BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal - Pengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio & Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham pada Perusahaan Kategori LQ45 yang Terd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pasar Modal

2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal

  Pasar modal mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan nasional dan merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan (pasar keuangan). Pengertian pasar modal menurut Tandelilin (2001) adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal menurut Tandelilin bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

  Beberapa pakar juga mendefinisikan tentang pasar modal antara lain yang dikemukakan oleh Usman dkk (1997) yang menyatakan bahwa secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors). Usman menyatakan bahwa pasar modal berbeda dengan pasar keuangan (financial market) karena pasar modal merupakan suatu konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan.

  Pasar modal didefinisikan sebagai suatu situasi dimana penjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas, dan komoditas yang diperjualbelikan di sini adalah modal (Ang, 1997). Pakar lainnya Patrick dan Wai dalam Yuliati dkk (1996) menyatakan pasar modal dalam arti sempit adalah pasar terorganisir (organized market ) yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa pialang/makelar, komisioner dan penjamin emisi (underwriter).

  Berdasarkan UU RI No. 8 tahun 1995 (Undang-Undang tentang Pasar Modal), Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Undang-undang ini menimbang bahwa pasar modal mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Pasar modal agar dapat semakin berkembang membutuhkan adanya suatu landasan hukum yang kukuh untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan.

  2.1.1.2 Tujuan Pasar Modal

  Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten, pemerintah maupun lembaga penunjang. Keberadaan pasar modal nasional menurut Keppres No. 52 tahun 1976 bertujuan untuk:

  1. Mempercepat proses perluasan pengikutsertan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan-perusahaan swasta, guna menuju pemerataan pendapatan masyarakat.

  2. Lebih menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif dalam pembiayaan pembangunan nasional.

  2.1.1.3 Manfaat Pasar Modal

  Menurut Yuliati, dkk (1996) fungsi pasar modal meliputi sebagai berikut:

  1. Bagi pemerintah (sektor pembangunan), pasar modal merupakan wahana untuk memobilisasi dana masyarakat (dalam negeri dan luar negeri), di mana dana tersebut tidak memiliki efek inflatoir (meskipun tergolong sebagai dana murah). Kehadiran pasar modal juga selaras dengan azas demokrasi, yaitu meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan memeratakan hasil-hasil pembangunan. Melalui pasar modal, dana masyarakat akan dialokasikan ke sektor yang paling produktif dan efisien, sehingga akan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

  2. Bagi dunia usaha, pasar modal merupakan alternatif untuk memperoleh dana segar, yaitu dengan go public. Alternatif ini dapat dimamfaatkan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan (menghindari perusahaan dari debt to equity ratio yang tinggi) dan meningkatkan nilai perusahaan. Karena dana yang diperoleh dari pasar modal merupakan dana murah (meskipun memiliki opportunity cost), maka biaya modal perusahaan dapat ditekan. Hal ini berarti kemungkinan untuk melakukan ekspansi akan semakin besar. Keadaan ini akan memberi efek positif bagi penyerapan tenaga kerja, pemamfaatan teknologi dan sumber daya alam yang ada.

  3. Bagi investor, pasar modal merupakan salah satu alat penyaluran dana (investasi), selain deposito berjangka dan tabungan (serta investasi pada aset riil). Kehadiran pasar modal akan memperbanyak pilihan investasi, sehingga kesempatan untuk memilih investasi yang sesuai dengan preferensi investor akan semakin besar.

2.1.1.4 Instrumen Pasar Modal

  Yang dimaksud dengan instrumen pasar modal adalah semua surat-surat berharga (marketable securities) yang diperdagangkan di bursa efek. Dengan mengetahui instrumen apa saja yang tersedia di pasar modal maka investor dalam melakukan investasi dengan senantiasa dapat mengharapkan dan mendapatkan return yang memadai dan disertai kesediaan menanggung risiko sampai sejumlah batas tertentu yang mampu ditanggung dari masing-masing instrument. Bentuk instrument di pasar modal dapat dibagi atas beberapa macam yakni (Samsul, 2006):

  1. Saham biasa (common stock) Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stakeholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah deviden (bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik saham); capital gain (keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual saham), dan manfaat nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan.

  2. Saham preferen (freferred stock) Saham jenis ini adalah saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif dibandingkan dengan saham biasa. Hak kumulatif yang dimaksud adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen ini akan menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan keuangan.

  3. Obligasi (bonds) Surat hutang ini adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi tersebut disebut pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Penerbit obligasi membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik (biasanya setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali), dan pada akhirnya menebus nilai hutang tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang terutang.

  4. Bukti right Right merupakan surat berharga yang memberikan hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu dimana hak membeli ini dimiliki oleh pemegang saham lama. Harga tertentu di sini berarti harganya sudah ditetapkan di muka dan biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike

  price atau exercise price). Pada umumnya, strike price dari bukti

  right berada di bawah harga pasar saat diterbitkan. Apabila pemegang saham lama yang menerima bukti right tidak mampu atau tidak berniat menukarkan bukti right dengan saham, maka bukti right tersebut dapat dijual di Bursa Efek melalui broker efek. Apabila pemegang bukti right lalai menukarkannya dengan saham dan waktu penukaran sudah kadaluarsa, maka bukti right tersebut tidak berharga lagi, atau pemegang bukti right akan menderita rugi sebesar harga beli right tersebut.

  5. Warant Warant seperti halnya right adalah surat berharga yang memberi

  hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Warant tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (swetener) pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Pemegang warant tidak akan menderita kerugian apa pun seandainyawarant itu tidak dilaksanakan. Pada saat harga pasar melebihi stike price warant, maka warant sudah saatnya untuk ditukar dengan saham.

  Namun pemegang warant masih dapat menunggu sampai harga saham mencapai tingkat tertinggi sepanjang waktu berlakunya belum kadaluwarsa. Apabila pemegang warant tidak ingin menebusnya, maka warant itu dapat dijual di bursa efek melalui broker efek.

  6. Indeks saham dan indeks obligasi Indeks ini adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual. Mekanisme perdagangan produk

  derivative ini dilakukan secara future dan option sehingga

  berbeda dengan saham, obligasi, bukti right, maupun warant karena indeks saham dan indeks obligasi ini diperdagangkan secara berjangka.

2.1.2 Saham Sebagai Pilihan Investasi

  Saham adalah sekuritas yang paling banyak diperdagangkan di Bursa Efek. Saham (stock atau share) dapat diartikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau suatu perusahaan atau perseroan terbatas dengan mamfaat yang dapat diperoleh berupa :

  1. Deviden, merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham;

  2. Capital gain, merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya;

  3. Manfaat non finansial antara lain berupa konsekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggan dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.

  Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan yang ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan investor di dalam perusahaan tersebut (Husnan, 1998).

  Saham diperjualbelikan pada bursa efek, yaitu tempat yang dipergunakan untuk memperdagangkan efek sesudah pasar perdana (initial public offer).

  Saham memiliki tiga macam nilai yaitu nilai nominal, nilai efektif dan nilai intrinsik (Situmorang, 2008) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut;

  2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum dalam kurs resmi kalau saham tersebut diperdagangkan di bursa;

  3. Nilai intrinsik, yaitu nilai ekonomis saham.

  Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan dikenal luas di masyarakat. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas (Situmorang, 2008) :

  1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi setelah perusahaan melunasi kewajiban hutangnya.

  2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

2.1.3 Earning per Share (EPS)

  Rasio earning per share merupakan salah satu indikator yang paling umum dipakai untuk menilai perusahaan oleh kepentingan umum (public

  

interest). Rasio earning per share digunakan untuk menunjukkan berapa besar

  keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham dalam setiap lembar saham (Darmadji, 2001, dalam Astutik, 2005). Earning per share merupakan perbandingan antara laba bersih dengan jumlah saham beredar. Dampak yang signifikan yang didapat dari perhitungan EPS terhadap harga saham akan sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan (decision

  making) oleh investor.

  Pentingnya rasio earning per share ini dalam pengambilan keputusan oleh investor terletak pada kenyataan bahwa hal ini sangat berkaitan dengan kinerja internal perusahaan dan citra publik di pasar, tercermin melalui rasio pasar saham internal (Monica, dkk, 2009). Dengan kata lain, setiap investor pasar saham akan memulai analisis yang diperlukan untuk pengambilan keputusan mulai dari EPS Walaupun rasio EPS ini dijadikan dasar petunjuk untuk menggambarkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham, tetapi hal ini dalam praktiknya dari kebijakan pihak manajemen atau / dan pihak direksi perusahaan tidak semua keuntungannya itu dapat dibagikan. Karena ada sebagian keuntungan yang diperoleh tersebut akan dimasukkan ke dalam pos laba ditahan.

  Besarnya earning per share suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan rasio EPS di dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS dapat kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Menurut Tandelilin (2001), rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

  EPS =

2.1.4 Price Earning Ratio (PER)

  Price Earning Ratio (PER) atau disebut juga earning multiplier merupakan metode penilaian yang relatif umum sering digunakan di negara maju dan negara berkembang. Price earning ratio merupakan suatu perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) dengan earning

  

per share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Menurut Tandelilin (2001),

  informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan.

  Kegunaan dari PER ini adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS-nya (Ang, 1997). Dalam penggunaan PER biasanya para praktisi akan menentukan apakah ia lebih optimistik atau pesimistik dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan. Jika ia lebih optimistik terhadap prospek pertumbuhan perusahaan, maka ia akan membeli saham dan jika sebaliknya maka ia akan menjual sahamnya (Agus, 2001, dalam Inayah, 2007).

  Menurut Ang (1997), Penilaian PER dapat dirumuskan sebagai berikut : PER =

2.1.5 Debt to Equity Ratio (DER)

  Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu dari beberapa

  indikator rasio keuangan yang sangat penting dalam pasar keuangan / pasar modal karena rasio ini mengukur bagaimana kinerja perusahaan yang dilihat dari aspek leverage atau utang perusahaan. Debt to equity ratio digunakan utnuk mengukur kinerja perusahaan dalam menutup sebagian ataupun seluruh utang yang dimilikinya dengan dana yang berasal dari total modal perusahaan. adalah rasio yang membandingkan antara total utang

  Debt to equity rasio

  (baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang) dengan total modal sendiri (

  total shareholder’s equity). Yang dimaksud dengan total modal sendiri

  adalah total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Secara matematis Debt to Equity Ratio (DER) dapat diformulasikan sebagai berikut (Ang, 1997) :

  DER =

2.1.6 Volume Perdagangan Saham

  Volume perdagangan adalah banyaknya jumlah lembar saham suatu emiten yang diperdagangkan di pasar modal pada periode tertentu dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara perdagangan saham (pialang saham). Volume perdagangan saham merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam aspek analisis teknikal pada penilaian harga saham. Volume perdagangan juga mencerminkan kekuatan interaksi tarik menarik antara permintaan dan penawaran sebagai tanda perubahan menguat dan melemahnya pasar.

  Dengan naiknya volume perdagangan maka keadaan pasar dapat dikatakan menguat, demikian pula sebaliknya (Ang, 1997). Dengan adanya peningkatan volume perdagangan saham maka semakin besar pula peningkatan terhadap harga saham sehingga dapat mempengaruhi peningkatan pertumbuhan laba perusahaan yang akan meningkatkan return yang akan diterima investor. Dengan naiknya harga saham, maka akan terjadi capital gain yang meningkatkan return saham. Begitu juga sebaliknya. Penurunan volume perdagangan saham akan menurunkan harga saham sehingga bereaksi terhadap menurunnya return saham yang diterima. Volume perdagangan dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : TV =

2.1.7 Return Saham

  Return dari suatu investasi adalah merupakan suatu indikator yang sangat penting untuk investor karena return inilah mengapa para investor ingin menanamkan modalnya dalam suatu investasi. Pengukuran terhadap return yang dapat direalisasikan (realized return) diperlukan oleh investor untuk menilai seberapa baik mereka mendapatkan keuntungan dari investasi yang dilakukan atau seberapa baik manajer dapat mengolah investasi yang telah dilakukan oleh investor tersebut.

  Menurut Jones (2000) mengatakan bahwa

  “return is yield dan capital

gain (loss)”. Menurut Ang (1997) mengatakan bahwa return saham adalah

  tingkat keuntungan yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukan. Return saham memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual (realized return) dan keuntungan yang diharapkan (expected yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian

  return)

  dan tingkat resiko yang diinginkan. Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya (Annisa, 2011). Menurut Jones (2000), komponen suatu return terdiri dari dua jenis yaitu:

  1. Yield adalah penerimaan kas periodik dari suatu investasi. Yield untuk saham adalah dividen.

  2. Capital gain atau capital loss yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan di pasar.

  Adapun tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas (yield) secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka return saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2000, dalam Gian, 2011) sebagai berikut:

  Rt =

  ( ) Dimana: Rt = Return saham pada hari ke t Pt = Harga penutupan saham pada hari ke t Pt-1 = Harga penutupan saham pada hari ke t-1

2.2 Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan beberapa faktor fundamental dan faktor teknikal yang dihubungkan dengan variabel return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan faktor fundamental, faktor teknikal dan return saham yang digunakan sebagai dasar acuan adalah sebagai berikut :

  Dyah Ayu Savitri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

  Pengaruh ROA, NPM, EPS dan PER terhadap Return Saham ”. Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang berfokus pada

  ROA, NPM, EPS, dan PER terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor Food and Beverages. Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan analisis regresi berganda, uji hipotesis yaitu koefisien determinan, uji F, dan uji t. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk variable ROA tidak mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, sedangkan pada NPM terdapat positif dan tidak signifikan terhadap return saham, dan EPS dan PER mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur sektor Food and Beverages.

  Inayah (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Price Earning Ratio, Volume Penjualan Produk, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Return Saham Perusahaan yang Bergerak di Bidang Finansial di Bursa Efek Jakarta”.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh price earning ratio, volume penjualan produk dan tingkat suku bunga SBI terhadap return saham perusahaan finansial secara parsial dan yang terdaftar di bursa efek jakarta. Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan analisis regresi berganda, uji asumsi klasik, uji t, uji f. Dan uji ketepatan perkiraan (goodness of fit test). Dari hasil analisis diperoleh hasil berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa:1) dari hasil uji F diperoleh Fhitung (24,851). Ini berarti variabel PER, volume penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

  return saham; 2) dari hasil uji t diketahui bahwa PER dan volume penjualan produk

  memberikan pengaruh yang positif terhadap return saham.; 3) dari hasil uji R2 diketahui bahwa variabel PER, volume penjualan produk dan suku bunga SBI memberikan pengaruhnya sebesar 27,3% terhadap return saham.

  Mila Christanty (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham (studi pada saham perusahaan yang tercatat aktif dalam LQ 45 di BEI periode 2003- 2007)”. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental dan economic value added terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan return saham dalam perusahaan yang masuk daftar penelitian dengan asumsi variabel return on asset, price earning ratio,

  quick asset to inventory, debt to equity ratio, net profit margin, earning per share

dan economic value added tidak mengalami perubahan. Untuk variabel ROA dan

  QAI tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ45, sedangkan PER, NPM, EPS dan EVA mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham sedangkan variabel der menpunyai pengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 dI BEI.

  Lu’luil Maknun (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Frekuensi Perdagangan, Volume Perdagangan, Kapitalisasi Pasar, dan Trading Day Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bei periode tahun 2006-

  2008”. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk variabel frekuensi perdagangan berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham, variabel volume perdagangan dan kapitalisasi pasar berpengaruh positif signifikan terhadap return saham dan variabel trading day berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham.

  Andreas Fery (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh

  Return On Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER), Quick Asset To Inventory (QAI),

Debt To Equity Ratio (DER), terhadap Return Saham (Studi Empiris pada industri

  Manufaktur yang listed di BEJ periode 1999- 2003)”. Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan analisis regresi berganda, uji hipotesis yaitu koefisien determinan, uji F, dan uji T. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk variable ROA PER dan DER secara parsial signifikan terhadap return saham, sedangkan pada QAI tidak signifikan terhadap return saham. Sementara secara bersama-sama (ROA, PER, DER dan QAI) terbukti signifikan berpengaruh terhadap return saham di BEJ.

  Dheny Wahyu Fuadi (2009) dalam penelitiannya ya ng berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Volume Perdagangan dan Kurs terhadap Return Saham Sektor Properti yang Listed di Bei (Studi Kasus Pada Saham Sektor Properti yang

  Listed di Bei Periode 2003-

  2007)”. Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara vaiabel satu dengan yang lain. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan volume perdagangan menunjukkan hasil positif namun tidak signifikan terhadap return saham dan kurs menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham.

  Anisa Ika (2011) dalam peneli tiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh

  

Earning per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER)

  terhadap Return Saham pada Perusahaan-Perusahaan dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode tahun 2005-

  2007”. Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara vaiabel satu dengan yang lain. Hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan hanya variabel return on equity (ROE) yang berpengaruh positif terhadap return saham. Sedangkan variabel earning per share (EPS) dan debt

  to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian

  secara simultan menunjukkan bahwa earning per share (EPS), return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER) memberikan pengaruh positif terhadap return saham.

  Anggun Amelia (2012) dalam penelitiannya yang berjudul : “Analisis Pengaruh ROA, EPS, NPM, DER dan PBV Terhadap Return Saham pada industri Real Estate and Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009 ”. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) dan Price to Book Value (PBV) secara parsial signifikan berpengaruh terhadap return saham perusahaan Real estate and Property di BEI periode 2007- 2009 pada level of significance kurang dari 5% (masing-masing sebesar 2,3% dan 2,0%). Sedangkan secara bersama-sama terbukti signifikan berpengaruh terhadap

  

return saham perusahaan Real estate and Property di BEI pada level kurang dari 5%

(2,9%).

  Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

  No. Peneliti Variabel Hasil Penelitian (tahun) Penelitian

  Dyah Ayu Dependen: return EPS dan PER mempunyai pengaruh yang

  1. Savitri saham positif dan signifikan terhadap return (2012) saham

  Independen: ROA, NPM, EPS dan PER

  2. Inayah Dependen: return 1) dari hasil uji-F: PER, dan volume (2007) saham penjualan berpengaruh signifikan terhadap

  return saham;

  Independen: price 2) dari hasil uji-t: PER dan volume earning ratio, penjualan produk berpengaruh positif volume penjualan terhadap return saham; produk, dan 3) dari hasil uji R2: PER, volume tingkat suku penjualan produk dan suku bunga SBI bunga SBI memberikan pengaruhnya sebesar 27,3% terhadap return saham.

  3. Mila Dependen: return PER, NPM, EPS dan EVA mempunyai Christanty saham pengaruh positif signifikan terhadap return

  (2009) saham sedangkan variabel der menpunyai Independen: pengaruh negatif signifikan terhadap

  ROA, PER,QAI, return saham DER, NPM, EPS, dan EVA

  4. Dependen: return variabel volume perdagangan dan Lu’luil

  Maknun saham kapitalisasi pasar berpengaruh positif (2010) signifikan terhadap return saham dan

  Independen: variabel trading day berpengaruh negatif frekuensi tidak signifikan terhadap return saham. perdagangan, volume perdagangan, kapitalisasi pasar, dan trading day

  5. Andreas Dependen: return Untuk variable ROA PER dan DER secara Fery saham parsial signifikan terhadap return saham,

  (2005) sedangkan pada QAI tidak signifikan Independen: terhadap return saham. Sementara secara

  ROA, PER, QAI bersama-sama (ROA, PER, DER dan QAI) dan DER terbukti signifikan berpengaruh terhadap

  return saham di BEJ.

  6. Anggun Dependen: return Debt to Equity Ratio (DER) dan Amelia saham Price to Book Value (PBV) secara parsial

  (2012) signifikan berpengaruh terhadap return Independen: saham. Sedangkan secara bersama-sama

  ROA, EPS, NPM, terbukti signifikan berpengaruh terhadap DER dan PBV return saham perusahaan Real estate and

  Property di BEI pada level kurang dari 5% (2,9%).

  7. Nisa Ika Dependen: return Variabel earning per share (EPS) dan debt (2011) saham to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan

  Independen: EPS bahwa earning per share (EPS), return on

  ROE dan DER equity (ROE) dan debt to equity ratio

  (DER) memberikan pengaruh positif terhadap return saham.

  8. Dheny Dependen: return variabel volume perdagangan Wahyu saham menunjukkan hasil positif namun tidak

  Fuadi signifikan terhadap return saham dan kurs (2009) Independen: suku menunjukkan pengaruh yang negatif dan bunga, volume signifikan terhadap return saham. perdagangan dan kurs

2.3 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan telaah teori dan hasil penelitian terdahulu maka hubungan antara pengaruh EPS, PER, DER, dan Volume Perdagangan Saham terhadap

  

return saham dapat digambarkan dalam model penelitian pada Gambar 3.1.

  Variabel Independen : Variabel dependen: Earning Per Share

  Earning per Share (EPS)

  (X1) H1

  Price Earning Ratio

  Price Earning Ratio (PER)

  (X2) H2

  Return Saham Debt to Equity Ratio

  Debt to Equity Ratio (DER)

  (X3)

   H3

  (Y)

  Volume Perdagangan Saham

  Volume Perdagangan Saham

  SSaham

  H4 (X4)

  H5

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

2.3.2 Hubungan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham

  Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih

  setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 1997). Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah deviden yang diterima pemegang saham. Oleh karena itu, informasi EPS merupak informasi yang dianggap paling fundamental dan bermanfaat bagi para investor karena informasi EPS ini dapat menggambarkan prospek earning perusahaan di masa yang akan datang.

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irmansyah (2006), terdapat keterkaitan antara return saham dan earnings per share (EPS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel earnings per share (EPS) memberikan hubungan yang nyata dengan return saham, dan dapat dilihat pengaruhnya sangat signifikan dan positif terhadap return saham. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Christanty (2009) dan Savitri (2012) menyatakan bahwa variabel EPS berpengaruh signifikan dan positif terhadap

  return saham. Penelitian oleh Astutik (2005) yang menyatakan bahwa variabel EPS berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan hipotesis 1 yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

  

H1 : Ada pengaruh Earning per Share (EPS) yang signifikan dan positif

terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam kategori indeks LQ45

2.3.3 Hubungan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham

  Price earning ratio merupakan suatu perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) dengan earning per share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Dengan meningkatnya PER berarti harga saham tersebut di pasar modal semakin meningkat, sehingga return saham juga meningkat. PER juga dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan (Sartono, 2001, dalam Christanty, 2009) . Semakin tinggi PER maka perusahaan dinilai semakin baik oleh investor. Sebaliknya, jika PER semakin rendah perusahaan tersebut dinilai semakin jelek kinerjanya oleh investor. Kemudian dapat dikemukakan bahwa PER berpengaruh positif terhadap return saham.

  Beberapa bukti yang meneliti antara PER dengan harga atau return saham telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu Kusumo (2005), menemukan bukti bahwa price earning ratio (PER) mempengaruhi return saham. Bukti empiris tersebut juga didukung oleh Christanty (2009), Savitri (2012) menemukan bahwa PER signifikan berhubungan dan positif terhadap

  return saham. Dari uraian diatas dapat disimpulkan hipotesis 2 yang

  dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

  H2 : Ada pengaruh Price Earning Ratio (PER) yang signifikan dan positif terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam kategori indeks LQ45

2.3.4 Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham

  Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban (liabilities) perusahaan dengan mengaitkannya pada seluruh ekuitas pemiliknya. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total utang (baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang) semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban yang akan ditanggung perusahaan terhadap pihak luar (kreditor).

  Meningkatnya beban yang ditanggung perusahaan terhadap kreditor menunjukkan sumber modal perusahaan sangat bergantung pada pihak luar, sehingga dalam hal ini akan berdampak kepada minat investor dalam menanamkan modalnya akan semakin berkutang di dalam perusahaan tersebut.

  Menurunnya minat investor berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return saham semakin menurun (Ang,1997).

  Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka hipotesis kedua penelitian ini adalah :

  

H3 : Terdapat pengaruh debt to equity ratio (DER) yang signifikan dan

negatif terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam kategori indeks LQ45.

2.3.5 Hubungan Volume Perdagangan Saham Terhadap Return Saham

  Volume perdagangan adalah banyaknya jumlah lembar saham suatu emiten yang diperdagangkan di pasar modal pada periode tertentu dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui pialang saham. Investor dapat melihat aktivitas perdagangan saham melalui indikator aktivitas volume perdagangan (trading volume activity). Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik (bullish). Peningkatan volume perdagangan dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish (Husnan, 1998). Banyak penelitian dilakukan di negara maju yang meneliti hubungan antara harga saham dengan volume perdagangan saham.

  Beberapa penelitian tentang hubungan pengaruh volume perdagangan terhadap return diantaranya diketahui dalam Fuadi (2009) mengatakan volume perdagangan menunjukkan hasil positif namun tidak signifikan terhadap return saham. Maryanne (2009) mengatakan variabel yang berpengaruh positif terhadap harga saham yaitu volume perdagangan saham. Maknun (2010) mengatakan variabel volume perdagangan berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka hipotesis kedua penelitian ini adalah :

  

H4 : Terdapat pengaruh volume perdagangan saham yang signifikan dan

positif terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan dalam kategori indeks LQ45.

  

2.3.6 Hubungan Variabel Earning per Share, Price Earning Ratio, Debt to

Equity Ratio, Volume Perdagangan Saham Secara Simultan terhadap Return Saham

  Menurut beberapa kesimpulan sementara yang telah disebutkan sebelumnya tentang hubungan variabel earning per share, price earning ratio, debt to equity ratio dan volume perdagangan saham yang mempengaruhi return saham maka peneliti mengasumsi bahwa secara simultan variabel EPS, PER, DER dan volume perdagangan saham berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan LQ45.

  

H5 : Terdapat pengaruh EPS, PER, DER dan Volume Perdagangan

Saham secara simultan terhadap return saham pada perusahaan- perusahaan dalam kategori indeks LQ45.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio & Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham pada Perusahaan Kategori LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 88 104

Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Return on Assets dan Status Penanaman Modal Terhadap Harga Saham Perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 80 93

Pengaruh Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio dan Return On Equity Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Kelompok Aneka Industri Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 69 79

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Saham - Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Consumer Goods

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Analisis Pengaruh EPS, PER dan M/B terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal - Studi Empiris Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Perusahaan yang Indeks LQ45 di Indonesia

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham - Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Current Ratio Terhadap Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efe

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Harga Saham 2.1.1.1 Pengertian Harga Saham - Pengaruh Return On Assets (Roa), Debt To Equity Ratio (Der) Dan Earning Per Share (Eps) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bu

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

28. PT Timah (Persero) Tbk. - Pengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio & Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham pada Perusahaan Kategori LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12