Peran Pancasila Dalam Pendidikan dan Unt

Peran Pancasila Dalam Pendidikan dan Untuk
Menumbuhkan Rasa Nasionalisme

Disusun Oleh:
Hizkia Nurul Amin
NIM.11160150000051

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016

ABSTRAK
Hizkia Nurul Amin. 11160150000051. Peran Pancasila dalam Pendidikan dan
Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Jakarta: Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Pancasila dalam pendidikan dan
menumbuhkan rasa nasionalisme dalam kalangan masyarakat maupun mahasiswa. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik

pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
observasi dan wawancara.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Pancasila memiliki peran penting dalam
pendidikan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme. Dengan adanya Pancasila dalam
pendidikan bisa membantu membentuk moral atau sikap generasi muda saat ini yang sudah
terbawa arus globalisasi. Dan juga dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta kepada
bangsa Indonesia. Indonesia mempunyai beragam macam ras, suku, dan budaya, dengan
adanya Pancasila mempunyai peran juga untuk menumbuhkan rasa toleransi terhadap sesama
masyarakat.
Kata Kunci: Peran, Pancasila, Pendidikan, dan Rasa Nasionalisme.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji Syukur atas segala nikmat , iman, sehat dan daya serta upaya yang telah Allah
SWT berikan. Berkat rahmat dan Hidayah-Nya lah kami mampu menyelesaikan karya ilmiah
ini yang berjudul “Peran Pancasila Dalam Pendidikan dan Menumbuhkan Rasa
Nasionalisme”. Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
Pancasila.

Tersusunnya karya ilmiah ini tak lepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan
oleh orang-orang yang berada disekitar saya. Maka, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya yang telah memberikan dukungan.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam karya ilmiah ini,maka dari itu kritik
dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan sebagai sarana evaluasi kesempurnaan
dalam penulisan tugas karya ilmiah ini. Mudah-mudahan karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi pembelajaran Pancasila dan bagi seluruh pembaca Aamiin.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Ciputat, Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i
Daftar Isi ..........................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
A. Pendahuluan ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan ...................................................................................................... 3
A.
B.
C.
D.

Sejarah Pancasila.................................................................................................. 3
Pengertian Nasionalisme...................................................................................... 4
Pancasila Dalam Pendidikan................................................................................ 7
Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi Muda...9

E. Peran Pancasila untuk Menumbukan Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi Muda
BAB III Metodelogi Penelitian ................................................................................... 11
A. Metode Penelitian.............................................................................................. 11
B. Sumber Data....................................................................................................... 11
C. Teknik Penelitian
BAB IV Hasil Penelitian
A. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi Muda ....
B. Peran Pancasila untuk Menumbuhkan Nasionalisme dikalangan Generasi Muda .

BAB V Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................12

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah
memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Hal
ini disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang banyak masuk di negara kita,
akibatnya banyak generasi muda yang melupakan budaya sendiri karena menganggap
bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa
sendiri. Hal ini berakibat nilai-nilai luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi
disebagian besar generasi muda.
Globalisasi merupakan proses tatanan masyarakat yang tidak mengenal batas
wilayah. Globalisasi dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara baik
secara langsung maupun tidak langsung. Globalisasi tidak hanya menjadi tantangan,
tetapi juga sekaligus merupakan peluang untuk lebih mengetahui kehidupan lain di
berbagai belahan dunia.

Globalisasi tentunya membawa dampak bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Dampak globalisasi tersebut meliputi dampak positif dan negatif di
berbagai bidang kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang akan
berpengaruh pada semangat mewujudkan nilai-nilai nasionalisme bangsa.
Semangat nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus
dimiliki bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman ketahanan nasional
terutama globalisasi. Disadari atau tidak, nasionalisme bangsa memberikan pengaruh
yang besar bagi kemajauan suatu bangsa tersebut.
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan
bapak pendiri bangsa ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era
globalisasi, negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar
negara. Sebagai dasar negara, Pancasila harus menjadi acuan negara dalam
menghadapi berbagai tantangan global dunia yang terus berkembang.
Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasi
batasan-batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai kebudayaan
asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat.

Sehubungan hal tersebut, generasi muda sebagai pilar bangsa diharapkan
memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme dengan tetap bertahan pada nilai-nilai

budaya bangsa Indonesia meskipun banyak budaya asing masuk di negara Indonesia.
Dengan berlandaskan Pancasila diharapkan pengaruh budaya asing bisa disaring
sehingga generasi muda bisa menjadi generasi yang benar-benar cinta pada tanah air
Indonesia apapun keadaanya.
Untuk memahami kaitan antara Pancasila dan nasionalisme bangsa, maka
karya ilmiah ini berusaha menjelaskan terlebih dahulu mengenai sejarah Pancasila,
pengertian nasionalisme, pengaruh globalisasi serta peranan Pancasila dalam
menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia di era
globalisasi.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah Pancasila?
b. Apa pengertian Nasionalisme?
c. Bagaimana Pancasila dalam pembelajaran?
d. Apa pengaruh globalisasi terhadap nilai nasionalisme dikalangan generasi
muda?
e. Apa peran Pancasila untuk menumbuhkan nilai nasionalisme dikalangan
generasi muda?
C. Tujuan
a. Mengetahui sejarah Pancasila
b. Mengetahui pengertian nasionalisme

c. Mengetahui Pancasila dalam Pembelajaran
d. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap nilai nasionalisme dikalangan
generasi muda
e. Mengetahui peran Pancasila untuk menumbuhkan nilai nasionalisme
dikalangan generasi muda

BAB II
Pembahasan
A. Sejarah Pancasila
-

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang:

Dokuritsu Junbi Cosakai atau dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai) adalah sebuah
badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang pada tanggal 29
April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk
sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa
Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 63
orang yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase

Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai)
dengan anggota berjumlah 21 orang sebagai upaya pencerminan perwakilan etnis
[1]terdiri berasal dari 12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari
Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari maluku,
1 orang dari Tionghoa.
-

Rapat Pertama
Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta

yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung
tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR pada jaman kolonial Belanda.
Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan
harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Pada rapat pertama ini terdapat 3
orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya
mengemukakan lima asas yaitu:
1. Peri Kebangsaan


2. Peri Ke- Tuhanan
3. Kesejahteraan Rakyat
4. Peri Kemanusiaan
5. Peri Kerakyatan
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas
yaitu:
1. Persatuan
2. Mufakat dan Demokrasi
3. Keadilan Sosial
4. Kekeluargaan
5. Musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang
disebut Pancasila yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau

bilamana diperlukan dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:
a. Sosionasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan yang berkebudayaan

Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas
kembali disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong
merupakan upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah
dalam satu-kesatuan. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah
Pancasila, namun konsep bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui
dengan urutan serta redaksi yang sedikit berbeda.
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI
mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.
-

Masa antara Rapat Pertama dan Kedua
Sampai akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk

perumusan dasar negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk
menggodok berbagai masukan. Panitia kecil beranggotakan 9 orang.

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan
(nasionalis) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan
kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan
Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Setelah bangsa Indonesia berhasil merebut kedaulatan dan berhasil mendirikan
negara merdeka, perjuangan belum selesai. Perjuangan malah bisa dikatakan baru
mulai, yaitu upaya menciptakan masyarakat yang sejahtera lahir batin, sebagaimana
diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Para pendiri Negara (the founding father)

telah sepakat bahwa kemerdekaan bangsa akan diisi nilai-nilai yang telah ada dalam
budaya bangsa, kemudian disebut nilai-nilai Pancasila.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara dapat dikatakan mulai pada masa
orde lama, tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Indonesia baru memproklamirkan
diri kemerdekaannya. Apalagi Soekarno akhirnya menjadi presiden yang pertama
Republik Indonesia
Walaupun baru ditetapkan pada tahun 1945, sesungguhnya nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila disarikan dan digali dari nilai-nilai budaya yang telah
ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pencetus dan penggali Pancasila yang
pertama adalah Soekarno sendiri. Sebagai tokoh nasional yang paling berpengaruh
pada saat itu, memilih sila-sila yang berjumlah 5 (lima) yang kemudian dinamakan
Pancasila dengan pertimbangan utama demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
dari Sabang sampai Merauke.
Pancasila yang merupakan dasar dan ideologi negara dan bangsa wajib
diimplementasikan dalam seluruh aspek kehidupan bernegara. Dalam mewujudkan
Pancasila melalui kebijakan ternyata tidaklah mulus, karena sangat dipengaruhi oleh
pimpinan yang menguasai negara, sehingga pengisian kemerdekaan dengan nilai-nilai
Pancasila menampilkan bentuk dan diri tertentu.

B. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara
sendiri serta kesadaran anggota dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas,
kemakmuran, dan kekuatan bangsa.
Nasionalisme menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut :
1. Joseph Ernest Renan mengatakan bahwa nasionalisme adalah sekelompok
individu yang ingin bersatu dengan individu-individu lain dengan dorongan
kemauan dan kebutuhan psikis. Sebagai contoh adalah bangsa Swiss yang terdiri
dari berbagai bangsa dan budaya dapat menjadi satu bangsa dan memiliki negara.

2. Otto Bauer mengatakan bahwa nasionalisme adalah kesatuan perasaan dan
perangai yang timbul karena persamaan nasib, contohnya nasionalisme negaranegara Asia.
3. Menurut Hans Kohn nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertinggi inividu harus diserahkan kepada negara kebangsaan dan
bangsa.
4. Louis Snyder mengemukakan nasionalisme adalah hasil dari faktor-faktor politis,
ekonomi, sosial dan intelektual pada suatu taraf tertentu dalam sejarah. Sebagai
contoh adalah timbulnya nasionalisne di Jepang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasionalisme adalah kecintaan
alamiah terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan
dan kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan
dijadikan sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan kebudayaan
dan ekonomi.
C. Pancasila dalam Pendidikan
Perkembangan era globalisasi yang nampak begitu cepat turut mempengaruhi
kehidupan bangsa indonesia. Tak mau ketinggalan, segala kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang ada dan baru senantiasa berusaha diikuti oleh
bangsa Indonesia. Keinginan kita untuk selalu maju agaknya tak sedikit berdampak
dan membawa pengaruh bagi bangsa ini. Baik itu berupa dampak positif maupun
negatif.
Dinamisme zaman yang terjadi saat ini, memudahkan manusia dalam
menjalankan kehidupannya. Namun, berbagai tawuran antar pelajar, genk motor,
pergaulan bebas, penggunaan narkotika dan obat terlarang saat ini merupakan hal
yang biasa dan sering didengar oleh telinga kita. Indonesia menangis. Degradasi
moral terjadi hampir di semua kalangan, di masyarakat. Termasuk pula dari jenjang
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Pengenalan Pancasila harus dimulai dari berbagai lingkungan pendidikan.
Baik itu di keluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal, maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan non
formal. Kesemua ranah pendidikan tersebut harus melekat dengan nilai- nilai
Pancasila.

Pertama, dalam lembaga pendidikan informal seperti keluarga. Keluarga
merupakan jenjang pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Ini berarti,
bagaimana karakter anak berkembang nantinya bergantung dari pola asuh yang
diterapkan di rumah. Apakah pola asuh yang memberi kebebasan pada anak, pola
asuh yang mewajibkan anak untuk selalu patuh, atau pola asuh antara orangtua dan
anak saling mengerti tanggungjawab, hak dan kewajiban masing-masing. Selanjutnya
untuk menanamkan moral yang baik pada anak, orang tua juga harus memiliki
karakter yang tentu saja lebih baik terlebih dahulu. Dengan begitu orangtua seakan
menjadi teladan bagi anak dalam bertindak sehingga anak senantiasa berhati-hati
dalam bertingkah laku.
Kedua, dalam ranah lembaga pendidikan formal atau sekolah, peran seorang
guru sangat penting dalam membentuk karakter siswanya. Para guru yang merupakan
orangtua kedua siswa di sekolah, perlu senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila yang sebenarnya. Mulai dari kebiasaan untuk berdoa setiap kegiatan belajar
mengajar, saling toleransi antar teman, menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak
membeda- bedakan antara siswa satu dengan siswa lain.
Ketiga, implementasi pendidikan Pancasila di masyarakat tentu dimulai dari
sekitar lingkungan rumah. Keberagaman etnis yang ada di masyarakat hendaknya
menjadi suatu warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana semboyan yang dimiliki
bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun negara Indonesia terdiri
dari beragam suku, namun kerukunan antar seluruh umat tetap perlu dijunjung tinggi.
Nah, mengingat barbagai fenomena moral yang sangat krusial, dunia
pendidikan baik itu pendidikan informal, formal maupun non formal hendaknya terus
menerus melakukan inovasi dan melakukan perbaikan agar benar-benar bisa menjadi
lebih baik dalam menjalankan fungsinya sebagai alat untuk melakukan pengenalan
nilai-nilai moral untuk terbentuknya insan yang berkarakter.
Dengan demikian, aktualisasi pendidikan Pancasila sebagai karakter bangsa
Indonesia adalah sebuah konsekuensi logis guna semakin terciptanya sumber daya
manusia yang cerdas holistik sebagaimana tertera dalam tujuan pendidikan nasional
dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.1
D. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di
kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh
globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri
sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul
dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti
selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang
minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan.
Pada hal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak
ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka
jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang
mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai
dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa
batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah
menjadi santapan mereka sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita
memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian.
Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada
lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat
menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan
santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena
globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka

1

IT RAPENDIK, “Pentingnya Peran Pendidikan Pancasila Untuk Membangun Generasi Bangsa yang Cerdas dan

Bekarakter”diakses

dari

http://www.rapendik.com/single-post/2016/03/24/PENTINGNYA-PERANAN-PENDIDIKAN-

PANCASILA-UNTUK-MEMBANGUN-GENERASI-BANGSA-YANG-CERDAS-DAN-BERKARAKTER. Pada tanggal
17 Desember 2016 pukul 16.23

hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan
kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih
banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk
mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
E. Peran Pancasila untuk Menumbukan Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi
Muda
Pancasila sejak masa Orde Baru runtuh sampai sekarang ini dianggap sebelah
mata oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyimpangan yang dilakukan oleh
pemerintah dan telah melanggar nilai-nilai dari Pancasila. Penyimpangan terbesar dan
yang paling sulit untuk dibasmi adalah masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme), masalah yang seolah-olah sudah menjadi penyakit mendarah daging di
Indonesia ini. KKN dilakukan karena kurang adanya rasa nasionalisme dalam bangsa
Indonesia tersebut, dan tidak mengamalkan Pancasila dengan baik dan benar.
Sebagai bangsa yang baik harus dapat menentukan mana sesuatu yang baik
dan mana yang buruk. Dalam kata lain, tidak boleh melanggar nilai-nilai yang
terdapat pada Pancasila. Bangsa yang baik juga harus dapat memisahkan antara
kepentingan pribadi dan golongan, dengan kepentingan bersama yakni kepentingan
bersama harus didahulukan. Tetapi dalam keseharian, sikap mengutamakan
kepentingan bersama sangat susah dan hampir dikatakan mustahil untuk dihapuskan
karena masalah pribadi, hubungan pertemanan, relasi, dan hubungan darah merupakan
hubungan yang erat dan bahkan dapat mengalahkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa Indonesia.
Pancasila yang sejak dahulu diciptakan sebagai dasar negara dan sudah sejak
nenek moyang kita digunakan sebagai pandangan hidup sudah seharusnya dijadikan
pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat. Demikian juga bagi generasi muda, Pancasila yang mulai kehilangan
pamornya di kalangan generasi muda diharapkan akan muncul kembali kejayaannya
jika generasi muda mulai sadar dan memahami fungsi Pancasila serta melaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Semangat nasionalisme dan patriotism di kalangan generasi muda mulai
menurun. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya generasi muda yang menganggap bahwa
budaya barat lebih modern dibanding dengan budaya sendiri. Generasi muda terutama

di kalangan mahasiswa pelajar, banyak mengekor budaya barat dari pada budaya
sendiri. Hal ini bisa dilihat dari cara bersikap, berpakaian, berbicara sampai pola
hidup yang cenderung meniru budaya asing dari pada budayanya sendiri.
Menurut

Rajasa

(2007),

generasi

muda

mengembangkan

karakter

nasionalisme melalui tiga proses yaitu :
1. Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda berperan
membangun karakter positif bangasa melalui kemauan keras, untuk menjunjung
nilai-nilai moral serta menginternalisasikannya pada kehidupan nyata.
2. Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role model dari
pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan berinisiatif membangun
kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi, misalnya menyerukan penyelesaian
konflik.
3. Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda berperan dan
berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat dalam

proses

pembelajaran dalam pengembangan karakter positif bangsa sesuai dengan
perkembangan zaman.2

2 Widya Andiks, “Peranan Pancasila dalam Pendidikan”,diakses dari http://widyaandiks.blogspot.co.id/2013/12/makalahperanan-pancasila-dalam.html, pada tanggal 8 Desember 2016 pukul 9.27

BAB III
Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode penelitian jenis penelitian
kualitatif deskriptif, yakni mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten,
kemudian menyeleksi, membandingkan, menganalisa data dan hasil penelitian berupa
data dan informasi yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti serta manarasikan
untuk mengambil keputusan.
Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi
obyek alamiah. Pendekatan kualitatif ini bersifat luwes, tidak lazim dalam
mendifinisikan konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan
manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna
dilapangan.
Penulis berharap melalui pendekatan kualitatif ini dapat menggambarkan dan
menganalisis Peran Pancasila dalam pendidikan dan untuk menumbuhkan rasa
nasionalisme yang dilakukan mahasiswa dan siswa melalu pelajaran ataupun mata
kuliah. Tujuan dari penelitian deksriptif adalah menghasilkan gambaran akurat
tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan,
memberikan gambaran lengkap baik dalam berntuk verbal, menyajikan informasi
dasar

akan

suatu

hubungan,

menciptakan

seperangkat

kategori

dan

mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses,
serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
B. Sumber Data
Pemilihan informan dengan maksud tidak selalu menjadi wakil dari seluruh
objek penelitian, tetapi yang penting informan memiliki pengetahuan yang cukup
serta mampu menjelaskan keadaan sebenarnya tentang obyek penelitian. Apabila
pengetahuan dan kemampuan informan terbatas dalam menjelaskan objek penelitian,
maka informasi yang diperoleh dari informan otomatis terbatas pula, termasuk
terbatas pada kebenaran informasi yang dapat diamati dan dijelaskan informan sendiri
terhadap kejadian yang terjadi dialaminya.

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan informan
dalam penelitian ini adalah purposive (bertujuan) sampling yang memberikan
keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahai obyek atau situasi sosial
yang diteliti.
C. Teknik pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh secara langsung,
sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
1.

Observasi
Ketika peneliti mengumpulkan data untuk tujuan penelitian ilmiah,
kadang-kadang perlu memperhatikan berbagai fenomena, atau menggunakan
pengamatan orang lain yang sudah dilatih peneliti terlebih dahulu untuk tujuan
tersebut.3
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi non-partisipan
karena jauhnya peneliti dan fenomena topik yang diteliti mengurangi bias
pengaruh peneliti pada fenomena tersebut. Observasi ini untuk penelitian dan
pengamatan sistematis dalam rangka menyimpulkan data dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap penelitian yang akan diteliti.
Metode ini digunakan untuk mengamati Peran Pancasila Dalam Pendidikan dan
Menumbuhan Rasa Nasionalisme

2.

Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam
proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor berinteraksi dan
memengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara,

3 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) , Cet. ke-3
h.37

responden, topik, penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi
wawancara.4
Kelebihan dari instrumen wawancara sebagai berikut:
a.

Wawancara mempunyai manfaat besar dalam mengidentifikasi dan mengatasi
masalah-masalah kemanusiaan.

b.

Wawancara dapat memberikan informasi tambahan untuk memperkuat data
yang diperoleh.5

c.

Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer
dengan memberikan penjelasan.

d.

Fleksibel,

pelaksanaannya

dapat

disesuaikan

dengan

masing-masing

individu.6

4 Sofian Effendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h.207
5 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) , Cet. ke-3
h.60
6 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet ke-5, h.66

BAB IV
Hasil Penelitian
1. Pancasila dalam Pendidikan
Pancasila dalam pendidikan sangat penting. Pendidikan adalah investasi
jangka panjang, pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Bagaimana agar
program sekolah bisa efektif dan tepat sasaran untuk anak- anak. Setiap program yang
dicanangkan oleh pemerintahan tentunya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku
di Negara ini, sudah pasti yaitu pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum. Sehingga proses pelaksanaannya harus disesuaikan dengan pancasila.
Pancasila dalam pendidikan sangat berperan penting karena pancasila itu
sebagai ideologi atau pedoman bangsa ini, Pancasila menggambarkan atau
mencerminkan sikap- sikap bangsa Indonesia dan kita harus menerapkan sila- sila
yang ada di Pancasila ke dalam kehidupan kita, dan juga adanya Pancasila dapat
membentuk moral adab, perilaku dan kepribadian yang sehat, jiwa nasionalisme, rasa
toleransi dalam beragama, ras maupun suku.
Dengan adanya Pancasila bisa menambah rasa ingin tahu makna setiap silasila Pancasila. Pertama, jika patuh pada tuhan yang maha esa sesuai sila pertama, kita
akan mampu menjaga titipan yang diberi tuhan maha esa. Kedua, jika kita patuh pada
sila kedua hidup kita pasti akan bertingkah menunjukan perilaku yang beradab,
sehingga nasionalisme sesama masyarakat. Ketiga, kita akan hidup untuk saling cinta
mencitai satu sama lain, untuk menjaga keutuhan suku, ras dan budaya yang ada di
Indonesia sehingga masyarakat memiliki rasa nasionalisme. Keempat, jika masyarakat
Indonesia menerapkan atau menjalankan sila keempat, pasti pemimpin negara,
menteri- menteri, akan memimpin negeri ini dengan penuh keterbukaan/ transparan
dalam prinsip pemerintahannya. Bukan diam- diam banyak pencitraan dan akhirnya
terjatuh ke jurang keserakahan. Kelima, hampir sama dengan sla keempat, namun
semua aspek negeri ini belum memberikannkeadilan dan kesejahteraan yang merata.
Akan tetapi, jika kesadaran semua aspek untuk memeratakan itu (keadilan sosial)
didasari dengan benar- benar menyesuaikan sila ke lima Pancasila yaitu masyarakat
akan punya rasa nasionalisme dalam membangun negara Indonesia dan saling
mensejahterakan atau membantu masyarakat yang kurang mampu.
Dengan mempelajari Pancasila masyarakat akan lebih mudah untuk menerima
perbedaan yang ada di Indonesia, karena kita tahu di Indonesia banyak sekali ras,
suku, budaya yang akan menimbulkan perbedaan, maka dari itu dengan belajar
Pancasila akan ada ajaran untuk saling menghargai atau menghormati satu sama lain.

Begitupun dengan HAM (Hak Asasi Manusia), tidak semua masyarakat di Indonesia
apa itu HAM, atau pun bagaimana cara kerja HAM. Masih banyak masyarakat
Indonesia yang tidak mendapatkan hak nya untuk mengenyam pendidikan karna
keterbatasan biaya, dengan itu pemerintahan mengadakan program sekolah gratis 12
tahun yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia, dan
mengetahui ideologi Pancasila untuk menerapkan dalam kehidupan sehari- hari.
2. Peran Pancasila untuk Menumbuhkan Nilai Nasionalisme dikalangan Generasi
Muda
Peran Pancasila dalam menumbuhkan rasa nasionalisme sangat penting saat
ini karna sekarang di zaman modern ini banyak generasi muda yang sudah terbawa
arus globalisasi. Pancasila berperan besar dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan
patriotisme di kalangan generasi muda. Apapun langkah tindakan yang dilakukan
harus selalu didasarkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang memiliki lima sila yang
antara sila satu yang lain saling menjiwai dan dijiwai dan menunjukan satu kesatuan
yang utuh, memiliki makna yang sangat dalam untuk menjadi landasan bersikap
bertindak dan bertingkah laku. Berbagai tantangan sudah dialamai bangsa Indonesia
untuk menggantikan ideologi Pancasila tidak menggoyahkan keyakinan kita bahwa
Pancasila yang cocok sebagai dasar negara dan sebagai ideologi sejati di negara
Indonesia. Pancasila dijadikan acuan para generasi muda dalam bersikap bertindak
dan bertutur kata yang sesuai dengan norma Pancasila.
Nasionalisme dapat dipupuk kembali dalam momentum-momentum yangtepat
seperti pada saat peringatan hari sumpah pemuda, hari kemerdekaan, hari pahlawan
dan hari besar nasional lainnya. Bukan itu saja nasionalisme juga dapatdibangun
melalui karya seni seperti menciptakan lagu-lagu yang berslogan cintatanah air,
melukis, seni peran yang bertajuk semangat juang untuk negara dan karya-karya seni
lainnya. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh,misal semangat
mencintai produk dalam negeri. Menanamkan dan mengamalka nilai- nilai Pancasila
dengan sebaik- baiknya. Menanamkan dan melaksanakanajaran agama dengan sebaikbaiknya. Mewujudkan supremasi hukum,menerapkan dan menegakkan hukum dalam
arti sebenar- benarnya dan seadil-adilnya. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di
bidang politik, ideologi,ekonomi, sosial budaya bangsa.Pancasila telah dirumuskan
sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup
bangsa Indonesia, dan dasa rnegara Indonesia. Juga sekaligus menjadi tujuan hidup

bangsa Indonesia. Karenaitu, Pancasila tak bisa terlepas dari tata kehidupan rakyat
sehari-hari mengingat Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita
moral yangmeliputi seluruh jiwa dan watak yang telah berakar dalam kebudayaan
bangsa Indonesia.
Seringkali kita mendengar demonstrasi-demonstrasi yang anarkis dilakukan
mahasiswa mengatasnamakan perjuangan atas nama rakyat yang ujung-ujungnya
pengrusakan fasilitas-fasilitas pemerintah, membakar mobil dan lain-lain. Juga
terjadinya kerusuhan-kerusuhan pertandingan sepak bola yang dilakukan oleh
suporter masing-masing kesebelasan yang merasa tidak puas akan kekalahan timnya.
Dan juga tawuran pelajar masih juga terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia.

BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Pancasila adalah ideologi atau pedoman bagi bangsa ini, dan mempunyai
peran penting yang sangat penting dalam proses pendidikan di Indonesia. Dengan
mempelajari

sejarah,

peran

Pancasila

dalam

pendidikan

untuk

membantu

menumbuhkan rasa nasionalisme kepada generasi muda yang sudah mengikuti arus
globalisasi dan sebenarnya peran pancasila dimasyarakat juga mempunyai peran yang
penting juga, seperti menghargai atau menghormati sesama masyarakat walaupun kita
berbeda, karena Indonesia memiliki suku, ras dan budaya berbeda- beda. Dengan
menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari- hari bangsa ini akan menjadi lebih
baik lagi kedepannya.
B. Saran
Semoga tersusunnya karya tulis ini dapat menambah wawasan dan minat
para pembaca, khususnya bagi penulis pribadi akhirnya penulis menyadari segala
kekurangan yang melekat pada karya tulis ini. Untuk itu kritik dan saran dari semua
teman-teman dan dosen merupakan suatu hal yang sangat
penulis semoga segala ikhtiar kita di ridhai Allah SWT.

diharapkan

DAFTAR PUSTAKA
IT RAPENDIK, “Pentingnya Peran Pendidikan Pancasila Untuk Membangun Generasi
Bangsa yang Cerdas dan Bekarakter”diakses dari http://www.rapendik.com/singlepost/2016/03/24/PENTINGNYA-PERANAN-PENDIDIKAN-PANCASILA-UNTUKMEMBANGUN-GENERASI-BANGSA-YANG-CERDAS-DAN-BERKARAKTER.

Pada

tanggal 17 Desember 2016 pukul 16.23
Widya

Andiks,

“Peranan

Pancasila

dalam

Pendidikan”,diakses

http://widyaandiks.blogspot.co.id/2013/12/makalah-peranan-pancasila-dalam.html,

dari
pada

tanggal 8 Desember 2016 pukul 9.27
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) , Cet.
ke-3 h.37 dan h.60
Sofian Effendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h.207
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet ke-5, h.66