BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Strategi Ekonomi Politik Cina Di Era Deng Xiaoping

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah RRC berdiri pada 1 oktober 1949, pada saat itu ketua Mao mengumumkan

  pembentukan Republik Rakyat Cina kepada dunia. Seperti rekan-rekannya di uni soviet, dia tidak membuang-buang waktu dalam mengubah bangsa itu menurut misi pribadinya akan utopia komunis yang egaliter. Namun, karena Cina merupakan negara agraris, versi Mao tentang komunis berkisar disekitar para petani, bukan para pekerja pabrik yang menjadi fokus Karl Marx, bapak komunis barat. Pada 1955, Mao mengolektifkan pertanian. Petani tidak boleh memiliki tanah sendiri atau secara pribadi membeli dan menjual apa yang mereka produksi

   kecuali mereka menanamnya pada sebidang kecil lahan pribadi mereka.

  Hanya dalam waktu beberapa tahun, produksi jatuh 40 persen disebuah negara yang sebelumnya selalu bersusah payah untuk memproduksi pangan yang memadai. Memberi makan seluruh negara itu, bahkan ketika panen sedang bagus, sangat sulit karena Cina harus memberi makan 22 persen populasi dunia hanya dengan 10 persen lahan dunia yang dapat ditanami. Secara kontras, Amerika Serikat dapat memberi makan 1,3 miliar orang Cina dan masih memiliki cadangan panen dari ladang-ladang lumbung gandum negara-negara bagian California, Texas, Nebraska, dan Oklahoma.

  Kekurangan makanan bertambah parah tiga tahun setelahnya, pada 1958, ketika program Lompatan Besar ke Depan Mao menyatukan area pertanian kolektif menjadi komune-komune yang masing-masing terdiri atas sepuluh ribu orang. Para pengurus partai komunis menentukan tanaman apa yang harus 1 ditanam oleh petani, dengan janji bahwa komune akan menyediakan makanan,

  Robyn Meredith, 2007.The Elephant and the Dragon, New York : W.W.Norton & Company, Hal. 10-13 fasilitas kesehatan, dan keperluan-keperluan lain bagi para pekerja. Para petani diwajibkan untuk menyerahkan sekitar sepertiga hasil panen yang ditanam oleh komune kepada negara sebagai pajak yang digunakan untuk memberi makan kota- kota, sisanya dapat dimakan oleh mereka. Namun, para pejabat daerah yang ambisius melaporkan dengan sangat bersemangat produksi yang membumbung di daerah mereka, saling berkompetisi dengan wilayah lain untuk menyenangkan Mao dengan menegaskan bahwa program kolektifnya sangat sukses.

  Disatu daerah di provinsi Henan, para pejabat membual bahwa hasil panen mencapai dua kali lipat walaupun pada musim kemarau. Untuk itu, para kader partai itu mendapatkan pujian, namun hal itu meningkatkan pajak panen terhadap hasil panen yang dikhayalkan melampaui hasil yang sesungguhnya. Akibatnya, komune menyerahkan seluruh hasil panen mereka kepada negara dan itupun masih kurang untuk memenuhi kuota. Ketika komune kelaparan, para pajabat partai menghukum para petani yang diduga menyembunyikan hasil panen. Ideologi nagara komunis muda itu dan perut rakyatnya berbenturan, dan perut rakyatlah yang dikalahkan.

  Sementara itu, Mao menetapkan untuk mengubah negaranya menjadi sebuah kekuatan industri. Para petani diharuskan untuk menyerahkan seluruh harta benda pribadi, mulai dari sepeda sampai panci masak. Pertama-tama untuk pemerataan dari desa-desa kaya kepada desa-desa miskin. Kemudian untuk dilelehkan ditungku-tungku pembakaran belakang rumah. Rangkaian tungku- tungku pembakaran belakang rumah diseluruh negeri ini diharapkan dapat mengangkat produksi baja Cina melampaui Inggris. Dibeberapa wilayah, hasil panen yang bagus membusuk diladang-ladang karena begitu banyak petani yang disuruh memproduksi baja alih-alih menuai hasil panen.

  Para petani kecil manjadi kurus kering. Para petani negeri ini, termasuk para penduduk xiaogang, harus setengah mati mencari makanan. Dapur-dapur komune hanya menyajikan bubur encer, sehingga para petani berburu kodok dan tikus untuk dimakan. Akhirnya mereka memakan rumput dan dedaunan, bahkan menelanjangi pohon-pohon untuk menggerogoti kulit-kulitnya. Beberapa keluarga yang sangat kelaparan terpaksa menjalankan praktik yang disebut yi zi er shi. Mereka menukar anak mereka dengan anak tetangga, kemudian membunuh dan menyantap bocah kurus itu, dengan kesadaran yag menjijikkan bahwa para tetangga melahap anak mereka. Ratusan ribu petani sekarat. Mayat-mayat orang yang mati kelaparan dibiarkan begitu saja diladang-ladang atau disepanjang jalan karena yang masih hidup tidak memiliki kekuatan untuk mengubur jasad mereka. Di beberapa desa seluruh keluarga binasa. Di beberapa wilayah, seluruh desa musnah.

  Kebijakan-kebijakan Mao menciptakan kelaparan diseluruh negeri itu sekitar 30 sampai 40 juta jiwa mati kelaparan antara 1959 dan 1962. Dan parah nya lagi, hasil panen yang dibesar-besarkan dan pajak panen yang dibebankan akibat itu berarti bahwa selama masa kelaparan ini lumbung-lumbung penuh, bahkan di provinsi Anhui, gudang-gudang pangan militer penuh, ketika rakyatnya kelaparan, Cina mengekspor bahan pangan.

  Pada decade 1950-an, setelah Stalin meninggal dan Uni Soviet dipimpin Khrushchev, hubungan kedua negara sosialis inisemakin renggang dan akhirnya

  

  putus sama sekali karena alasan ideologis. Akibatnya, pada 1960, Uni Soviet juga menghentikan bantuan teknis dan keuangannya kepada RRC. Selain mengakibatkan penderitaan rakyat akibat satagnan ekonomi yang berkepanjangan, hal ini juga menimbulkan pertentangan internal diantara para pemimpin PKC. Dalam pertentangan internal ini, kelompok garis keras tampil sebagai kekuatan dominan. Kelompok reformis dalam PKC, yang disebut juga kelompok revisionis, disingkirkan. Pergolakan internal ini memuncak dalam apa yang disebut “ Revolusi Kebudayaan” (Cultural Revolution) pada 1966-1967, dimana dua pemimpin kaum reformis yang menonjol, Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping 2 tersingkir.

  Dr. H Tarmizi Taher, 1997. Masyarakat CINA Ketahanan Nasional Dan Integrasi Bangsa Di Indonesia, Jakarta: Pusat Kajian Islam dan Masyarakat (PPIM), Hal. 85-86

  Melalui cara-cara yang luar biasa itu Mao tak ayal lagi mencapai cita- citanya untuk mengubah Cina dangan paham komunis : usaha-usaha milik negara mencapai 77,6 persen dari ekonomi Cina, dan selebihnya dikuasai oleh usaha kolektif tak ada lagi ekonomi berbasis pasar. Menyusul kolektivisasi, pada 1966 Mao mencanangkan Revolusi Kebudayaan, pembersihan berdarah para lawan politik yag potensial dan mereka yang dicap intelektual atau “kapitalis

  

  jalanan”. elain banyaknya korban manusia, buku-buku dibakar, kesenian Cina dihancurkan, kelenteng dan biara diruntuhkan, dan kontak dengan sebagian besar dunia luar amat dibatasi. Universitas-universitas di negara itu menutup pintu mereka, sebuah langkah yang akan melumpuhkan Cina selama puluhan tahun. Selama lebih dari sepuluh tahun, satu-satunya pendidikan yang dibolehkan adalah mempelajari propaganda partai komunis dan buku merah kecil (little Red Book ) Mao.

  Selama lebih dari dua puluh tahun kekuasaan Mao, Cina membuat dirinya hampir tidak dapat dilacak oleh barat sebagai sebuah kekuatan ekonomi. Negara itu menjadi gudang sakit jiwa politik dan bencana ekonomi. Mao telah mencapai cita-citanya akan egalitarianisme bagi kebanyakan orang Cina, dan dalam melakukan hal itu, dia menyengsarakan rakyat Cina menjadi sebagian orang termiskin di dunia.

  Mao meninggal pada 1976, dan setelah sengitnya perebutan kekuasaan yang mengiringinya, reformis ekonomi Deng Xiaoping muncul sebagai pemimpin Cina. Deng menguasai sebuah Partai Komunis yang masih berpegang teguh pada Maoisme : jenazah Sang Ketua masih, dan akan selalu, dipajang secara terbuka ditempat yang dinamakan Mao-soleum di Beijing. Berdiri dibawah bayang- bayang Mao, Deng, yang tingginya tidak sampai 1,5 meter dan mencapai kekuasaan pada umur tujuh puluh empat tahun, tidak terlihat seperti seorang agen perubahan. Selama rezim Mao, dia telah diusir dua kali dan bahkan pernah

3 Robyn Meredith, The Elephant and the Dragon,ibid.hal.13-14

  dikirim untuk bekerja dipabrik traktor. Meski demikian, ide-ide raksasa pria kecil ini mengubah sejarah akhir abad kedua puluh.

  Disamping itu harus disadari, kelebihan Strategi pembangunan berdikari RRC yang bersumber dari prinsip swadayanya Mao Zedong, dikenal secara umum oleh masyarakat dunia. Termasuk dalam kemampuan RRC untuk mempertahankan independesi, memegang prakarsa di tangan sendiri dan dalam mengandalkan usaha sendiri, serta di lain pihak dapat meminimalkan segala macam gagasan, pengaruh dan aspirasi asing, telah melahirkan kekaguman di kalangan pengamat, yang justru sedang menyaksikan kenyataan yang berbeda di negara-negara Dunia Ketiga lainnya, yaitu pembangunan dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada pihak luar.

  Namun, pasca 1978 pemerintah RRC mengadakan perombakan drastis terhadap kebijakan dasar pembangunannya. Tindakan yang oleh pemerintah RRC dinamakan pembaharuan (reformasi) ekonomi itu, intisarinya menghapuskan kehidupan komunal dan membatasi peran negara, diantisipasi orang sebagai perubahan (transfomasi) jalan pembangunan sosialis yang selama ini dilaksanakan. Cara hidup kolektifisme dan egaliterianisme yang menjadi tipologi pembangunan sosialis RRC selama ini, sekarang dipudarkan oleh semangat

   berkompetisi individual.

  Perombakan drastis yang dilakukan oleh pemerintah RRC, dalam waktu relatif singkat telah menghapuskan pengalaman historis berharga yang telah diwujudkan selama beberapa dasawarsa dan telah memberikan sumbangan yang besar terhadap tujuan pembangunan negara tersebut, semula. Tentunya penghapusan praktik-praktik sejarah lama, mustahil dapat bekerja begitu saja dengan mudah, tanpa menghadapi kendala-kendala tertentu dalam menisfetasinya, berupa penantangan keras dari kondisi yang sudah terbentuk lama atau mapan,

4 Poltak Partogi Nainggolan, 1995.Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta: Pustaka

  Sinar.hal.18-19 karena menyangkut “ide yang dianut oleh suatu kelompok social luas dan

  

  merupakan gambaran dari kenyataan sosialnya.” Dengan munculnya kasus RRC ini, orang kembali mempertanyakan eksistensi idiologi. Pertanyaan tersebut timbul sejak dasawarsa 1950-an, tatkala orang mulai terpesona dengan perkembangan teknologi. Pada waktu itu Prof. Walt Buckingham menggambarkan arah gerak ekonomi dunia cenderung membetuk suatu sistem campuran antara sistem ekonomi kapitalisme dan sistem ekonomi sosialisme. Perkawinan kedua sistem ekonomi itu dimungkinkan karena sistem ekonomi kapitalisme telah mengalami perubahan-perubahan drastis, sehingga perkembangannya sekarang dan pada waktu yang akan datang, tidak jelas. Sedangkan sistem ekonomi nonkapitalisme yang telah ada dan telah membuktikan arti ekonominya, tidak mengharapkan keruntuhannya. Sistem baru yang terbentuk mewarisi beberapa unsur dari kapitalisme dan sosialisme seperti pemilikan swasta dari alat-alat produksi, laba sebagai tenaga pendorong untuk berproduksi, kompetisi pasar sebagai alat distribusi komoditi dan pembentukan harga, persamaan dari warga negara, pengawasan produksi oleh kaum pekerja dan prinsip perencanaan ekonomi.

  Dalam perspektif lain, W.W. Rostow mengidentifikasikan seluruh perkembangan masyarakat dalam 5 dimensi ekonomi, dengan menghilangkan ciri- ciri perbedaan yang menjadi pertentangan antagonistic antara sistem ekonomi sosialisme. Sementara Galbraith dalam The New industrial State perindustrian baru. Kapitalisme semakin menjadi suatu masyarakat kapitalis yang bebas dari campur tangan kaum kapitalis, sedangkan sosialisme berangsur-angsur melepas sistem pengawasan masyarakatnya. Pendapat Galtbraith itu bertitik tolak dari dasar pikiran bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh kemajuan teknologi dan bukan oleh symbol-simbol ideologis.

  Menurut Jan Tinbergen, pertentangan antara kapitalisme dan sosialime 5 menjadi usang, karena sistem social politik modern yang ada, sangat berbeda jauh

  Gregory Grossman, 1984.sistem-sistem ekonomi, Jakarta, Bumi Aksara. Hal.135 dengan sistem kapitalisme di abat 19. Kekuasaan kaum kapitalis sudah sangat bekurang, karena sebagian besar telah berpindah ke tangan pengelola-pengelola perusahaan dan organisasi-organisasi perburuhan, sementara gagasan-gagasan kaum sosialis telah merembes ke banyak bidang, seperti asuransi social, perpajakan, perusahaan-perusahaan negara dan macam-macam bentuk perencanaan.

  Demikian pula kaum social akhir-akhir ini. Para pengambil keputusan atau penyusun kebijakan di negara-negara mereka, telah menjadi sadar bahwa perencanaan secara sentral tidak boleh melewati batas-batas tertentu, jika ingin mendapat hasil. Dan beberapa fungsi dari perencana-perencana dan badan-badan pemerintahan harus dialihkan ke tingkat-tingkat yang lebih rendah. Dipandang dari segi kemanfaatan ekonomi, sistem yang paling baik adalah sinthesa dari unsur-unsur tertentu dari azas efektifitas kapitalisme dan azas kesamaan sosialisme. Oleh karena itu,perbedaan pendapat mengenai sistem social ekonomi yang paling baik, berubah menjadi pertentangan kualitatif murni menjadi masalah nilai kuantitatif relative. Dilain pihak, Alphons Matt mengemukakan bahwa kompetisi antara sistem kapitalisme dengan sistem sosialisme akan membawa keduanya kesuatu titik pertemuan sebagai kompromi, dimana masing-masing sistem mempertahankan unsure-unsur terbaik mereka.

  Dengan demikian, sistem yang restrukturisasi tersebut akan memperoleh keuntungan yang sangat besar.Karenadengantidak terjadinya fluktuasi oleh krisis atau peristiwa eksternal, maka kemajuan ekonomi dapat dicapai lebih muda dalam sistem yang membolehkan persaingan antara perusahaan kapitalis negara dan yang tidak terikat padasuatu garis perkembangan ekonomi dan politik dari atas, dibanding dengan sistem persaingankapitalisme swasta dewasa ini.

  Sejak semula Deng Xiaoping memiliki pemikiran yang berbeda dengan Mao Zedong mengenai strategi pembangunan yang selayaknya dijalankan RRC. Deng memandang prioritas pemerataan ekonomi seperti yang digariskan Mao, memperlambat RRC dalam mencapai kemajuan yang diharapkan. Strategi pembangunan Mao yang radikal, menurut Deng, telah mengakibatkan biaya yang besar dan membawa pengaruh buruk pada terhambatnya gerak laju pembangunan RRC. Padahal rakyat RRC sudah banyak menderita sejak zaman nenek moyang mereka dulu, dan sekarang setelah 300 tahun, dihitung dari pertengahan Dinasti

   Ming, RRC tetap saja miskin, terbelakang dan buta dalam kehidupan modern.

  Sebaliknya, alternative prioritas pertumbuhan ekonomi dicanangkan untuk RRC, supaya rakyat RRC terlepas dari buruk di maksud dan dapat mencapai ketingkat kemajuan yang lebih baik, dalam waktu selekasnya. Meskipun dengan strategi pembangunan yang demikian timbul gambaran bahwa RRC cenderung melakukan penyimpangan ideologi, tetapi semuanya itu terpijak dari penilaian Deng yang menyatakan bahwa, sosialisme adalah suatu cara untuk meningkatkan standar kehidupan dan bukan berarti kemiskinan. Lebih jelas lagi, sosialisme tidak berarti kemiskinan, melainkan sebaliknya, bertujuan melenyapkan kemiskinan. Tugas diskusi, menciptakan kesejahtraan social yang lebih baik, dan memenuhi kebutuhan material serta kultural rakyat yang semakin bertambah.

  Di mana pun juga, pilihan antara strategi pemerataan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi merupakan perdebatan klasik yang tidak pernah kunjung usai. Di satu sisi para perencana pembangunan menghendaki agar manfaat pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, di sisi lain mereka menginginkan terjadinya peningkatan kesejahtraan hidup masyarakat,secepat mungkin. Pada akhirnya, permasalahan ini tetap diperdebatan, apakah obsesi keadialan social dulu yang harus diselesaikan ataukah peningkatan standart hidup rakyat?

  Langkah yang dipilih Deng adalah diktum yang kedua. Karena, kemudian ia menyadari cara yang dulu diandalkan negaranya, bukan saja salah, tetapi telah menjadi penyebab utama mengapa negaranya sampai tertinggal dari bagian dunia lain. Deng sepakat dengan konsep pembangunan sebagai suatu proses penghapusan kemiskinan dalam konteks pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini ia 6 mengemukakan secara tegas, “adalah tidak masuk akal membangun masyarakat di

  Poltak Partogi Nainggolan,Op. cit., hal.81-84 bawah panji kemiskinan, dan kita menginginkan untuk memperluas peranan ekonomi pasar sebagaimana yang kita harapkan, dalam cara yang tidak akan merubah sistem sosialis negara”.

  Pernyataan sikap Deng semakin gencar. Pemimpin rakyat RRC itu tengah merivisihukum idielogi negaranya. Segelombang pembaruhan diadakan untuk menentang konsep-konsep,kebiasaan-kebiasaan tata tertib dan hukum lama. Implementasinya membawa serangkaian perubahan dalam bidang ekonomi,jalan hidup dan sikap batin rakyat. Deng telah meminta supaya rakyat RRC memperlihatkan perilaku tipis dan kreatif dalam mempraktekan idiologi Maxisme. Teori-teori marx harus diperlakukansebagia penuntun tindakan dan bukan dogma yang mesti di taati sepenuhnya. Karena itu,rakyat RRC perlumenyesuaikan teori dengan kenyaataan yang terdapat dalam masyarakat.

  Melalui surat kabar partai,yakni Renmin Ribao (Harian Rakyat), pemerintah Deng menerangkan evaluasinya mengenai Marxisme. Sambil mengutip sejumlah komentar dari Mao, Stalin, Lenin, Engels dan Marx sendiri, pemerintah Deng mengemukakan bahwa, kebenaran dalam Marxisme hanya dapat dibuktikan dengan fakta-fakta yang tersedia. Evaluasi yang tertulis dihalaman muka suratkabar itu dan menyita seperempat halaman, mengetengahkan ucapan Mao di tahun 1935 –yaitu “Mereka yang mengaku seratus persen penganut Revolusi Bolshevik adalah kurang memperhatikan realitas di Cina dan hanya bersikap sebagai wakil Komintern” – untuk pembelaan atas pandangan mereka.

  Menurut mereka, sama seperti yang dikatakan Mao, marxisme dan leninisme bukan merupakan sebuah obat mujarap untuk menyelesaikan masalah- masalah masyarakat, sehinggga setiap sikap kritis terhadap penerapan teori marxisme dan leninisme, tidak berarti bahwa negara ini tidak konsisten. Sebagaimana yang dilakukan Mao, kebijakan prakmatis yang diambil pemerintah sekarang ialah dalam rangka menyelamatkan Revolusi RRC dan partai, karena pemerintah merasa turut bertanggung jawab, seperti telah diperlihatkan oleh tokoh-tokoh Marxis pendahulu mereka, memperluas dan memperkaya ideologi Marxisme.

  Kalau Mao mempunyai perspektif yang spesifik tentang sosialisme, maka Deng juga demikian. Dalam pemikiran Deng, sosialisme yang berusaha diterapkan di RRC adalah sosialisme dengan karakter Cina, dimana prinsi-prinsip dasar Marxisme diintregrasikan dengan kondisi actual di Cina. Jalan apa pun harus ditempuh, tanpa mempertanyakan, apakah hal tersebut keluar dari jalur ideologi yang murni atau tidak. Karena menurut Deng, ideologi tidak dapat dilaksanakan secara dogmatis dan kaku, tetapi harus mengalir dan fleksibel.

  “Tidak peduli kucing itu hitam atau pun putih, selama ia dapat menangkap tikus, ia adalah kucing yang baik”, demikian retorika Deng.

  Sejak semula, Deng dan anggota kelompok pragmatis-realis lainnya perhatikan gagasan kebijakan pembangunan yang muncul pada pertengahan dasawarsa 1950 – menyarankan bahwa penstrukturan ekonomi negara, sebaiknya dilakukan secara bertahap dan sistematis, dengan meninggalkan cara-cara yang ekstrem. Dalam pemikiran ini, Deng menunjukan pada sejumlah aspek sosialisme yang diaplikasikan di Yugoslivia. Aspek sosialisme yang dimaksud pemimpin RRC yang pragmatis ini adalah memperhitungkan kekuatan pasar dan mengakui pemilikan swasta, disamping pemikiran oleh negara, dalam sector pertanian.

  Pemikiran Deng yang tidak radikal dan bertolak belakang dengan pemikiran Mao, dimanifestasikan secara jelas dalam program Pelita 1, bersama- sama dengan Liu. Selama priode itu, Deng dan kawan-kawan sebagai perumus kebijakan pembangunan RRC, bercermin pada model Soviet yang memberikan penekanan berat pada pembangunan sector produksi, khususnya pada bidang produksi yang pada kemajuan sector industry, dimana industrialisasi dilaksanakan dengan devisa yang ditarik dari sector pertanian. Sementara disektor pertanian dilakukan transformasi kelembagaan, di sector industry dilancarkan program industrialisasi semampu mungkin. Sedangkan dalam pemilihan teknologi produksi barang-barang industry lebih diperhatikan metode padat modalnya, dibandingkan dengan metode padat karya. Dalam pandangan pengamat, konsentrasi khusus pada kemajuan sector industry dan prioritas metode padat modal, berkaitan erat dengan komitmen yang berlebihan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dari tahun ke tahun.

  Permasalahan diatas semakin menarik untuk dibahas mengingat perkembangan yang semakin hangat dewasa ini dan memunculkan perdebatan yang sangat ideologis sifatnya, inilah alasan penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini kedalam sebuah penelitian.

  I.2 Rumusan masalah

  Sejalan dengan uraian singkat tentang latar belakang masalah diatas, maka penulis menarik sebuah perumusan masalah dalam penelitian ini yakni ; “Strategi ekonomi politik apa yang digunakan Deng Xiaoping dalam membangun pertumbuhan ekonomi Cina”.

  I.3 Ruang lingkup penelitian

  Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini hanya terbatas pada strategi ekonomi politik Cina di Era Deng Xiaoping

  I.4 Tujuan penelitiian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi ekonomi politik yang diterapkan Deng Xiaopingdalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Cina.

  I.5 Manfaat penelitian

  Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik bagi peneliti maupun bagi masyarakat luas, atas dasr itu pula peneliti merumuskan manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah : 1.

  Secara teoritis maupun metodeologis studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman dalam studi politik terkait ekonomi politik.

  2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengasah kemampuan penulis dalam mebuat suatu karya ilmiah dan melatih penulis untuk membiasakan diri untuk membaca dan membuat karya tulis ilmiah. Melalui penelitian ini juga penulis dapat menambah pengetahuan terkait masalah yang ditelitian.

  I.6 Kerangka Teori

  Kerangka teori merupakan bagian yang sangat penting dalam melihat dan menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam sebuah penelitian. Oleh karenanya setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan maupun menyoroti sebuah masalah, dan kejelasan

   serta landasan berpikir itu di sebut teori.

  Teori menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi dalam buku metode penelitian social mengatakan,teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis

  

  dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. Artinya teori sangat penting dalam menjelaskan dan menelaah fenomena yang terjadi sehingga dapat di terangkan secara eksplisit dan sistematis. Adapun teori – teori yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  I.6.1 Pengertian Strategi

  Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "strategia" yang diartikan sebagai "the art of the general" atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam

  

  peperangan. Dalam pengertian umum: Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaanrencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurtertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki

   7 taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. 8 Hadari Nawawi, 2001.Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, , hal.39 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1998. Metode Penelitoan Sosial, Jakarta: LP3ES, hal.37

I.6.2 Paradigma Dan Sistem Ekonomi Politik

  Hal terpenting untuk memahami ekonomi politik (domestic dan internasional) yaitu dengan memperhatikan isi subtansi (content) dan konteksnya. Istilah ekonomi politik (Political Ekonomi) saja sudah dapat diperdebatkan mulai dari apa, mengapa, untuk apa, dan bagaimana? Ekonomi politik secara teoritikal tidak dapat dikaji secara sendiri-sendiri dalam arti ada bidag ekonomi secara terpisah dan ada bidang politik secara terpisah juga.

  Pemisahan dunia ekonomi dan politik sejak berabad-abad silam adalah masa lampau, kini ia sudah mulai dipadukan melalui sejumlah konsep dan teori. Ekonomi politik yang dialektis, deterministik, dan interaktif berkaitan dengan kecenderungan actor-aktor ekonomi yang harus mencermati aspek-aspek politik. Demikian juga sebaliknya, politik harus memberikan perhatiannya kepada berbagai aspek ekonomi secara timbal balik.

  Giblin (1987) memberi ide-ide dengan membuka sejumlah pertanyaan

  untuk mencari tahu konsep-konsep ekonomi politik : “bagaimana negara dan

  

proses politik yang terkait didalamnya mempengaruhi produksi dan distribusi

kekayaan, bagaimana keputusan-keputusan politik dan kepentingan-kepentingan

yang adamempengaruhi aktivitas ekonomi tersebut, dan dengan cara apa

sebaiknya,serta bagaimana kekuatan-kekuatan ekonomi mempengaruhi

penyebaran kekuasaan dan kemakmuran diantara actor-aktor politik dan

diantara negara-negara. Akhirnya, bagaimana kekuatan-kekutan ekonomi

   tersebut mengubah ditribusi politik dan militer pada tingkat internasional”.

  Ilmu ekonomi politik secara konvensional mempelajari anatomi sistem politik dan ekonomi suatu negara, yag diterapkan untuk masyarakat dan dalam praktek pemerintah sehari-hari. Yang dipelajari secara intensif adalah bagaimana sistem kekuasaan dan pemerintahan dipakai sebagai intrumen atau alat untuk 11 mengatur kehidupan social atau sistem ekonomi.

  Drs. Yanuar Ikbar, M.A., 2007.Ekonomi Politik Internasional 2 (Implementasi Konsep Dan Teori), Bandung,PT Rafika Aditama,. Hal.4-5

  Sistem kekuasaan menjadi focus paling utama dalam ilmu ekonomi politik

  

  yang konvensinal tersebut. Jika peran negara atau pemerintah sangat dominan dalam sistem ekonomi, maka sistem ekonomi suatu negara tersebut lebih digolongkan kedalam anatoni negara sosialis atau komunis. Jika peran negara kecil atau tidak dominan, maka sistem ekonomi politik negara bersangkutan dapat digolongkan pada kelompok negara kapitalis-liberal. Dengan analisis secara anatomis tersebut, maka sistem ekonomi politik secara faktual dibagi kedalam dua kelompok besar, yakni sistem soisalis dan sistem kapitalis liberal.

  Ilmu ekonomi yang konvensional menyadarkan analisisnya terhadap sistem kekuasaan didalam suatu negara, yag mungkin atau potensial memberikan ruang kebebasan atau tidak terhadap bekerjanya mekanisme pasar. Oleh karena itu, analisis ekonomi politik yang sering dipelajari memusatkan analisisnya hanya terhadap sistem kapitalisme dan komunisme. Secara konvensional ada dua kutub sistem ekonomi politik, yaitu sistem kapitalisme dan sistem sosialisme. Pembagian anatomis ini dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat dasar dari sistem tersebut, terutama sifat dari eksistensi mekanis pasar, insentif pendirian badan usaha, motif mencari keuntungan dan sebagainya. Sistem kapitalisme mengakomodasi sifat-sifat dasar tersebut sehingga peranan institusi pasar dan swasta dominan. Sebaliknya sistem sosialisme lebih mementingkan peran negara, tetapi memberikan ruang gerak yang amat sedikit terhadap institusi pasar, motif mencari keuntungan dan peranan swasta.

  Jika diperluas, maka dalam garis besarnya ada setidaknya empat bentuk sistem ekonomi politik, yang cukup dominan saat ini, yakni : kapitalisme, sosialisme, komunisme dan sistem ekonomi campuran. Bentuk murni dalam pelaksaan masing-masing sistem tersebut hampir tidak ada, tetapi berbagai sistem ekonomi suatu negara dapat di identifikasi kedalam kelompok-kelompok sistem ekonomi tersebut. Penjelasan anatomis terhadap sistem-sistem ekonomi tersebut, 12 meliputi aspek dasar dan ciri utamanya, seperti inisiatif pembentukan badan

Prof. Dr. Didik J. Rachbini,2002.Ekonomi Politik (Paradigma dan Teori Pilihan Publik), Ghalia Indonesia,.

  Hal. 14-16 usaha, insentif ekonomi, mekanisme harga didalam masyarakat, dan kompetisi pasar.

  Tinjauan ini merupakan analisis permulaan terhadap berbagai karakteristik sistem ekonomi yag dianut masyarakat dunia, baik negara-negra maju maupun negara sedang berkembang. Artinya, gambaran ini merupakan telaah sepintas dan analisis mendalam akan dilakukan dalam pembahasan bab selanjutnya.

I.6.3 Sistem Ekonomi Liberal Kapitalis

  Adam Smith adalah tokoh sekaligus bapak ekonomi, yang mengilhami sistem ekonomi pasar dan berkembangnya menjadi mazhab pemikiran kapitalisme. Bukunya, “ Wealth of Nations” banyak membahas unsur-unsur penting didalam pasar, yang digerakkan oleh tangan ghaib (invisible hand), misalnya tentang modal, tanah, dan pekerjaan. Smith juga mengulas ekonomi pasar secara umum, yang merupakan tonggak sejarah ekonomi eropa barat sehingga menjadi bapak pendiri ekonomi dan tokoh utama dalam mazhab ilmu ekonomi klasik.

  Sistem ekonomi ini bermula sejak abad kedelapan belas di eropa barat yang khususnya dan menjadi sangat dominan sampai abad ke Sembilan belas. Dalam perkembangannya pemikiran ini berjalan dan berkembang cukup pesat waktu itu. Perkembangan itu distimulasi oleh dasar-dasar pemikiran tentang pasar dan kepuasan memenuhi kebutuhan ekonomi. Akan tetapi, pada abad kesembilan belas ini terjadi krisis internal dimana perkembangan kapitalisme menciptakan lembaran hitam, yakni praktek eksploitasi terhadap buruh-buruh di berbagai kegiatan industry.

  Deskriptif normative dari sistem kapitalisme ini, antara lain : gambaran manusia merdeka yang legal secara politis maupun ekonomi. Ada pengakuan akan kenyataan bahwa manusia bersifat merdeka. Di dalam kegiatan ekonomi, buruh dan pekerja menjual tenaganya kepada pemilik modal dipasar tenaga kerja dengan kontrak. Ada eksistensipasar komoditi yang harganya ditentukan oleh mekanisme pasar dan tangan ghaib (market mechanism and invisible hand). Setiap individu bekerja dengan tujuan untuk mencari keuntungan secara maksimal karena faktor kelangkaan sumber daya.

  Di dalam sistem kapitalisme, pemilikan (ownership) terletak di tangan individu, yang digunakan untuk tujuannya sendiri, yakni tujuan untuk mencari keuntungan (profit). Individu juga dapat mengambil inisiatif dalam membentuk dan mengembangkan perusahaan-perusahaan, baik dilakukan secara partnership atau korporasi. Insentif ekonominya adalah keuntungan itu sendiri, yang menjadi tujuan utama dari kegiatan produksi dan usaha. Di dalam aktivitas ekonomi berlaku hukum pasar, yakni mekanisme pembentukan harga yang ditentukan oleh bekerjanya faktor permintaan dan penawaran.

  Peranan pemerintah hanya terbatas untuk melakukan control dan mengikuti perkembangannya agar tidak terjadi kegagalan pasar. Pada dasarnya, kegiatan ekonomi adalah pasar dengan sedikit atau bahkan tanpa intervensi pemerintah. Sementara itu, di dalam interaksi pasarberlaku juga kompetisi diantara pelaku- pelaku usaha, yang harus dijaga agar tidak terdistorsi. Persaingan dianggap sebagai cara untuk mencapai efisiensi.

  Kapitalisme dalam terminology sistem ekonomi politik didasarkan pada pemilikan individu dan keuntungan pribadi. Konsep ini tidak ada sagkut pautnya dengan eksploitasi, yang sering diasosiasikan dengan modal. Eksploitasi menurut kapitalisme terjadi manakala di dalam organisasi monopoli menghasilkan harga yang eksessif atau pembayaran upah di bawah “ marginal revenue product”. Di dalam pasar yang sehat tidak ada eksploitasi karena setiap pelaku bertindak dengan sukarela.

  Kelemahan kapitalisme antara lain adalah pemborosan dan inefisiensi dalam produksi untuk menghasilakan barang-barang mewah yang tidak esensial untuk keperluan hidup. Produksi barang-barang mewah ini lebih bermotif selera kelompok elite, yang sebenarnya bermakna pemborosan dan mempengaruhi aktivitas ekonomi secara umum. Kenyataan ini menjadi sumber adanya eksternalisasi, yakni biaya yang tidak diperhitungkan, seperti rusaknya lingkungan dan biaya social lainnya. Selain itu, kapitalisme yang tidak diikuti oleh penerapan norma social politik secara tepat dapat menghasilkan kesenjangan yang tinggi antar kelompok masyarakat. Sebab, akses masing-masing kelompok berbeda satu sama lain sehingga terjadi distorsi kesenjangan social tersebut.

  Salah satu prinsip kapitalisme adalah kebebasan dalam kompetisi pasar, yang sekaligus merupakan kelemahan sistem ekonomi kapitalisme. Kompetisi berkaitan dengan efisiensi dan skala usaha. Hanya pemilik modal besar saja yang potensial dan mampu hidup diatas prinsip bebas tersebut. Kelompok ekonomi kecil dan lemah bisa tersingkir dalam sistem kapitalisme liberal seperti ini bila pemerintah tidak melakukan perlindungan terhadapnya. Kelemahan ini biasanya dikompensasi dengan Undang-Undang perlindungan usaha kecil dan aturan persaingan yang sehat.

  Kesenjangan ditribusi pendapatan adalah salah satu kelemahan di dalam pertumbuhan ekonomi, yang tidak merata didalam sistem kapitalisme. Pertumbuhan ekonomi mungkin hanya dinikmati kelompok –kelompok pemilik modal besar, sementara ekonomi lemah tertinggal bahkan tersingkir karena tidak mampu bersaing dengan skala usaha besar, yang sangat efisien dari kelompok ekonomi kuat.

  Pengangguran dapat tercipta sebagai akibat langsung dan tidak langsung dari berjalannya sistem ekonomi kapitalisme. Penggunaan mesin-mesin untuk mengefisiensikan usaha dapat mensubtitusi sejumlah besar tenaga kerja sehingga penganguran sulit dihindarkan. Persainga antara manusia dan mesin (capital) bisa terjadi begitu saja karena alasan insentif pasar, efisiensi, dan keuntunga yang lebih besar. Kaum kapitalis memilih yang lebih termurah, termudah dan terefisien sehingga mesin menjadi pilihanya untuk mencapai keuntungan sebagai motif utamanya.

  Prinsip ekonomi pasar yang berlaku merupakan ciri dari ekonomi liberal

  

(free economy), yang menggambarkan suatu sistem ekonomi dengan partisipasi

  lebih besar dari aktivitas produksi, distribusi, dan perdagangan yang digerakkan oleh individu atau perusahaan. Intervensi dan peranan pemerintah dijaga agar berada dalam dalam porsi sekecil mungkin. Ekonomi pasar ini merupakan salah satu sifat sistem kapitalisme dimana produksi berada ditangan individu atau perusahaan.

  Sistem ekonomi liberal kapitalis klasik berlangsung sekitar abad ke-XVII sampai menjelang abad ke-XX, dimana individu/swasta mempunyai kebebasan penguasaan sumber daya maupun pengusaan ekonomi dengan tanpa adanya campur tangan pemerintah untuk mencapai kepentingan individu tersebut, sehingga mengakibatkan munculnya berbagai ekses negatif diantaranya eksploitasi buruh dan penguasaan kekuatan ekonomi. Untuk masa sekarang, sitem

   liberal kapitalis awal/klasik telah ditinggalkan.

  Sistem ekonomi liberal kapitalis modern adalah sistem ekonomi liberal kapitalis yang telah disempurnakan. Beberapa unsur penyempurnaan yang paling mencolok adalah diterimanya peran pemerintah dalam pengelolaan perekonomian. Pentingnya peranan pemerintah dalam hal ini adalah sebagai pengawas jalannya perekonomian. Selain itu, kebebasan individu juga dibatasi melalui pemberlakuan berbagai peraturan, diantaranya undang-undang anti monopoli (Antitrust Law). Nasib pekerja juga sudah mulai diperhatikan dengan diberlakukannya peraturan- peraturan yang melindungi hak asasi buruh sebagai manusia. Serikat buruh juga diijinkan berdiri dan memperjuangkan nasib para pekerja. Dalam sistem liberal kapilalis modern tidak semua aset produktif boleh dimiliki individu terutama yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat banyak, pembatasannya dilakukan berdasarkan undang-undang atau peraturan-peraturan. Untuk menghindari perbedaan kepemilikan yang mencolok, maka diberlakukan pajak progresif misalnya pajak barang mewah.

I.6.4 Sosialisme dan Komunis(Radical Political Economy)

  Suatu isme, konsep atau sistem bisa bermakna banyak dan kompleks, tergantung dari sisi sejarah atau kelompok mana dalam melihatnya. Namun, umumnya pengertian dari sosialisme didasarkan pada sistem social berdasarkan 13 prinsip kolektif dalam pemilikan alat-alat produksi dan distribusi. Didalam

  http://elkace.wordpress.com/2008/12/05/sitem-ekonomi-liberal-kapitalis / konsep atau ideologi Sosialisme ini perhatian terhadap kesejahteraan social lebih tinggi dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya.

  Dalam perkembangan sejarah, pemikiran sosialisme sering bersinggung dengan komunisme. Marxisme sendiri bisa diartikan ganda sebagai sosialisme atau komunisme. Porsi perhatian pada kelompok komunitas atau masyarakatdalam ideologi ini relative lebih besar,meskipun implikasinya bisa berlawanan dengan tujuan semula (kesejahteraan). Penerapan sistem ini menimbulkan dampak lain terhadap masyarakat secara individu, social, politik, rasa aman dan kesejahteraan karena tatanan ekonomi yang dipakai tidak sesuai dengan prinsip ekonomi pasar.

  Kelompok komunis menganggap bahwa sosialisme adalah satu tahap untuk menuju kepada masyarakat komunisme yang sempurna. Sementara penulis- penulis sosialis mengatakan berbeda sama sekali dengan komunisme yang diajarkan kalr marx karena sejarah sosialisme tumbuh lebih awal dari komunisme atau marxisme. Persamaan dan persinggungan yang diklaim marx dan lenin merupakan pengakuan sepihak. Sosialisme, baik dalam etika maupun demokrasi, berbeda sekali dengan komunisme.

  Komunisme memang dibangun dengan fondasi pemikiran sosialisme, tetapi sosialisme tidak sama dengan komunisme. Pemikiran sosialisme merupakan akar utama dari pemikiran radikal komunisme. Namun, pada sisi lain, kapitalisme juga banyak mengambil pemikiran dasar sosialisme untuk menggeliminir kelemahan internalnya. Sistem ekonomi pasar social di jerman dan eropa merupakan modifikasi penyerapan nilai-nilai sosialisme kedalam pasar. Akan tetapi, tidak sebaliknya dimana sosialisme menerapkan nilai-nilai kapitalisme, kecuali Cina.

  Berdasarkan perkembangan sejarah, pengerahan kaum sosialis telah ada pada kelompok kiri masyarakat eropa. Pengerahan itu bertujuan untuk melakukan reformasi social, bahkan revolusi social, perbaikan kondisi social, dan meningkatkan peranan negara dalam mengontrol mekanisme pasar. Jadi, semua usaha ini dilakukan untuk mengeliminir kelemahan-kelemahan yang berkembang didalam sistem ekonomi Kapitalisme. Di dalam sistem ekonomi sosialisme, kelompok industry dasar dan sumberdaya yang menyangkut kepentingan rakyat banyak, dimiliki oleh negara. Sisanya menjadi milik individu dan diusahakan secara perorangan melalui badan-badan usaha yang ada. Insentif bersifat sangat terbatas dan tidak bebas seperti di negara-negara kapitalis. Di dalam sistem ekonomi sosialis aktivitas produksi bermotifkan faktor ekonomi dan non ekonomi. Sementara mekanisme berlakunya harga komoditi banyak di pengaruhi oleh aturan pemerintah dan sedikit sekali pengaruh berlakunya hukum permintaan dan penawaran. Disiniperanan pemerintah cukup besar,terutama pada sektor-sektor produksi strategis,yg merupakan tumpuan masyarakat banyak.Adakompetisi pasar sepanjang pemerintah membiarkannya terhadap pasar komoditi-komoditi tertentu.

  Ide dasar dari pertumbuhan ekonomi dalam perkembangan sejarahnya juga bersentuhan dengan pemikiran kaum sosialisme.Akantetapi,cara pandangnya bertentangan dengan realisasi umum dari kelangkaan sumber daya alam secara global dan prospek peledakan kependudukan.Pertumbuhanekonomi yang dipikirkan oleh kaum non-sosial kurang memperhatikan masalah-masalahrisiko dan dampak negatifnya karena dilihat dari sekedar aspek ekonominya saja (peningkatan pendapatan per orang), Dengan pengertian ini,maka kaum sosialismenerapkan konsep pertumbuhan yang lebih dikaitkan dengan motif sosial.

I.7 Metode Penelitian

  Metode penelitian didefenisikan sebagai ajaran mengenai cara – cara yang digunakan dalam memproses penelitian. Metode berguna untuk memberikan ketepatan, kebenaran dan pengetahuan yang mempunyai nilai – nilai ilmiah yang

   tinggi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian dekriptif.

  Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang strategi ekonomi politik Cina di era Deng Xiaoping.Untuk itu penulis ini akan memaparkan beberapa cara sebagai batasan untuk mencapai kebenaran ilmiah adalah sebangai berikut : jenis penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik 14 analisis data.

  Kartini Kartono, 1996.Pengantar Metodelogi Riset Sosial, Bandung: CV. Mandar Maju,.hal.17

  I.7.1 Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan penekanan pada deskriftif dan analisis. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikitpun belum diketahui. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu dan untuk mendapatkan informasi yang menyangkut masalah penelitian ini.

  I.7.2 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang akurat sehingga kemudian dapat dipertanggung jawabkan sebagai suatu penelitian social yang cukup untuk dikatakan ilmiah, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni :

   Data Skunder

  Data skunder diperoleh dengan metode penelitian kepustakaan (Library

  research methods ) yaitu dengan membuka, mencatat, mengutip data dari buku-

  buku, majalah, surat kabar, dan jurnal iterature lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian.

1.7.3 Teknik Analisis Data

  Penelitian ini bersifat deskriptf dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kejadian yang terjadi. Data yang terkumpul melalui buku- buku, jurnal,dan yang sifatnya dokumentasi yang selanjutnya dianalis secara mendalam yang kemudian akan menghasilkan suatu kesimpulan yang menjelaskan masalah yang diteliti. Dan masalah yang diteliti akan menjawab tujuan penelitian ini.

1.8 Sistematika Penulisan

  BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan menguraikan mengenai latar Latar belakang masalah, Perumusan masalah,Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Sistematika Penulisan, Daftar Pustaka

BAB II : PROFIL NEGARA CINA PADA MASA SEBELUM DENG

XIAOPING SAMPAI DENGAN MASA DENG XIAOPING Pada bab ini berisi tentang gambaran akan segala sesuatu mengenai objek

  penelitian yaitu gambaran secara umum dari profil negara Cina, yang akan dilihat dari aspek sejarah, letak geografis, demografi, ekonomi, dan aspek politik.

  BAB III : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA Pada bab ini akan dilakukan analisis data yang telah disajikan terkait

  dengan Strategi ekonomi politik apa yang digunakan Deng Xiaoping dalam membangun pertumbuhan ekonomi Cina.

  BAB IV : KESIMPULAN DAN PENUTUP Dalam bab ini akan ditarik sebuah kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisis data.