PSIKOLOGI MANUSIA sholat dan BERDOA

PSIKOLOGI MANUSIA BERDOA
Pendahuluan
Berdoa merupakan suatu hal yang pasti pernah dilakukan setiap manusia.
Setiap manusia pasti memiliki keinginan, harapan ataupun cita-cita. Disadari atau
tidak, hal ini mendorong manusia untuk berdoa bagaimanapun caranya. Baik
hanya dengan harapan ataupun dalam bentuk ritual tersendiri. Dan berdoa ini
memiliki pengaruh tersendiri terhadap jiwa manusia.
Pembahasan
1. Pengertian Doa
Doa berasal dari bahasa Arab yang berarti
artinya

panggilan,

mengundang,

permintaan,

‫دعاء‬-‫يدعو‬-‫ دعا‬yang
permohonan,


doa

dan

sebagainya. Berdoa artinya menyeru, memanggil atau memohon pertolongan
kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang diinginkan. Seruan kepada Allah
tersebut dapat berupa ucapan tasbih (Subhanallah), pujian (Alhamdulillah),
istighfar (Astaghfirullah) atau memohon perlindungan (A’udzubilllah), dan
sebagainya.1 Sebagaimana termaktub dalam ayat-ayatNya:
a. Doa dalam makna Ibadah:

‫ضرر ت‬
‫فع ض ت‬
‫ت‬
‫ما ْلَ ْي تن ل ت‬
‫تولَ ْت تد ل ض‬
‫ن ْالل ل إ‬
‫ع ْ إ‬
‫ك ْفتإ إ ل‬
‫ك ْتولَ ْي ت ض‬

‫ن ْفتعتلللل ت‬
‫ه ْ ت‬
‫ن ْضدو إ‬
‫م ل‬
‫ن ْال ل‬
‫فتإ إن ل ت‬
‫ك ْإ إ ذ‬
(١٠٦:‫ن ْ)يونس‬
‫ظال إ إ‬
‫ذا ْ إ‬
‫ميِ ت‬
‫م ت‬
Lafadz doa dalam ayat di atas mengandung makna penyembahan
kepada Tuhan.
b. Doa dalam makna al-istiadzah (memohon perlindungan):

‫وأ ت‬
‫ت‬
‫ل‬
‫ن‬

‫لل‬
‫ن‬
‫ن ْال‬
‫لل‬
‫م‬
ْ ‫ل‬
‫جا‬
‫ر‬
ْ ‫ن‬
‫كا‬
ْ ‫ه‬
‫ن‬
‫ل ْ إ‬
‫ل‬
‫إ‬
‫ل‬
‫ن ْب إرإ ت‬
‫س ْي تعضللوضذو ت‬
‫ت‬
‫ت‬

‫ن ْال ل إ‬
‫ض‬
‫جلل ن‬
‫ملل ت‬
‫جللا ل‬
‫ت‬
‫ت‬
‫إ‬
‫إ‬
ْ (٦:‫قا ْ)الجن‬
‫م ْترهت ذ‬
‫فتتزاضدوهض ل‬
c. Doa dalam makna al-Istianah (memohon pertolongan):
1 jtptiain-gdls-s1-2006-maropeesay-1392-bab2_410

َ‫ة ْإإلَ ْع تل تلللى‬
‫ة ْوتإ إن لهتلللا ْل تك تب إيِلللتر ل‬
‫صللللَّ إ‬
‫توا ل‬
‫ر ْتوال ل‬

‫سلللت تإعيِضنوا ْإبال ل‬
‫صلللب ل إ‬
(٤٥:‫ن ْ)البقرة‬
‫ال ل ت‬
‫خا إ‬
‫شإعيِ ت‬
d. Doa dalam makna Istighfar (memohon ampunan).

(٢٠)ْ ‫م‬
‫ه ْغ ت ض‬
‫فولر ْتر إ‬
‫ست تغل إ‬
‫ه ْإ إ ل‬
‫توا ل‬
‫حيِ ل‬
‫ن ْالل ل ت‬
‫فضروا ْالل ل ت‬
Selain makna di atas, para ahli juga berusaha memberikan makna
doa. Makna doa yang mereka berikan tergantung pada latar belakang dan
kepentingan masing-masing. Beberapa di antaranya adalah:

a. Anis Masykhur dan Jejen Musfah, dalam bukunya "Doa Ajaran Ilahi"
menyebutkan; doa menurut Al-Thiby adalah melahirkan kehinaan dan
kerendahan diri dalam keadaan tidak berdaya dan tidak berkekuatan
kemudian menyatakan hajat, keperluan, ketundukan kepada Allah SWT.
Dalam pengertian amalan keagamaan, doa dikenal sebagai upaya
memanggil Allah SWT dalam rangka mengajukan permohonan kepadaNya.
b. Menurut Mohammad Saifullah Al-Aziz, dalam bukunya "Risalah
Memahami Ilmu Tasawuf" menyatakan bahwa; Doa adalah suatu realisasi
penghambaan dan merupakan media komunikasi antara makhluk dengan
Khaliknya, serta dicurahkan segala isi hati yang paling rahasia. Dengan
berdoa, manusia merasa bertatap muka dengan Khaliknya serta memohon
petunjuk maupun perlindungan. Jadi, doa itu pada prinsipnya merupakan
kunci dari segala kebutuhan hidup di dunia maupun di akhirat.
c. Menurut Dadang Hawari dalam bukunya "Doa dan Zikir sebagai
Pelengkap Terapi Medis" menyatakan; Doa adalah permohonan yang
dimunajatkan kepada Allah SWT. Maksudnya, suatu amalan dalam
bentuk yang diucapkan secara lisan atau dalam hati yang berisi
permohonan kepada Allah SWT. dengan selalu mengingat nama dan
sifat-Nya.
d. Menurut Umar Hasyim, dalam karyanya "Memahami Seluk-baluk Takdir"

menyatakan; Doa adalah memohon kepada Allah SWT agar tercapai apa
yang dimaksudkan dengan perantaraan mengerjakan segala syarat yang

menjadi sebab berhasilnya usaha tersebut. Doa adalah takdir Tuhan untuk
manusia.

e. Lowenthal (2009) mendefinisikan berdoa sebagai permohonan hikmat
dan ucapan syukur kepada Tuhan atau objek yang disembah. Doa juga
merupakan karakteristik dasar kehidupan religious yang merupakan
pusat dari kehidupan beragama dibanding dengan perilaku religius
kainnya.2
Dari semua pengertian di atas, memiliki titik temu bahwasanya doa
adalah suatu cara ibadah kepada Tuhan dalam bentuk permohonan, permintaan
sebagai bentuk pengakuan atas kelemahan diri dan kekuasaan suatu dzat
tertinggi. Di balik kata doa sudah terkandung pengertian bahwa manusia
merasa dirinya kecil dan Allah SWT memiliki sifat Maha Kuasa dan Maha
Besar.
2. Hakikat Do’a

Berdoa adalah esensi (inti) atau pusat dari perilaku religius,

merupakan pusat dari kehidupan beragama dan merupakan bukti kuat yang
mengindikasikan keyakinan terhadap Tuhan. Berdoa juga merupakan bukti
kualitas hidup beragama yang memasuki alam jiwa manusia yang paling
dalam sehingga merupakan dasar dari kehidupan beragama yang dapat
mempengaruhi kerangka pikiran dan psikologis manusia. Tanpa adanya
kegiatan berdoa, maka eksistensi agama tidak pernah ada (Lowenthal,
2009).
Beberapa ajaran agama mengharuskan bahwa berdoa harus
dilakukan secara teratur dan terus menerus. Jansen, de Hart, dan den Draak
(dalam Paloutzian & Park, 2009) mengatakan bahwa doa adalah
pelaksanaan kewajiban agama yang dilakukan secara perorangan. Setiap
orang memiliki cara tersendiri dalam berdoa tergantung pada situasi dan
tujuan dari berdoa tersebut. Magee (dalam dalam Paloutzian & Park, 2009)
mengatakan bahwa dalam berdoa terdiri dari penyembahan yang
didalamnya juga termasuk pujian kepada Tuhan. Selanjutnya diikuti dengan
2 Chapter II

pengakuan atas dosa dan kekurangan yang membutuhkan pertolongan dari
Tuhan.
Kemudian Lowenthal (2009) mencoba merumuskan beberapa aspek

dalam berdoa:
1. Behavioral Features (Aspek perilaku)
Dalam berdoa terdapat beberapa perilaku yang lazim dilakukan
seperti menghadap ke arah tertentu, berdiri, duduk, berlutut, sujud atau
bahkan ada agama yang berdoa melalui tarian.
2. Linguistic Features (Aspek Bahasa)
Berdoa dilakukan dengan menggunakan bahasa, berkata-kata.
Adapun suara untuk mengungkapkan bisa suara yang keras, diam atau
dalam hati.
3. Cognitive Features
Berdoa dilakukan dengan penuh tujuan dan pemaknaan atas apa
yang diungkapkan.
4. Emotional Features
Berdoa diiringi rasa kedekatan terhadap yang disembah, merendah,
tenang dan nyaman.3
5. Tahap-tahap Psikoterapi Doa
Berdoa merupakan sikap religius umat beragama. Terkait dengan
psikologi, ada beberapa perubahan dalam jiwa orang yang berdoa.
Tahap-tahap psikologi orang yang berdoa:
-


Tahap kesadaran sebagai hamba.
Dalam tahap ini seseorang menimbulkan kesadaran terhadap kelemahan
diri, penghambaan diri terhadap Sang Dzat Yang Maha Besar.

-

Tahap Kesadaran Akan Kekuasaan Allah
Kesadaran akan kekuasan Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang,
Yang memberi Kesembuhan akan sesuatu penyakit. Tahap ini
menumbuhkan keyakinan kita kepada Allah atas kemampuan Allah
dalam menyembuhkan.
3 Chapter II

-

Tahap Komunikasi
Berkomunikasi dengan Allah adalah suatu hal yang penting, tahap ini
bisa berupa pengakuan dosa. Dengan hati yang bersih maka kontak
dengan Allah akan lebih jernih. Pengungkapan kegundahan hati dan

kesulitan yang dihadapi akan menumbuhkan rasa dekat dengan Allah.

6. Pengaruh Do’a Dalam diri Manusia
Pentingnya agama dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan
Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO, 1984) yang menyatakan bahwa
aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan
batasan sehat hanya dari 3 aspek saja, yaitu sehat dalam arti fisik
(organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat
dalam arti social; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan
aspek agama (spiritual), yang oleh American Psychiatric Association dikenal
dengan rumusan “bio-psycho-socio-spiritual” (APA, 1992).4
Berangkat dari kenyataan di atas, agama menjadi salah satu unsur
yang tak dapat diabaikan dalam kesehatan baik jasmani maupun rohani.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa agama merupakan unsure
terpenting dalam kehidupan beragama, berarti doa memiliki pengaruh besar
dalam kesehatan.
Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian tentang doa. Di
antaranya:
1. Ilmuwan

Lindenthal

(1970)

dan

Star

(1971).

Penelitian

ini

menunjukkan bahwa penduduk yang religious (beribadah, berdoa dan
berdzikir) mengalami resiko stress yang lebih kecil daripada mereka
yang tidak religious dalam kehidupan sehari-harinya.
2. Comstock, et. al. (1972) sebagaimana dimuat dalam Journal of Chronic
Disease (1972), menyatakan bahwa mereka yang melakukan kegiatan
keagamaan secara teratur disertai dengan doa dan dzikir, ternyata resiko
kematian akibat penyakit jantung koroner lebih rendah 50%, sementara
4 Terapi.Dzikrullah.Org

kematian akibat emphysema (penggelembungan paru) lebih rendah
56%, kematian akibat chirhocis (pengerasan hati) lebih rendah 74% dan
kematian akibat bunuh diri lebih rndah 53%.
3. Clinebell (1980) dalam penelitiannya yang berjudul “The Role of

Religion in the Prevention and Treatment of Addiction” menyatakan
antara lain bahwa setiap orang apakah ia seorang yang beragama atau
sekuler

sekalipun

mempunyai

kebutuhan

dasar

yang

sifatnya

kerohanian (basic spiritual needs). Setiap orang membutuhkan rasa
aman, tenteram, terlindung, bebas dari stres, cemas, depresi dan
sejenisnya. Bagi mereka yang beragama (yang menghayati dan
mengamalkan), kebutuhan rohani ini dapat diperoleh lewat penghayatan
dan pengamalan keimanannya. Namun, bagi mereka yang sekuler jalan
yang ditempuh adalah lewat penyalahgunaan NAZA (Narkotika,
Alkohol dan Zat Adiktif lainnya), yang pada gilirannya dapat
menimbulkan dampak negatif pada diri, keluarga dan masyarakat.
4. House, Robbins dan Metzner (1984) melakukan suatu studi selama 8-10
tahun terhadap 2.700 orang. Hasil studinya itu menunjukkan bahwa
mereka yang rajin menjalankan ibadah, berdoa dan berdzikir, angka
kematian (mortality rate) jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
mereka yang tidak menjalankan ibadah, berdoa dan berdzikir.
5. Matthews (1996) dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat,
menyatakan dalam pertemuan tahunan the American Association for the
Advancement of Science (1996) antara lain bahwa mungkin suatu saat
kita para dokter selain menuliskan resep obat, juga akan menuliskan
doa dan dzikir pada kertas resep sebagai pelengkap. Selanjutnya
dikemukakan bahwa dari 212 studi yang telah dilakukan oleh para ahli
sebelumnya, ternyata 75% menyatakan bahwa komitmen agama
(berdoa dan berdzikir) menunjukkan pengaruh positif pada pasein;
hanya 7% yang berkesimpulan bahwa agama tidak baik bagi kesehatan.
6. Suatu survey yang dilakukan oleh majalah TIME dan CNN serta USA
Weekend (1996), menyatakan bahwa lebih dari 70 pasien percaya
bahwa keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, doa dan dzikir dapat

membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit. Sementara itu
lebih dari 64% pasien menyatakan bahwa para dokter hendaknya juga
memberikan terapi keagamaan (terapi psikoreligius) antara lain dalam
bentuk berdoa dan berdzikir. Dari penelitian ini terungkap bahwa
sebenarnya para pasien membutuhkan terapi keagamaan, selain terapi
dengan obat-obatan dan tindakan medis lainnya.
7. Masih banyak penelitian lain yang menunjukkan bahwa berdoa
memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan jasmani dan rohani
orang yang melakukannya.5

8. Kesimpulan
Doa adalah suatu cara ibadah kepada Tuhan dalam bentuk permohonan,
permintaan sebagai bentuk pengakuan atas kelemahan diri dan kekuasaan suatu dzat
tertinggi. Di balik kata doa sudah terkandung pengertian bahwa manusia merasa
dirinya kecil dan Allah SWT memiliki sifat Maha Kuasa dan Maha Besar. Doa
memiliki pengaruh besar terhadap manusiaa secara fisik maupun psikis. Diantaranya,
menyejatkan jantung, mengurangi resiko kematian danmengurangi stress.

5Prof. DR. dr. H. Dadang Hawari, Psi