Produk berpikir dan penafsirannya (1)

Proposal Berpikir Perancangan
RUANG PERTUNJUKKAN SENI DI TENGAH LINGKUNGAN
PERKANTORAN di JL. Jenderal Sudirman YOGYAKARTA
TEORI URBAN LANDSCAPE SEBAGAI PENDEKATAN PERANCANGAN
TEORY of URBAN LANDSCAPE AS DESIGN APPROACH

Disusun Oleh :
ELMIWAN IQBAL TAWAKAL
11512162
Dosen Pembimbing :
Ir. Rini Darmawati. MT

Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Jurusan Arsitektur
Universitas Islam Indonesia
20013 / 2014

ABSTRAK
Dalam lingkungan perkantoran, biasanya hanya ada gedung-gedung tinggi yang
memenuhi lingkungan sepanjang jalan. Daerah yang menjemukkan ini semakin tumbuh
seiring dengan tumbuhnya sebuah ekonomi kota, tanpa kita sadari . nantinya, ruang-ruang

publik akan semakin sempit. Tidak ada lagi hiburan yang segar, tradisional, menyenangkan
dan relaksasi bagi para pekerja di lingkungan tersebut. Kemudian, akhir-akhir ini kota Jogja
sedang membangun secara besar-besaran, banyak mall di bangun dimana-mana, apartemen
tumbuh tidak terkendali, dengan keadaan yang terus seperti ini kota jogja di masa depan akan
sangat sesak dan menjenuhkan, macet dimana-mana, bahkan memungkinkan terjadinya
banjir. Hal-hal seperti ini membuat kita dilema, di satu sisi ekonomi kota akan naik, tapi di
sisi lain, akan timbul banyak masalah seperti yang dapat kita lihat di kota metropolitan
Jakarta. Lalu pertanyaanya adalah, sudah siapkah masyarakat jogja menerima hal-hal yang
mungkin terjadi nantinya dengan berkembang pesatnya pembangunan di kota Jogja?
Bagaimana infrastruktur pemerintah mengimbangi pembangunan ini? Hal yang berhubungan
langsung dengan kondisi kota mungkin bisa di rencanakan, namun beberapa hal tersebut pasti
juga akan mempengaruhi kondisi perilaku dan emosional para manusia yang berada di
lingkungan ini, lingkungan yang baru buat mereka. Dan disini yang akan kita bahas adalah
para pekerja, para karyawan. Karyawan adalah salah satu kunci suksesnya sebuah
perusahaan, suksesnya sebuah bisnis, dan suksesnya sebuah rencana pembangunan. Dan
seringkali para pemimpin perusahaan kurang perduli dengan karyawannya, mereka hanya
fokus bagaimana perusahaan bisa maju. Kemudian dapat kita bayangkan jika seorang
karyawan bekerja selama 8 jam sehari, tidak ada waktu senggang dan nyaman untuk mereka,
tidak ada hiburan ditengah pekerjaan, lalu setelah pulang terjebak macet dimana-mana.
Mungkin hal-hal inilah yang mungkin akan mengubah perilaku para warga jogja, mereka jadi

emosional dll, dan Jogja tidak ramah lagi. Oleh karena itu pemberian ruang relaksasi di
lingkungan terberat mereka yaitu kantor menjadi penting adanya. Di jalan Jenderal Sudirman
sebelah utara McDonald sudah sangat penuh dengan bank-bank, hotel, tempat makan biasa
dan perkantoran lainnya, namunn masih ada tempat kosong yaitu sebelah mc Donald. Tempat
itulah yang rencananya akan dibangun ruang pertunjukkan seni yang gratis, nyaman, santai,
dan bisa untuk relaksasi para pekerja sambil menikmati makan siang.
Dengan fakta tersebut sudah jelas dapat disimpulkan bahwa nantinya para
pekerja akan lebih butuh hiburan yang bias menyegarkan pikiran mereka. Di jalan Jenderal
Sudirman sebelah utara McDonald sudah sangat penuh dengan bank-bank, hotel, tempat
makan biasa dan perkantoran lainnya, namunn masih ada tempat kosong yaitu sebelah mc
Donald. Tempat itulah yang rencananya akan dibangun ruang dan panggung pertunjukkan
seni yang gratis, nyaman, santai, dan bisa untuk relaksasi para pekerja sambil menikmati
makan siang. Panggung di desain indoor dan semi concert hall. Jadi suara yang dihasilkan
nantinya tidak akan mengganggu para pekerja yang sedang bekerja.
Kata Kunci : Perkantoran, Kota, Pekerja , Jenuh , Relaksasi,

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Judul

Ruang pertunjukkan seni di lingkungan perkantoran mempunyai arti :
Ruang/ Panggung pertunjukkan seni : Tempat yang digunakan untuk menghibur,
menunjukkan kesenian tradisional ataupun modern, tempat mempertontonkan
hal-hal yang unik dan menyenangkan.
Perkantoran : lingkungan yang penuh dengan gedung-gedung yang berfungsi
sebagai kantor, tempat para pekerja, lingkungan yang ramai dan banyak orang
memiliki kepentingan di tempat-tempat tersebut
Jalan Jendral Sudirman Yogyakarta : kota dalam provinsi DIY yang berbasis
Kerajaan, merupakan kota tradisional, kota istimewa di Indonesia.
1.2 Latar Belakang
1.2.1 Sejarah pecinan Lasem
Lasem merupakan ibu kota kecamatan di Kabupaten Rembang. Berada di sebelah
timur Kabupaten Rembang, Lasem memiliki daerah yang cukup strategis karena daerah ini di
lalui oleh jalur pantura. Sebagai daerah yang kecil dan kurang berkembang, Lasem ternyata
menyimpan segudang cerita sejarah tentang kependudukan warga Tionghoa di Indonesia.
Sejarah Lasem berawal ketika orang Tionghoa mendarat dipulau jawa sekitar abad ke13. Tujuannya utama mereka adalah untuk berdagang. Oleh karena itu, mereka endirikan
pemukiman di jalan Dusun, diman pemukiman tersebut merupakan daerah di sekitar dermaga
Lasem.
Keberadaan Lasem sebagai kota pecinan tumbuh pesat. Menurut sesepuh kota Lasem
di ceritakan ketika terjadinya pembantaian besar besaran di Batavia oleh Belanda, banyak

dari orang Tionghoa yang melarikan diri menuju Lasem.keberadaan orang Tionghoa dalam
jumlah besar tersebut, membuat Lasem menjadi pusat kekuatan warga Tionghoa untuk
melawan Belanda. Dalam upaya meredam warga Tionghoa akhirnya Belanda menyerang
Lasem dan akhirnya Lasem jatuh ditangan pemerintah Belanda. Pada saat itu, Lasem
dijadikan satu dengan Kabupaten Rembang menjadi kota kecamatan.

Dibawah pemerintahan Belanda, Lasem berubah menjadi kota modern dengan di
dirikannya galangan kapal, jalan raya, serta pembangunan rel kereta api sebagai penghubung
Lasem dan kota-kota lainnya. Berkembangnya Lasem, membuat pemukiman pecinan Lasem
menjadi besar. Jalan raya menjadi poros pemukiman yang kemudian menyebar ke berbagai
daerah di Lasem.
1.2.2 Kegiatan dan Aktifitas Terkait Produksi Batik Tulis Lasem
Keberadaan masyarakat Tionghoa di Lasem dalam kurun waktu yang lama dan dalam
jumlah yang besar tidak menyebabkan hubungan dengan masyarakat pribumi menjadi
renggang, melainkan terjadi hubungan baik antara keduanya. Warga tionghoa mampu
berinteraksi dengan baik, sehingga tumbuhlah suatu peleburan budaya di antara mereka, baik
dalan segi kesenian, sosial, arsitektural maupun spiritual.
Salah satu kebudayaan yang di hasilkan dari akulturasi budaya keduanya adalah batik
tulis Lasem. Batik ini mempunyai nilai seni dan ekonomi yang tinggi. Dengan ekonomi dan
nilai seni yang tinggi , tak di pungkiri lagi jika batik tulis Lasem menjadi buruan penikmat

Batik dan menjadi komoditas yang menjadi tulang punggung kebanyakan warga Lasem.
Kehidupan Batik tulis Lasem ternyata mengalami pasang surut. Puncak kejayaan
Batik Lasemberada di periode akhir abad ke-19nhingga tahun 1970an. Pada periode tersebut
pasar penjualan batik telah menembus pasar luar negeri hingga ke Asia Timur dan benua
Eropa . dengan besarnya komoditas ini, batik tulis Lasem menjadi 5 centra Batik terbesar di
Indonesia bersama Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Cirebon.
Namun, kedigdayaan tersebut tidak nampak setelah periode tersebut. Saat ini batik
Lasem sedang mengalami masa untuk kembali lagi menuju ke masa keemasan. Zaman
dahulu, warga Tionghoa memegang kendali akan keberlangsungan batik. Hampir setiap
rumah warga keturunan Tionghoa memiliki usaha batik. Keberadaan pengusaha sekarang ini
semakin menurun dengan banyaknya pengusaha batik yang beralih profesi dan memilih
meninggalkan industri batiknya untuk beralih mencari pekerjaan di kota besar.
Sejak beberapa tahu terakhir industri batik mulai menunjukkan kemajuan yang baik.
Pemasaran batik tulis Lasem telah mampu menembus pasar Luar negeri yaitu pasar kanada
dan pasar jepang. Dengan pasar yang lebih luas ini, batik lasem telah menjadi komoditas
yang menjanjikan di masa yang akan datang.
1.2.3 Permasalahan Arsitektur di Pecinan Lasem
Pemukiman pecinan di Lasem merupakan pemukiman yang unik jika di bandingkan
dengan daerah pecinan yang lain di indonesia. Hampir tidak ada rumah dan toko khas
pecinan yang ada di Lasem, kecuali beberapa deret di daerah selatan alun-alun.

Sebagai daerah yang memiliki identitas sebagai pemukiman pecinan yang mempunyai
bangunan-bangunan bersejarah, masalah yang di hadapi Lasem hampir sama dengan
beberapa daerah lain yang mempunyai identitas yang kuat. Adapun permasalahan yang sering
ditemui di daerah seperti ini antara lain, menambah bagian baru guna perluasan bangunan

tanpa memperhitungkan nilai estetika dan terkesan asal ; memotong muka bangunan karena
pelebaran jalan dan kemudian memberi muka baru dan desain baru sesuka hati ; dan terakhir
adalah penghilangan atau penghancuran sebagian bangunan atau seluruh bangunan guna di
bangun sebuah bangunan baru yang desainnya memiliki estetika yang lebih rendah dari
bangunan aslinya, sehingga merusak ci arsitektur lingkungannya.
Hal tersebut merupan beberapa penyebab hilangnya beberapa bangunan-bangunan
tradisional Lasem yang menjadi identitas Lasem. Apalagi jika daerah tersebut tidak memiliki
hukum yang mengikat sebagai daerah yang harus dilindungi, sehingga diperlukan suatu
metode dalam merancang bangunan baru yang memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.
Metode urban infill merupakan salah satu metode yang cocok dalam merancang pada
kawasan tradisional ini.
1.2.4 Perlunya Galeri Batik Tulis di Pecinan Lasem
Lasem merupakan daerah yang mempunyai nilai sejarah dan budaya yang tinggi.
Bangunan-bangunan peninggalan masa lampau sebagian besar masih berdiri membentuk citra
kota lama yang telah mati. Hal tersebut juga yangterjadi pada batik tulis Lasem.tingkat

kejayaan beberapa abad silam, hanya bisa kita dengar melalui cerita di masa lalu.
Keadaan ini terlihat seakan-akan seperti terputusnya hubungan antara masa lalu dan
masa sekarang. Tidak terlihat lagi bangunan yang mencerminkan kejayaan pecinan Lasem
sebagai penghasil batik tulis Lasem. Oleh karena itu di butuhkan dibutuhkan suatu
penghubung berupa wadah yang mampu menghubungkan kembali antara masa lalu dan masa
kini. Salah satunya adalah dengan museum batik tulis Lasem.
Galeri batik Lasem ini diharapkan menjadi sarana yang mampu memberikan
informasi promosi, konservasi serta memperkuat identitas Lasem sebagai salah satu daerah
pemukiman pecinan terbesar dan daerah penghasil batik berkelas di Indonesia.

RUMUSAN MASALAHAN
PermasalahanUmum
Daerah perkantoran biasanya harus selalu kondusif dan tenang, namun juka terus-terusan
bekerja dalam suatu tekanan tanpa refreshing, maka hal itu yang membuat kurangnya gairah
dalam bekerja, suasana kantor terasa membosankan. Oleh karena itu rencana pembangunan
ruang sarana pertunjukkan di area perkantoran ini ditujukkan bagi para pekerja yang jenuh
dan merasa perlu hiburan pada saat jam istirahat, hal ini yang mendorong saya untuk
membuat ruang seni untuk bersantai namun tidak mengganggu pekerja di lingkungannya
Permasalahan Khusus
Bagaimana mendesain ruang dan panggung hiburan yang sesuai dengan kondisi sekitar

namun tepat sasaran dan dapat menhibur para masyarakat khusunya pekerja yang jenuh
dengan

TUJUAN
Mendesain ruang dan panggung hiburan beserta tempat bersantai untuk menikmatinya
melalui pendekatan urban landscape pada kawasan perkantoran jenderal sudirman.
BATASAN
Performa bangunan panggung hiburan semi concert hall yang akan didesain pada kawasan
perkantoran agar tidak mengaggu lingkungan sekitar

METODA
Metoda yang digunakan
1.1 metoda pengumpulan data
1.1.1 data dalam perancangan ini merupakan suatu hal yang penting. Data
yang akan di gunakan dalam perancangan ini yaitu data kepustakaan
dan data lapangan. Pada pengumpulan data kepustakaan dan data
lapangan serta cara pengumpulannya data dapat di jelaskan sebagai
berikut :
A. Data pustaka yang di butuhkan :







tinjauan historis pecinan lasem untuk mengetahui
peran masyarakat Tionghoa Lasem.
Tinjauan kegiatan membatik
Tinjauan tentang museum untuk mengetahui
kaedah-kaedah yang di perhatikan dalam merancang
sebuah museum.
Teori tentang urban infill.

B. Adapun data lapangan mengkaji tentang :



Kondisi lingkunganpecinan Lasem.
Bangunan-bangunan yang mempunyai keterkaitan
dengan aktifitas Lasem sebagai daerah penghasil

batik.

C. Cara pengumpulan data :
Studi Literatur
 Memperoleh informasi tentang galeri batik baik fasilitas
maupun bentuk bangunannya.
 Memperoleh informasi mengenai prinsipprinsip arsitektur
tradisional Pecinan-Lasem.
 Memperoleh informasi mengenai sejarah dan perkembangan
batik Lasem.

 Memperoleh informasi mengenai kegiatan pada galeri batik.
Observasi
 Surve ke beberapa galeri batik.
 Surve site dan lingkungan.

1.2 Metode analisa
Dalam tahap ini digunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari
analisa dan sitesa mengolah dan menelaah data sehingga didapatkan hasil yang
digunakan sebagai rujukan dalam perancangan museum ini dalam mengolah data

dilakukan dengan komparasi antara data-data dari lingkungan eksisting, teori yang
telah dipelajari, serta studi kasus.
1.3 Metoda Pendekatan Rancangan
Metoda pendekatan rancangan bangunan menggunakan pendekatan urban
infill. Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan bangunan yang mampu
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Adapun maksud urban infill adalah perancangan sebuah bangunan baru pada
kawasan bersejarah. Dengan demikian, didapatkan bangunan baru yang dapat
mendukung bangunan lama, sehingga tidak perlu adanya penghancuran bangunan
lama.
1.3 Metode Pengujian Desain
Metode pengujian desain dilakukan untuk mendapatkan penilaian desain
skematik yang sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah dari responden antara
lain:
 Penilaian dari ahli
1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.4.1 Lokasi Penelitian

1.4 Kerangka Pola pikir
Kegiatan dan aktifitas Latar Belakang





Sejarah pecinan di Lasem
Membatik di Lasem
Masalah bangunan pecinan di Lasem
Kebutuhan Galeri di pecinan Lasem

Tujuan

Permasalahan

Mendesain Galeri Batik Lasem melalui pendekatan
Urban infill

Bagaimana mendesain Galeri
Lasem melalui pendekatan urban
infiil?

Data









Tinjauan Pecinan Lasem
Tinjauan tentang kegiatan membatik
Tinjauan tentang urban infill
Tinjauan tentang Galeri
Studi kasus
Pengamatan langsung di lokasi
Tinjauan site

Analisa
Data
Pendekatan Konsep Perancangan
Skematik Desain
Pengujian Desain
Pengembangan
Desain

KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Historis Pecinan Lasem
2.1.1 Sejarah pecinan Lasem
Lasem merupakan ibu kota kecamatan di Kabupaten Rembang. Berada di sebelah
timur Kabupaten Rembang, Lasem memiliki daerah yang cukup strategis karena daerah ini di
lalui oleh jalur pantura. Sebagai daerah yang kecil dan kurang berkembang, Lasem ternyata
menyimpan segudang cerita sejarah tentang kependudukan warga Tionghoa di Indonesia.
Sejarah Lasem berawal ketika orang Tionghoa mendarat dipulau jawa sekitar abad ke13. Tujuannya utama mereka adalah untuk berdagang. Oleh karena itu, mereka endirikan
pemukiman di jalan Dusun, diman pemukiman tersebut merupakan daerah di sekitar dermaga
Lasem.
Keberadaan Lasem sebagai kota pecinan tumbuh pesat. Menurut sesepuh kota Lasem
di ceritakan ketika terjadinya pembantaian besar besaran di Batavia oleh Belanda, banyak
dari orang Tionghoa yang melarikan diri menuju Lasem.keberadaan orang Tionghoa dalam
jumlah besar tersebut, membuat Lasem menjadi pusat kekuatan warga Tionghoa untuk
melawan Belanda. Dalam upaya meredam warga Tionghoa akhirnya Belanda menyerang
Lasem dan akhirnya Lasem jatuh ditangan pemerintah Belanda. Pada saat itu, Lasem
dijadikan satu dengan Kabupaten Rembang menjadi kota kecamatan.
Dibawah pemerintahan Belanda, Lasem berubah menjadi kota modern dengan di
dirikannya galangan kapal, jalan raya, serta pembangunan rel kereta api sebagai penghubung
Lasem dan kota-kota lainnya. Berkembangnya Lasem, membuat pemukiman pecinan Lasem
menjadi besar. Jalan raya menjadi poros pemukiman yang kemudian menyebar ke berbagai
daerah di Lasem.
2.1.2 Struktur Pemukiman Pecinan Lasem
Struktur awal pemukiman cina di Lasem terjadi ketika pendatang dari Tionghoa
bermukim di desa Lasem. Pemukiman ini timbul layaknya seperti kota-kota cina pada
umumnya. Mereka datang ke daerah-daerah pesisir di Indonesia dengan misi perdagangan.
Kemudian mereka membangun pemukiman di sekitar pelabuhan dan hidup membaur dengan
masyarakat lokal.
Awal tumbuhnya pemukiman pecinan Lasem di sekitar pelabuhan di sepanjang jalan
dusun. Pemukiman pemukiman mereka terbentuk berdasarkan kosmologi cina. Mereka

menganggap sungan di depan rumah sebagai burung merak, bukit di sebelah timur di anggap
sebagai kura-kura hitam, laut di sebelah utara di anggap sebagai macan putih dan Klenteng
Cu An Kiong di sebelah selatan adalah Naga Biru.