BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Analisis Pengaruh EPS, PER dan M/B terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pasar Modal

  Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan yang umumnya berjangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun. Tandelilin (2001:13) menyatakan “pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjuabelikan sekuritas”. Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa saham, obligasi, right, dan waran.

1. Saham

  Saham adalah tanda bukti kepemilikan seseorang atas bagian di dalam sebuah perusahaan di mana ia menanamkan modalnya dan pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Pemegang saham dianggap sah apabila namanya tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). Bukti bahwa seseorang adalah pemegang saham juga dapat dilihat pada halaman belakang lembar saham apakah namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau belum.

  Obligasi (bonds) Menurut Samsul (2006:45), “obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu di atas 3 tahun di mana pihak yang membeli obligasi disebut sebagai pemegang obligasi (bondholder).” Pendapatan yang didapat dari investasi obligasi berupa kupon yang dibayarkan setiap 3 atau 6 bulan sekali dan pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi.

3. Right

  Right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu

  dalam jangka waktu tertentu dan hak membeli tersebut hanya dimiliki oleh pemegang saham lama. Harga tertentu berarti bahwa harganya telah ditetapkan terlebih dahulu dan disebut sebagai harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise price). Strike price dari right berada di bawah harga pasar pada saat diterbitkan dan jangka waktu tertentu berarti bahwa kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan right tersebut sudah harus digunakan. Right dapat dijual di Bursa Efek melalui broker efek dalam kurun waktu di mana right tersebut masih berlaku.

4. Waran

  Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada saat penerbitan obligasi perusahaan. Waran hampir mirip dengan right, hanya saja dalam jangka waktu tertentu dalam waran berbeda dengan right yang harus dilaksanakan kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan, waran dapat digunakan setelah 6 bulan, atau setelah 3 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun.

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:3), pasar modal memberikan banyak manfaat, di antaranya: a) menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal, b) memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi,

  c) menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara,

  d) memungkinkan penyebaran kepemilkikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah,

  e) menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik, f) memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik,

  g) alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi, h) membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial, i) mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

2.1.2 Investasi

  Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2001:3). Orang melakukan investasi umumnya untuk memperoleh sejumlah keuntungan atau return yang semaksimal mungkin yang dapat dihasilkan dari investasi tersebut, akan tetapi dalam proses untuk memperoleh return tersebut, investor juga tidak selamanya selalu mendapatkan apa yang diharapkannya, terkadang para investor juga dihadapkan pada risiko-risiko yang timbul dari penanaman investasi tersebut sehingga para investor dituntut untuk jeli dan teliti dalam menanamkan modalnya dan memahami kondisi pasar modal. Kita sering mendengar istilah “High Risk, High Gain“ yang memiliki arti jika kita mengharapkan return yang besar, tentu kita akan dihadapkan pada risiko yang besar pula.

  Menurut Samsul (2006:285), “jenis risiko investasi dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu risiko sistematis atau disebut systematic risk atau undiversifiable risk, dan risiko tidak sistematis atau disebut unsystematic risk atau specific risk atau

  

diversifiable risk ”. Risiko sistematis muncul ketika ada kenaikan

  inflasi yang tajam, kenaikan tingkat bunga atau siklus ekonomi yang menyebabkan semua investasi dalam bentuk saham terkena dampaknya dan walaupun investor telah melakukan strategi dengan menanamkan investasinya di beberapa jenis saham dengan harapan dapat mengurangi kerugian, strategi ini tidak tepat digunakan karena pada satu jenis saham saja.

  Menurut Samsul (2006:285), “investor dapat menerapkan strategi untuk mengurangi risiko sistematis dengan memahami perilaku siklus ekonomi dan tanda-tanda awal (leading indicator) pergantian siklus ekonomi”. Berbeda dengan risiko sistematis yang mempunyai dampak global terhadap semua jenis saham, risiko tidak sistematis hanya berdampak terhadap satu jenis saham saja, misalnya terdapat perubahan peraturan pemerintah mengenai larangan ekspor impor semen, sehingga menyebabkan perubahan harga saham pada emiten yang menghasilkan produk semen atau produk lain yang menggunakan bahan semen. Strategi seperti menanamkan investasi pada beberapa jenis saham tepat digunakan dalam mengurangi risiko tidak sistematis, karena apabila terdapat satu jenis saham yang merugi, masih ada investasi dalam saham lainnya yang dapat memberikan keuntungan kepada investor.

  Risiko Risiko Tidak Sistematis Risiko Sistematis Jumlah Jenis Saham

Gambar 2.1 Risiko Investasi

  Sumber: Samsul (2006:286) Menurut Widoatmodjo (2009:144), “risiko investasi dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko domestik (domestic risk) dan risiko internasional (international risk)”. Risiko domestik merupakan risiko yang ditimbulkan oleh isu-isu dalam negeri seperti inflasi dan kenaikan suku bunga oleh pemerintah, sedangkan risiko internasional ditimbulkan oleh hubungan ekonomi nasional dengan ekonomi internasional seperti kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan naiknya harga BBM dalam negeri, perubahan ekonomi Amerika Serikat yang juga menyebabkan perubahan ekonomi dalam negeri dan lain sebagainya.

2.1.3 Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan gambaran atas kondisi keuangan ikhtisar dari hasil akhir proses akuntansi yang disusun dan disajikan sedemikian rupa untuk kepentingan manajemen perusahaan dan publik (untuk perusahaan yang go public) yang terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan biasanya disajikan per akhir tahun aktivitas perusahaan. Menurut Djarwanto (2004:5), “laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan”.

  Fess (2006:24) menyatakan, “laporan keuangan merupakan laporan akuntansi yang menghasilkan informasi bagi pemakai yang diperoleh dari transaksi yang dicatat dan diikhtisarkan”.

  Menurut Harahap (2013:7), pengguna laporan keuangan terdiri dari pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, investor, kreditur atau banker, pemerintahan dan regulator, dan analis, akademis, pusat data bisnis.

1. Pemilik perusahaan

  Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan dimaksudkan untuk: a) menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen, b) mengetahui hasil dividen yang akan diterima, c) menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya,

  d) mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham, e) sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa datang, f) sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi investasi.

2. Manajemen perusahaan

  c) menilai kemungkinan menanamkan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan,

  5. Pemerintahan dan regulator Bagi pemerintahan dan regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk:

  d) menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit, e) menilai sejauhmana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati.

  return perusahaan,

  c) melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of

  4. Kreditur atau banker Bagi kreditur, banker, atau supplier laporan keuangan digunakan untuk: a) menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, b) menilai kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan,

  d) menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang.

  Bagi manajemen perusahaan, laporan keuangan ini digunakan

  a) alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik,

  3. Investor Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk:

  f) memenuhi ketentuan dalam UU, peraturan, AD (Anggaran Dasar), Pasar Modal, dan lembaga regulator lainnya.

  e) menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijaksanaan baru,

  d) menilai hasil kerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab,

  c) mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi,bagian, atau segmen,

  b) mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau segmen tertentu,

  a) menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan, b) menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan, a) menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar,

  b) sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijaksanaan baru, menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain,

  d) menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan,

  e) bagi lembaga pemerintahan lainnya bisa menjadi bahan penyusunan data dan statistik.

6. Analis, akademis, pusat data bisnis

  Bagi para analis, akademis, dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data bisnis seperti PDBI, Moody’s, Brunstreet, Standard & Poor, Perfindo, laporan keuangan ini penting sebagai bahan atau sumber informasi primer yang akan diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi analisis, ilmu pengetahuan, dan komoditi informasi.

2.1.4 Analisis Laporan Keuangan

  Sebelum menanamkan investasinya, seorang investor hendaknya menganalisis laporan keuangan perusahaan dimana ia akan menanamkan modalnya agar mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut agar dapat meminimalkan risiko-risiko investasi yang mungkin timbul dan dapat memperhitungkan return semaksimal mungkin yang akan diperoleh dengan investasi tersebut.

  Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan (Djarwanto, 2004:59). Harahap (2013:190) menyatakan analisis laporan keuangan adalah penguraian pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non- kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

  Menurut Bernstein (1983:3), “analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran- ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan”.

  Harahap (2013:195) mengemukakan, kegunaan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

  1. dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa,

  2. dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit), 3. dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan,

  4. dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan, 5. mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating), 6. dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan yang dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain: a) dapat menilai prestasi perusahaan, b) dapat memproyeksi keuangan perusahaan, c) dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu: i. posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Modal), ii. hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya), iii. likuiditas, iv. solvabilitas, v. aktivitas, vi. rentabilitas atau profitabilitas, vii. indikator pasar modal.

  d) menilai perkembangan dari waktu ke waktu, melihat komposisi struktur keuangan, aris dana.

  7. dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis,

  8. dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal, 9. dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya, 10. bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.

  Di dalam melakukan analisis laporan keuangan, alat yang paling populer dan banyak digunakan adalah analisis rasio keuangan.

  Rasio keuangan merupakan angka-angka yang diperoleh dari hasil perhitungan dan perbandingan dari pos-pos yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan di dalam laporan keuangan.

  Djarwanto (2004:146) mengelompokkan rasio menjadi 3 kelompok berdasarkan sumber datanya, yaitu rasio-rasio neraca, rasio-rasio laporan laba rugi, dan rasio-rasio antarlaporan.

  1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios) Rasio-rasio neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio aktiva tetap dengan utang jangka panjang, dan lain sebagainya.

  2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (income statement ratios) Rasio-rasio laporan laba-rugi yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba-rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operationg ratio, dan lain sebagainya.

  3. Rasio-rasio antarlaporan (interstatement ratios)

  Rasio-rasio antarlaporan yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan

  Menurut Harahap (2013:301), adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas/rentabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, market based, dan rasio produktivitas.

  1. Rasio likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

  2. Rasio solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

  3. Rasio profitabilitas/rentabilitas Rasio profitabilitas/rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

  4. Rasio leverage Rasio leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).

  5. Rasio aktivitas Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.

  6. Rasio pertumbuhan Rasio pertumbuhan menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun,

  7. Market based (Penilaian Pasar)

  Market based ratio merupakan rasio yang lazim dan yang

  khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal.

  8. Rasio produktivitas

  Rasio produktivitas menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai.

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:7), ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas saham biasa dan saham preferen.

  1. Saham biasa (common stock) Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

  2. Saham preferen (preferred stock) Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

  Saham biasa merupakan jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan mengalami kerugian, maka pemegang saham biasa juga tidak akan menerima laba di tahun tersebut dan laba yang tidak diterima tersebut juga tidak akan diakumulasikan ke tahun perusahaan mengalami keuntungan, sedangkan saham preferen merupakan jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba sebelum perusahaan membagikan labanya kepada pemegang saham biasa. Pemilik saham preferen juga memiliki hak laba kumulatif, yaitu hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada tahun perusahaan mengalami kerugian, tetapi laba yang tidak dibagikan tersebut akan dibayar pada tahun perusahaan mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali Darmadji dan Fakhruddin (2006:8) menyatakan bahwa dilihat dari cara pengalihannya, saham dapat dibedakan atas saham atas unjuk dan saham atas nama.

  1. Saham atas unjuk (bearer stock) Saham atas unjuk artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

  2. Saham atas nama (registered stock) Saham atas nama merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara pengalihannya harus melalui prosedur tertentu.

  Dalam pasar modal, para investor tentunya mengharapkan

  

return yang semaksimal mungkin dari investasi yang

  ditanamkannya. Jogiyanto (2003) menyatakan, “return adalah hasil yang diperoleh dari investasi”. Jogiyanto (2003) membagi return menjadi dua, yaitu return realisasi dan return ekspektasi.

  1. Return realisasi (realized return)

  Return realisasi adalah return yang telah terjadi yang

  dihitung berdasarkan data historis dan bisa digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan serta sebagai penentuan return ekspektasi dan resiko masa datang.

  2. Return ekspektasi (expected return)

  Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Di dalam melakukan investasi dalam bentuk saham, umumnya investor akan menerima return saham (keuntungan) dalam 2 bentuk,

1. Dividen

  Dividen adalah pembagian keuntungan atas laba tahun berjalan yang diperoleh perusahaan penerbit saham kepada para pemegang sahamnya. Umumnya pemegang saham yang mengharapkan dividen memiliki orientasi jangka panjang karena untuk menerima dividen, pemegang saham tersebut diharuskan memegang saham dalam kurun waktu tertentu hingga dinyatakan berhak untuk mendapatkan dividen. Perusahaan dapat membagikan dividen dalam 2 bentuk yaitu dividen tunai (cash dividend) atau dividen saham (stock

  dividend ). Dividen tunai adalah pemberian keuntungan

  berupa uang tunai untuk per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham, sedangkan dividen saham merupakan pemberian keuntungan dalam bentuk penambahan jumlah lembar saham kepada pemegang sahamnya, jadi pemegang saham tidak akan menerima keuntungan dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk penambahan lembar saham sehingga jumlah saham yang dimilikinya bertambah.

2. Capital gain

  Capital gain merupakan keuntungan atas selisih antara harga

  harga jual per lembar saham sekarang. Berbeda dengan dividen yang pemegang sahamnya memiliki orientasi jangka panjang, pemegang saham yang mengharapkan capital gain umumnya berorientasi jangka pendek karena mungkin saja saham yang dibeli hari ini akan dijual keesokan harinya ketika terjadi kenaikan harga saham tersebut, jadi pemegang saham yang mengejar keuntungan melalui capital gain umumnya tidak akan memegang saham dalam kurun waktu yang lama. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:12), “pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan saham bonus (jika ada), yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham”. Pada saat perusahaan melakukan penawaran umum saham yang diterbitkannya di pasar perdana, perusahaan akan memperoleh keuntungan dari selisih antara harga jual per lembar saham dengan harga nominalnya, inilah yang dimaksud dengan agio saham.

  Return saham dihitung dengan membandingkan selisih harga

  saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mangabaikan dividen karena sebagian dari perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI selama periode penelitian tidak menerbitkan nilai dividennya. Rumus untuk menghitung return

  −1

  =

  −1

  Di mana: = return saham = harga saham pada periode t

  = harga saham pada periode t-1

  −1

2.1.6 Earning Per Share (EPS)

  Earning per share (EPS) merupakan salah satu ukuran yang

  penting digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang menunjukkan porsi keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dapat dibagikan kepada para pemegang sahamnya. Rasio EPS diukur dengan membandingkan laba bersih setelah pajak tahun berjalan dengan jumlah saham yang beredar sehingga menghasilkan laba per lembar saham perusahaan. Earning per share suatu perusahaan berbanding lurus dengan kinerja perusahaannya, semakin baik kinerja perusahaan tersebut maka semakin tinggi pula earning per

  share yang dihasilkan. Para investor dan calon investor yang pada

  dasarnya bertujuan untuk mendapatkan return yang semaksimal mungkin pastilah menanamkan modalnya pada perusahaan dengan earning per share yang tinggi.

  (EPS): Laba bersih setelah pajak

  EPS = Jumlah lembar saham yang beredar

2.1.7 Market Based Ratio (Rasio Penilaian Pasar)

  Market Based Ratio merupakan rasio yang lazim dan yang

  khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Rasio ini terdiri atas 2 rasio lainnya yaitu price earning ratio (PER) dan market-to- book ratio (M/B).

1. Price Earning Ratio (PER)

  Rasio PER merupakan perbandingan antara harga pasar per lembar saham dengan laba bersih per lembar saham perusahaan yang menunjukkan kemampuan laba yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan harga pasar sahamnya. Darmadji dan Fakhruddin (2006:198) menyatakan, “Price Earning Ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba”. PER perusahaan yang lebih rendah terlihat lebih menarik bagi para investor karena laba bersih per saham yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasarnya sehingga menghasilkan payback-period (periode pengembalian pokok modal) yang lebih singkat. menghitung price earning ratio (PER) adalah: harga pasar per lembar saham

  PER = laba per saham

2. Market-to-Book Ratio (M/B)

  

Market-to-Book Ratio (M/B) atau yang lebih dikenal dengan

  istilah Price-to-Book Value (PBV) merupakan rasio perbandingan harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham perusahaan. “The price-to-book ratio, or P/B

  

ratio, is aIt is also sometimes

known as a Market-to-Book ratio

  (http://en.wikipedia.org/wiki/P/B_ratio). Ang (1997) menyatakan, “rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan”. Semakin tinggi

  

Market-to-Book Ratio (M/B), maka semakin berhasil pula

perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya.

  Rumus untuk menghitung market-to-book ratio (M/B) yaitu: harga pasar per lembar saham M/B = nilai buku per lembar saham

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Hasil penelitian terdahulu akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Variabel yang Hasil Penelitian Peneliti Digunakan

  DER, ROE, EPS, dan OCF tidak

  1 Marisa Variabel

  berpengaruh terhadap return

  (2010) Independen:

  saham, sementara PER

  DER,ROE, EPS,

  berpengaruh signifikan terhadap

  PER, OCF return saham.

  Variabel Dependen: Return Saham

  PER dan EPS tidak berpengaruh

  2 Harianja Variabel

  terhadap return saham, sementara

  (2013) Independen:

  PBV memiliki pengaruh yang

  PER, PBV, EPS signifikan terhadap return saham.

  Variabel Dependen: Return Saham

  3 Rosdiana Variabel Arus Kas Operasi dan EPS (2008) Independen: berpengaruh positif terhadap Arus Kas Operasi, return saham.

  Arus Kas Investasi, Arus Kas Pendanaan, EPS

  Variabel Dependen: Return Saham

  4 Nandika Variabel PBV dan ROE tidak berpengaruh (2010) Independen: signifikan terhadap return PBV, ROE saham.

  Variabel Dependen: Return Saham

  No Nama Variabel yang Hasil Penelitian Peneliti Digunakan

  5 Girsang Variabel Hanya PBV yang berpengaruh (2013) Independen: secara signifikan terhadap return LDR, ROE, DER, saham.

  PBV, EPS

  Variabel Dependen: Return Saham

  Sumber: Penelitian Terdahulu (diolah penulis, 2014) Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Marisa (2010) menunjukkan bahwa Price Earning Ratio (PER) berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh terhadap return saham. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harianja (2013) yang menyatakan bahwa variabel Price

  (PER) dan Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh

  Earning Ratio

  terhadap return saham, akan tetapi variabel Price to Book Value (PBV) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rosdiana (2008) menunjukkan bahwa

Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham.

  Perbedaan lainnya dalam penelitian juga ditunjukkan oleh Nandika (2010) yang menyatakan bahwa Price to Book Value (PBV) mempunyai hubungan yang tidak signifikan dan negatif terhadap return saham. Inkonsistensi dalam hasil penelitian lainnya ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Girsang (2013) yang menunjukkan bahwa Earning

  

Per Share (EPS) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, sedangkan PBV memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

  Hasil penelitian yang masih sangat beragam dan inkonsisten mengenai pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) terhadap return saham sehingga belum dapat disimpulkan apakah variabel-variabel independen tersebut berpengaruh secara positif atau negatif terhadap return saham mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh EPS, PER, dan M/B terhadap return saham. Hasil penelitian yang berbeda-beda tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kriteria sampel penelitian, periode tahun penelitian ataupun jenis perusahaan yang digunakan dalam penelitian sehingga peneliti menggunakan jenis perusahaan dan periode tahun penelitian yang berbeda untuk melihat perbedaan hasil penelitian yang mungkin diperoleh sehingga dapat disimpulkan apakah EPS, PER, dan M/B berpengaruh terhadap return saham.

2.3 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengam faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina, 2012:33). Kerangka konseptual menghubungkan secara teoritis antar variabel penelitian, yaitu variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan menyebabkan terjadinya variasi (hubungan positif maupun negatif) dalam variabel dependen. Sementara variabel dependen merupakan fokus utama dalam sebuah penelitian, di mana variabel variabel independen. Berikut merupakan gambaran kerangka konseptual dari penelitian ini:

  (EPS)

  Earning Per Share

  X1 Return Saham Price Earning Ratio (PER)

  Y

  X2 Market-to-Book Ratio (M/B)

  X3 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat dilihat bahwa di dalam penelitian ini Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Market-to-Book Ratio (M/B) merupakan variabel independen, yang akan mempengaruhi Return Saham sebagai variabel dependennya.

1. Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara positif terhadap Return Saham.

  Earning Per Share (EPS) digunakan untuk mengukur seberapa

  besar laba bersih yang dapat diperoleh dari setiap lembar saham yang beredar. Semakin besar tingkat kemampuan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka semakin menguntungkan investasi pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi EPS, semakin tinggi pula return saham terhadap return saham.

  2. Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara positif terhadap Return Saham.

  

Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga

  pasar per lembar saham dengan laba bersih per lembar saham perusahaan yang menunjukkan kemampuan laba yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan harga pasar sahamnya. Semakin tinggi PER suatu perusahaan berarti semakin tinggi pasar menghargai nilai saham perusahaan tersebut sehingga semakin tinggi pula return yang diperoleh oleh investor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PER berpengaruh secara positif terhadap return saham.

  3. Market-to-Book Ratio (M/B) berpengaruh secara positif terhadap Return Saham.

  

Market-to-Book Ratio (M/B) merupakan rasio perbandingan

  harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham perusahaan. Semakin tinggi market-to-book ratio (M/B), maka semakin berhasil pula perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi M/B maka semakin tinggi pula return yang dihasilkan (M/B berpengaruh secara positif terhadap return saham).

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan pada latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual seperti yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Market-to-Book Ratio (M/B) berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap Return Saham.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Korosi Logam Fe, Ni, Dan Cr Pada Korosi Baja SS 304 Dalam Medium Asam Sulfat ( H2SO4 ) 1M

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Elektrokimia 2.1.1. Pengertian Elektrokimia - Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Korosi Logam Fe, Ni, Dan Cr Pada Korosi Baja SS 304 Dalam Medium Asam Sulfat ( H2SO4 ) 1M

1 1 21

Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Korosi Logam Fe, Ni, Dan Cr Pada Korosi Baja SS 304 Dalam Medium Asam Sulfat ( H2SO4 ) 1M

0 0 6

Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Korosi Logam Fe, Ni, Dan Cr Pada Korosi Baja SS 304 Dalam Medium Asam Sulfat ( H2SO4 ) 1M

0 0 9

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi 1. Konsep Dasar 1.1. Nutrisi 1.1.1. Definisi nutrisi - Asuhan Keperawatan pada An. R dengan Prioritas Masalah Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Perumahan V

0 0 56

Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)

0 1 10

Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)

0 0 11

Lampiran 1 Data Variabel Penelitian (Earning Per Share) dalam Rupiah No Kode Perusahaan Tahun 2010 2011 2012

0 0 19