islam telah mengatur bagaimana seseorang harus beradab dan berakhlak
mulia pada sesama manusia. Diantara adab yang penting untuk dipelajari dan
diamalkan adalah adab dan akhlak di dalam bermasyarakat. Hal tersebut
dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang satu sama lain saling
berinteraksi dengan interaksi yang semakin lama semakin kompleks. Agar di
dalam interaksi sosial tersebut tidak tercipta adanya gesekan-gesekan yang bisa
berujung pada problematika sosial, seperti kekerasan, kerusuhan, kesenjangan,
dan lain-lain, maka penting bagi seseorang untuk mengetahui adab dan akhlak
yang diajarkan oleh Islam di dalam bermasyarakat.
Manusia yang paling paham dan teladan kita yang terbaik dalam
akhlaqnya mulia adalah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, Allah telah
memuji beliau di dalam Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya engkau Muhammad
berada di atas akhlaq yang sangat mulia“ dan dalam ayat lainnya “Telah ada
pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik“. Oleh karenanya wajib bagi kita
untuk mencontoh beliau, termasuk dalam akhlaq beliau.
Berikut di antaranya beberapa contoh bagaimana berakhlak mulia di dalam
bermasyarakat berserta ayat dan hadits yang memerintahkannya:
1) Mencintai saudara sebagaimana mencintai diri sendiri.
“Tidak beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
2) Muliakan tamu dan tetangga.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari dan Muslim)
3) Berbuat baiklah kepada teman.
13

“Sebaik-baik teman di sisi Allah Ta’ala adalah yang paling berbuat baik kepada
temannya” (HR. Tirmidzi, shahih)
4) Tolonglah saudara yang kesulitan.
“Barang siapa yang membantu seorang muslim dan menghilangkan kesulitan
yang ada pada dirinya dari kesuliatan-kesulitan dunia, maka Allah akan
hilangkan baginya kesuliatan dari kesulitan-kesulitan di hari kiamat kelak”
(HR. Muslim)
5) Mudah memaafkan.
“Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat)
maka pahalanya dari Allah” (QS. Asy Syura : 40)
6) Berterimakasihlah atas kebaikan orang lain.
“Tidaklah bersyukur kepada Allah seseorang yang tidak berterima kasih kepada
manusia” (HR. Bukharidalam Al Adab al-Mufrad)
7) Tebarkanlah salam.
“Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya
kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian” (HR.
Tirmidzi, shahih)
8) Hormati yang tua, sayangi yang muda.
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati yang lebih
tua, dan tidak menyayangi yang lebih muda…” (HR. Ahmad, hasan)
9) Menjaga tangan dan lisan dari mengganggu orang lain.
“Seorang muslim yang baik adalah yang membuat kaum muslimin yang lain
selamat dari gangguan lisan dan tangannya” (HR. Bukhari)
14

10) Memberi makan orang miskin.
“Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh
kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi
undangan, menolong orang yang teraniaya, melaksanakan sumpah, menjawab
salam, dan mendoakan orang yang bersin. Dan beliau melarang kita memakai
wadah

(bejana)

dari

perak,

cincin

emas,

kain

sutera, dibaj (sutera

halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal). (HR. Bukhari dan
Muslim)
11) Selalu berbuat baik.
“Setiap kebaikan (perbuatan ma’ruf) adalah sedekah” (HR. Bukhari)
Demikian sedikit pembahasan mengenai penerapan akhlak mulia dalam
kehidupan bermasyarakat di dalam Islam, dan banyak lagi akhlaq mulia yang
lainnya. Dan sepatutnya kita pula bermohon kepada Allah agar senantiasa
diberikan akhlak yang mulia dengan doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Allah, sebagaimana Engkau telah
membaguskan tubuhku, maka baguskanlah akhlak)” (HR. Ahmad)

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Memiliki etika, moral, adalah penentuan untuk baik atau buruknya
perangai seseorang. Etika, moral, dan akhlaq memiliki substansi yang sama,
perbedaannya hanyalah pada dasar yang menjadi patokannya. Etika didasari

15

pada akal pikiran manusia, moral didasari dengan adat istiadat setempat, dan
akhlaq didasari atas Al-Qur’an dan sunnah.
Tasawuf merupakan latihan jiwa dan usaha mencegah tabi’at dari akhlaqakhlaq yang hina lalu membawanya ke akhlaq yang mulia, hingga
mendatangkan pujian di dunia dan pahala di akhirat. Menurut kaum sufi, cara
yang dilakukan untuk mencapai akhlaq mulia adalah dengan menjauhi larangan
Tuhan, melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Tuhan, melakukan hal-hal
yang disunnatkan, dan latihan spiritual sebagaimana yang diajarkan Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam.
Islam telah mengatur bagaimana seseorang harus beradab dan berakhlak
mulia pada sesama manusia. Dan akhlaq-akhlaq mulia tersebut sangat lengkap
tercantum dalam Al-Qur’an dan hadits serta dicontohkan langsung oleh
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

2. Saran
Akhlaq mulia adalah sesuatau yang merupakan bagian dari ajaran agama
Islam. Di zaman sekarang ini, derasnya pengaruh globalisasi telah banyak
menyimpangkan dan merusak akhlaq kaum muslimin. Karena itu, sangat
penting bagi kita pada zaman ini untuk mempelajari dan mengamalkan akhlaq
yang mulia, demi keselamatan kita di dunia, terlebih di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Daudy, Dr. Ahmad . 1998. Kuliah Ilmu Tasawuf. Jakarta : Bulan Bintang.
Haeri, Syekh Fadhlullah. 1994. Belajar Mudah Tasawuf. Jakarta: Lentera
Basritama.
http://buletin.muslim.or.id/akhlaq/adab-dan-akhlak-mulia
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://www.pengertianahli.com/
16

https://www.academia.edu/5511375/Makalah_agama_Etika_moral_akhlak
Jaiz, Hartono Ahmad. 1999. Mendudukkan Tasawuf. Jakarta: Darul Falah.
Ma’moen, H. Muhammad Hilman. 2007. PAI Sebuah Pengantar. Mataram:
Universitas Mataram.

17