MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBU (1)

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan

makalah

ini

guna

memenuhi

tugas

Pendidikan

Kewarganegaraan.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, sehingga kritik serta saran yang membangun penulis

harapkan dari pembaca. Namun, penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, Amin.

Yogyakarta

Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar
………………………………………………………………………………………………………
…... 1
Daftar Isi
………………………………………………………………………………………………………
…………….. 2
Bab I PENDAHULUAN
……………………………………………………………………………………………….… 3
1) Latar Belakang
………………………………………………………………………………………………... 3
2) Perumusan masalah
………………………………………………………………………………………... 3

3) Faktor-faktor yang ada hubungan
…………………………………………………………………… 3
Bab II PEMBAHASAN …………..
……………………………………………………………………………………….. 4
a. Pengertian Ideologi .
………………………………………………………………………………………….. 4
b. Hakikat dan Fungsi Ideologi
………………………………………………………………………………. 5
c.

Ideologi sebagai suatu sistem
…………………………………………………………………………… 6

d. Pancasila sebagai ideologi nasional
……………………………………………………………..…… 7
e. Pancasila sebagai ideologi terbuka
…………………………………………………….………..…… 7
Bab III KESIMPULAN ………………………………………………….
………………………………….………..…… 11
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….

………………………………….…….……..…… 12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Memahami latar belakang historis dan konseptual Pancasila dan
UUD 1945 merupakan suatu bentuk kewajiban bagi setiap warga
negara sebelum melaksanakan nilai-nilainya
bermasyarakat,
merupakan

berbangsa

konsekuensi

dan

bernegara.

formal


dan

dalam kehidupan
Kewajiban

konsekuensi

tersebut

logis

dalam

kedudukan kita sebagai warga negara. Karena ledudukan Pancasila
sebagai dasar negara (filsafat negara), maka setiap warga negara
wajib loyal kepada dasar negaranya.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Perjalanan
efektivitas


hidup

suatu

penyelenggaraan

bangsa

sangat

negara.

tergantung

Pancasila

sebagai

pada

dasar

negara merupakan dasar dalam mengatur penyelenggaraan negara
di segala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosialbudaya, maupun hankam. Era

global menuntut kesiapan segenap

komponen bangsa untuk mengambil peranan sehingga dampak
negatif yang muncul dapat segera diantisipasi.
1.3 FAKTOR-FAKTOR YANG ADA HUBUNGAN
Pancasila
diharapkan

dalam

kedudukannya

mampu

menjadi


sebagai
filter

ideologi
untuk

terbuka,
menyerap

pengaruhperubahan zaman di era globaslisasi ini. Leterbukaan
ideologi

Pancasila

terutama

ditujukan

dalam


penerapan

yang

berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual. Ideologi negara
merupakan hasil refleksi manusia atas kemampuannya mengadakan
distansi (menjaga jarak) dengan dunia kehidupannya. Anatara
ideologi

dan

kenyataan

hidup

masyarakat

terdapat


hubungan

dialektis, sehingga terjadi pengaruh timbal balik yang terwujud
dalam interaksi yang di satu pihak memmacu ideologi agar makin
realistis dan di lain pihak mendorong masyarakat agar makin
mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir
masyarakat dan juga membentuk masyarakat menuju cita-cita.

BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Ideologi
Kata ideologo berasal dari bahasa Latin (idea; daya cipta
sebagai hasil kesadaran manusia dan

logos; ilmu). Istilah in

diperkenalkan oleh filsuf perancis A. Destut lde Tracy (1801) yang
mempelajari

berbagai


kebenarannya.

gagasan

Pengertian

ini

(idea)

manusia

kemudian

serta

meluas

kadar

sebagai

keseluruhan pemikiran, cita rasa, serta segala upaya, terutama di
bidang politik . Ideologi juga diartikan sebagai filsafah hidupdan
pandangan dunia (dalam bahasa Jerman disebut Weltanschauung).
Biasanya, ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan
politik dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang
berarti kepemimpinan, kekuasaan, dan kelembegaan dengan tujuan
kesejahteraan. Berikut ini beberapa pengertian ideoloi.
a) A. Destult de Tracy
Ideologi adalah bagian dari filsafat yang merupakan ilmu yang
mendasari ilmu-ilmu lain seperti pendidikan, etika, politik, dan
sebagainya.

b) Labiratorium IKIP Malang
Ideologi adalah seperangkat nilai, ide, dan cita-cita, serta metode
melaksankan/mewujudkannya.
c) Kamus Ilmiah Populer
Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu sistem
politik, paham, kepercayaan, dan seterusnya (ideologi sosialis,
ideologi islam, dan lain-lain).
d) Moerdiono
Ideologi adalah kompleksitas pengetahuan dan nilai yang secara
keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (masyarakat) untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap
dasar untuk mengelolanya.
e) Encyclopedia International
Ideologi

adalah

sistem

gagasan,

keyakinan,

dan

sikap

yang

mendasari cara hidup suatu kelompok, kelas, atau masyarakat
tertentu.
f)

Prof. Padmo Wahyono, SH.
Ideologi diberi makna sebgai pandangan hidup bangsa, filsafah
hidup bangsa, yang berupa seperangkat tata nilai yang dicitacitakan dan akan direalisasikan didalam kehidupanberkelompok.
Ideologi

ini

akan

memberikan

stabilitas

arah

dalam

hidup

berkelompok dan sekaligus memberikan dinamika gerak menuju apa
yang dicita-citakan.
g) Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh
dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu
secara moral dianggap benar dan adil mengatur tingkah laku
bersama dalam berbagai segi kehidupan.
Dari pendapat pendapat tersebut di atas, hal yang harus
dipahami adalah bahwa suatu ideologi pada umumnya mewujudkan

pandangan khas tentang pentingnya kerjasama antar manusia
dalam kerja, hubungan manusia dengan kekuasaan ( politik negara),
sumber kekuasaan bagi penguasa, dan tingkat kesederajatan antar
manusia. Sebagai akibat kekhasan tersebut suatu ideologi bisa saja
tidak dimengerti oleh kelompok lain yang tidak mau menerimanya,
dan tidak ajarang pula suatu ideologi menjadi beku, kaku, dan tidak
berubah, serta menuntut para pengikutnya untuk patuh terhadap
ajarannya.
b. Hakikat dan Fungsi Ideologi
Suatu

Ideologi

pada

dasarnya

merupakan

hasil

refleksi

manusia atas kemampuannya mengadakan distansi (menjaga jarak)
dengan dunia kehidupannya. Antara ideologi dan kenyataan hidup
masyarakat

terjadi

hubungan

dialektis,

sehingga

berlangsung

pengaruh timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang di satu
pihakl memacu ideologi agar semakin realistis dan di lain pihak
mendorong
Ideologi

masyarakat

mencerminkan

supaya
cara

mendekati
berpikir

bentuk

yang

masyarakat

dan

ideal.
juga

membentuk masyarakat menuju cita-cita.
Dengan demikian, terlihat bahwa ideologi bukanlah sekedar
pengetahuan

teoritas

belaka,

tetapi

merupakan

sesuatu

yang

dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi adalah satu pilhan yang
jelas

menuntut

komitmen

untuk

mewujudkannya.

Semakin

mendalam kesadaran ideologis seseorang berarti semakin tinggi
pula rasa komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itu
tercermin dalam sikap seorang yang meyakini ideologinya sebagai
ketentuan-ketentuan normative yang harus ditaati dalam hidup
bermasyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah di kemukakan
bahwa ideologi mempunyai fungsi sebagai berikut:

a.

Struktur kognitif, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat
merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan
kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.

b.

Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan
makna serta menunujukkan tujuan dalam kehidupan manusia.

c.

Norma-norma

yang

menjadi

peodman

dan

pegangan

bagi

seseorang untuk melangkah dan bertindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
e.

Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang
untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.

f.

Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati, serta bertingkah laku sesuai dengan orientasi dan
norma-norma yang terkandung di dalamnya.

c. Ideologi sebagai suatu sistem
Ideologi dapat dirumuskan sebagai suatu sistem berpikir yang
digunakan

oleh

suatu

masyarakat

untuk

menginterprestasikan

(mengartikan) hidup dan kehiduupannya. Dapat juga dikatakan
sebagai identitas suatu masyarakat atau bangsa (identity), yang
sering disebut dengan istilah “kepribadian bangsa”. Mengingat
ideologi merupakan suatu sistem berpikir dalam semua aspek
kehidupan, maka ia dapat diterapkan ke dalam sistem politik,
ekonomi, dan sosial budaya. Mula-mula digali dari kenyataankenyataan yang (induktif), kemudian dirumuskan dalam suatu
sistem, dan akhirnya diterapkan kembali dalam segala aspek
kehidupan (deduktif).
Ideologi

biasanya

adalah

sistem

yang

tertutup

(deduktif-

induktif). Apabila suatu masyarakat menganut sistem ideologi
tertentu, itu berarti masyarakat tersebut menggunakan sistem
deduktif; yaitu seluruh kehidupan masyarakat baik politik, ekonomi,
maupun kehidupan sosial-budaya sehari-hari bersumber dari nilai-

nilai

tertentu

yang

dianut

oleh

ideologinya.

Contohnya

ialah

sosialisme-marxisme, liberalisme, dan agama tertentu.
Ideologi dapat juga mengandung pengertian bahwa dia harus
menegara,

yaitu

nilai-nilai

yang

dikandungnya

diatur

melalui

negara. Jadi, sesungguhnya negaralah yang mempunyai peran
penting di dalam sistem ideologi guna mengatur warga negaranya
dan mencapai cita-cita dan tujuannya.
d. Pancasila sebagai ideologi nasional
Suatu

sistem

filsafat

pada

tingkat

perkembangan

tertentu

melahirkan ideologi. Biasanya ideologi lebih mengutamakan asasasas kehidupan politik dan kenegaraan sebagai satu kehidupan
nasional yang esensinya adalah kepemimpinan, kekuasaan dan
kelembagaan

dengan

tujuan

kesejahteraan.

Secara

filosofis,

ideologi bersumber pada suatu sistem filsafat dikembangkan dan
dilaksanakan

oleh

suatu

ideologi.

Berdasarkan

asas

teoritis

demikian, maka nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
adalah

falsafah

Indonesia.

Nilai

hidup

yang

Pancasila

berkembang

yang

telah

dalam

sosio-budaya

terkristalisasi

dianggap

sebagai nilai dasar dan puncak (sari-sari) budaya bangsa.
Sedemikian mendasarnya nilai-nilai Pancasila dalam menjiwai dan
memberikan

watak

(kepribadian,

identitas),

pengakuan

atas

kedudukan Pancasila sebagai filsafat adalah wajar. Sebagai ajaran
filsafat, Pancasila mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan
hakikat rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan : Ketuhanan,
Kemanusiaan, Kenegaraan,, Kekluargaan dan Musyawarah, serta
Keadilan Sosial.
Niali dan fungsi filsafat Pancasila telah ada jauh sebelum
Indonesia merdeka. Ini berarti, dengan kemerdekaan yang diperoleh
bangsa dan negara Indonesia, secara melembaga dan formal,
kedudukan dan fungsi Pancasila ditingkatkan. Dari keudukannya
sebagai filsafat hidup ditingkatkan menjadi filsafat negara “dari

kondisi sosio-budaya yang terkristalisasi menjadi nilai filosofisideologis

yang

kontinental”

(dikukuhkan

berdasarkan

Undang-

Undang Dasar 1945)
e. Pancasila sebagai ideologi terbuka
Abdulkadir Besar dalam tulisannya tentang :Pancasila Ideologi
Terbuka”,

antara

khalayak

memehai

lain

menyebutkabn

arti

“terbuka”

bahwa

dari

pada

umumnya

pernyataan

“ideologi

terbuka” sebagai filsafat keterbukaan ideologi itu sendiri. Oleh
sebab itu, pernyataan “Pancasila adalah ideologi terbuka”, banyak
dipahami secara harfiah, yaitu berbagai konsep dari ideologi lain,
terutama dari ideologi liberalisme, seperti hak asasi manusia, pasar
bebas,

mayoritas

tunggal,

dualisme

pemerintahan,

serta

konsekuensi logis sistem oposisi liberal, tanpa penalaran yang
sistematis nilai-nilai itu dianggap dan diberlakukan sebagai konsep
yang inheren dalam ideologi Pancasila.
Adanya anggapan umum yang demikian, dapat dipahami karena
adanya sebab-sebab sebagai berikut:
a.

Orang yang bersangkutan tidak atau belum memahami ideologi
Pancasila secara memadai, dan

b.

“Kebebasan
liberalisme

Individu”

bukannya

yang

menjadi

dipersepsikan

nilai

sebagai

intrinsik
konsep

ideologi
ideologis,

tetapi justru dipersepsikan sebagai konsep bebas nilai yang identik
dengan konsep yang bersifat objektif universal.
Semua konsep dari suatu ideologi niscaya teralir secara deduktiflogis dari nilai intrinsik
contoh,

nilai

intrinsik

ideologi yang bersangkutan.

ideologi

liberalisme

adalah

Sebagai

kebebasan

individu, ideologi komunis adalah hubungan produksi, dan ideologi
Pabcasila adalah kebersamaan. Berkenaan dengan hal tersebut,
konsep dari suatu ideologi tidak dapat diberlakukan pada ideologi
lain. Bila hal ini dipaksakan, yang akan terwujud adalah cita-cita
dari ideologi lain.

a) Dimensi ideologi terbuka
Dalam pandangan Dr. Alfian, kekuatan suatu ideologi tergantung
pada 3 (tiga) dimensi yang terkandung didalam dirinya, yaiut:
1) Dimensi realitas
Bahwa nilai-nilai dasar di dalam suati ideologi bersumber dari nilainilai riil yang hidup dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di
dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir. Dengan
demikian, mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa
nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama.
2) Dimensi idealisme
Bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersabut mengandung idealisme,
bukan angan-angan (utopia), yang memberi harapan tentang masa
depan yang lebih baik melalui perwujudan atau pengamalannya
dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari dengan berbagai
dimensinya. Ideologi yang tangguh biasanya muncul dari pertautan
erat, yang saling mengisi dan saling memperkuat antara dimensi
realitas dan dimensi idealisme yang terkandung didalamnya.
3) Dimensi fleksibelitas (pengembangan)
Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan
dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru
yang

relevan

tentang

dirinya,

tanpa

menghilangkan

atau

mengingkari akikat (jati diri) yang terkandung dalam niai-nilai
dasarnya. Dimensi fleksibelitas atau dimensi pengembangan sangat
diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan memperkuat
relevansinya dari masa ke masa.
b) Gagasan pancasila sebagai ideologi terbuka
Gagasan pertama mengeni Pancasila sebagai ideologi terbuka
secara

formal

semangatnya

ditampilkan
sendiri

sekitar

sesungguhnya

ahun
dapat

1985,

walaupun

ditelusuri

dari

pembahasan para pendiri negara pada tahun 1945. Pemikiran

Pancasila sebagai deologi terbuka tersirat di dalam penjelasan UUD
1945 di mana disebutkan “ Maka telah cukup jika Undang-Undang
Dasar hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada
pemerintah

pusat

dan

lain-lain

penyelenggara

negara

untuk

menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial
terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum
dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang
aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan
kepada

undang-undang

mengubah,

yang

dan mencabut”.

lebih
Dari

mudah

kutipan

caranya
tersebut

membuat,
kita dapat

memahami bahwa UUD1945 pada hakikatnya mengandung unsur
keterbukaan; karena dasar UUD 1945 adalah pancasila, maka
Pancasila

merupkan

ideologi

nasional

bagi

bangsa

Indonesia

bersifat terbuka pula.
c) Perwujudan Pancasila sebagai ideologi terbuka
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun demikian,
faktor manusia baik penguasa maupun rakyat, sangat menentukan
dalam mengukur kemampuan sebuah ideologi dalam menyelesaikan
berbagai masalah. Sebaik apapun ideologi, tanpa didukung oleh
sumber daya manusia yang baik, hanyalah utopia atau angan-angan
belaka
d) Batas keterbukaan ideologi Pancasila
Suatu ideologi, apapun namanya memiliki nilai-nilai dasar atau
intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai yang
dirinya sendiri merupakan tujuan. Seperangkat nilai intrinsik (nilai
dasar) yang terkandung di dalam setiap ideologi berdaya aktif.
Artinya

ia

memberi

inspirasi

sekaligus

energi

kapada

para

penganutnya untuk mencipta dan berbuat. Dengan demikian, tiap
nilai intrinsik niscaya bersifat khas dan tidak ada duanya. Dalam
ideologi Pancasila, nilai intrinsikyang dimaksud adalah nilai-nilai

Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan keadilan
sosial. Sifat keterbukaan ideologi mengandung arti bahwadi satu
sisi nilai instrumental itu bersifat dinamis, yaitu dapat disesuaiakan
dengan tuntutan kemajuan zaman, bahkan dapat diganti dengan
nilai

instrumental

dengan

tingkat

penyesuaian

diri

lain

demi

kemajuan
maupun

terpeliharanya
masyarakat.

penggantian

relevansi

Namun
tersebut

ideologi

disisi

lain,

tidak

boleh

berakibat meniadakan nilai dasar atau intrinsiknya. Dengan kata
lain, keterbukaan ideologi itu ada batasnya.


Batas jenis pertama :
Bahwa yang boleh disesuaikan

instrumental,

sedangkan

nilai

dasar

dan diganti hanya nilai
atau

intrinsiknya

mutlak

dilarang nilai instrumental dalam ideologi Pancasila adalah nilainilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar atau intrinsiknya yang
dijabarkan secara lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945,
dan Peraturan Perundang-undangan lainya.


Batas jenis kedua, yaitu terdiri dari 2 (dua) buah norma

1) Penyesuaian nilai instrumental pada tuntutan kemajuan zaman
harus dijaga agar daya kerja nilai instrumental yang disesuaiakan
itu

tetap

memadai

untuk

mewujudkan

nilai

intrinsik

yang

bersangkutan. Sebab jika nilai instrumental penyesuaian tersebut
berdaya kerja lain, maka nilai intrinsik yang bersangkutan tak akan
pernah terwujud.
2) Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan
linea recta nilai instrumental yang diganti. Sebab, bila bertentangan
itu

berarti

bertentangan

pula

dengan

nilai

intrinsiknya

berdaya meniadakan nilai intrinsikyang bersangkutan.

yang

BAB III KESIMPULAN
Sebagai
berinteraksi

ideologi
secara

terbuka,

dinamis.

Pancasila

Nilai-nilai

senantiasa

Pancasila

tidak

mampu
boleh

berubah, namun pelaksanaannya kita sesuaikan dengan kebutuhan
dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap kurun waktu.
Meskipun bersifat terbuka ideologi Pancasila juga ada batasan
dalam keterbukaan tersebut. Karena terbuka disini berarti fleksibel
yaitu

bisa

mengikuti

perkembangan

zaman.

Tetapi

dalam

kefleksibelan tersebut Pancasila juga memiliki penyaring, yang
berfungsi sebagai pemilah antara hal yang layak untuk diikuti oleh
bangsa Indonesia. Sehingga tidak semua pengaruh dari luar bisa
menyatu dengan Pancasila.

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN KAITANNYA DENGAN
PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM
Pendahuluan
Penyimpangan implementasi pancasila pada masa orde lama dan orde baru, berujung
menimbulkan gerakan reformasi di Indonesia, sehingga terjadilah suatu perubahan yang cukup
besar dalam berbagai bidang terutama bidang kenegaraan, hukum maupun politik.
Konsekuensinya mengharuskan kita mengkaji ulang atas pemahaman ilmiah tentang pancasila
sebagai ideologi dan sebagai paradigma kenegaraan.
Atas dasar pemahaman yang demikian itu, maka ada dua wacana ilmiah yang patut
dikemukakan, yaitu :
Pertama, Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai ideologi terbuka?
Kedua, Apa yang dimaskud dengan pancasila sebagai paradigma kenegaraan?
Dan terhadap jawaban kedua pertanyaan di atas dapat dipertanyakan lebih lanjut bagaimana
analisis yuridis kenegaraan didalam UUD 1945 ? kemudian apa kaitannya dengan supremasi
hukum yang merupakan gerakan mendasar reformasi saat ini ?
Untuk menjawab secara ilmiah kedua wacana tersebut dapat dipahami dua pengertian pokok,
pengertian ideologi dan pengertian reformasi.
1. Pengertian tentang ideologi
Istilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” (cita-cita) dan “logy” (pengetahuan, ilmu faham).
Menurut W. White definisi Ideologi ialah sebagai berikut :
“The sum of political ideas of doctrines of distinguishable class of group of people” (ideologi
ialah soal cita-cita politik atau dotrin (ajaran) dari suatu lapisan masyarakatatau sekelompok
manusia yang dapat dibeda-bedakan).
Sedangkan menurut pendapat Harold H Titus definisi ideologi ialah sebagai berikut : “A term
used for any group of ideas concerning various politicaland economic issues and social
philosophies often appliedto a systematic schema of ideas held by group classes” (suatu istilah
yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan
ekonomi serta filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematik tentang
cita-cita yang dijalanakan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat). (Drs Ismaun, pancasila
sebagai dasar filsafat atau ideologi negara republik Indonesia dalam Heri Anwari Ais, Bunga
Rampai filsafat pancasila, 1985 : 37).
“The term “isme” something used for these system of thought” (istilah isme/aliran kadangkadang dipakai untuk system pemikiran ini.
Dalam pengertian ideologi negara itu termasuk dalam golongan ilmu pengetahuan sosial, dan
tepatnya pada digolongkan kedalam ilmu politik (political sciences) sebagai anak cabangnya.
Untuk memahami tentang ideologi ini, maka kita menjamin disiplin ilmu politik.
Didalam ilmu politik, pengertian ideologi dikenal dua pengertian, yaitu :
Pertama, pengertian secara fungsional dan
Kedua, pengertian secara structural
Ideologi dalam pengertian secara fungsional adalah ideologi diartikan seperangkat gagasan
tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik.
Sedangkan pengertian ideologi secara structural adalah ideologi diartikan sebagai system
pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil
oleh penguasa.

Lebih lanjut ideologi dalam arti fungsional secara tipologi dapat dibagi dua tipe, yaitu ideologi
yang bertipe doktriner dan ideologi yang bertipe pragmatis.
Suatu ideologi digolongkan doktriner apabila ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi itu
dirumuskan secara sistematis dan terinci dengan jelas, diindotrinasikan kepada warga
masyarakat, dan pelaksanaanya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah,
komunisme merupakan salah satu contohnya.
Suatu ideology digolongkan pada tipe pragmatis, ketika ajaran – ajaran yag terkandung dalam
ideology tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, melainkan dirumuskan secara
umum (prinsup-prinsipnya saja). Dalam hal ini, ideology itu tidak diindoktrinasikan, tetapi
disosisalisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem
ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik. Individualisme (liberalisme) merupakan salah
satu contoh ideology pragmatis.
Untuk memahami lebih dalam lagi contoh-contoh ideology, maka berikut ini kita mencoba
mengenal pijakan pemahaman terhadap empat ideology yang kita kenal dalam wacana politik,
yaitu :
Pertama, liberalisme
Kedua, konservatisme
Ketiga, sosialisme dan komunisme
Keempat, fasisme
2. Ideologi-ideologi Dunia
2.1 Liberalisme
Liberalisme tumbuh dari konstek masyarakat Eropa pada abad pertengahan feudal, dimana
sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum aristrokasi feodal dan menindas hak-hak individu.
Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang dan industri, melainkan diciptakan oleh
golongan intelektual yang digerakan oleh keresahan ilmiah (rasa ingin tahu da keinginan untuk
mencari pengetahuan yang baru) dan artistic umum pada zaman itu.
Ciri-ciri ideology libertalisme sebagai berikut :
Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik,
Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara
Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang
dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri
sendiri.
Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena
itu pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah.
Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian terbesar
individu berbahagia, kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagiaan sebagian
besar individu belum tentu maksimal.
2.2 Konservatisme
Ketika liberalisme menggoncang struktur masyarakat feudal yang mapan, golongan feudal
berusaha mencari ideology tandingan untuk menghadapi kekuasaan persuasive liberalisme. Dari
sinilah muncul ideology konservatisme sebagai reaksi atas paham liberalisme.
Paham konservatisme itu ditanda dengan gejala-gejala sebagai berikut :
Pertama, masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata. Masyarakat harus memiliki
struktur (tata) yang stabil sehingga setiap orang mengetahui bagaimana ia harus berhubungan

dengan orang lain.seseorang akan lebih memperoleh kebahagiaansebagai anggota suatu keluarga
anggota gereja daan anggota masyarakat daripada yang dapat diperoleh secara individual.
Kedua, untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil diperlukan suatu pemerintah yang
memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung jawab. Paam konservatif berpandangan
pengatura yang tepat atas kekuasaan akan menjamin perlakuan yang samaterhadap setiap orang.
Ketiga, paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam masyarakat untuk
membantu pihak yang lemah. Posisi ini bertentangan dengan pahamliberal yang berpandangan
pihak yang lemah harus bertanggung jawab atas urusan dan hidupnya. Sisi konservatif inilah
yang menimbulkan untuk pertama kali negara keseahteraan (welfare state) dengan programprogram jaminan sosial bagi yang berpenghasilan rendah.
Ciri lain yang membedakan antara liberalisme dan konservatisme adalah menyangkut hubungan
ekonomi dengan negara lain. Paham konservatif tidak menghendaki pengaturan ekonomi
(proteksi), melainkan menganut paham ekonomi internasional yang bebas (persaingan bebas),
sedangkan paham liberal cenderung mendukung pengaturan ekonomi internasional sepanjang hal
itu membantu buruh, konsumen dan golongan menengah domestik.
2.3 Sosialisme dan komunisme
Sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-akibatnya. Awal sosialisme
yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sosialis utopia. Sosialisme ini lebih
didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini kesempurnaan watak
manusia. Penganut paham ini berharap dapat menciptakan masyarakat sosialis yang dicitacitakan dengan kejernihan dan kejelasan argumen, bukan dengan cara-cara kekerasan dan
revolusi. Sedang paham komunisme berkeyakinan perubahan system kapitalis harus dicapai
dengan revolusi, dan pemerintahan oleh dictator proletariat sangat diperlukan pada masa transisi.
Dalam masa transisi dengan bantuan negara dibawah dictator proletariat, seluruh hak milik
pribadi dihapuskan dan diambil untuk selanjutnya berada pada kontrol negara.
Perbedaan sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang digunakan untuk mengubah
kapitalisme menjadi sosialisme. Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya
dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis.
2.4 Fasisme
Fasisme merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan upacara dan
symbol-simbol yang mendukungnya untuk mencapai kebesaran negara.
Hal itu akan dapat dicapai apabila terdapat seorang pemimpin kharismatis sebagai symbol
kebesaran negara yang didukung oleh massa rakyat.. dukungan massa yang fanatik ini tercipta
berkat indoktrinasi, slogan-slogan dan symbol-simbol yang ditanamkan sang pemimpin besar
dan aparatnya. Fasisme ini pernah diterapkan di Jerman (Hitler), Jepang, Italia (Mossolini), dan
Spanyol.
Dewasa ini pemikiran fasisme cenderung muncul sebagai kekuatan reaksioner (right wing)
dinegara-negara maju, seperti skin ilead dan kluk-kluk klan di Amerika Serikat yang berusaha
mencapai dan mempertahankan supremasi kulit putih.
3. Pengertian tentang reformasi
Makna serta pengertian reformasi dewasa ini banyak disalah artikan sehingga gerakan
masyarakat yang melakukan perubahan yang mengatasnamakan gerakan reformasi juga tidak
sesuai dengan gerakan reformasi itu sendiri. Hal ini terbukti dengan maraknya gerakan

masyarakat dengan mengatasnamakan gerakan reformasi, melakukan kegiatan yang tidak sesuai
dengan makna reformasi itu sendiri, misalnya dengan pemaksaan kehendak dengan menduduki
kantor suatu instansi atau lembaga baik negeri atau swasta, dan tindakan lain yang justru tidak
mencerminkan sebagai reformis.
Makna “reformasi” secara etimologis berasal dari kata “reformation” dengan akar kata “reform”
yang secara semantic bermakna “make or become better by removing or putting right what is bad
or wrong” (oxford advanced leaner’s dictionary of current English, 1980, dalam Wibisono 1998 :
1).
Secara harfiah reformasi memiliki makna : suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang
atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk
semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat(Riswanda, 1998).
Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut :
Pertama, suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-penyimpangan.
Masa pemerintahan ORBA banyak terjadi suatu penyimpangan – penyimpangan, misalnya asas
kekeluargaan menjadi “nepotisme” kolusi dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan
semangat pembukaan UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945.
Kedua, suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan
ideologis) tertentu, dalam hal ini pancasila sebagai ideology bangsa dan negara Indonesia. Jadi
reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan pada dasar nilai-nilai
sebagaimana dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Tanpa landasan visi dan misi ideology yang
jelas maka gerakan reformasi akan mengarah anarkisme, disintegrasi bangsa dan akhirnya jatuh
pada kehancuran bangsa dan negara Indonesia, sebagaimana yang telah terjadi di Uni Soviet dan
Yugoslavia.
Ketiga, suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu acuan reformasi.
Reformasi pada prinsipnya gerakan untuk mengadakan suatu perubahan untuk mengembalikan
pada suatu tatanan structural yang ada, karena adanya suatu penyimpangan. Maka reformasi akan
mengembalikan pada dasar serta sistem negara demokrasi, bahwa kedaulatan adalah ditangan
rakyat sebagaimana terkandung dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Reformasi harus
mengembalikan dan melakukan perubahan ke arah sistem negara hukum dalam arti yang
sebenarnya sebagaimana terkandung dalam penjelasan UUD 1945, yaitu harus adanya
perlindungan hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas dari pengaruh penguasa, serta
legalitas dalam arti hukum. Oleh karena itu reformasi itu sendiri harus berdasarkan pada
kerangka hukum yang jelas. Selain itu reformasi harus diarahkan pada suatu perubahan ke arah
transparasi dalam setiap kebijaksanaan dalam penyelenggaraan negara karena hal ini sebagai
manesfestasi bahwa rakyatlah sebagai asal mula kekuasaan negara dan rakyatlah segaa aspek
kegiatan negara. Atau dengan prinsip, bahwa “Tiada Reformasi dan Demokrasi tanpa supremasi
hukum dan tiada supremasi hukum tanpa reformasi dan demokrasi”.
Keempat, Reformasi diakukan ke arah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih
baik dalam segala aspeknya antara lain bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta kehidupan
keagamaan. Dengan lain perkataan reformasi harus dilakukan ke arah peningkatan harkat dan
martabat rakyat Indonesia sebagai manusia democrat, egaliter dan manusiawi.
Kelima, Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang
berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Atas dasar lima syarat-syarat di atas, maka gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam
kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideology, sebab tanpa adanya suatu
dasar nilai yang jelas, maka reformasi akan mengarah kepada disintegrasi, anarkisme,brutalisme,

dengan dmikian hakekat reformasi itu adalah keberanian moral untuk membenahi yang masih
terbengkalai, meluruskan yang bengkok, mengadakan koreksi dan penyegaran secara terusmenerus, secara gradual, beradab dan santun dalam koridor konstitusional dan atas
pijakan/tatanan yang berdasarkan pada moral religius.
4. Pancasila sebagai ideologi terbuka
pancasila sebgaai filsafat bangsa / negara dihubungkan dengan fungsinya sebagai dasar negara,
yang merupakan lndasan ideal bangsa Indonesia dan negara republik Indonesia dapat disebut
pula sebagai ideologi nasional atau disebut juga sebagai ideologi negara. Artinya pancasila
merupakan ideologi yang dianut oleh negara (penyelenggaraan negara dan rakyat) Indonesia
secara keseluruhan, bukan milik atau monopoli seseorang atau sekelompok orang, disamping
masih adanya beberapa ideologi yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang lain, sepanjang
tidak bertentangan dengan ideologi negara, sebab Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai
kebenaran yang telah dipilih oleh para pendiri negara ini, yang mana lima dasar atau lima silanya
merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan walaupun terbedakan sebagai dasar
dan ideologi pemersatu.
Sebagai suatu rumusan dasar filsafat negara atau dalam kedudukan sebagai ideologi negara yang
dikandung oleh pembukaan UUD 1945 ialah pancasila. Rumusan pancasila itu dapat pula disebut
sebagai rumusan dasar cita negara (staatidee) dan sekaligus dasar dari cita hokum (rechtidee)
negara republik Indonesia.
Sebagai cita negara, ia dirumuskan berdasarkan cita yang hidup di dalam masyarakat
(volksgeemenshapidee) yang telah ada sebelum negara itu didirikan.
Memang sebelum negara republik Indonesia berdiri, masyarakatnya telah ada sejak berabad-abad
silam. Terbentuknya suatu masyarakat pada umumnya terjadi secara alamiah. Masyarakat itu
kemudian mengembangkan citanya sendiri, yang berisi cita-cita, harapan-harapan, keinginankeinginan, norma-norma dan bentuk-bentuk ideal masyarakat yang dicita-citakannya. Cita
negara dirumuskan berdasarkan cita yang hidup dalam masyarakat tadi sebagai hasil refleksi
filosofis.
Pertanyaan yang mendasar dan ilmiah adalah Apakah pancasila itu sebagai Ideologi ? dan jika
sebagai ideologi apakah sebagai ideologi tertutup atau ideologi terbuka dan dimana letak
terbukanya ?
Secara wacana akademik istilah ideologi pada walnya digunakan oleh seorang filsuf Prancis,
ANTOINE DESTUTT DE TRACY, yang diartikannya “ilmu pengetahuan mengenai gagasangagasan (science of ideas). Istilah ini mula-mula mengandung konotasi politik karena
penggunaanya berhubungan dengan epistmologi ilmu pengetahuan.
Dalam sejarahnya istilah ideologi baru berhubungan dengan kehidupan politik setelah Napoleon
Bonaparte dari Prancis menamakan semua orang yang menentang gagasan-gagasan “patriotic”
yang dikemukakannya sebagai kaum “ideologis”. Bagi Napoleon, ideologi adalah pemikiranpemikiran khayali kaum idealis yang menghalang-halangi pencapaian tujuan-tujuan revolusioner.
Istilah ini semakin popular pada abad pertengahan ke 19 setelah KARL MARX menerbitkan
buku German Ideology. Menurut ideologi hanyalah kesadaran yang palsu, ideologi adalah
kesadaran sebuah kelas sosial dan ekonomi dalam masyarakat demi mempertahankan
kepentingan-kepentingan mereka.
Dan sejarah mencatat, berbagai akibat yang ditimbulkan oleh ideologi KARL MARX, sejak
kemenangan revolusi kaum Bolsjevik di Rusia pada tahun 1926 sampai masa keruntuhan
kemunisme pada tahun-tahun belakangan ini.

Kajian komprehensif dari segi sosiologi pengetahuan mengenai ideologi dipelopori oleh KARL
MANNHEIM. Tokoh ini menerima dasar pemikiran Karl Max bahwa ideologi adalah “kesadaran
kelas”. Mann Heim membuat dua kategori ideologi, yaitu :
Pertama, Ideologi yang bersifat particular
Kedua, Ideologi yang bersifat menyeluruh
Pada kategori pertama dimaksudkannya sebagai keyakinan-keyakinan yang tersusun secara
sistimatis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial dalam masyarakat.
Sedangkan pada kategori kedua diartikannya sebagai suatu system pemikiran yang menyeluruh
mengenai semua aspek kehidupan sosial. Ideologi dalam kategori kedua ini bercita-cita
melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu. Jadi Mann Heim
menganggap ideologi pada kategori kedua ini tetap berada dalam batas-batas yang realistic dan
berbeda dengan “utopia” yang hanya berisi gagasan-gagasan besar yang hampir tidak mungkin
dapat diwujudkan.
Pertanyaannya adalah apakah pancasila adalah ideologi dalam kategori pertama atau pada
ideologi pada kategori kedua ?
Bagi bangsa Indonesia ideologi tentu bukan kesadaran sebuah kelas sebagaimana dipahami
KARL MARX. Cara pandang kenegaraan bangsa Indonesia menolak penggunaan analisis kelas
karena negara diciptakan untuk semua. Negara mengatasi paham golongan dan paham
perseorangan, demikian ditegaskan dalam penjelasan umum UUD 1945, jadi ideologi negara
dimaksudkan untuk mengatasi kemungkinan adanya paham golongan-golongan di dalam
masyarakat karena keberadaan golongan-golongan itupun diakui oleh ketentuan pasal 2 UUD
1945. penjelasan atas pasal ini menerangkan bahwa yang dimaksud dengan golongan-golongan
ialah badan-badan seperti koperasi, serikat sekerja, dan badan-badan kolektif lain.
Dengan demikian dari dua kategori ideologi yang dikemukakan oleh Mann Heim di atas,
ideologi pancasila dapat digolongkan sebagai ideologi menyeluruh. Memang lima sila didalam
pancasila itu mengandung cirri universal sehingga mungkin saja ia ditemukan dalam gagasan
berbagai masyarakat dan bangsa di dunia. Letak kekhasan dan orsinilitasnya sebagai dasar
filsafat dan ideologi negara republik Indonesia ialah, kelima sila itu digabungkan dalam kesatuan
yang integrative, bulat dan utuh.
Dan sebagai ideologi bersifat menyeluruh, karena pancasila yang dirumuskan dalam pembukaan
UUD 1945 pada alinea keempat itu, ditafsirkan secara otentik oleh konstitusi / UUD 1945 dalam
pokok-pokok pikiran pembukaan UUD 1945, oleh karena pancasila sebagai ideologi juga
didalamnya sekaligus sebagai cita hukum, artinya pancasila membimbing arah pembentukan
hukum dalam masyarakat. Sebagai norma-norma mendasar (staatfundamentalnorm) rumusan
pancasila bukan rumusan hukum yang bersifat operasional yang pelaksanaanya dikenakan
sanksi. Untuk membuat operasiaonal, negara membentuk berbagai peringkat peraturan
perundang-undangan.
Penyelenggara negara dalam mengoperasionalkan ideologi pancasila, maka harus mengacu
kepada penafsiran otentik dari pancasila, dan telah menjadi kesepakatan para ahli hukum
Indonesia, bahwa pokok-pokok pikiran dalam penjelasan umum pembukaan UUD 1945 adalah
tafsir otentik dari pancasila yang dirumuskan atas dasar kesepakatan pendiri negara dan itulah
yang kemudian kita sebut PARADIGMA PANCASILA.
Kemudian dimana letak terbukanya sebagai ideologi, hal ini dapat ditelusuri dari pernyataan
dalam penjelasan umum, bahwa kita harus ingat dengan dinamika negara dan jangan terlalu
cepat membuat kristalisasi terhadap pikiran-pikiran yang mudah berubah.
Contoh yang paling jelas adalah tentang konsep negara hukum yang dianut oleh negara republik

Indonesia didalam kontitusinya didasari dengan satu paradigma yaitu dengan suatu prinsip
“semangat para penyelenggara negara itu baik, maka baiklah segalanya”. Bagaimana pijakan
berpikirnya, penjelasan UUD 1945 menegaskan bahwa negara berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa bermakna bahwa para penyelenggara negara berkewajiban “memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur”. Kepatuhan terhadap norma-norma moral berbeda dengan kepatuhan
terhadap norma-norma hukum, karena sangat bergantung pada keinsafan batin setiap individu
dan adanya kontrol yang kuat dari masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan istilah “semangat
para penyelenggara negara”.
Keberadaan lembaga kontrol yang terdiri dari masyarakat, para cendikiawan, ulama, tokoh-tokoh
masyarakat, dan kalangan pers menjadi sangat penting untuk “mengawasi”, perilaku para
lagislator dalam merumuskan norma-norma hukum, maupun prilaku para penyelenggara negara.
Oleh karena itu di era reformasi ini, pancasila sebenarnya dapat dijadikan paradigma reformasi,
apabila keberadaaan civil society yang kuat dan berprilaku democrat, egaliter dan manusiawi.
Civil society adalah elemen kunci dalam menentukan terwujudnya masyarakat demokratis yang
efektif. Civil society mungkin ada tanpa demokrasi, tetapi demokrasi tidak bias ada tanpa civil
society yang kuat.
Salah satu parameter civil society yang kuat adalah adanya gerakan masyarakat terhadap
tegaknya supremasi hukum didalam negara dmokrasi yang sekaligus negara hukum.
Pertanyaanya adalah dapatkah pancasila sebagai paradigma reformasi hukum ? Jawaban atas
pertanyaan ini adalah tergantung pemahaman penyelenggara negara dan pemerintah terhadap
konsep negara hukum menurut paradigma UUD 1945.
5. Supremasi Hukum dalam konsep negara hukum “pancasila”
Berbicara tentang supremasi hukum, kita harus berbicara tentang masyarakat dimana hukum itu
berlaku baik yang disebut masyarakat nasional maupun internasional. Supremasi hukum didalam
masyarakat nasional kita karena didalamnya ada aturan yang disebut hukum. Secara sederhana
kita dapat mendefinisikan hukum sebagai aturan tentang tingkah laku manusia dimasyarakat
tertentu. Aturan yang disebut hukum tadi akan terkait dengan tindakan manusia atau tingkah laku
manusia didalam suatu masyarakat nasional yang mempunyai berbagai macam aspek atau
bidang, didalamnya ada bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial, bidang budaya,
pendidikan dan juga keamanan. Didalam berbagai bidang itulah manusia melakukan tingkah laku
dan manusia satu dengan yang lain melakukan interaksi dan interaksi itu berjalan secara tertib,
maka dibutuhkan aturan yang disebut hukum. Oleh karena itu ketika kita akan berbicara tentang
supremasi hukum maka timbul beberapa pertanyaan yang perlu mendapat jawaban secara jelas
yaitu apa dimaksud dengan supremasi hukum, untuk apa supremasi hukum itu ditegakkan dan
bagaimana caranya supremasi hukum itu bisa diwujudkan. Tetapi kita pertanyaan tadi dialam
kehidupan masyarakat nasional pada akhirnya bermuara kepada apa yang disebut terwujudnya
negara hukum.
Ketika kita berbicara tentang negara hukum yang disebut supremasi hukum itu tentu saja tidak
akan lepas dari konsepsi dasar yang dipakai sebagai landasan untuk menciptakan sebuah negara
nasional yang pada tataran kenegaraan dan hukum tertinggi disebut konstitusi atau Undangundang dasar. Ini merupakan dasar yang bersifat universal yang berlaku pada tiap-tiap negara.
Oleh karena itu ketika kita harus berbicara secara kongkrit tentang supremasi hukum di
Indonesia pada umumnya dan khususnya Kalimantan Barat pada khususnya, kita tidak bisa lain
kecuali kembali harus melihat kembali kepada konstitusi atau UUD 1945 sebagai hukum dasar
tertulis yang berlaku seluruh republik Indonesia.

Jika berbicara dalam tataran koridor konstitusional, maka persoalan supremasi hukum yang
hanya mungkin terwujud didalam sebuah masyarakat nasional yang disebut negara hukum
konstitusional, yaitu suatu negara dimana setiap tindakan dari penyelenggara negara : pemerintah
dan segenap alat perlengkapan negara di pusat dan didaerah terhadap rakyatnya harus
berdasarkan atas hukum-hukum yang berlaku yang ditentukan oleh rakyat / wakilnya didalam
badan perwakilan rakyat. Dan dalam wacana politik modern, maka dalam paktek negara
demokrasi dengan sendirinya negara hukum. Sesuai prinsip kedaulatan rakyat yang ada, didalam
negara demokrasi hukum dibuat untuk melindungi hak-hak azasi manusia warga negara,
melindungi mereka dari tindakan diluar ketentuan hukum dan untuk mewujudkan tertib sosial
dan kepastian hukum serta keadilan sehingga proses politik berjalan secara damai sesuai koridor
hukum/konstitusional.
UUD 1945 sebenarnya telah mempunyai ukuran-ukuran dasar yang bisa dipakai untuk
mewujudkan negara hukum dimana supremasi hukum akan diwujudkan. Kalau kita pelajari
UUD 1945 dengan seksama ada sebuah kalimat dalam kaitan dengan apa disebut negara hukum
yang secara jelas disebutkan bahwa “Indonesia adalah negara berdasar atas negara hukum, tidak
berdasar atas kekuasaan belaka” ini sebenarnya Grundnorm yang telah diberikan oleh Fonding
father yang membangun negara ini. Bagaimana kita akan menyusun negara hukum, bagaimana
negara hukum itu akan diarahkan, dalam arti untuk apa kita wujudkan negara hukum ini,
sekaligus dituntut untuk menegakkan hukum sebagai salah satu piranti yang bisa dipergunakan
secara tepat didalam mewujudkan keinginan atau cita-cita bangsa. Formula UUD 1945 tersebut
mengandung pengertian dasar bahwa didalam negara yang dibangun oleh rakyat Indonesia ini
sebenarnya diakui adanya dua faktor yang terkait dalam mwujudkan negara hukum, yaitu satu
factor hukum dan yang kedua factor kekuasaan. Artinya hukum tidak bisa ditegakkan inkonkreto
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat tanpa adanya kekuasaan dan
dimanesfestasikan pada adanya apa yang UUD disebut. Kata penyelenggara negara di bidang
Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Sebaliknya pembentukan kekuasaan dan penggunaan
kekuasaan sama sekali tidak boleh meninggalkan factor hukum tersebut oleh karena hukum yang
berupa Grundnorm dalam UUD 1945 ini memberikan dasar terhadap terbentuknya kekuasaan
yaitu kedaulatan rakyat. Artinya rakyat yang berdaulat bukan negara yang berdaulat dan hukum
juga memberikan dasar terhadap penggunaan kekuasaan tersebut hingga penggunaan kekuasaan
yang ada pada negara tidak boleh diterapkan semena-mena tanpa ada dasar hukumnya yang jelas.
Dengan demikian maka kekuasaan yang ada pada negara pada saat diterapkan harus
menghormati kewenangan-kewenangan yang sifat terbatas diberikan kepada aparat negara.
Begitu juga hukumlah yang menentukan arah kemana kekuasaan negara itu dipergunakan dan
menentukan tujuan-tujuan apa yang hendak dicapai dengan menggunakan kekuasaan tersebut.
Yang idak boleh dilupakan adalah bahwa hukum tidak hanya memberi dasar, tidak hanya
memberi arah, tidak hanya menentukan tujuan, tetapi hukum juga menentukan cara atau prosedur
bagaimana kekuasaan itu diterapkan didalam praktek penyelenggaraan negara.
Dengan demikian dua factor hukum dan kekuasaan, tidak bisa dilepaskan satu sama lain,
bagaikan lokomotif dan relnya serta gerbong yang ditarik lokomotif. Artinya hukum tidak bisa
ditegakkan bahkan lumpuh tanpa adanya dukungan kekuasaan. Ebaliknya kekuasaan sama sekali
tidak boleh meninggalkan hukum, oleh karena apabila kekuasaan dibangun dan tanpa
mengindahkan hukum, yang terjadi adalah satu negara yang otoriter. Fungsi kekuasaan pada
hakekatnya adalah memberikan dinamika terhadap kehidupan hukum dan kenegaraan sesuai
norma-norma dasar atau grundnorm yang dituangkan dalam UUD 1945 dan kemudian
dielaborasi lebih lanjut secara betul dalam hirarki perundang-undangan yang jelas.

Jika dipahami dengan benar pemahaman dan norma ini sebenarnya secara konsepsional
Indonesia memiliki landasan yang kuat untuk mewujudkan negara hukum konstitusional yang
demokratis dan dengan dengan demikian secara konsepsiaonal supremasi hukum telah dijamin
eksistensinya oleh UUD 1945. Artinya secara implementasi pemecahan-pemecahan segala
dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain-lain menggunakan legal approach
dan apabila mau menggunakan pendekatan kekuasaan itu harus didasarkan atas hukum.
Dan memang setiap transisi dalam demokrasi pasti memiliki masalah khusus. Masalah yang
pokok terutama terkait dengan (1) kultur politik dan juga (2) struktur politik. Demokrasi
memerlukan adanya kultur dan struktur yang mendukung proses-proses demokratisasi. Dua hal
ini biasanya belum terbentuk dengan baik dalam masyarkat transisi, seperti Indonesia saat ini,
atau Kal-Bar khusus saat ini. Di Indonesia, pasca orde baru, belum ada kultur demokrasi yang
kuat (misalnya tradisi berbeda pendapat, toleransi, dialog terbuka, tradisi melakukan advokasi,
prilaku yang menjunjung hukum dan moral religius dalam menghadapi persoalan secara jernih).
Struktur politik yang ada saat ini juga belum cukup demokratis, karena diperlukan adanya
perubahan structural yang harus diawali dengan perubahan atau amandemen UUD 1945 dan atau
produk-produk hukum yang bertipe represif, ke arah otonom, dan bertipe responsive.
Dengan dmkian demokrasi modern selalu hadir dalam wadah negara hukum, sehingga sering
disebut sebagai negara hukum konstitusional. Ciri yang mendasar dari demokrasi kontitusional
yang demokratis adalah gagasan bahwa pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang
terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga
negaranya. pembatasan-pembatasan atas kekuasan pemerintah tercantum dalam konstitusi,
sehingga sering disbut “pemerintah berdasar atas konsttusi” (constitutional goverment), yang
juga sama dengan limited government atau restrained government.
Kemudian dimana letak kaitan pancasila sebagai ideology dengan supremasi hukum ?
Supremasi hukum baru dapat ditegakkan apabilapara penyeleggara negara berprilaku democrat,
egaliter dan manusiawi yang dijiawai oleh nilai-nilai ideology pancasila, artinya letak persoalan
pokoknya belum tegaknya supremasi hukum bukan pada konsepsi negara hukumnya, bukan
konsepsi dasar ideology negara pancasila