Sri Puteri Hanyut dan Asal Usul Orang
Sri Puteri Hanyut dan
Asal-Usul ‘Orang
Bajau’:
Pengembara Laut
Sejati?
Horst Liebner, Maresearch Indonesia
‘[544 orang itu] tidak terdaftar
sebagai warga negara Indonesia.
Mereka kebanyakan berasal dari
Samporna, Malaysia, dan Filipina.
Pemerintah Indonesia menganggap
mereka mencuri hasil laut Indonesia
untuk dijual ke negara lain.’
‘Manusia Perahu’ = Orang
yang berkeliling di laut
dengan membawa serta
sanak-keluarga
‘[… Mereka] berkomunikasi
dengan bahasa suku Bajo
[…] dibantu penduduk
setempat [Berau] yang
mengerti bahasa mereka.’
Bajau? Bajo? Sama?
Same?
‘Sama’ in Malay means ‘kita’ or ‘we’. It is believed
to have originated from within the group itself, a
belief supported by the fact that it still is commonly
used among their members in referring to the
group. This practice is almost universal in Sabah,
the southern Philippines and in southern Indonesia.
Unlike ‘Sama’, ‘Bajau’ is not a term of self-reference
‘Pandudu'ne
Suku
Same; mate
popularly used mayoritas
in Sama-Bajau
communities.
They
padelune
pamissi.
seempamamianne
to prefer calling
themselves
‘Jomo Sama’
Penduduknya
Suku(People
Bajo; of
mata
(People
of Sama)mayoritas
or ‘Jomo Bajau’
Bajau).
‘Bajau’ bukanlah suatu
istilah referensi diri
orang-orang itu …
pencaharian
[Gusni
2003: 5]
pokoknya nelayan.‘
[Rajuddin, Kelas VI SDN Appa Tanah, 1996]
Moken,
Moklen
Wilayah penyebaran ‘Nomadic Boat
People’, ‘Masyarakat Pengembara
Laut’
Sopher 1965
Bajau,
Sama(l)
Oran
g
Suku
Laut
Bajo,
Same/a
Moken,
Moklen
Reuters
Bajau,
Sama(l)
Jurgen
Freund
Oran
g
Suku
Laut
Bajo,
Same/a
‘Nomadic Boat People’
Reuter
s
T.
Allen
Kayu
Pandah,
Selayar Moken,
Moklen
Tobea,
Sulawesi
Tenggara
Dusun Bajo,
Kayuadi
Oran
g
Suku
Laut
Kepulauan
Salabangka,
Sulawesi Tenggara
Bajau,
Sama(l)
Bajo,
Same/a
Appa
Tanah,
Selayar
Kayu
Pandah,
Selayar Moken,
Moklen
“Memang lebih bagus
kalau ada rumah di
darat …”
Dusun Bajo,
Kayuadi
“Di sini sudah Tahun
sejak dulu
tidak
1988:
“Ini ada
orang tua
orang yang tinggal
di perahunya
terakhir
yang tidak mau
saja…”
tinggal di rumah, jadi
perahunya
dia tambat di
Bajau,
rumah
anaknya …”
Sama(l)
Oran
g
Suku
Laut
Salabangka: ‘Mba Kuke juga sudah punya
rumah di Toroh Gusoh, yang hanya di jadikan
Bajo,
“Kalau ikut
naik perahu
ke pasar
di
sebagai
tempat
istrahat
sementara.
Mba Kuke
Same/a
Benteng [Selayar], cewek-cewek
tinggal di perahu bersama keluarganya selama
selalu tidur – takut mabok laut
Appa
kurang
lebih People’
15 hari dalam satu bulan.’
mereka…”
Tanah,
‘Nomadic
Boat
Selayar
Bandar Seri
Begawan, Brunei
Darussalam
Tobea, Sulawesi
Tenggara
‘[544 orang itu] tidak terdaftar
sebagai warga negara Indonesia.
Mereka kebanyakan berasal dari
Samporna, Malaysia, dan Filipina. ‘
= Cenderung bermigrasi antara
wilayah-wilayah yang dihuni
orang sebangsanya?
260 nm – 450
km
450 nm – 830
km
‘[… Mereka] berkomunikasi
dengan bahasa suku Bajo
[…] dibantu penduduk
setempat [Berau] yang
‘Pemerintah Indonesia
menganggap mereka
mencuri hasil laut
Indonesia untuk dijual
ke negara lain.’
… di laut mereka (dan sekian
banyak perahu lain …)
ditunggu kapal asing besar
yang menampung hasil
penangkapan mereka.
= Bukan nelayan kecil yang hanya
mencari ikan untuk subsistensinya?
Sulawesi,
1842
Bermigrasi?
Mengapa?
Kolak
a
‘Selama perang Bone pada tahun
1824 dan 1825, tempat ini
menjadi tempat perlindungan
bagi orang-orang Bajau asal
Bajoe […] Telah dipastikan
bahwa pada waktu itu di muara
Sungai Pasalui dibangun lebih
daripada 200 rumah; akan tetapi,
sejak waktu itu orang yang
banyak itu secara perlahan
membubarkan diri lagi, dan
orang-orang Bajau, karena tidak
mendapatkan perlindungan
secukupnya, menyebar ke manamana, sehingga pada saat
‘[…] waktunya sudah anu itu
Belanda [memerintahkan di
Selayar], sudah masuk di
Padang [orang Bajau] itu, di
Dongkalang, tapi tidak pakai
rumah, tapi tinggal di perahu,
baru kemari [membangun
rumah di Appa Tanah].’
Bajo
Bajo
e
e
Dongkala
Dongkala
ng
ng
Padan
Padan
g
g
Lorem
ipsum
loribu
s
Appa
Appa
Tana
Tana
h
h
Tetapi: Bagaimana merekaUss
sampai ke
Uss
u
u
Bone?
‘Cerita Resminya’:
M. Yunus Hafid et al.
1996
Orang Bajo tinggal di Ussuq, di
mana seorang putera kerajaan
Luwu, Sawerigading, menebang
sebatang pohon raksasa untuk
membangun sebuah perahu
yang ingin digunakannya untuk
mengelilingi dunia. Ketika pohon
itu jatuh, pecahlah telur para
burung sangat banyak yang
bersarang di pohon itu;
kuningnya telur itu menyebakan
banjir yang menghanyutkan
orang Bajo ke laut. Mereka
sempat membuat sebuah rakit
dari puing-puing rumah mereka
Lo
r
ips em
lor um
i bu
s
Ketika ditanya lebih lanjut, para
informan menyebut sepucuk
naskah yang mereka namakan
lontaraq bilang …
… mencaharinya tak berhasil –
akan tetapi, menghasilkan sekian
banyak versi cerita asal-usul
yang lain.
Tetapi:
Bone??
Lor
ip s em
u
lor m
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
u
lor m
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
u
lor m
ib u
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ip s em
u
lor m
ibu
s
Lor
ip s em
u
lor m
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
u
lor m
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
u
lor m
ib u
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ip s em
u
lor m
ibu
s
Calloh,
Calloh,
Bulu
Bulu
Puloe
Puloe
Sebuah sampan terdampar di Calloh.
Di dalamnya terdapat seorang gadis,
Caddiq-Caddiq Yamiq, dan sebuah peti
berisi payung kebesaran Kerajaan
Gowa yang telah hilang. Ketika raja
Gowa mendengar beritanya, beliau
minta si gadis dan payungnya di bawa
ke Makassar. Mereka menikah; dan
salah satu keturunannya menjadi Lolo
Bajo pertama di Jampea.
Lorem ipsum
loribus
Untuk menghindari inses dengan adik kembarnya, seorang
putera kerajaan Luwu yang tidak diketahui namanya
menebang sebatang pohon raksasa bernama bulanreh guna
membangun sebuah perahu; telur dari sarang burung di
pohon itu pecah dan kuningnya menjadi sumber sungai
Palopo. Puteri dari Raja Bajo yang sedang memancing di
dekat pantai terbawa hanyut oleh banjir itu ke Gowa, di mana
dia menikah dengan raja setempat.
Raja Bajo suruh rakyatnya untuk mencari anaknya itu; karena
tidak bisa didapat, maka mereka menyabar ke mana.
Ketika raja Bajo mendengar beritanya bahwa anaknya ada di
Makassar, beliau memutuskan untuk pindah ke sana juga.
Sebagian rakyatnya ikut.
Lorem
ipsum
loribus
Lorem ipsum
loribus
Luw
Luw
u
u
…
Bone??
Ussu
Ussu
Orang Bajo pertama muncul dari ombak di Ussuq, Luwu.
Seorang putera Luwu, Sawerigading, ingin berlayar ke
Cina untuk menghindari inses dengan adik kembarnya;
maka ia menebang sebuah pohon raksasa
bernamawelenreng guna membangun sebuah perahu.
Pohon yang jatuh ke laut itu menyebabkan banjir yang
menghanyutkan anak gadis raja Bajo dan (sebagian)
rakyatnya ke laut.
Orang Bajo mencari anak gadis dan teman-temannya itu
dan mendapatkannya di Gowa di mana dia telah menikah
dengan Raja Gowa.
Raja Bajo dan putera mahkotanya memutuskan pindah ke
Gowa; banyak rakyat Bajo ikut dengan mereka, dan
bersumpah setia pada Gowa.
Raja Gowa mengijinkan orang-orang Bajo tinggal
dalam negerinya, dan mereka berkeliaran di antara
pulau-pulau Spermonde.
I Papu, raja Bajau, meninggal.
Muncullah Petta Torisompae yang menikah dengan
adik puteri Bajau yang bersuami raja Gowa.
Petta Torisompae melarikan diri demi mencari
sekutu untuk menyerang Gowa; didapatkannya di
Buton, Ternate dan Batavia.
Raja Gowa beritahu kepada orang Bajo
tentang serangan musuh yang di
ambang pintu. Orang Bajo melarikan
diri ke arah Jawa dan Sumbawa. Sang
Lolo Bajo ikut dengan rakyatnya.
Petta Torisompae menaklukkan Gowa
dengan bantuan kapal-kapal Belanda
dan tentara Ternate, Soppeng dan
Buton.
Guna menghindari konflik, orang Bajo
memutuskan berlayar ke Makassar untuk
berunding dan menyerahkan diri kepada Bone.
Petta Torisompae mengakui hubungan keluarganya
dengan orang Bajo, dan mengundang mereka
untuk membuka pasar di Cellu, di pesisir
Watampone, tempat tinggalnya.
Orang Bajo diberikan hak eksploitasi karang dan
pulau di sebelah selatan dan timur dari Bone.
Mereka membangun rumah di Batulappa, di
timurnya Cellu.
Pada beberapa kesempatan, Lolo Bajo Bone
mengirim utusan untuk memanggil semua Bajo
‘sampai di Togian, Banggai dan Kendari ‘ ke Bone:
Para Lolo di Bone mengklaim otoritas atas semua
orang Bajo di bagian timur Sulawesi.
… Lolo Bajo … yang
tidak tinggal di perahu,
tetapi di suatu
perkampungan
di 1871-95?
Arumpone
We Banri Gau,
darat.
mpone La Pawawoi Karaeng Segeri, 1895-1905?
Arumpone Singkeruq Rukka , 1860-71
Bagaimanapun, tidak ada
informasi akan
berpindahnya orang Bajo
ke Kolaka. Akan tetapi,
diceritakan berbagai
perpindahan kedudukan
Lolo Bajo …
Dalam naskah itu pun terdapat
beberapa versi silsilah Lolo Bajo
yang saling bertentangan … .
Moken,
Moklen
Bajau,
Sama(l)
Oran
g
Suku
Laut
Bajo,
Same/a
Lorem
ipsum
loribus
Labuan
Labuan Haji,
Haji,
Pulau
Pulau BumBumBum
Bum
Pulau
Pulau
Omadel
Omadel
Lorem
ipsum
loribu
s
Photo by Alex Goh Chun
Seong
Pulau
Pulau
Angsa
Angsa
Sultan Mahalikul Alam, raja Johor,
dikarunai seorang anak gadis
bernama Puteri Siti Zairan Kebaran
yang amat cantik. Kecantikannya
itu menarik dua kakak-beradik asal
Sulu, Haklum Nuzum dan
Seliangaya Bungsu. Agar adil,
Sultan Mahalikul Alam menawarkan
sebuah lomba perahu: Mereka
mestinya berlayar ke Pulau Angsa,
dan pemenangnya akan mendapat
tangan Princess Siti Zairan
Kebaran. Pada lomba itu perahu
Johor
… dan memutuskan meneruskan berlayar
sampai ke Pulau Sambuanga (Zamboanga).
[…] Seliangaya Bungsu mendirikan rumah di
Pulau Sambuanga dan menikahi seorang
gadis lokal.
Mereka ada dua anak, seorang lelaki dan
seorang perempuan. Kedua anak itu
melakukan inses, suatu hal yang sangat
memalukan orang tuanya, sehingga mereka
berlayar ke Pulau Omadel dan beberapa
pulau lain, di mana mereka mendirikan
kampung-kampung yang makin ramai. [ibid.]
Pulau
Pulau
Omadel
Omadel
Johor
Johor
Zamboan
Zamboan
ga
ga
Beberapa ratus tahun silam, Sultan Johor dikaruniai seorang permaisuri yang cantik,
Dayang Ayesha; ada pun raja Brunei maupun Sulu yang jatuh cinta dengannya.
Ayesha sendiri lebih tertarik pada Sultan Brunei – akan tetapi, sebab Sultan Sulu
lebih kaya, beliau dikirim ke sana, diiringi oleh banyak perahu perang dan prajurit
Johor. Mendengar kabar itu, maka raja Brunei, memang seorang lelaki yang
tangguh, siagakan armada perangnya, dan menyerang perahu-perahu Johor itu.
Pada saat pertempuran paling dahsyat, Raja Brunei mendampingi perahu yang
ditumpangi Ayesha dan melarikan puteri itu ke Brunei. Orang Johor terperanjat – bila
kembali ke Johor atau meneruskan pelayaran ke Sulu, sudah hal mereka pasti
diancam hukuman mati atas kelalaian mereka itu, sehingga tiada pilihan lain
daripada berlayar di lautan mencari kehidupan, dan mencuri isteri-isteri
mereka dari
Lorem
ipsum
kampung tak terjaga.
[Rutter 1922: 73]
loribu
s
Brune
Brune
ii
Johor
Sul
Sul
u
u
Beberapa ratus tahun silam, Sultan Johor dikaruniai seorang permaisuri yang cantik,
Dayang Ayesha; ada pun raja Brunei maupun Sulu yang jatuh cinta dengannya.
Ayesha sendiri lebih tertarik pada Sultan Brunei – akan tetapi, sebab Sultan Sulu
lebih kaya, beliau dikirim ke sana, diiringi oleh banyak perahu perang dan prajurit
Johor. Mendengar kabar itu, maka raja Brunei, memang seorang lelaki yang
tangguh, siagakan armada perangnya, dan menyerang perahu-perahu Johor itu.
Pada saat pertempuran paling dahsyat, Raja Brunei mendampingi perahu yang
ditumpangi Ayesha dan melarikan puteri itu ke Brunei. Orang Johor terperanjat – bila
kembali ke Johor atau meneruskan pelayaran ke Sulu, sudah hal mereka pasti
diancam hukuman mati atas kelalaian mereka itu, sehingga tiada pilihan lain
daripada berlayar di lautan mencari kehidupan, dan mencuri isteri-isteri
mereka dari
Lorem
ipsum
kampung tak terjaga.
[Rutter 1922: 73]
loribu
s
Seorang puteri Johor dihanyutkan ke laut oleh angin ribut
yang dahsyat; Sultan Johor menyuruh orang-orangnya
untuk mencaharinya. Sebab mereka tidak bisa
mendapatkan puteri itu, mereka takut kembali ke Johor –
dan karena mereka tidak memiliki tempat di pulau-pulau
yang dikunjungi, maka mereka dan keturunannya
terpaksa tinggal di laut …
Johor
Johor
Lorem ipsum
loribus
Lorem
ipsum
loribus
Seorang puteri Johor dihanyutkan ke laut oleh angin ribut
yang dahsyat; Sultan Johor menyuruh orang-orangnya
untuk mencaharinya. Sebab mereka tidak bisa
mendapatkan puteri itu, mereka takut kembali ke Johor –
dan karena mereka tidak memiliki tempat di pulau-pulau
yang dikunjungi, maka mereka dan keturunannya
terpaksa tinggal di laut …
Johor
Johor
Lorem ipsum
loribus
Lorem
ipsum
loribus
… ????
… cerita-cerita itu mengulangi
Berdasarkan kesamaan-kesamaan ini,
beberapa motif:
Sopher (1977: 401) berpendapat
• Seorang puteri kerajaan yang hanyut
bahwa ‘kelompok-kelompok
ke laut.
pengembara laut yang terpencar• Pernikahan puteri itu dengan seorang
pencar ini […] mestinya memiliki asalraja atau anaknya.
usul budaya yang sama.’
• Tersebarnya orang Bajau karena
‘Mitos-mitos ini […] menghubungkan
orang Bajau dengan kerajaan paling
termasyur di masing-masing
daerahnya […, ] mencerminkan
suatu suksesi legitimasi politik.’
Sul
Sul
[Sather 1997: 18]
… ????
Pada mitos asal-usul
Gowa seorang
u
Brun
… bagaimanapun, agak
Brun susahu
ei
ei
bergelar Karaeng Bayo
menikahi seorang
menghubunginya dengan kejadian
ToJohor
Manurung wanita.
Johor
historis: Sementara beberapa hal yang
Kronik Brunei menceritakan bahwa
terdapat
dalam,
msl.,
lontaraq
bilang
itu
‘Sultan Abdul Mubin mewarisi
negeri
Luwu
Luwu
dapat
silang dengan
Bajau diperiksa
dari ibundanya’
(Nichollsumber1989:
Bon
Bon diisukan
Gowa
Gowa
189), sementara
Sultan
Sharif
sumber
Eropa, motif
utamanya
–sang
e
e
beristeri
seorang
Bajau sehingga
puteri
hanyut
dan wanita
pernikahannya–
berhak memerintah atas baik Brunei
agakanya susah untuk dibuktikan.
maupun Sulu.
… ????
[van Dewall 1855: 446-7]
Orang
Suku
Johor
Johor Laut
‘Bahasa-bahasa Sama-Bajau merupakan salah
Sul
Sul
satu dari sebelas sub-kelompok
pada kelompok
userta] merupakan
Malaio-Polinesia
Barat […u
Brun
Brun
tipe bahasa
ei
ei ‘Indonesia’’ (Miller 2007: 18),
artinya, tidak berhubungan dengan bahasabahasa tipe ‘Pilipina’ yang digunakan sekeliling
Laut Sulu.
… suatu legitimasi yang
Orang
Ra’yat,
perlu:
Berdasarkan
Orang Johor
analisis bahasanya,
Orang Bajau itu bukan
penduduk asli kawasan
timur dan utara
KosaLuwu
kata bahasa Same tak
Luwu
dapat dibandingkan dengan
bahasa-bahasa Sulawesi di
Bon
Bon (Grimes and
sekelilingnya.
Gowa
Gowa
e
e
Grimes 1987).
‘ […] kerajaan paling
termasyur di masingmasing daerahnya?’
Komoditi ekspor yang
‘Orang-orang di
yang dinamakan Bajo, sebelum perang
amat diminati
[Makassar] dalam jumlah yang banyak mencari nafkah
di bawah
yurisdiksi
seluruh
dunia
… Makassar, kebanyakannya tinggal
di pulau-pulau di depan Labakkang, dan terutama di
Pulau Salemo […]. Mereka melayari semua pulau ke
arah laut, di mana mereka mengumpulkan kulit kurakura, yang mereka serahkan kepada Raja Makassar,
dan selain itu mereka selalu harus siap dengan
perahu-perahu mereka untuk berlayar ke mana pun
bila disuruh […]. Pada waktu perang mereka
melarikan diri ke Sumbawa [dan pulau-pulau lain].
Orang-orang itu sangat berguna, dan semestinya
ketika semua [keadaan di Makassar] kembali teratur
Komoditi ekspor yang
amat diminati di
seluruh dunia …
Komoditi ekspor yang
amat diminati di …
Cina …
Komoditi ekspor yang
amat diminati di …
Cina …
‘Sebanyak 70% nelayan
Suku Bajo memilih
menggunakan alat
peledak untuk menangkap
ikan.’
Bukan suatu masalah di
Indonesia saja: Laporan dari
Samporna, Sabah, Malaysia.
Komoditi ekspor yang
amat diminati di …
Cina …
Komoditi ekspor yang
amat diminati di …
‘Pemerintah Indonesia
mereka
… tetapi, sejakmenganggap
ada
berita
mencuri hasil laut
tentang orang-orang
Indonesia Bajau
untuk dijual
ke negara
lain.’
itu, mereka bekerja
pula
sebagai pengumpul berbagai
barang-barang ekspor
… di laut mereka (dan sekian
internasional
banyak
perahu lain …) yang berasal
… kapal
yang
dahulu
diserahkan
ditunggu
asing
besar
dari
laut
…
yang menampung hasil
kepada
penghulu
mereka
–
dan
penangkapan mereka.
kini dijual kepada jaringan
= Bukan nelayan kecil yang hanya
penadah
ikan
hidup,
ikan
yang
mencari ikan untuk konsumsi dirinya.
dibom, sirip ikan hiu, kura-kura …
According to one variation of the widely told Johor
princess myth, the Bajau originally came from the
powerful Sultanate of Johor on the Malay peninsula. In
this tale it is the Sultan of Johor himself whose incestuous
wish was responsible for the plight of the Bajau. Desiring
to marry the most beautiful woman in his kingdom, who
happened to be his sister, the Sultan compelled the Imam
to perform the marriage. The imam hesitated but finally
agreed on the condition that it would be performed in the
middle of the ocean, for to marry one's sister on land was
against Allah's will. The Sultan agreed, and called
together all his people and told them they must build a
bridge of boats far into the sea. Just as the the imam
began to chant the marriage rites, a great wind arose and
scattered the boats far and wide. The Sultan and his
sister and the imam were swept into the sea and
drowned. The boats were carried far to the east and
finally they arrived in the Sulu islands. But they had no
kingdom and have no religion.
Lorem ipsum
loribus
Perahu-perahu
mereka dibawa jauhjauh ke arah timur
[…]. Akan tetapi,
Johor
Johor mereka tidak
bernegara, dan juga
tidak beragama.[Warren 1980: 230]
‘Semua raja Brunei
akui bahwa mereka
keturunan orangorang Johor itu.’
[St John 1862: 878]
Lorem
ipsum
loribu
s
Brun
Brun
ei
ei
Johor
Johor
Dewall, H. van 1855: ‘Aanteekeningen omtrent de Noordoostkust van Borneo’,
Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 4.
Grimes, Charles E., and Barbara D. Grimes 1987: Languages of South Sulawesi, Pacific
Linguistics D–78, Australian National University, Canberra.
Gusni Saat 2003: ‘The Identity and Social Mobility of Sama-Bajau’, Sari 21: 3-11.
Ismail Ali 2010: ‘Since Birth till Death, what is Their Status’, Researcher’s World –
Journal of Arts, Science and Commerce, 1.1.
Thank You for Your
Kind Attention.
Hafid, M. Yunus, et al. 1996: Pola pemukinan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Bajo di Sulawesi Selatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ujung Pandang.
Liebner, Horst H. 1998: ‘Four Oral Versions of a Story about the Origin of the Bajo
People of Southern Selayar’, Living Through Histories: Culture, History and Social Life
in South Sulawesi, eds. Kathryn Robinson and Mukhlis Paeni, Australian National
University, Canberra, pp.107–133.
Miller, Mark T. 2007: A Grammar of West Coast Bajau, University of Texas, Arlington.
Miller, Mark T. 2011: ‘Social Organization of the West Coast Bajau’, SIL Electronic
Working Papers 2011-009.
Nicholl, Robert 1989: ‘Some Problems of Brunei Chronology’, Journal of Southeast Asian
Studies 20.2: 175-95.
Rijneveld, J.C. van 1840: Veldtocht der Nederlanders op het Eiland Celebes in de Jaren
1824-1825, Broese, Breda.
Sather, Clifford 1997: The Bajau Laut, Oxford University Press, Oxford.
Sopher, David E. 1977: The Sea Nomads, National Museum, Singapore.
St.John, Spenser 1862: Life in the Forests of the Far East, Elder, London.
Vosmaer, J.N. 1839: ‘Korte Beschrijving van het Zuid-Oostelijk Schiereiland van
Celebes’, Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen 17: 61-184
Asal-Usul ‘Orang
Bajau’:
Pengembara Laut
Sejati?
Horst Liebner, Maresearch Indonesia
‘[544 orang itu] tidak terdaftar
sebagai warga negara Indonesia.
Mereka kebanyakan berasal dari
Samporna, Malaysia, dan Filipina.
Pemerintah Indonesia menganggap
mereka mencuri hasil laut Indonesia
untuk dijual ke negara lain.’
‘Manusia Perahu’ = Orang
yang berkeliling di laut
dengan membawa serta
sanak-keluarga
‘[… Mereka] berkomunikasi
dengan bahasa suku Bajo
[…] dibantu penduduk
setempat [Berau] yang
mengerti bahasa mereka.’
Bajau? Bajo? Sama?
Same?
‘Sama’ in Malay means ‘kita’ or ‘we’. It is believed
to have originated from within the group itself, a
belief supported by the fact that it still is commonly
used among their members in referring to the
group. This practice is almost universal in Sabah,
the southern Philippines and in southern Indonesia.
Unlike ‘Sama’, ‘Bajau’ is not a term of self-reference
‘Pandudu'ne
Suku
Same; mate
popularly used mayoritas
in Sama-Bajau
communities.
They
padelune
pamissi.
seempamamianne
to prefer calling
themselves
‘Jomo Sama’
Penduduknya
Suku(People
Bajo; of
mata
(People
of Sama)mayoritas
or ‘Jomo Bajau’
Bajau).
‘Bajau’ bukanlah suatu
istilah referensi diri
orang-orang itu …
pencaharian
[Gusni
2003: 5]
pokoknya nelayan.‘
[Rajuddin, Kelas VI SDN Appa Tanah, 1996]
Moken,
Moklen
Wilayah penyebaran ‘Nomadic Boat
People’, ‘Masyarakat Pengembara
Laut’
Sopher 1965
Bajau,
Sama(l)
Oran
g
Suku
Laut
Bajo,
Same/a
Moken,
Moklen
Reuters
Bajau,
Sama(l)
Jurgen
Freund
Oran
g
Suku
Laut
Bajo,
Same/a
‘Nomadic Boat People’
Reuter
s
T.
Allen
Kayu
Pandah,
Selayar Moken,
Moklen
Tobea,
Sulawesi
Tenggara
Dusun Bajo,
Kayuadi
Oran
g
Suku
Laut
Kepulauan
Salabangka,
Sulawesi Tenggara
Bajau,
Sama(l)
Bajo,
Same/a
Appa
Tanah,
Selayar
Kayu
Pandah,
Selayar Moken,
Moklen
“Memang lebih bagus
kalau ada rumah di
darat …”
Dusun Bajo,
Kayuadi
“Di sini sudah Tahun
sejak dulu
tidak
1988:
“Ini ada
orang tua
orang yang tinggal
di perahunya
terakhir
yang tidak mau
saja…”
tinggal di rumah, jadi
perahunya
dia tambat di
Bajau,
rumah
anaknya …”
Sama(l)
Oran
g
Suku
Laut
Salabangka: ‘Mba Kuke juga sudah punya
rumah di Toroh Gusoh, yang hanya di jadikan
Bajo,
“Kalau ikut
naik perahu
ke pasar
di
sebagai
tempat
istrahat
sementara.
Mba Kuke
Same/a
Benteng [Selayar], cewek-cewek
tinggal di perahu bersama keluarganya selama
selalu tidur – takut mabok laut
Appa
kurang
lebih People’
15 hari dalam satu bulan.’
mereka…”
Tanah,
‘Nomadic
Boat
Selayar
Bandar Seri
Begawan, Brunei
Darussalam
Tobea, Sulawesi
Tenggara
‘[544 orang itu] tidak terdaftar
sebagai warga negara Indonesia.
Mereka kebanyakan berasal dari
Samporna, Malaysia, dan Filipina. ‘
= Cenderung bermigrasi antara
wilayah-wilayah yang dihuni
orang sebangsanya?
260 nm – 450
km
450 nm – 830
km
‘[… Mereka] berkomunikasi
dengan bahasa suku Bajo
[…] dibantu penduduk
setempat [Berau] yang
‘Pemerintah Indonesia
menganggap mereka
mencuri hasil laut
Indonesia untuk dijual
ke negara lain.’
… di laut mereka (dan sekian
banyak perahu lain …)
ditunggu kapal asing besar
yang menampung hasil
penangkapan mereka.
= Bukan nelayan kecil yang hanya
mencari ikan untuk subsistensinya?
Sulawesi,
1842
Bermigrasi?
Mengapa?
Kolak
a
‘Selama perang Bone pada tahun
1824 dan 1825, tempat ini
menjadi tempat perlindungan
bagi orang-orang Bajau asal
Bajoe […] Telah dipastikan
bahwa pada waktu itu di muara
Sungai Pasalui dibangun lebih
daripada 200 rumah; akan tetapi,
sejak waktu itu orang yang
banyak itu secara perlahan
membubarkan diri lagi, dan
orang-orang Bajau, karena tidak
mendapatkan perlindungan
secukupnya, menyebar ke manamana, sehingga pada saat
‘[…] waktunya sudah anu itu
Belanda [memerintahkan di
Selayar], sudah masuk di
Padang [orang Bajau] itu, di
Dongkalang, tapi tidak pakai
rumah, tapi tinggal di perahu,
baru kemari [membangun
rumah di Appa Tanah].’
Bajo
Bajo
e
e
Dongkala
Dongkala
ng
ng
Padan
Padan
g
g
Lorem
ipsum
loribu
s
Appa
Appa
Tana
Tana
h
h
Tetapi: Bagaimana merekaUss
sampai ke
Uss
u
u
Bone?
‘Cerita Resminya’:
M. Yunus Hafid et al.
1996
Orang Bajo tinggal di Ussuq, di
mana seorang putera kerajaan
Luwu, Sawerigading, menebang
sebatang pohon raksasa untuk
membangun sebuah perahu
yang ingin digunakannya untuk
mengelilingi dunia. Ketika pohon
itu jatuh, pecahlah telur para
burung sangat banyak yang
bersarang di pohon itu;
kuningnya telur itu menyebakan
banjir yang menghanyutkan
orang Bajo ke laut. Mereka
sempat membuat sebuah rakit
dari puing-puing rumah mereka
Lo
r
ips em
lor um
i bu
s
Ketika ditanya lebih lanjut, para
informan menyebut sepucuk
naskah yang mereka namakan
lontaraq bilang …
… mencaharinya tak berhasil –
akan tetapi, menghasilkan sekian
banyak versi cerita asal-usul
yang lain.
Tetapi:
Bone??
Lor
ip s em
u
lor m
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
u
lor m
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
u
lor m
ib u
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ip s em
u
lor m
ibu
s
Lor
ip s em
u
lor m
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
u
lor m
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
u
lor m
ib u
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ips em
lor um
ibu
s
Lor
ip s em
u
lor m
ibu
s
Calloh,
Calloh,
Bulu
Bulu
Puloe
Puloe
Sebuah sampan terdampar di Calloh.
Di dalamnya terdapat seorang gadis,
Caddiq-Caddiq Yamiq, dan sebuah peti
berisi payung kebesaran Kerajaan
Gowa yang telah hilang. Ketika raja
Gowa mendengar beritanya, beliau
minta si gadis dan payungnya di bawa
ke Makassar. Mereka menikah; dan
salah satu keturunannya menjadi Lolo
Bajo pertama di Jampea.
Lorem ipsum
loribus
Untuk menghindari inses dengan adik kembarnya, seorang
putera kerajaan Luwu yang tidak diketahui namanya
menebang sebatang pohon raksasa bernama bulanreh guna
membangun sebuah perahu; telur dari sarang burung di
pohon itu pecah dan kuningnya menjadi sumber sungai
Palopo. Puteri dari Raja Bajo yang sedang memancing di
dekat pantai terbawa hanyut oleh banjir itu ke Gowa, di mana
dia menikah dengan raja setempat.
Raja Bajo suruh rakyatnya untuk mencari anaknya itu; karena
tidak bisa didapat, maka mereka menyabar ke mana.
Ketika raja Bajo mendengar beritanya bahwa anaknya ada di
Makassar, beliau memutuskan untuk pindah ke sana juga.
Sebagian rakyatnya ikut.
Lorem
ipsum
loribus
Lorem ipsum
loribus
Luw
Luw
u
u
…
Bone??
Ussu
Ussu
Orang Bajo pertama muncul dari ombak di Ussuq, Luwu.
Seorang putera Luwu, Sawerigading, ingin berlayar ke
Cina untuk menghindari inses dengan adik kembarnya;
maka ia menebang sebuah pohon raksasa
bernamawelenreng guna membangun sebuah perahu.
Pohon yang jatuh ke laut itu menyebabkan banjir yang
menghanyutkan anak gadis raja Bajo dan (sebagian)
rakyatnya ke laut.
Orang Bajo mencari anak gadis dan teman-temannya itu
dan mendapatkannya di Gowa di mana dia telah menikah
dengan Raja Gowa.
Raja Bajo dan putera mahkotanya memutuskan pindah ke
Gowa; banyak rakyat Bajo ikut dengan mereka, dan
bersumpah setia pada Gowa.
Raja Gowa mengijinkan orang-orang Bajo tinggal
dalam negerinya, dan mereka berkeliaran di antara
pulau-pulau Spermonde.
I Papu, raja Bajau, meninggal.
Muncullah Petta Torisompae yang menikah dengan
adik puteri Bajau yang bersuami raja Gowa.
Petta Torisompae melarikan diri demi mencari
sekutu untuk menyerang Gowa; didapatkannya di
Buton, Ternate dan Batavia.
Raja Gowa beritahu kepada orang Bajo
tentang serangan musuh yang di
ambang pintu. Orang Bajo melarikan
diri ke arah Jawa dan Sumbawa. Sang
Lolo Bajo ikut dengan rakyatnya.
Petta Torisompae menaklukkan Gowa
dengan bantuan kapal-kapal Belanda
dan tentara Ternate, Soppeng dan
Buton.
Guna menghindari konflik, orang Bajo
memutuskan berlayar ke Makassar untuk
berunding dan menyerahkan diri kepada Bone.
Petta Torisompae mengakui hubungan keluarganya
dengan orang Bajo, dan mengundang mereka
untuk membuka pasar di Cellu, di pesisir
Watampone, tempat tinggalnya.
Orang Bajo diberikan hak eksploitasi karang dan
pulau di sebelah selatan dan timur dari Bone.
Mereka membangun rumah di Batulappa, di
timurnya Cellu.
Pada beberapa kesempatan, Lolo Bajo Bone
mengirim utusan untuk memanggil semua Bajo
‘sampai di Togian, Banggai dan Kendari ‘ ke Bone:
Para Lolo di Bone mengklaim otoritas atas semua
orang Bajo di bagian timur Sulawesi.
… Lolo Bajo … yang
tidak tinggal di perahu,
tetapi di suatu
perkampungan
di 1871-95?
Arumpone
We Banri Gau,
darat.
mpone La Pawawoi Karaeng Segeri, 1895-1905?
Arumpone Singkeruq Rukka , 1860-71
Bagaimanapun, tidak ada
informasi akan
berpindahnya orang Bajo
ke Kolaka. Akan tetapi,
diceritakan berbagai
perpindahan kedudukan
Lolo Bajo …
Dalam naskah itu pun terdapat
beberapa versi silsilah Lolo Bajo
yang saling bertentangan … .
Moken,
Moklen
Bajau,
Sama(l)
Oran
g
Suku
Laut
Bajo,
Same/a
Lorem
ipsum
loribus
Labuan
Labuan Haji,
Haji,
Pulau
Pulau BumBumBum
Bum
Pulau
Pulau
Omadel
Omadel
Lorem
ipsum
loribu
s
Photo by Alex Goh Chun
Seong
Pulau
Pulau
Angsa
Angsa
Sultan Mahalikul Alam, raja Johor,
dikarunai seorang anak gadis
bernama Puteri Siti Zairan Kebaran
yang amat cantik. Kecantikannya
itu menarik dua kakak-beradik asal
Sulu, Haklum Nuzum dan
Seliangaya Bungsu. Agar adil,
Sultan Mahalikul Alam menawarkan
sebuah lomba perahu: Mereka
mestinya berlayar ke Pulau Angsa,
dan pemenangnya akan mendapat
tangan Princess Siti Zairan
Kebaran. Pada lomba itu perahu
Johor
… dan memutuskan meneruskan berlayar
sampai ke Pulau Sambuanga (Zamboanga).
[…] Seliangaya Bungsu mendirikan rumah di
Pulau Sambuanga dan menikahi seorang
gadis lokal.
Mereka ada dua anak, seorang lelaki dan
seorang perempuan. Kedua anak itu
melakukan inses, suatu hal yang sangat
memalukan orang tuanya, sehingga mereka
berlayar ke Pulau Omadel dan beberapa
pulau lain, di mana mereka mendirikan
kampung-kampung yang makin ramai. [ibid.]
Pulau
Pulau
Omadel
Omadel
Johor
Johor
Zamboan
Zamboan
ga
ga
Beberapa ratus tahun silam, Sultan Johor dikaruniai seorang permaisuri yang cantik,
Dayang Ayesha; ada pun raja Brunei maupun Sulu yang jatuh cinta dengannya.
Ayesha sendiri lebih tertarik pada Sultan Brunei – akan tetapi, sebab Sultan Sulu
lebih kaya, beliau dikirim ke sana, diiringi oleh banyak perahu perang dan prajurit
Johor. Mendengar kabar itu, maka raja Brunei, memang seorang lelaki yang
tangguh, siagakan armada perangnya, dan menyerang perahu-perahu Johor itu.
Pada saat pertempuran paling dahsyat, Raja Brunei mendampingi perahu yang
ditumpangi Ayesha dan melarikan puteri itu ke Brunei. Orang Johor terperanjat – bila
kembali ke Johor atau meneruskan pelayaran ke Sulu, sudah hal mereka pasti
diancam hukuman mati atas kelalaian mereka itu, sehingga tiada pilihan lain
daripada berlayar di lautan mencari kehidupan, dan mencuri isteri-isteri
mereka dari
Lorem
ipsum
kampung tak terjaga.
[Rutter 1922: 73]
loribu
s
Brune
Brune
ii
Johor
Sul
Sul
u
u
Beberapa ratus tahun silam, Sultan Johor dikaruniai seorang permaisuri yang cantik,
Dayang Ayesha; ada pun raja Brunei maupun Sulu yang jatuh cinta dengannya.
Ayesha sendiri lebih tertarik pada Sultan Brunei – akan tetapi, sebab Sultan Sulu
lebih kaya, beliau dikirim ke sana, diiringi oleh banyak perahu perang dan prajurit
Johor. Mendengar kabar itu, maka raja Brunei, memang seorang lelaki yang
tangguh, siagakan armada perangnya, dan menyerang perahu-perahu Johor itu.
Pada saat pertempuran paling dahsyat, Raja Brunei mendampingi perahu yang
ditumpangi Ayesha dan melarikan puteri itu ke Brunei. Orang Johor terperanjat – bila
kembali ke Johor atau meneruskan pelayaran ke Sulu, sudah hal mereka pasti
diancam hukuman mati atas kelalaian mereka itu, sehingga tiada pilihan lain
daripada berlayar di lautan mencari kehidupan, dan mencuri isteri-isteri
mereka dari
Lorem
ipsum
kampung tak terjaga.
[Rutter 1922: 73]
loribu
s
Seorang puteri Johor dihanyutkan ke laut oleh angin ribut
yang dahsyat; Sultan Johor menyuruh orang-orangnya
untuk mencaharinya. Sebab mereka tidak bisa
mendapatkan puteri itu, mereka takut kembali ke Johor –
dan karena mereka tidak memiliki tempat di pulau-pulau
yang dikunjungi, maka mereka dan keturunannya
terpaksa tinggal di laut …
Johor
Johor
Lorem ipsum
loribus
Lorem
ipsum
loribus
Seorang puteri Johor dihanyutkan ke laut oleh angin ribut
yang dahsyat; Sultan Johor menyuruh orang-orangnya
untuk mencaharinya. Sebab mereka tidak bisa
mendapatkan puteri itu, mereka takut kembali ke Johor –
dan karena mereka tidak memiliki tempat di pulau-pulau
yang dikunjungi, maka mereka dan keturunannya
terpaksa tinggal di laut …
Johor
Johor
Lorem ipsum
loribus
Lorem
ipsum
loribus
… ????
… cerita-cerita itu mengulangi
Berdasarkan kesamaan-kesamaan ini,
beberapa motif:
Sopher (1977: 401) berpendapat
• Seorang puteri kerajaan yang hanyut
bahwa ‘kelompok-kelompok
ke laut.
pengembara laut yang terpencar• Pernikahan puteri itu dengan seorang
pencar ini […] mestinya memiliki asalraja atau anaknya.
usul budaya yang sama.’
• Tersebarnya orang Bajau karena
‘Mitos-mitos ini […] menghubungkan
orang Bajau dengan kerajaan paling
termasyur di masing-masing
daerahnya […, ] mencerminkan
suatu suksesi legitimasi politik.’
Sul
Sul
[Sather 1997: 18]
… ????
Pada mitos asal-usul
Gowa seorang
u
Brun
… bagaimanapun, agak
Brun susahu
ei
ei
bergelar Karaeng Bayo
menikahi seorang
menghubunginya dengan kejadian
ToJohor
Manurung wanita.
Johor
historis: Sementara beberapa hal yang
Kronik Brunei menceritakan bahwa
terdapat
dalam,
msl.,
lontaraq
bilang
itu
‘Sultan Abdul Mubin mewarisi
negeri
Luwu
Luwu
dapat
silang dengan
Bajau diperiksa
dari ibundanya’
(Nichollsumber1989:
Bon
Bon diisukan
Gowa
Gowa
189), sementara
Sultan
Sharif
sumber
Eropa, motif
utamanya
–sang
e
e
beristeri
seorang
Bajau sehingga
puteri
hanyut
dan wanita
pernikahannya–
berhak memerintah atas baik Brunei
agakanya susah untuk dibuktikan.
maupun Sulu.
… ????
[van Dewall 1855: 446-7]
Orang
Suku
Johor
Johor Laut
‘Bahasa-bahasa Sama-Bajau merupakan salah
Sul
Sul
satu dari sebelas sub-kelompok
pada kelompok
userta] merupakan
Malaio-Polinesia
Barat […u
Brun
Brun
tipe bahasa
ei
ei ‘Indonesia’’ (Miller 2007: 18),
artinya, tidak berhubungan dengan bahasabahasa tipe ‘Pilipina’ yang digunakan sekeliling
Laut Sulu.
… suatu legitimasi yang
Orang
Ra’yat,
perlu:
Berdasarkan
Orang Johor
analisis bahasanya,
Orang Bajau itu bukan
penduduk asli kawasan
timur dan utara
KosaLuwu
kata bahasa Same tak
Luwu
dapat dibandingkan dengan
bahasa-bahasa Sulawesi di
Bon
Bon (Grimes and
sekelilingnya.
Gowa
Gowa
e
e
Grimes 1987).
‘ […] kerajaan paling
termasyur di masingmasing daerahnya?’
Komoditi ekspor yang
‘Orang-orang di
yang dinamakan Bajo, sebelum perang
amat diminati
[Makassar] dalam jumlah yang banyak mencari nafkah
di bawah
yurisdiksi
seluruh
dunia
… Makassar, kebanyakannya tinggal
di pulau-pulau di depan Labakkang, dan terutama di
Pulau Salemo […]. Mereka melayari semua pulau ke
arah laut, di mana mereka mengumpulkan kulit kurakura, yang mereka serahkan kepada Raja Makassar,
dan selain itu mereka selalu harus siap dengan
perahu-perahu mereka untuk berlayar ke mana pun
bila disuruh […]. Pada waktu perang mereka
melarikan diri ke Sumbawa [dan pulau-pulau lain].
Orang-orang itu sangat berguna, dan semestinya
ketika semua [keadaan di Makassar] kembali teratur
Komoditi ekspor yang
amat diminati di
seluruh dunia …
Komoditi ekspor yang
amat diminati di …
Cina …
Komoditi ekspor yang
amat diminati di …
Cina …
‘Sebanyak 70% nelayan
Suku Bajo memilih
menggunakan alat
peledak untuk menangkap
ikan.’
Bukan suatu masalah di
Indonesia saja: Laporan dari
Samporna, Sabah, Malaysia.
Komoditi ekspor yang
amat diminati di …
Cina …
Komoditi ekspor yang
amat diminati di …
‘Pemerintah Indonesia
mereka
… tetapi, sejakmenganggap
ada
berita
mencuri hasil laut
tentang orang-orang
Indonesia Bajau
untuk dijual
ke negara
lain.’
itu, mereka bekerja
pula
sebagai pengumpul berbagai
barang-barang ekspor
… di laut mereka (dan sekian
internasional
banyak
perahu lain …) yang berasal
… kapal
yang
dahulu
diserahkan
ditunggu
asing
besar
dari
laut
…
yang menampung hasil
kepada
penghulu
mereka
–
dan
penangkapan mereka.
kini dijual kepada jaringan
= Bukan nelayan kecil yang hanya
penadah
ikan
hidup,
ikan
yang
mencari ikan untuk konsumsi dirinya.
dibom, sirip ikan hiu, kura-kura …
According to one variation of the widely told Johor
princess myth, the Bajau originally came from the
powerful Sultanate of Johor on the Malay peninsula. In
this tale it is the Sultan of Johor himself whose incestuous
wish was responsible for the plight of the Bajau. Desiring
to marry the most beautiful woman in his kingdom, who
happened to be his sister, the Sultan compelled the Imam
to perform the marriage. The imam hesitated but finally
agreed on the condition that it would be performed in the
middle of the ocean, for to marry one's sister on land was
against Allah's will. The Sultan agreed, and called
together all his people and told them they must build a
bridge of boats far into the sea. Just as the the imam
began to chant the marriage rites, a great wind arose and
scattered the boats far and wide. The Sultan and his
sister and the imam were swept into the sea and
drowned. The boats were carried far to the east and
finally they arrived in the Sulu islands. But they had no
kingdom and have no religion.
Lorem ipsum
loribus
Perahu-perahu
mereka dibawa jauhjauh ke arah timur
[…]. Akan tetapi,
Johor
Johor mereka tidak
bernegara, dan juga
tidak beragama.[Warren 1980: 230]
‘Semua raja Brunei
akui bahwa mereka
keturunan orangorang Johor itu.’
[St John 1862: 878]
Lorem
ipsum
loribu
s
Brun
Brun
ei
ei
Johor
Johor
Dewall, H. van 1855: ‘Aanteekeningen omtrent de Noordoostkust van Borneo’,
Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 4.
Grimes, Charles E., and Barbara D. Grimes 1987: Languages of South Sulawesi, Pacific
Linguistics D–78, Australian National University, Canberra.
Gusni Saat 2003: ‘The Identity and Social Mobility of Sama-Bajau’, Sari 21: 3-11.
Ismail Ali 2010: ‘Since Birth till Death, what is Their Status’, Researcher’s World –
Journal of Arts, Science and Commerce, 1.1.
Thank You for Your
Kind Attention.
Hafid, M. Yunus, et al. 1996: Pola pemukinan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Bajo di Sulawesi Selatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ujung Pandang.
Liebner, Horst H. 1998: ‘Four Oral Versions of a Story about the Origin of the Bajo
People of Southern Selayar’, Living Through Histories: Culture, History and Social Life
in South Sulawesi, eds. Kathryn Robinson and Mukhlis Paeni, Australian National
University, Canberra, pp.107–133.
Miller, Mark T. 2007: A Grammar of West Coast Bajau, University of Texas, Arlington.
Miller, Mark T. 2011: ‘Social Organization of the West Coast Bajau’, SIL Electronic
Working Papers 2011-009.
Nicholl, Robert 1989: ‘Some Problems of Brunei Chronology’, Journal of Southeast Asian
Studies 20.2: 175-95.
Rijneveld, J.C. van 1840: Veldtocht der Nederlanders op het Eiland Celebes in de Jaren
1824-1825, Broese, Breda.
Sather, Clifford 1997: The Bajau Laut, Oxford University Press, Oxford.
Sopher, David E. 1977: The Sea Nomads, National Museum, Singapore.
St.John, Spenser 1862: Life in the Forests of the Far East, Elder, London.
Vosmaer, J.N. 1839: ‘Korte Beschrijving van het Zuid-Oostelijk Schiereiland van
Celebes’, Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen 17: 61-184