BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Perilaku Siswa Tentang Seks Pra-nikah di SMA Pencawan Medan Tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, sementara PBB menyebut anak muda untuk usia 15-24 tahun. Batasan ini kemudian disatukan dalam terminalogi kaum muda yaitu usia 10-24 tahun (Killbourne et. All, 2000).
Pada masa peralihan tersebut, terjadi perubahan fisik yang cepat pada remaja termasuk perubahan dan perkembangan organ-organ seks yang sering tidak seimbang dengan perkembangan mental emosionalnya. Hal ini kerap membuat remaja bingung dan mengalami masalah-masalah dalam kehidupan seksualnya, terlebih jika tidak ada bimbingan dan dukungan dari orang tuanya (Depkes RI, 2004).
Pembicaraan tentang seks sangatlah menarik, apalagi dalam kehidupan masyarakat yang penuh nilai-nilai kehidupan Timur yang didominasi oleh ajaran- ajaran agama dan budaya. Di dalam masyarakat tersebut telah diatur tingkah laku seksual atau nilai-nilai yang berhubunhan dengan seks secara normatif. Konsep seks normatif adalah nilai-nilai yang telah terinsitutisional dalam kehidupan masyarakat dan konsep ini yang dipandang sebagai etnik masyarakat dalam memperlakukan seks mereka (Bungin, 2003).
Pada dasarnya perilaku seksual dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu : berciuman, berpelukan, bercumbu dan berhubungan badan. Sebagian besar perilaku seksual remaja dapat dilakukan di rumah, di rumah kos, di lingkungan sekitar sekolah dan di tempat-tempat lainnya seperti di hotel, losmen dan tempat penginapan lainnya. Bahkan ada juga yang melakukan nya di dalam mobil pada waktu jalan-jalan.sekarang banyak remaja yang telah melakukan hubungan seks sebelum dia menikah. Ada yang sudah melakukannya ketika masih SMP dan ada pula yang melakukannya pada waktu SMA.
Dalam 20 tahun terakhir,terdapat peningkatan besar jumlah gadis remaja yang pernah berhubungan kelamin. Beberapa penelitian tentang seksualitas remaja dilakukan di Inggris, A.S, Kanada, dan Australia dalam dua dekade belakangan. Tampak semakin banyak gadis remaja aktif secara seksual dan berhubungan kelamin pada usia lebih dini. Penelitian terbaru menunjukkan, sekitar 17% gadis remaja berhubungan kelamin sebelum usia 16 tahun, dan ketika mencapai usia 19 tahun, tiga perempat gadis remaja pernah sekurang-kurangnya satu kali berhubungan kelamin (Derek Llewellyn-Jones, 2005).
Kebanyakan gadis remaja di Inggris atau pasangan mereka menyadari kemungkinan kehamilan dan menggunakan beberapa bentuk kontrasepsi. Bukti dari penelitian di Inggris mengenai pengguguran kandungan tidaklah meluas di antara gadis remaja seperti yang sering diakui. Hampir 2% dikatakan pernah aborsi.
Informasi yang di peroleh dari A.S kurang memuaskan. Lebih dari 9% remaja hamil, seperti di perlihatkan dalam penelitian pada tahun 1985. Penelitian ini menunjukkan lebih dari satu juta kehamilan terjadi setiap tahun di antara 3,5 juta gadis remaja yang aktif secara seksual dan tidak menikah (Derek Llewellyn-Jones, 2005).
Ketidaktahuan remaja mengenai seks tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan Synovate sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan pemasaran atas nama DKT Indonesia, pada tahun 2004 terhadap 450 remaja dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan membuktikan remaja tersebut tidak mempunyai pengetahuan khusus serta komzperhensif mengenai seks. Sebesar (35%) informasi di peroleh dari teman, (22%) dari film porno,(11%) dari buku, (8%) dari orang tua dan selebihnya dari pacar, televisi, sekolah, pengalaman maupun film di bioskop dan tentang perilaku seks remaja (15-24 tahun), (44%) responden mengaku mereka sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun. Sementara 16% lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun (BKKBN, 2004) dikutip Apulina 2008.
Hasil beberapa survey (di kutip dari Ahmad 2007), seperti tahun 2002 dilakukan penelitian oleh BKKBN di enam kota di Jawa Barat tahun menyebutkan 39,65% (artinya 4 dari 10) remaja pernah berhubungan seks sebelum menikah. Bahkan menurut survey yang pernah dimuat di detik.com tahun 2007 sebanyak 22,6% remaja Indonesia menganut seks bebas.
Aktifitas seks pra-nikah di kalangan Remaja dan pelajar dari tahun ke tahun tidak pernah menurun, bahkan sebaliknya terus mengalami peningkatan.
Banyak kasus yang terjadi di berbagai daerah seperti yang di kutip oleh Susanto, dkk (2002) yang mengutip dari harian Bernas 18 Januari 2001 bahwa seorang peniliti senior Pusat Penelitian Kependudukan UGM menyatakan bahwa pada tahun 2000 terdapat sebanyak 700 orang remaja dan pelajar putri yang hamil di luar nikah datang ke Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Yogyakarta untuk berkonsultasi tentang masalah kehamilan mereka. Secara nominal, angka itu tentu mengejutkan karena jumlah itu belum terhitung bagi mereka yang tidak hamil, tetapi melakukan hubungan seksual. Seperti di gambarkan dari hasil penelitian yang di lakukan oleh LPM Manunggal UNDIP Semarang pada Februari 2003 yang hasilnya aktivitas yang dilakukan saat pacaran : ngobrol 6,89%, pegangan tangan 11,63%,
kissing 44,8%, necking 9,77%, petting 8,84% intercouse 15,58% dan lainnya 2,32%
(Asti, 2005).Akibat yang tidak di kehendaki apabila remaja melakukan hubungan seksual Pra-Nikah akan mengakibatkan kehamilan di luar Nikah dan apabila terlalu dini akan berdampak kanker mulut rahim ( Eni Kusmiran, 2011).
Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara termasuk kota nomor tiga terbesar di Indonesia, bahkan sudah menjadi metropolitan. Sangat tinggi berpotensi budaya free sex sama seperti kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya (Profil Kesehatan Kota Medan, 2005).
Hasil monitoring sebuah Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak di Medan, diperkirakan 1500 remaja di Medan terlibat bisnis pelacuran, baik karena kemauan sendiri maupun paksaan. Dari jumlah tersebut 45% aktif melakukan perilaku seksual, kemudian untuk kesenangan tidak dalam kerangka ketidakaktifan sebanyak 20% dan yang ikut-ikutan sebanyak 35% (Ikhwan, 2007 dalam Apulina 2008).
Dari penelusuran Tim Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) terhadap anak sekolah di Medan, di satu sekolah sudah terdapat rata-rata 10-15 anak per kelas yang sudah membisniskan diri dan selanjutnya membantu temannya membisniskan keperawanannya. Ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seks di luar nikah, yaitu karena dia sudah terlanjur tidak perawan lagi, desakan ekonomi, untuk bayar uang sekolah, pengaruh narkoba, dan akibat menonton VCD porno.
Menurut penelitian yang dilakukan Helga (2008) di SMU Methodist 1 Medan terhadap 100 orang siswa, diketahui 5 orang siswa (5%) menyatakan pernah melakukan hubungan seks di luar nikah, dan Wahyuni (2007) di SMK Negeri 8 Medan yang meneliti dengan responden sebanyak 102 orang siswa, diketahui 8 orang siswa (8%) telah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Untuk mengurangi tinginya angka perilaku seks di luar nikah pada remaja perlu adanya pendidikan seks. Namun pelaksanaannya, terkendala karena pengaruh budaya masyarakat Indonesia yang masih menganggap seks itu adalah hal alamiah yang akan diketahui dengan sendirinya setelah remaja menikah sehingga dianggap tabu untuk dibicarakan secara terbuka (Mu’tadin, 2002, dikutip Apulina, 2008).
Berdasarkan hasil survey awal bahwa SMA Pencawan Medan dekat dengan daerah stimulus seperti Hotel, Oukup, dan Cafe yang berada di jalan medan selayang. Menurut hasil wawancara dari informan bahwa banyak siswa SMA Pencawan masuk ke oukup yang berada di sekitaran sekolah dengan menggunakan seragam sekolah.Oukup x merupakan salah satu tempat yang banyak di datangi siswa SMA Pencawan. Menurut dari keterangan informan bahwa siswa SMA menyalahgunakan oukup ini menjadi tempat untuk melakukan perilaku seks yaitu seperti berciuman, berpegangan tangan, berpelukan dan ada sampai berhubungan badan.Lokasi ini sangat sangat jauh dari pemantauan guru-guru SMA Pencawan Medan sehingga siswa sangat mudah untuk melakukan tindakan seks bebas.
Bukan hanya itu Para siswa dan siswi juga memperoleh informasi tentang sex yang salah, baik dari DVD ataupun VCD dan juga majalah porno maupun media HP yang semakin canggih sekarang ini sangat berpotensi mengarahkan siswa SMA tersebut ke arah pengetahuan seks yang salah.
Dari observasi dan wawancara peneliti di SMA Pencawan Medan pada bulan Juni 2014 kepada guru sekolah, guru BP serta satpam, didapat bahwa di sekolah mereka kasus kehamilan di luar nikah selalu terjadi setiap tahun dengan persentase yang berbeda setiap tahunnya. Menurut guru BP, kasus kehamilan di luar nikah yang terjadi di sekolah mereka selalu terjadi setiap tahun, namun beliau tidak bisa mengatakan berapa persentase kejadiannya, di karenakan kasus tersebut baru bisa diketahui ketika salah satu siswi mereka yang harus keluar karena hamil di luar nikah ataupun keluar dari sekolah, itu pun kebanyakan berasal dari teman siswinya yang lain, namun selalu ada. Pihak sekolah langsung menindak tegas kejadian kehamilan di luar nikah yang terjadi pada siswi mereka, karena itu dianggap kejadian yang dapat mencemari nama baik sekolah tanpa peduli efeknya kepada mantan siswi mereka nantinya setelah di keluarkan. Namun, sebegitu kerasnya peraturan yang di buat sekolah untuk mengatasi hal itu, tetap tidak dapat mengurangi frekuensi kejadian kehamilan di luar nikah yang kerap terjadi setiap tahun.
Adapun peran guru dalam upaya untuk mencegah angka kehamilan di luar nikah para siswa adalah dengan sebatas mengingatkan untuk tidak berpacar- pacaran dahulu apabila masih sekolah. Dan menurut guru BP mengatakan kalau beliau sangat sepakat seandainya ada penelitian yang akan menggambarkan pengetahuan ataupun sikap siswanya seputaran seks, agar nantinya dapat di putuskan rantai kejadian kehamilan di luar nikah.
Sementara itu, hasil observasi komparasi yang di lakukan peneliti di sekolah SMA Negri 17 yang terletak di jalan besar Pancurbatu dengan melakukan wawancara kepada penjaga sekolah (bang ucok), diketahui bahwa kelakuan menyimpang para siswa tidak terletak kepada perilaku seks tetapi lebih mengarah ke kasus bolos sekolah,rokok,dan narkoba.
Beranjak dari pemaparan di atas, peneliti mengannggap perlu untuk menegetahui bagaimana sebenarnya perilaku siswa di SMA Pencawan Medan tentang Perilaku seks pra-nikah.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana Gambaran Perilaku Siswa Tentang Seks Pra-Nikah di SMA Pencawan Medan Jln. Bunga Ncole 50 Kemenangan Tani Medan Tuntungan Tahun 2014
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, tindakan siswa tentang Perilaku seks pra-nikah.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus yang ingin di capai pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang Perilaku seks pra-nikah.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa tentang Perilaku seks pra-nikah 3.
Untuk mengetahui gambaran tindakan siswa tentang Perilaku seks pra- nikah.
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Sebagai masukan bagi pihak sekolah agar dapat mengenalkan pendidikan seks pada siswa dan siswinya.
2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis dan peneliti.
3. Sebagai masukan bagi pelakasana pelayanan kesehatan sekolah agar dapat memberikan dan mengenalkan pendidikan seks remaja kepada anak didik.
4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesahatan Masyarakat di FKM-USU.