Infleksi dan Derivasi Verba menjadi Nomi (2)
Infleksi dan Derivasi Verba menjadi Nomina dalam Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia
Oleh Nurul Aini
16760251033
Linguistik Terapan (Kelas A)
Abstract
This article discuss about study of words in the scope morphology they are derivational
and inflectional in Indonesian and English. Derivational morphology is relevant with lexeme
and word class change, it also provides the new lexeme while inflectional morphology deals
with words formation and modification of word that based on the same lexeme. The result of
this study are derivational morphology is relevant with lexeme. Derivational morphology
changes verb to be nomina. In English derivational morphology can be added by suffix –er,
-or, -ment, -ion and –ance while in Indonesian can be added by suffix –an, prefix pe- and –se.
inflectional morphology is only grammatical need. In English inflectional morphology can be
added by suffix –s/es and –‘s for nomina, suffix –ing, -ed, and –en for verba and suffix –er for
adjectiva while in Indonesian inflectional can be added by prefix me-, di-, ter-.
Key words: Morphology, derivational, and inflectional
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa sebagai sistem bersifat sistematis dan sistemis. Bahasa bersifat sistematis berarti
bahasa tersusun menurut suatu pola atau aturan tertentu. sedangkan bersifat sistemis berarti
bahasa bukanlah merupakan sistem tunggal melainkan terdiri dari subsistem antara lain
subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan subsistem semantik. (Abdul Chaer, 2007: 35).
Masing-masing subsistem ini juga memiliki pola dalam pembentukannya karena jika dalam
pembentukannya tanpa mengikuti kaidah maka subsistem ini tidak bisa berfungsi dan tidak
memiliki makna.
Subsistem morfologi secara bersama-sama dengan subsistem sintaksis merupakan kajian
linguistik yang terkait dengan tata bahasa atau gramatika. Kata merupakan satuan terbesar
dalam subsistem morfologi sedangkan merupakan satuan terkecil dalam subsistem sintaksis.
Kata merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau
gabungan morfem, dapat diartikan juga satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari
leksem yang telah mengalami proses morfologis (Harimurti Kridalaksana, 2008:110).
Kata berbeda dengan leksem. Menurut Harimurti Kridalaksana (2007: 9), leksem sebagai
satuan dasar dalam leksikon dan dibedakan dari kata sebagai satuan gramatika. Dengan kata
lain, leksem merupakan bahan dasar setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata
1
dalam subsistem gramatika. Leksem merupakan satuan leksikal dasar yang abstrak yang
mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata (Harimurti Kridalaksana, 2008: 141).
Kata merupakan unsur segmental pembentuk kalimat. Tidak mungkin sebuah kalimat
tanpa ada kata yang membentuknya. Kata dapat terdiri dari bentuk nomina, verbal, adjektifal,
adverbial dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk kata tersebut dikenal sebagai kelas kata. Istilah
kelas kata dapat disebut pula kategori kata atau jenis kata (Suhardi, 2013: 108). Dalam bahasa
Inggris kelas kata disebut sebagai part of speech. Kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai
subjek atau objek dari klausa disebut sebagai nomina. Nomina dalam bahasa Indonesia dapat
ditandai dengan tidak dapat bergabung dengan kata tidak, misal rumah adalah nomina namun
tidak rumah tidak mungkin dan dalam bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinannya
bergabung dengan sufiks plural, contoh: book adalah nomina dan books adalah mungkin
(Harimurti Kridalaksana, 2008: 163).
Nomina merupakan kelas kata yang pasti dijumpai dalam sebuah kalimat karena nomina
menempati fungsi subjek atau objek. Sebuah kalimat selain disusun dengan kata yang
berfungsi sebagai subjek juga harus terdapat verba di dalamnya, sejalan dengan hal ini
Bergman & Senn (1987: 5) juga mengatakan “A sentence is a group of words that expresses a
complete thought. In order to express a complete thought, a sentence must have two basic
parts-a subject and a predicate”. Dalam bahasa Inggris verba mempunyai ciri morfologis
seperti ciri kala, aspek, persona atau jumlah. Untuk dapat digunakan dalam sebuah kalimat
setiap bentuk dasar harus dibentuk dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui
proses afiksasi, reduplikasi, maupun proses komposisi (Abdul Chaer, 2007: 169). Proses
tersebut disebut sebagi proses morfemis. Afiksasi merupakan salah satu proses morfemis
yang dapat dilakukan di depan yang disebut prefiks, di tengah atau infiks, di belakang atau
sufiks dan yang di depan dan di belakang disebut apitan, sirkumfiks, atau konfiks
(Kushartanti, Yuwono &Lauder, 2009: 151)
Afiksasi merupakan proses yang mengubah leksem menjadi menjadi kata kompleks.
Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori tertentu, sehingga
berstatus kata, (3) sedikit banyak berubah maknanya (Harimurti Kridalaksana, 2007: 28).
Menurut Matthews via Diana Rozelin (2011: 588), kata dibagi atas tiga bagian: a)
phonological word, b) lexeme, c) word formation. Lexeme terkait dengan derivasi, sedangkan
word formation terkait dengan infleksi. Pembahasan derivasi dan infleksi dapat ditemukan
baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Afiks inflektif merupakan pembentukan kata dengan tidak mengubah kelas kata, seperti
dalam bahasa Inggris book menjadi books merupakan kelas kata nomina namun pada kata
2
books mengalami afiksasi dengan sufiks s sebagai penanda jamak. Contoh lain seperti pen
(s), bag (s) yang juga menandakan jamak namun kita tidak bisa menggunakan scissor untuk
tunggal ketika digunakan dalam kalimat maka menggunakan a pair of scissor, scissors tidak
dapat diartikan gunting dalam bentuk jamak. Selanjutnya kata play (ed) untuk kala lampau
dan he write (s) untuk kala sekarang, kata write (s) juga menyesuaikan bentuk dengan subjek
yang ada sebelumnya. Berbeda dengan bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia tidak
ditemukan infleksi seperti kata buku tidak mengalami proses afiksasi baik prefiks maupun
sufiks. Demikian juga untuk menyatakan kala dalam bahasa Indonesia bentuk verba tidak
mengalami perubahan apapun. Namun menurut Veerhar via Chaer (2007: 175) bentuk-bentuk
seperti membaca, dibaca, terbaca adalah paradigma infleksional. Dengan kata lain, bentukbentuk tersebut merupakan kata yang sama, yang berarti juga mempunyai identitas leksikal
yang sama.
Afiks derivatif merupakan pembentukan kata yang menghasilkan kelas kata baru.
Afiksasi derivasi dapat ditemukan baik dalam Bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia,
seperti kata teach berkelas kata verba mendapat sufiks er menjadi teacher mengubah kelas
kata menjadi nomina yang bermakna orang yang sedangkan kata create dengan sufiks or
menjadi creator yang berkelas kata nomina dan bermakna orang yang, kedua kata ini
memiliki makna yang sama namun dengan sufiks yang berbeda, seperti juga pada kata visit
(or). Contoh lain pada kata steal “mencuri” tapi bentuk nomina dari steal bukan stealer
namun thief. Oleh karena itu untuk mengetahui lebih jauh proses afiksasi dalam bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia pada tulisan ini akan dibahas bentuk-bentuk derivasi dan
infleksi yang terjadi dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Rumusan masalah
Dari latar belakang penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk derivasi dari verba ke nomina dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia?
2. Bagaimana bentuk infleksi dalam bahasa Inggris dan bahasa Indoensia?
3
LANDASAN TEORI
Derivasi
Derivasi merupakan bagian dari word formation yang mempunyai fungsi sebagai
pengubah kelas kata. Menurut Leech, Conrad & Biber (2002: 118) derivational affixes are
incomplete units of language that form a new word when they are added to an existing word
(the base). Prefixes are attached to the front of the base, while suffixes are attached to the
end of the base. Selain itu, Verhaar (2012: 143) juga berpendapat bahwa derivasi adalah
perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain dan
derivasi memiliki kaidah yang runtun urutannya.
Sedangkan menurut Nida dalam Ermanto (2008: 35) pembentukan derivasi adalah: a)
bentuk derivasi (struktur kompleks) termasuk kelas distribusi yang sama seperti anggota
kelas simpelnya (tunggal), b) cenderung menjadi formasi lapisan inti (lapisan dalam), c)
secara statistik cenderung lebih beragam, d) morfem derivasi lebih terbatas distribusinya, dan
e) memperlihatkan perubahan kelas kata.
Pendapat lain mengatakan bahwa proses morfologi derivasi dalah proses yang mengubah
identitas makna leksikal (Nanik Herawati, 2013: 134). Sejalan dengan ini Hurford & Heasley
via Nanik (2013: 134) menyatakan bahwa morfologi derivasi merupakan tiga proses yang
terjadi secara simultan, yakni: a) Proses morfologi: afiksasi, reduplikasi, pemajemukan
mengubah yang menghasilkan turunan, b) Proses derivasi: mengubah kategori kata misalkan
dari verba ke nomina, dari adjektiva menjadi verba, dari nomina ke verba. c) Proses
semantik: menghasilkan makna leksikal
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa derivasi merupakan perubahan
morfemis yang berfungsi sebagai pengubah kelas kata dan memiliki kaidah yang runtun
urutannya serta menghasilkan turunan, seperti makan yang berkelas kata verba mendapat
prefiks an menjadi makanan berkelas kata nomina.
Infleksi
Menurut Katamba melalui Diana (2011: 588) pembentukan infleksional yaitu: (1)
Morfem infleksional tidak mengubah kelas kata base yang diikutinya, dan (2) Morfem
infleksional hanya mampu memodifikasi bentuk kata sehingga kata tersebut cocok dengan
sintaksis bahasa. Selanjutnya menurut Katamba melalui Purnanto (2006: 138) infleksi
4
berkaitan dengan kaidah-kaidah sintaktik yang dapat diramalkan (predictable), otomatis
(automatic), sistematik, bersifat tetap/konsisten, dan tidak mengubah identitas leksikal.
Selain itu, menurut Samsuri (1982: 198), menyatakan bahwa infleksi adalah konstruksi
yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia
sendiri infleksi berarti perubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan
berbagai hubungan gramatikal seperti deklinasi nomina, pronominal, adjektiva, dan konjugasi
verba.
Zufriyati (2013) juga berpendapat bahwa Infleksi merupakan perubahan bentuk kata
tanpa mengubah identitas leksikal sebuah kata, dengan atau tanpa mengubah kelas katanya.
Secara khusus perubahan bentuk sebuah verba dengan tetap mempertahankan identitas verba
itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata tersebut, tetapi makna kata seperti yang
terkandung dalam kata tersebut tidak berubah, seperti:
menulis → ditulis → kutulis → kau tulis → kami tulis
melihat → dilihat → kulihat → kau lihat→ kami lihat
membaca → dibaca → kubaca → kau baca → kami baca
mencari → dicari → kucari → kau cari → kami cari
memukul → dipukul→ kupukul→ kau pukul → kami pukul
Bentuk menulis, melihat, membaca, mencari, dan memukul beserta semua variasinya itu
adalah infleksi karena identitas kata-kata tersebut sebagai kata kerja dengan pengertian yang
ada pada tiap bentuk-bentuk kata di atas tidak berubah, kecuali bentuk terikat me- yang
secara berurutan diganti dengan di-,ku-,kau-, dan kami yang mengubah pengertian pelakunya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembentukan kata secara
infleksional merupakan pembentukan dengan didasarkan pada kebutuhan gramatikal
sehingga tidak merubah kelas kata seperti dalam bahasa Inggris cat-cats, bag-bags, car-cars,
dan lain sebagainya dan dalam bahasa Indonesia seperti tulis-menulis-ditulis-kutulis-kau
tulis-kami tulis.
Bauer (1982: 12-13) berpendapat bahwa ada sejumlah cara untuk mengetahui apakah
sebuah afiks bersifat infleksional, beberapa diantaranya sebagai berikut:
1. Afiks-afiks yang tidak mengubah kelas kata bentuk dasarnya biasanya termasuk afiks
infleksional. Formalize adalah verba dan formalizes juga verba; berarti sufiks –s tidak
mengubah kelas kata sehingga termasuk dalam infleksional
2. Afiks-afiks infleksional selalu menampakkan makna yang teratur dan dapat
diprediksi. Sebagai contoh sufiks –s yang menunjukkan makna jamak dalam bahasa
Inggris, seperti: cats, bags, students, trees, etc.
5
3. Afiks-afiks infleksional bersifat produktif. Terdapat suatu kaidah umum bahwa bila
dapat menambahkan afiks infleksional pada salah satu anggota dari sebuah kelas kata
maka akan dapat menambah afiks infleksional pada semua anggota kelas yang lain.
Katamba (1994: 65-72) menyatakan bahwa productivity menyangkut perluasan
leksikon yang tiada henti-hentinya. Pola pembentukan ini bersifat open ended, artinya
tidak berhenti. Misalnya dalam bahasa Indonesia prefiks (pe) tinju, (pe) catur. (pe)
tenis.
SUMBER DATA
Sumber data ada dua macam, yaitu data tertulis berupa berita online, cerita pendek
maupun kamus. Penggunaan kamus dalam tulisan ini dikarenakan kosakata dijelaskan secara
rinci dan lengkap dengan mencantumkan kelas kata dibanding dalam cerita pendek maupun
berita online. Data tulis dalam bahasa Inggris dimbail dari salah satu berita The Jakarta Post
yang diakses pada tanggal 30 Desember 2016 dengan judul “More teaching volunteers
needed in Indonesian's rural, remote schools” dan “Gendering terrorism in Indonesia,
sedangkan data tulis dalam bahasa Indonesia diambil dari karya Putu Oka Sukanta dalam
Jurnal Perempuan No. 70 tahun 2011 berjudul “Mata”.
Data dalam hal ini berupa satuan lingual kata dengan data awal yang diperoleh saat
memulai survei awal dan data lanjut yang muncul setelah terdapat fokus objek kajian
pembahasan.
METODE DAN TEKNIK PENYEDIAAN DATA
Metode dan teknik pengumpulan data mengacu pada metode yang dikemukakan
Sudaryanto (2015: 18), yakni metode agih di mana alat penentunya justru bagian dari bahasa
yang bersangkutan itu sendiri. Teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung (BUL)
dilanjutkan dengan teknik lanjutan yakni teknik ganti sama tataran. Penyediaan data
dilakukan dengan menggunakan metode simak, metode simak dalam hal ini dilakukan pada
saat membaca dan melakukan pengamatan terhdap penggunaan suatu bahasa kemudian
teknik catat yakni pencatatan yang dilakukan pada kartu data.
Terkait data maka validitas data menjadi hal penting karena terkait dengan kesahihan atau
keabsahan suatu data sehingga data tersebut benar-benar dapat menjadi acuan. Untuk
validitas data dapat menggunakan teknik triangulasi data dengan data yang diperoleh
bersumber dari dokumen-dokumen yang relevan dan mendukung selanjutnya data juga perlu
6
dikaitkan dengan teori yang relevan dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki
pengetahuan kebahasaan yang memadai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Derivasi
Untuk menganalisis data derivasi dengan cara menemukan ada tidaknya perubahan
identitas dan kelas kata sebuah kata yang berafiksasi. Jika afiksasi mengubah kelas kata verba
menjadi nomina maka ini adalah kata berderivasi, seperti teach (verba) - teacher (nomina).
Perubahan Verba menjadi Nomina
Dalam bahasa Inggris perubahan kelas kata dari verba ke nomina dikarenakan adanya
penambahan sufiks -er, -or, -ment, -ion. Untuk memperjelas hasilnya terdapat dalam tabel
sebagai berikut:
Sufik
Lekse (verba)
Proses
Perubahan (Nomina)
Arti
s
-er
Teach
+er
Teacher
Guru
-ion
Educate
+ion
Education
Pendidikan
Inform
Information
Informasi
Distribute
Distribution
Distibusi
Situate
Situation
Situasi
Populate
Population
Populasi
-ment
-or
-ance
Accomplish
+ment
Accomplishment
Pencapaian
Govern
+or
Government
Pemerintah
Recruit
Recruitment
Pengerahan
Prevent
Preventor
Pencegah
Act
Actor
Pemain
Perpetrate
Perpetrator
Pelaku
Ignorance
Ketidaktahuan
Ignore
+ance
Dalam bahasa Indonesia perubahan verba menjadi nomina adalah sebagai berikut:
Leksem (verba)
Sapa
Simpan
Baca
Luap
Sufiks
-an
-an
Prefiks
Perubahan (nomina)
Sapaan
Simpanan
Bacaan
Luapan
7
Lukis
Panggil
Tindak
Pasang
Pimpin
Duduk
Lukisan
Panggilan
Tindakan
Sepasang
Pemimpin
Penduduk
sepe-
Infleksi
Bahasa Inggris memiliki pola gramatikal bahwa benda yang lebih dari satu harus
mendapat tambahan sufiks –s sebagai penanda jamak atau bisa juga sebagai penanda orang
ketiga tunggal. Berikut infleksi yang terjadi dalam bahasa Inggris:
Sufiks
-s/-es
Bentuk
Nomina
Fungsi
Jamak (Plural)
Proses
+s
Mengganti
konsonan Y
menambahkan
opportunities
Facility-facilities
Family-families
University-universities
es.
+’s
Indonesian’s rural
dengan vokal I
kemudian
-‘s
Nomina
Kepemilikan
Kata
Kilometer(s)
Hunter(s)
Face(s)
Notebook(s)
Teacher(s)
Villager(s)
Student(s)
Word(s)
Material(s)
School(s)
Goal(s)
Method(s)
Area(s)
Reason(s)
Office(s)
Parent(s)
Animal(s)
Volunteer(s)
Way(s)
Mathematic(s)
City- cities
Opportunity-
(possessive)
Police’s densus 88
Women’s capabilities
Women’s motives
8
-s
Verba
Penanda
orang +s
Need(s)
ketiga tunggal
-ing
Verba
Progressive
+ing
-ed
Verba
Past tense
+ed
-en
-er
Verba
Adjectiva
Past participle
Comparative
+en
+er
Offer(s)
Attakc(s)
Come(s)
Going
Working
Making
Improving
Gained
Started
Worked
Allocated
Dominated
(was) given
Stronger
degree
Pembentukan infleksi nomina dengan afiksasi -s/-es dan -‘s, pada verba dengan sufiks –
ing, -ed, en, sedangkan pada ajdectiva dengan sufiks –er.
Salah satu ciri infleksi adalah bersifat produktif. Sebuah afiks termasuk infleksional jika
dapat diramalkan dan dapat digantikan dengan afiks yang lain. Terdapat makna keteraturan
gramatikal dalam pembentukan infleksional. Dalam bahasa Indonesia pola pembentukan kata
produktif terdapat pada verba murni dengan prefiks me(N) yang berpasangan dengan di-D.
Prefiks ini berkaitan dengan ciri makna melakukan suatu perbuatan dengan sengaja seperti
menulis-ditulis, memukul-dipukul.
Pola pembentukan afiks infleksional dalam karya Putu Oka Sukanta adalah sebagai
berikut:
Leksem
Tuju
Sahut
Toleh
Lihat
Tangkap
Bongkar
Pegang
Lirik
Ambil
Taruh
Bungkus
Baca
Pancing
Pahat
Prefiks meMenuju
Menyahut
Menoleh
Melihat
Menangkap
Membongkar
Memegang
Melirik
Mengambil
Membungkus
Membaca
Memancing
Memahat
Prefiks di-
Ditangkap
Ditaruh
Dibungkus
9
Dengar
Tutup
Jawab
Tahan
Cegah
Gigit
Rangsang
Cungkil
Buat
Tulis
Telan
Mulai
Pandang
Tabrak
Pinta
Uji
Dapat
Pesan
Cari
Mendengar
Menutup
Menjawab
Menahan
Dicegah
Menggigit
Merangsang
Mencungkil
Membuat
Menulis
Dicungkil
Ditelan
Dimulai
Memulai
Memandang
Menabrak
Meminta
Menguji
Mendapat
Memesan
Mencari
Proses pembentukan infleksional juga dapat terbentuk dari kata atau leksem seperti:
Leksem
Pagari
Ikuti
Miliki
Sertai
Prefiks me-
Prefiks di-, sufiks iDipagari
Mengikuti
Dimiliki
Disertai
Perubahan dari pagar menjadi pagari merupakan pembentukan derivasional sementara
perubahan pagari menjadi dipagari merupakan pembentukan infleksional karena dapat
diramalkan dan diganti menjadi memagari-kupagari-dipagari. Begitu pula dengan leksem
seperti di bawah ini:
Leksem
Perhatikan
Temukan
Kenakan
Hindarkan
Prefiks meMemperhatikan
Menemukan
Mengenakan
Menghindari
Prefiks di-
Leksem lain dengan pembentukan infleksional yang menyatakan “ketidaksengajaan” yaitu:
Leksem
Ingat
Dengar
Pancing
Pikir
Pendam
Prefiks terTeringat
Terdengar
Terpancing
Terpikir
Terpendam
Prefiks di-
10
Perbedaan leksem-leksem tersebut terdapat dalam makna seperti pada leksem pagari
bermakna berkali-kali dengan hadirnya sufiks –i. makna sesuatu yang tidak disengaja dengan
prefiks ter-, penambahan prefiks –di berfokus pada agen serta prefiks me- berfokus pada
pelaku.
KESIMPULAN
Kajian tentang kata merupakan bidang kajian morfologi. Proses perubahan bentuk kata
dapat terjadi melalui afiksasi, reduplikasi dan pemajemukan. Afiksasi dapat berupa
penambahan prefiks, infiks, konfiks, sirkumfiks, maupun prefiks. Afiksasi bisa berupa
derivasional dan infleksional. Derivasional merupakan proses perubahan kata atau leksem
yang menghasilkan kata baru, mengubah kelas kata dan tidak dapat diramalkan. Sedangkan
afiks infleksional merupakan proses morfemis tanpa adanya kata baru. Afiks infleksional
hanya untuk kebutuhan sintaksis gramatikal suatu bahasa dan dapat diramalkan.
Setiap bahasa memiliki pola-pola pembentukan suatu kata. Berdasarkan hasil analisis di
atas didapat suatu pola pembentukan kata berdasarkan afiks derivasional dan infleksional
diantaranya: afiks derivasional dengan perubahan bentuk verba menjadi nomina dalam
bahasa Inggris dapat berupa suffiks –er, -ment, -ion, -or, -ance. Afiksasi derivasional
perubahan verba ke nomina dalam bahasa Indoensia dengan hasil analisis di atas ditemukan
bahwa penambahan sufiks –an, prefiks se- merupakan proses afiksasi derivasi verba ke
nomina.
Infleksi dalam bahasa Inggris terjadi hanya dengan penambahan suffiks terdiri atas tiga
bagian diantaranya: a) infleksional nomina dengan suffiks s/es, -‘s; b) infleksional verba yang
dengan suffiks –ing, -en, -ed; dan c) infleksional adjectiva dengan suffiks –er. Dalam bahasa
Indonesia meskipun bahasa Indonesia bukan merupakan bahasa infleksi namun ternyata
prefiks me-, di-, ter, ku, merupakan proses afiksasi infleksional karena identitas kata-kata
tersebut berasal dari leksem yag sama dengan pengertian yang ada pada tiap bentuk-bentuk
kata di atas tidak berubah, kecuali bentuk terikat me- yang secara berurutan diganti
dengan di- yang mengubah pengertian pelakunya. Ciri lain dari afiksasi infleksional adalah
pembentukan yang terjadi dapat diramalkan dan digantikan.
11
Daftar Pustaka
Abdul Chaer. (2007). Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta
Bauer, Laurie. (1982). Introducing linguistic morphology. Great Britain: Edinburgh
University Press
Bergman, C. A., & Senn, J.A. (1987). Heath grammar and composition second course.
Massachusetts: Heath
Biber, D., Conrad, S., & Leech, G., Student grammar of spoken and written English.
Longman
Diana Rozelina. (2011). Derivasi dan infleksi dalam bahasa Inggris. Media akademika, Vol
26, 587-605.
Edi Purnanto. (2006). Kajian morfologi derivasional dan infleksional dalam bahasa
Indonesia. Kajian linguistik dan sastra. Vol 18, 136-152
Ermanto. (2008). Derivasi dan infleksi verba bahasa Indonesia. Disertasi. Universitas
Sebelas Maret
Harimurti Kridalaksana. (2008). Kamus linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
___________________. (2007). Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Katamba, F. (1994). Modern linguistics: morphology. London: The Macmillan Press Ltd
Kushartanti, Untung Yuwono & Lauder, M., RMT. Pesona bahasa: langkah awal memahami
linguistic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Nanik Herawati. (2013). Derivasi verba denominal dan verba deadjectival dengan proses
afiksasi dalam bahasa Jawa (kajian morfologi). Magistra, No. 86, 131-142
Samsuri. (1982). Analisis bahasa. Jakarta: Erlangga
Sudaryanto. (2015). Metode dan teknik analisis bahasa.
Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press
Suhardi. (2013). Sintaksis. Yogyakarta: UNY Press
Veerhar, J. W. M. (2012) Asas-asas linguistik umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
http://www.thejakartapost.com/youth/2016/12/30/more-teaching-volunteers-needed-inindonesias-rural-remote-schools.html. Diakses pada tanggal 30 Desember 2016
12
http://www.thejakartapost.com/academia/2016/12/30/gendering-terrorism-in-indonesia.
Diakses pada tanggal 30 Desember 2016
http://anaksastradanbahasaindonesia.blogspot.co.id/2013/12/pembagian-jenis-kata-menurutgorys-keraf.html. Diakses pada tanggal 02 Januari 2017
13
Indonesia
Oleh Nurul Aini
16760251033
Linguistik Terapan (Kelas A)
Abstract
This article discuss about study of words in the scope morphology they are derivational
and inflectional in Indonesian and English. Derivational morphology is relevant with lexeme
and word class change, it also provides the new lexeme while inflectional morphology deals
with words formation and modification of word that based on the same lexeme. The result of
this study are derivational morphology is relevant with lexeme. Derivational morphology
changes verb to be nomina. In English derivational morphology can be added by suffix –er,
-or, -ment, -ion and –ance while in Indonesian can be added by suffix –an, prefix pe- and –se.
inflectional morphology is only grammatical need. In English inflectional morphology can be
added by suffix –s/es and –‘s for nomina, suffix –ing, -ed, and –en for verba and suffix –er for
adjectiva while in Indonesian inflectional can be added by prefix me-, di-, ter-.
Key words: Morphology, derivational, and inflectional
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa sebagai sistem bersifat sistematis dan sistemis. Bahasa bersifat sistematis berarti
bahasa tersusun menurut suatu pola atau aturan tertentu. sedangkan bersifat sistemis berarti
bahasa bukanlah merupakan sistem tunggal melainkan terdiri dari subsistem antara lain
subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan subsistem semantik. (Abdul Chaer, 2007: 35).
Masing-masing subsistem ini juga memiliki pola dalam pembentukannya karena jika dalam
pembentukannya tanpa mengikuti kaidah maka subsistem ini tidak bisa berfungsi dan tidak
memiliki makna.
Subsistem morfologi secara bersama-sama dengan subsistem sintaksis merupakan kajian
linguistik yang terkait dengan tata bahasa atau gramatika. Kata merupakan satuan terbesar
dalam subsistem morfologi sedangkan merupakan satuan terkecil dalam subsistem sintaksis.
Kata merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau
gabungan morfem, dapat diartikan juga satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari
leksem yang telah mengalami proses morfologis (Harimurti Kridalaksana, 2008:110).
Kata berbeda dengan leksem. Menurut Harimurti Kridalaksana (2007: 9), leksem sebagai
satuan dasar dalam leksikon dan dibedakan dari kata sebagai satuan gramatika. Dengan kata
lain, leksem merupakan bahan dasar setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata
1
dalam subsistem gramatika. Leksem merupakan satuan leksikal dasar yang abstrak yang
mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata (Harimurti Kridalaksana, 2008: 141).
Kata merupakan unsur segmental pembentuk kalimat. Tidak mungkin sebuah kalimat
tanpa ada kata yang membentuknya. Kata dapat terdiri dari bentuk nomina, verbal, adjektifal,
adverbial dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk kata tersebut dikenal sebagai kelas kata. Istilah
kelas kata dapat disebut pula kategori kata atau jenis kata (Suhardi, 2013: 108). Dalam bahasa
Inggris kelas kata disebut sebagai part of speech. Kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai
subjek atau objek dari klausa disebut sebagai nomina. Nomina dalam bahasa Indonesia dapat
ditandai dengan tidak dapat bergabung dengan kata tidak, misal rumah adalah nomina namun
tidak rumah tidak mungkin dan dalam bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinannya
bergabung dengan sufiks plural, contoh: book adalah nomina dan books adalah mungkin
(Harimurti Kridalaksana, 2008: 163).
Nomina merupakan kelas kata yang pasti dijumpai dalam sebuah kalimat karena nomina
menempati fungsi subjek atau objek. Sebuah kalimat selain disusun dengan kata yang
berfungsi sebagai subjek juga harus terdapat verba di dalamnya, sejalan dengan hal ini
Bergman & Senn (1987: 5) juga mengatakan “A sentence is a group of words that expresses a
complete thought. In order to express a complete thought, a sentence must have two basic
parts-a subject and a predicate”. Dalam bahasa Inggris verba mempunyai ciri morfologis
seperti ciri kala, aspek, persona atau jumlah. Untuk dapat digunakan dalam sebuah kalimat
setiap bentuk dasar harus dibentuk dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui
proses afiksasi, reduplikasi, maupun proses komposisi (Abdul Chaer, 2007: 169). Proses
tersebut disebut sebagi proses morfemis. Afiksasi merupakan salah satu proses morfemis
yang dapat dilakukan di depan yang disebut prefiks, di tengah atau infiks, di belakang atau
sufiks dan yang di depan dan di belakang disebut apitan, sirkumfiks, atau konfiks
(Kushartanti, Yuwono &Lauder, 2009: 151)
Afiksasi merupakan proses yang mengubah leksem menjadi menjadi kata kompleks.
Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori tertentu, sehingga
berstatus kata, (3) sedikit banyak berubah maknanya (Harimurti Kridalaksana, 2007: 28).
Menurut Matthews via Diana Rozelin (2011: 588), kata dibagi atas tiga bagian: a)
phonological word, b) lexeme, c) word formation. Lexeme terkait dengan derivasi, sedangkan
word formation terkait dengan infleksi. Pembahasan derivasi dan infleksi dapat ditemukan
baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Afiks inflektif merupakan pembentukan kata dengan tidak mengubah kelas kata, seperti
dalam bahasa Inggris book menjadi books merupakan kelas kata nomina namun pada kata
2
books mengalami afiksasi dengan sufiks s sebagai penanda jamak. Contoh lain seperti pen
(s), bag (s) yang juga menandakan jamak namun kita tidak bisa menggunakan scissor untuk
tunggal ketika digunakan dalam kalimat maka menggunakan a pair of scissor, scissors tidak
dapat diartikan gunting dalam bentuk jamak. Selanjutnya kata play (ed) untuk kala lampau
dan he write (s) untuk kala sekarang, kata write (s) juga menyesuaikan bentuk dengan subjek
yang ada sebelumnya. Berbeda dengan bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia tidak
ditemukan infleksi seperti kata buku tidak mengalami proses afiksasi baik prefiks maupun
sufiks. Demikian juga untuk menyatakan kala dalam bahasa Indonesia bentuk verba tidak
mengalami perubahan apapun. Namun menurut Veerhar via Chaer (2007: 175) bentuk-bentuk
seperti membaca, dibaca, terbaca adalah paradigma infleksional. Dengan kata lain, bentukbentuk tersebut merupakan kata yang sama, yang berarti juga mempunyai identitas leksikal
yang sama.
Afiks derivatif merupakan pembentukan kata yang menghasilkan kelas kata baru.
Afiksasi derivasi dapat ditemukan baik dalam Bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia,
seperti kata teach berkelas kata verba mendapat sufiks er menjadi teacher mengubah kelas
kata menjadi nomina yang bermakna orang yang sedangkan kata create dengan sufiks or
menjadi creator yang berkelas kata nomina dan bermakna orang yang, kedua kata ini
memiliki makna yang sama namun dengan sufiks yang berbeda, seperti juga pada kata visit
(or). Contoh lain pada kata steal “mencuri” tapi bentuk nomina dari steal bukan stealer
namun thief. Oleh karena itu untuk mengetahui lebih jauh proses afiksasi dalam bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia pada tulisan ini akan dibahas bentuk-bentuk derivasi dan
infleksi yang terjadi dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Rumusan masalah
Dari latar belakang penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk derivasi dari verba ke nomina dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia?
2. Bagaimana bentuk infleksi dalam bahasa Inggris dan bahasa Indoensia?
3
LANDASAN TEORI
Derivasi
Derivasi merupakan bagian dari word formation yang mempunyai fungsi sebagai
pengubah kelas kata. Menurut Leech, Conrad & Biber (2002: 118) derivational affixes are
incomplete units of language that form a new word when they are added to an existing word
(the base). Prefixes are attached to the front of the base, while suffixes are attached to the
end of the base. Selain itu, Verhaar (2012: 143) juga berpendapat bahwa derivasi adalah
perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain dan
derivasi memiliki kaidah yang runtun urutannya.
Sedangkan menurut Nida dalam Ermanto (2008: 35) pembentukan derivasi adalah: a)
bentuk derivasi (struktur kompleks) termasuk kelas distribusi yang sama seperti anggota
kelas simpelnya (tunggal), b) cenderung menjadi formasi lapisan inti (lapisan dalam), c)
secara statistik cenderung lebih beragam, d) morfem derivasi lebih terbatas distribusinya, dan
e) memperlihatkan perubahan kelas kata.
Pendapat lain mengatakan bahwa proses morfologi derivasi dalah proses yang mengubah
identitas makna leksikal (Nanik Herawati, 2013: 134). Sejalan dengan ini Hurford & Heasley
via Nanik (2013: 134) menyatakan bahwa morfologi derivasi merupakan tiga proses yang
terjadi secara simultan, yakni: a) Proses morfologi: afiksasi, reduplikasi, pemajemukan
mengubah yang menghasilkan turunan, b) Proses derivasi: mengubah kategori kata misalkan
dari verba ke nomina, dari adjektiva menjadi verba, dari nomina ke verba. c) Proses
semantik: menghasilkan makna leksikal
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa derivasi merupakan perubahan
morfemis yang berfungsi sebagai pengubah kelas kata dan memiliki kaidah yang runtun
urutannya serta menghasilkan turunan, seperti makan yang berkelas kata verba mendapat
prefiks an menjadi makanan berkelas kata nomina.
Infleksi
Menurut Katamba melalui Diana (2011: 588) pembentukan infleksional yaitu: (1)
Morfem infleksional tidak mengubah kelas kata base yang diikutinya, dan (2) Morfem
infleksional hanya mampu memodifikasi bentuk kata sehingga kata tersebut cocok dengan
sintaksis bahasa. Selanjutnya menurut Katamba melalui Purnanto (2006: 138) infleksi
4
berkaitan dengan kaidah-kaidah sintaktik yang dapat diramalkan (predictable), otomatis
(automatic), sistematik, bersifat tetap/konsisten, dan tidak mengubah identitas leksikal.
Selain itu, menurut Samsuri (1982: 198), menyatakan bahwa infleksi adalah konstruksi
yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia
sendiri infleksi berarti perubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan
berbagai hubungan gramatikal seperti deklinasi nomina, pronominal, adjektiva, dan konjugasi
verba.
Zufriyati (2013) juga berpendapat bahwa Infleksi merupakan perubahan bentuk kata
tanpa mengubah identitas leksikal sebuah kata, dengan atau tanpa mengubah kelas katanya.
Secara khusus perubahan bentuk sebuah verba dengan tetap mempertahankan identitas verba
itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata tersebut, tetapi makna kata seperti yang
terkandung dalam kata tersebut tidak berubah, seperti:
menulis → ditulis → kutulis → kau tulis → kami tulis
melihat → dilihat → kulihat → kau lihat→ kami lihat
membaca → dibaca → kubaca → kau baca → kami baca
mencari → dicari → kucari → kau cari → kami cari
memukul → dipukul→ kupukul→ kau pukul → kami pukul
Bentuk menulis, melihat, membaca, mencari, dan memukul beserta semua variasinya itu
adalah infleksi karena identitas kata-kata tersebut sebagai kata kerja dengan pengertian yang
ada pada tiap bentuk-bentuk kata di atas tidak berubah, kecuali bentuk terikat me- yang
secara berurutan diganti dengan di-,ku-,kau-, dan kami yang mengubah pengertian pelakunya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembentukan kata secara
infleksional merupakan pembentukan dengan didasarkan pada kebutuhan gramatikal
sehingga tidak merubah kelas kata seperti dalam bahasa Inggris cat-cats, bag-bags, car-cars,
dan lain sebagainya dan dalam bahasa Indonesia seperti tulis-menulis-ditulis-kutulis-kau
tulis-kami tulis.
Bauer (1982: 12-13) berpendapat bahwa ada sejumlah cara untuk mengetahui apakah
sebuah afiks bersifat infleksional, beberapa diantaranya sebagai berikut:
1. Afiks-afiks yang tidak mengubah kelas kata bentuk dasarnya biasanya termasuk afiks
infleksional. Formalize adalah verba dan formalizes juga verba; berarti sufiks –s tidak
mengubah kelas kata sehingga termasuk dalam infleksional
2. Afiks-afiks infleksional selalu menampakkan makna yang teratur dan dapat
diprediksi. Sebagai contoh sufiks –s yang menunjukkan makna jamak dalam bahasa
Inggris, seperti: cats, bags, students, trees, etc.
5
3. Afiks-afiks infleksional bersifat produktif. Terdapat suatu kaidah umum bahwa bila
dapat menambahkan afiks infleksional pada salah satu anggota dari sebuah kelas kata
maka akan dapat menambah afiks infleksional pada semua anggota kelas yang lain.
Katamba (1994: 65-72) menyatakan bahwa productivity menyangkut perluasan
leksikon yang tiada henti-hentinya. Pola pembentukan ini bersifat open ended, artinya
tidak berhenti. Misalnya dalam bahasa Indonesia prefiks (pe) tinju, (pe) catur. (pe)
tenis.
SUMBER DATA
Sumber data ada dua macam, yaitu data tertulis berupa berita online, cerita pendek
maupun kamus. Penggunaan kamus dalam tulisan ini dikarenakan kosakata dijelaskan secara
rinci dan lengkap dengan mencantumkan kelas kata dibanding dalam cerita pendek maupun
berita online. Data tulis dalam bahasa Inggris dimbail dari salah satu berita The Jakarta Post
yang diakses pada tanggal 30 Desember 2016 dengan judul “More teaching volunteers
needed in Indonesian's rural, remote schools” dan “Gendering terrorism in Indonesia,
sedangkan data tulis dalam bahasa Indonesia diambil dari karya Putu Oka Sukanta dalam
Jurnal Perempuan No. 70 tahun 2011 berjudul “Mata”.
Data dalam hal ini berupa satuan lingual kata dengan data awal yang diperoleh saat
memulai survei awal dan data lanjut yang muncul setelah terdapat fokus objek kajian
pembahasan.
METODE DAN TEKNIK PENYEDIAAN DATA
Metode dan teknik pengumpulan data mengacu pada metode yang dikemukakan
Sudaryanto (2015: 18), yakni metode agih di mana alat penentunya justru bagian dari bahasa
yang bersangkutan itu sendiri. Teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung (BUL)
dilanjutkan dengan teknik lanjutan yakni teknik ganti sama tataran. Penyediaan data
dilakukan dengan menggunakan metode simak, metode simak dalam hal ini dilakukan pada
saat membaca dan melakukan pengamatan terhdap penggunaan suatu bahasa kemudian
teknik catat yakni pencatatan yang dilakukan pada kartu data.
Terkait data maka validitas data menjadi hal penting karena terkait dengan kesahihan atau
keabsahan suatu data sehingga data tersebut benar-benar dapat menjadi acuan. Untuk
validitas data dapat menggunakan teknik triangulasi data dengan data yang diperoleh
bersumber dari dokumen-dokumen yang relevan dan mendukung selanjutnya data juga perlu
6
dikaitkan dengan teori yang relevan dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki
pengetahuan kebahasaan yang memadai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Derivasi
Untuk menganalisis data derivasi dengan cara menemukan ada tidaknya perubahan
identitas dan kelas kata sebuah kata yang berafiksasi. Jika afiksasi mengubah kelas kata verba
menjadi nomina maka ini adalah kata berderivasi, seperti teach (verba) - teacher (nomina).
Perubahan Verba menjadi Nomina
Dalam bahasa Inggris perubahan kelas kata dari verba ke nomina dikarenakan adanya
penambahan sufiks -er, -or, -ment, -ion. Untuk memperjelas hasilnya terdapat dalam tabel
sebagai berikut:
Sufik
Lekse (verba)
Proses
Perubahan (Nomina)
Arti
s
-er
Teach
+er
Teacher
Guru
-ion
Educate
+ion
Education
Pendidikan
Inform
Information
Informasi
Distribute
Distribution
Distibusi
Situate
Situation
Situasi
Populate
Population
Populasi
-ment
-or
-ance
Accomplish
+ment
Accomplishment
Pencapaian
Govern
+or
Government
Pemerintah
Recruit
Recruitment
Pengerahan
Prevent
Preventor
Pencegah
Act
Actor
Pemain
Perpetrate
Perpetrator
Pelaku
Ignorance
Ketidaktahuan
Ignore
+ance
Dalam bahasa Indonesia perubahan verba menjadi nomina adalah sebagai berikut:
Leksem (verba)
Sapa
Simpan
Baca
Luap
Sufiks
-an
-an
Prefiks
Perubahan (nomina)
Sapaan
Simpanan
Bacaan
Luapan
7
Lukis
Panggil
Tindak
Pasang
Pimpin
Duduk
Lukisan
Panggilan
Tindakan
Sepasang
Pemimpin
Penduduk
sepe-
Infleksi
Bahasa Inggris memiliki pola gramatikal bahwa benda yang lebih dari satu harus
mendapat tambahan sufiks –s sebagai penanda jamak atau bisa juga sebagai penanda orang
ketiga tunggal. Berikut infleksi yang terjadi dalam bahasa Inggris:
Sufiks
-s/-es
Bentuk
Nomina
Fungsi
Jamak (Plural)
Proses
+s
Mengganti
konsonan Y
menambahkan
opportunities
Facility-facilities
Family-families
University-universities
es.
+’s
Indonesian’s rural
dengan vokal I
kemudian
-‘s
Nomina
Kepemilikan
Kata
Kilometer(s)
Hunter(s)
Face(s)
Notebook(s)
Teacher(s)
Villager(s)
Student(s)
Word(s)
Material(s)
School(s)
Goal(s)
Method(s)
Area(s)
Reason(s)
Office(s)
Parent(s)
Animal(s)
Volunteer(s)
Way(s)
Mathematic(s)
City- cities
Opportunity-
(possessive)
Police’s densus 88
Women’s capabilities
Women’s motives
8
-s
Verba
Penanda
orang +s
Need(s)
ketiga tunggal
-ing
Verba
Progressive
+ing
-ed
Verba
Past tense
+ed
-en
-er
Verba
Adjectiva
Past participle
Comparative
+en
+er
Offer(s)
Attakc(s)
Come(s)
Going
Working
Making
Improving
Gained
Started
Worked
Allocated
Dominated
(was) given
Stronger
degree
Pembentukan infleksi nomina dengan afiksasi -s/-es dan -‘s, pada verba dengan sufiks –
ing, -ed, en, sedangkan pada ajdectiva dengan sufiks –er.
Salah satu ciri infleksi adalah bersifat produktif. Sebuah afiks termasuk infleksional jika
dapat diramalkan dan dapat digantikan dengan afiks yang lain. Terdapat makna keteraturan
gramatikal dalam pembentukan infleksional. Dalam bahasa Indonesia pola pembentukan kata
produktif terdapat pada verba murni dengan prefiks me(N) yang berpasangan dengan di-D.
Prefiks ini berkaitan dengan ciri makna melakukan suatu perbuatan dengan sengaja seperti
menulis-ditulis, memukul-dipukul.
Pola pembentukan afiks infleksional dalam karya Putu Oka Sukanta adalah sebagai
berikut:
Leksem
Tuju
Sahut
Toleh
Lihat
Tangkap
Bongkar
Pegang
Lirik
Ambil
Taruh
Bungkus
Baca
Pancing
Pahat
Prefiks meMenuju
Menyahut
Menoleh
Melihat
Menangkap
Membongkar
Memegang
Melirik
Mengambil
Membungkus
Membaca
Memancing
Memahat
Prefiks di-
Ditangkap
Ditaruh
Dibungkus
9
Dengar
Tutup
Jawab
Tahan
Cegah
Gigit
Rangsang
Cungkil
Buat
Tulis
Telan
Mulai
Pandang
Tabrak
Pinta
Uji
Dapat
Pesan
Cari
Mendengar
Menutup
Menjawab
Menahan
Dicegah
Menggigit
Merangsang
Mencungkil
Membuat
Menulis
Dicungkil
Ditelan
Dimulai
Memulai
Memandang
Menabrak
Meminta
Menguji
Mendapat
Memesan
Mencari
Proses pembentukan infleksional juga dapat terbentuk dari kata atau leksem seperti:
Leksem
Pagari
Ikuti
Miliki
Sertai
Prefiks me-
Prefiks di-, sufiks iDipagari
Mengikuti
Dimiliki
Disertai
Perubahan dari pagar menjadi pagari merupakan pembentukan derivasional sementara
perubahan pagari menjadi dipagari merupakan pembentukan infleksional karena dapat
diramalkan dan diganti menjadi memagari-kupagari-dipagari. Begitu pula dengan leksem
seperti di bawah ini:
Leksem
Perhatikan
Temukan
Kenakan
Hindarkan
Prefiks meMemperhatikan
Menemukan
Mengenakan
Menghindari
Prefiks di-
Leksem lain dengan pembentukan infleksional yang menyatakan “ketidaksengajaan” yaitu:
Leksem
Ingat
Dengar
Pancing
Pikir
Pendam
Prefiks terTeringat
Terdengar
Terpancing
Terpikir
Terpendam
Prefiks di-
10
Perbedaan leksem-leksem tersebut terdapat dalam makna seperti pada leksem pagari
bermakna berkali-kali dengan hadirnya sufiks –i. makna sesuatu yang tidak disengaja dengan
prefiks ter-, penambahan prefiks –di berfokus pada agen serta prefiks me- berfokus pada
pelaku.
KESIMPULAN
Kajian tentang kata merupakan bidang kajian morfologi. Proses perubahan bentuk kata
dapat terjadi melalui afiksasi, reduplikasi dan pemajemukan. Afiksasi dapat berupa
penambahan prefiks, infiks, konfiks, sirkumfiks, maupun prefiks. Afiksasi bisa berupa
derivasional dan infleksional. Derivasional merupakan proses perubahan kata atau leksem
yang menghasilkan kata baru, mengubah kelas kata dan tidak dapat diramalkan. Sedangkan
afiks infleksional merupakan proses morfemis tanpa adanya kata baru. Afiks infleksional
hanya untuk kebutuhan sintaksis gramatikal suatu bahasa dan dapat diramalkan.
Setiap bahasa memiliki pola-pola pembentukan suatu kata. Berdasarkan hasil analisis di
atas didapat suatu pola pembentukan kata berdasarkan afiks derivasional dan infleksional
diantaranya: afiks derivasional dengan perubahan bentuk verba menjadi nomina dalam
bahasa Inggris dapat berupa suffiks –er, -ment, -ion, -or, -ance. Afiksasi derivasional
perubahan verba ke nomina dalam bahasa Indoensia dengan hasil analisis di atas ditemukan
bahwa penambahan sufiks –an, prefiks se- merupakan proses afiksasi derivasi verba ke
nomina.
Infleksi dalam bahasa Inggris terjadi hanya dengan penambahan suffiks terdiri atas tiga
bagian diantaranya: a) infleksional nomina dengan suffiks s/es, -‘s; b) infleksional verba yang
dengan suffiks –ing, -en, -ed; dan c) infleksional adjectiva dengan suffiks –er. Dalam bahasa
Indonesia meskipun bahasa Indonesia bukan merupakan bahasa infleksi namun ternyata
prefiks me-, di-, ter, ku, merupakan proses afiksasi infleksional karena identitas kata-kata
tersebut berasal dari leksem yag sama dengan pengertian yang ada pada tiap bentuk-bentuk
kata di atas tidak berubah, kecuali bentuk terikat me- yang secara berurutan diganti
dengan di- yang mengubah pengertian pelakunya. Ciri lain dari afiksasi infleksional adalah
pembentukan yang terjadi dapat diramalkan dan digantikan.
11
Daftar Pustaka
Abdul Chaer. (2007). Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta
Bauer, Laurie. (1982). Introducing linguistic morphology. Great Britain: Edinburgh
University Press
Bergman, C. A., & Senn, J.A. (1987). Heath grammar and composition second course.
Massachusetts: Heath
Biber, D., Conrad, S., & Leech, G., Student grammar of spoken and written English.
Longman
Diana Rozelina. (2011). Derivasi dan infleksi dalam bahasa Inggris. Media akademika, Vol
26, 587-605.
Edi Purnanto. (2006). Kajian morfologi derivasional dan infleksional dalam bahasa
Indonesia. Kajian linguistik dan sastra. Vol 18, 136-152
Ermanto. (2008). Derivasi dan infleksi verba bahasa Indonesia. Disertasi. Universitas
Sebelas Maret
Harimurti Kridalaksana. (2008). Kamus linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
___________________. (2007). Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Katamba, F. (1994). Modern linguistics: morphology. London: The Macmillan Press Ltd
Kushartanti, Untung Yuwono & Lauder, M., RMT. Pesona bahasa: langkah awal memahami
linguistic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Nanik Herawati. (2013). Derivasi verba denominal dan verba deadjectival dengan proses
afiksasi dalam bahasa Jawa (kajian morfologi). Magistra, No. 86, 131-142
Samsuri. (1982). Analisis bahasa. Jakarta: Erlangga
Sudaryanto. (2015). Metode dan teknik analisis bahasa.
Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press
Suhardi. (2013). Sintaksis. Yogyakarta: UNY Press
Veerhar, J. W. M. (2012) Asas-asas linguistik umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
http://www.thejakartapost.com/youth/2016/12/30/more-teaching-volunteers-needed-inindonesias-rural-remote-schools.html. Diakses pada tanggal 30 Desember 2016
12
http://www.thejakartapost.com/academia/2016/12/30/gendering-terrorism-in-indonesia.
Diakses pada tanggal 30 Desember 2016
http://anaksastradanbahasaindonesia.blogspot.co.id/2013/12/pembagian-jenis-kata-menurutgorys-keraf.html. Diakses pada tanggal 02 Januari 2017
13