Amal Said, Jurnal Ilmiah, Sinergi IPTEKS, 2009

  

Jurnal Ilmiah Sinergi Ipteks

Vol. 4 Februari 2009. ISSN 1907-2511

ANALISIS PERBEDAAN PENGETAHUAN PETANI TAMBAK DAN ENTREPRENEUR

  

PEDESAAN TERHADAP PERKREDITAN PADA LEMBAGA KEUANGAN DI

KECAMATAN BONTOA KABUPATEN MAROS

  Oleh Amal Said

  Pengajar pada prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Islam Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan No. 29 Tamalanrea, Tlp (0411-585865), faks: 0411588167

  ABSTRACT Knowledge analysis of fish farmer and village entrepreneur for credit at money foundation in Bontoa Maros. Both of that people groups are economic figure at basic level. But, both of these groups have different mindset in their daily activity. As fish farmer has subsistence mindset, especially who has about 1 ha. As entrepreneur is capitalism with high perception to the money foundation. Key word: Knowledge of Fish Farmer and Entrepreneur Village for Credits

A. Pendahuluan

  Dalam era otonomi daerah memerlukan perubahan cara pandang dalam pengolahan sumberdaya kapital untuk sebesar-besarnya agar dapat diakses oleh pelaku agribisnis di pedesaan. Namun keadaan rill pelaku ekonomi di pedesaan tentu telah menempati posisinya sesuai kapasitasnya masing-masing didalam masyarakat. Memang semua orang memiliki potensi mengembangkan pengetahuannya masing-masing namun harus dipahami bahwa kemampuan dan kesempatan setiap individu tentulah tidak sama. Tiap orang memiliki kemampuan intelektualitas, kesempurnaan dan kekurangan yang berebeda dengan yang lain sesuai kodrat yang telah ditentukan Tuhan atas dirinya.

  Suselo Sumarjan, 1980. Mengemukakan bahwa pada masyarakat denga pola stratifikasi sosial terbuka, setiap individu menempati level stratifikasi sosial sesuai kapasitas individu yang ada pada masyarakat. Jika pernyataan itu dicermati maka dapatlah dipahami bahwa pengetahuan seseorang memiliki potensi untuk bertambah sesuai kapasitasnya pula. Ada orang yang memiliki kemampuan mengendalikan diri dengan tingkat kemampuan yang sangat baik, sedang dan lemah. Ada individu yang memiliki kemampuan mencermati situasi menjadi peluang untuk memperoleh pendapatan yang memadai ada pula yang tidak memiliki kemampuan seperti itu.

  Kemiskinan oleh Semedi dan Supandi, 2004. Dikatakan sebagai ketidak mampuan anggota masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya disekitar mereka sehingga tidak mampu memperoleh pendapatan yang memadai, keadaan ini menyebabkan sebagian warga pedesaan harus hidup seadanya dan berada pada kehidupan yang dikategorikan miskin. Jadi kemiskinan itu bukan semata-mata karena ketiadaan sumberdaya.

  Pernyataan tersebut sejalan dengan Renville Siagian, 1997, yang mengemukakan bahwa dalam manajemen fungsi pengawasan sangat penting karena pengawasan mampu mempertahankan kinerja karyawan sesuai standar. Disini tersirat bahwa pekerja atau karyawan masih terkadang tidak konsisten dengan tanggung jawabnya dalam menjalankan pekerjaannya jika tidak diawasi. Semua ini terjadi karena kapasitas dan kualitas individu yang rendah sehingga mereka tidak mampu melepaskan dirinya secara mandiri dari kemiskinan. Pada keadaan seperti inilah pengayoman dari orang lain diperlukan gar mereka bisa secara bertahap meningkatakan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

  Meskipun modal merupkan factor pelancar pembangunan pertanian, namun tanpa kehadiran modal dalam jumlah dan kualitas yang memadai akan menjadi salah satu penghambat dalam peningkatan produktivitas nilai tambah hasil usaha pertanian. Akses pelaku agribisnis yang rendah pada sumber modal memerlukan kreasi lembaga pembiyayaan dan pengambil kebijakan terkait yang tepat bagi sektor ini. Dukungan kebijakan yang kuat sangat diperlukan guna menciptakan terbentuknya lembaga dan matarantai penyaluran pembiyayaan sederhana tanpa mengesampingkan kesehatan system dari segi ekonomi guna mendukung pengembangan agribisnis dan agroindustri di pedesaan.

  Tujuan dan Kegunaan

  Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pengtahuan Petani dan Entrepreneur pedesaan dalam mengakses fasilitas kredit yang ada pada lembaga keuangan yang ada pada wilayah mobilitas mereka.

  Kegunaan penelitian adalah sebagai informasi penting dalam menata pola kelembagaan dan penyediaan modal petani dari luar keluarga berdasarkan tatanan struktur kelembagaan lembaga keuangan dan keadaan rill masyarakat. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat dalam penyusunan kebijakan perkreditan pertanian yang sampai pada tahun ke-2 era kabinet Indonesia Bersatu II ini masih menyisakan masalah dan belum menemukan formula idealnya.

B. Metode penelitian Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros, Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada Desa Bonto Mate’ne dengan pertimbangan bahwa di Desa ini cukup representative mewakili Petani dan Entrepreneur pedesaan dalam kasus yang dikaji dalam penelitian ini. Penelitian berlangsung selama tiga bulan, yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2008

  Jumlah dan Penentuan Responden

  Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yakni kasus pengetahuan masyarakat yang anggotanya berprofesi sebagai petani dan penduduk yang berprofesi campuran yaitu petani skaligus pedagang yang memperniagakan kebutuhan dan produk masyarakat setempat. Pemilihan responden dilakukan secara acak terhadap kedua kelompok anggota masyarakat tersebut (simple random sampling) dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut masyarakat umumnya adalah petani dan beberapa diantara mereka merupakan Entrepreneur di Desanya.

  Entrepreneur pedesaan yang hidup berdampingan dengan Petani pada wilayah mobilitas yang relatif sama. Responden petani dalam penelitian ini sebesar 10% dari total populasi yang ada (258 kk petani), Sehingga terdapat 26 orang petani. Sedangkan entrepreneur pedesaan sebanyak 26 orang adalah keseluruhan Entrepreneur pedesaan yang ada di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.

  Metode Pengumpulan Data Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.

  Data primer adalah data yang diperoleh dari Petani responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (questioner), serta pengamatan langsung dengan cara berbaur dengan masyarakat. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kantor Desa, Dinas Pertanian, Balai Penyuluhan Pertanian, dan Instansi terkait lainnya.

  Metode Analisis Data

  Data yang diperoleh dari responden dianalisa kemudian disederhanakan dalam bentuk tabulasi, selanjutnya dilakukan penyajian data dalam bentuk tabel. Hipotesis I dianalisis secara bertahap sebagai berikut:

  1. Penentuan skor untuk mengetahui skor tingkat presepsi masyarakat tani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian, hipotesis II diuji dengan analisis deskriptif kuantitatif, menggunakan rumus regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh sosialisasi keberadaan skim kredit terhadap tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai sumber pembiayaan tambahan dari luar rumahtangga.

  Jumlah Pertanyaan yang dijawab benar K= X 100%

  Jumlah Pertanyaan Jika nilai K ≤

  K =

  50 Sangat rendah K = 51 – 65 Rendah K = 66 – 75 Sedang K = 76 – 85 Tinggi K = 86 – 100 Sangat Tinggi

  2. Untuk menguji perbedaan pengetahuan antara dua sampel yaitu sampel Petani dengan Entrepreneur Pedesaan digunakan Uji t menggunakan Paired Samples Statistics SPSS 16.

  Secara Statistik rumus uji t sebagai berikut:

  X 1 = Pengetahuan Petani Tentang Perkreditan.

  X 2 = Pengetahuan Entrepreneur Pedesaan tentang Entrepreneur. S

  1 = Standar deviasi X 1 .

  S

  2 = Standar deviasi X 2 .

  n

  1 = Jumlah sampel X 1 .

  n

  2 = Jumlah sampel X 2 .

  Tarap kepercayaan α = 0,5.

  Konsep Operasional

  Konsep operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data serta menganalisa hasil penelitian sehubungan dengan hipotesa yang diajukan. Konsep operasional tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Petani tambak adalah petani yang memiliki hak milik atau hak guna lahan dan mengelola sendiri tambaknya dengan membudidayakan Ikan Bandeng.

  2. Entrepreneur Pedesaan adalah penduduk yang secara kulturan dan kekerabatan merupakan induk semang/pengayom beberapa anggota masyarakatnya dalam menjalankan kehidupan sosial ekonominya.

  3. Presepsi adalah tanggapan atau sikap masyarakat petani atas kegiatan penyuluhan pertanian yang berpengaruh terhadap perubahan tingkat pendidikan, keterampilan dan sikap.

  4. Penyuluhan pertanian adalah pendidikan non formal yang ditujukan kepada masyarakat petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa tujuan meningkatkan taraf hidup petani.

  5. Penyuluh pertanian orang yang mengemban tugas memberikan dorongan kepada petani lebih sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju.

  6. Pengetahuan adalah perubahan perilaku berdasarkan ilmu-ilmu yang diakui dan disetujui oleh masyarakat.

  7. Keterampilan adalah kegiatan perubahan perilaku berdasarkan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan fisik dan kecakapan berfikir untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sehari-hari.

  8. Sikap petani adalah kemampuan petani dalam menerima inovasi teknologi sistem budidaya lorong sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh penyuluh.

  Kesimpulan dan saran Kesimpulan

  Pengetahuan perkreditan petani dan Entrepreneur Pedesaan memiliki rata-rata pengetahuan yang signifikan, dimana pengetahuan yang lebih baik dimiliki oleh Entrepreneur Pedesaan. Sehingga sulit diharapkan petani akan dapat mengakses skim kredit secara mandiri. Rata-rata mereka tidak memiliki kapasitas mengakses kredit pada lembaga keuangan resmi.

  Saran

  Pola penyaluran kredit kepada masyarakat tani hendaknya disalurkan melalui Entrepreneur Pedesaan agar kepastian sasaran lebih baik. Pola ini sekaligus bersifat kooperatif dengan pola pembiyayaan yang telah melembaga di masyarakat.

  Jurnal Ilmiah Sinergi Ipteks Vol. 4 Februari 2009. ISSN 1907-2511

Analisis Perbedaan Pengetahuan Petani Tambak dan Enterpreneurship Pedesaan Terhadap

Perkereditan pada Lembaga Keuangan di Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.

  

Oleh Amal Said.