Letak dan Luas wilayah Iran

GAMBARAN UMUM KONDISI NEGARA IRAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Negara Berkembang

Disusun oleh:
1. Riskiyanto
2. Yati Ulfatun F
3. Yosiana Dewi
4. Rifka Ferista
5. Susetya S. W

(3201413006)
(3201413032)
(3201413033)
(3201413037)
(3201413112)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

BAB I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Negara bagian Timur-Tengah dikenal sebagai penghasil minyak bumi terbesar di
dunia. Wilayahnya yang didominasi oleh padang pasir dan iklim yang kering tidak
membuat negara tersebut berada dibawah garis kemiskinan. Walupun mereka penghasil
minyak terbesar di dunia tapi itu tidak membuat mereka menjadi bagain dari negara maju,
mereka masih masuk kedalam kategori negara berkembang. Semua negara di bagian
timur tengah termasuk kedalam negara berkembang meskipun mereka memiliki
pendapatan perkapita melebihi kriteria penentuan negara maju dan berkembang. Banyak
faktor qyang mempengaruhi hal tersebut seperti sejarah penjajahan.
Terlepas dari hal itu, negara-negara di timur tengah sangat menarik untuk
dipelajari. Pendapatan perkapita Iran yang tinggi mengakibatkan taraf kehidupan
masyarakat terus meningkat dan angka harapan hidup terus meningkat dari tahun ke tahun
(menurut data World Bank). .Berdasarkan sejarah, negara timur tengah merupakan pusat
persebaran agama islam di dunia. Sehingga dari segi pemerintahannyapun banyak
dipengaruhi oleh unsur-unsur islam, tapi apakah hanya segi pemerintahan yang
terpengaruh?, bagaimana dengan ideologi, ekonomi, pendidikan dan budayanya?. Selain
itu masih banyak hal yang menarik yang dapat kita pelajari dari negara Iran.

1.2 Rumusan Masalah
a.

b.
c.
d.
e.
f.

Bagaimana kondisi dan letak geografis wilayah Iran?
Bagaimana kondisi penduduk negara Iran?
Bagaimana tingkat ekonomi negara Iran?
Bagaimana system pemerintahan dan politik negara Iran?
Bagaimana tingkat pendidikan di negara Iran?
Bagaiaman keadaan pariwisata negara Iran?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Dan Letak Geografis Wilayah Iran
Negara Iran mempunyai nama resmi Islamic Republic of Iran (Jomhori-e Islami-e
Iran) dengan Ibukota negara di Tehran. Iran atau Persia adalah sebuah negara Timur
Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah dikenal
sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia

Barat. Pada tahun 1959, Mohammad Reza Shah Pahlavi mengumumkan bahwa kedua
istilah tersebut boleh digunakan. Nama Iran adalah sebuah kognat perkataan "Arya" yang
berarti "Tanah Bangsa Arya".
Iran berbatasan dengan Azerbaijan dengan panjang perbatasan sejauh 432 km dan
Armenia 35 km di barat laut, Laut Kaspia di utara, Turkmenistan sejauh 992 km di timur
laut, Pakistan sejauh 909 km dan Afganistan sejauh 936 km di timur, Turki sejauh 499 km
dan Irak sejauh 1.458 km di barat, dan akhirnya Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.
Luas tanah negara Iran total adalah 1.648.000 km² dengan luas daratan: 1.636.000 km²
dan luas perairan: 12.000 km². Koordinat geografis negara Iran yaitu 25°-40° LU dan
44°-46° BT.
Lanskap Iran didominasi oleh barisan gunung yang kasar yang memisahkan basin
drainage atau dataran tinggi yang beragam. Bagian barat yang memiliki populasi
terbanyak adalah bagian yang paling bergunung, dengan barisan seperti Pegunungan
Ladang lapang luas ditemukan di sepanjang pesisir Laut Kaspia dan di ujung utara Teluk
Persia, dimana Iran berbatasan dengan sungai Arvand (Shatt al-Arab). Plain yang lebih
kecil dan terputus ditemukan di sepanjang pesisir Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Laut
Oman. Iklim Iran kebanyakan kering atau setengah kering, meskipun ada yang subtropis
sepanjang pesisir Kaspia. Kaukasus, Pegunungan Zagros dan Alborz, yang terakhir
merupakan tempat titik tertinggi Iran, Gunung Damavand pada 5.604 m. Sebelah timur
terdiri dari gurun di dataran rendah yang tak dihuni seperti Dasht-e Kavir yang asin,

dengan danau garam yang kadang muncul. Iran dianggap sebagai salah satu dari 15
negara yang membentuk apa yang disebut sebagai tempat lahirnya kebudayaan manusia.
Iran memiliki 4 iklim yang berbeda dengan perbedaan suhu sangat ekstrim. Musim
panas 46°C, musim dingin - 5°C. Di sisi utara negeri itu (di dataran pesisir Kaspia) suhu
amat rendah membekukan dan tetap lembab selama beberapa tahun terakhir. Suhu musim

panas jarang mencapai 29 °C. Penguapan tahunan adalah 680 mm di bagian timur dataran
dan lebih dari 1700 mm di sisi barat dataran. Di barat, permukiman-permukiman di lereng
Pegunungan Zagros mengalami rendahnya suhu. Daerah-daerah itu memiliki musim
dingin yang hebat, dengan rerata suhu harian membekukan dan curah saljunya keras.
Lembah timur dan tengahnya kering, yang curah hujannya kurang dari 200 mm dan
bergurun. Suhu musim panas rata-rata melebihi 38 °C. Dataran pesisir Teluk Persia dan
Teluk Oman di Iran selatan memiliki musim dingin yang sejuk dan mengalami musim
panas yang lembab dan panas. Penguapan tahunan berkisar dari 135 mm hingga 355 mm.

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jika negara Iran mengalami presipitasi
terendah di bulan Januari, dengan rata-rata 64 mm dan suhu 320C. Hampir semua
presipitasi jatuh pada Mei, dengan rata-rata 107 m dan suhu 54 0C, dengan suhu rata-rata
tahunan adalah 8.5 °C. Presipitasi di sini rata-rata 1011 mm. Iklim di sini diklasifikasikan
sebagai Cfb berdasarkan sistem Köppen-Geiger.

B. Demografi Iran
Iran adalah sebuah negara yang berbilang suku dan agama. Etnik mayoritas ialah
etnik Persia (51% dari rakyatnya,) dan 70% rakyatnya adalah bangsa Iran, keturunan
orang Arya. Kebanyakan penduduk Iran bertutur dalam bahasa yang tergolong dalam
keluarga Bahasa Iran, termasuk bahasa Persia. Kumpulan minoritas Iran ialah Azeri
(24%), Gilaki dan Mazandarani (8%), Kurdi (7%), Arab (3%), Baluchi (2%) Lur (2%)
Turkmen (2%), dan juga suku-suku lain (1%). Penutur ibu Bahasa Iran diperkirakan
sebanyak 40 juta di Iran, dan jumlah keseluruhannya (merangkumi negara-negara lain)
adalah 150-200 juta.
Penduduk Iran pada tahun 2006 ialah 70 juta. Sebanyak dua pertiga jumlah
penduduknya di bawah umur 30 tahun dan persenan penduduk yang melek huruf 86%.

Tingkat pertambahan penduduknya semenjak setengah abad yang lalu tinggi dan
diperkirakan akan menurun di masa depan.
Kebanyakan penduduk Iran adalah muslim, di mana 90% Syiah dan 8% Sunnah Wal
Jamaah. 2% lagi adalah penganut agama Baha'i, Mandea, Hindu, Zoroastrianisme, Yahudi
dan Kristen. Zoroastrianisme, Yahudi dan Kristian diakui oleh pemerintah Iran dan turut
mempunyai perwakilan di parlemen. Agama Baha'i tidak diakui.

C. Ekonomi

Ekonomi Iran adalah campuran Ekonomi Perencanaan Sentral dengan sumber minyak
dan perusahaan-perusahaan utamanya dimiliki pemerintahan, dan juga terdapat
beberapa perusahaan swasta. Pertumbuhan ekonomi Iran stabil semenjak dua abad
yang lalu.
Perekonomian Iran dibangun dengan prinsip bebas dari dominasi asing, mencapai
swasembada, dan terbebas dari ketergantungan dengan pihak lain. Pembangunan
nasional dirancang oleh Management and Planning Organization (MPO), yaitu
lembaga yang bernaung di bawah Kementerian Ekonomi dan Keuangan dan berfungsi
mengumpulkan dan mengolah masukan dari lembaga-lembaga teknis, kemudian
memberi masukan tentang rancangan pembangunan dan anggaran yang diperlukan
pemerintah. Setelah dibahas oleh kabinet lalu dibawa ke Majelis dan dijadikan produk
hukum berupa undang-undang (APBN).

Berdasarkan Konstitusi, pelaku ekonomi di Iran terdiri atas tiga sektor:


Sektor Negara meliputi industri hulu dan industri skala besar, perdagangan luar
negeri, pertambangan, perbankan, asuransi, energi, dam dan irigasi, siaran radio

dan televisi, jasa pos, jasa dan industri telekomunikasi, penerbangan, perkapalan,

jalan, kereta api dan sebagainya.


Sektor Koperasi, meliputi produksi dan distribusi di perkotaan dan pedesaan.



Sektor Swasta, meliputi kegiatan pertanian, peternakan, industri ringan,
perdagangan, dan jasa sebagai pelengkap kegiatan ekonomi yang dilakukan kedua
sektor di atas.

Untuk menerapkan ketiga sektor itu, pemerintah membentuk perusahaan-perusahaan
yang berafiliasi kepada kementerian tertentu atau organisasi/yayasan di bawah
naungan organisasi Revolusi seperti Yayasan Mostadzafan & Janbazan, Yayasan
Khordad 15 dan Yayasan Alawi.

Sementara untuk kegiatan eksporimpor dapat

dilakukan swasta yang memiliki lisensi dari Kamar Dagang, Industri dan Tambang
dengan pengesahan Kementerian Perdagangan. Khusus untuk impor, izinnya

diberikan per kasus melalui prosedur tertentu.
Pada bulan Okober 2003, Pemerintah Iran telah menetapkan Repelita ke-4
(20052010). Prioritas yang akan dituju Pemerintah adalah untuk meningkatkan GDP
(Gross Domestic roduct) sebesar 8,6%. Pemerintah telah mulai menerapkan
kebijaksanaan untuk mengizinkan berdirinya bank dan asuransi swasta dan
mendayagunakan surplus devisa minyak untuk menunjang investasi dalam dan luar
negeri. Dalam Repelita ke-empat (2005-2010) pertumbuhan ekonomi ditargetkan
mencapai 8 % (sektor industri 13,4 %, pertanian 6 % dan investasi 12,2%), sedangkan
inflasi akan ditekan menjadi 9,9 % dan pengangguran diturunkan menjadi 8,4%.
Pada awal abad ke-21, persenan sektor jasa dalam pengeluaran negara kasarnya, PNK,
adalah yang tertinggi, diikuti dengan pertambangan dan pertanian. 45% belanja
negara adalah hasil pertambangan minyak dan gas alam, dan 31% dari cukai. Pada
2004, PNK Iran diperkirakan sebanyak $163 milyar atau $2.440 per kapita.
Rekan dagang Iran adalah Cina, Rusia, Jerman, Perancis, Italia, Jepang dan Korea
Selatan. Sementara itu, semenjak lewat 90-an, Iran mulai meningkatkan kerjasama
ekonomi dengan beberapa negara berkembang termasuk Suriah, India dan Afrika
Selatan.

D. Sistem Pemerintahan dan Politik
a. Ideologi

Ideologi negara berdasarkan kepada Agama Islam Madzhab Shiah Imam 12 (Ja’fari).
Untuk melaksanakan prinsip ini maka diciptakan sistem Velayat-e Faqih (Supremasi
kaum ulama) di mana seorang pemimpin agama memiliki hak untuk memberikan fatwa
keagamaan dan sekaligus memegang kekuasaan tertinggi dalam masalah ketatanegaraan.

Marja-e Taqlid (ulama senior) memiliki wewenang untuk memberikan fatwa hukum
kepada masa penganut ajarannya yang tersebar di berbagai wilayah. Jumlah Marja-e
Taqlid di Iran sebanyak 8 orang. Tetapi Imam Khomeini yang merupakan Pemimpin
Revolusi Islam Iran 1979 kemudian dikukuhkan dalam Konstitusi sebagai Ayatollah
Uzma yang berkedudukan sebagai Rahbar yang berkuasa di bidang politik sekaligus
bidang keagamaan (sebagai Marja-e Taqlid).

Agama resmi Negara adalah Islam beraliran Ja’fari (Shiah Imam ke 12). Aliran Islam
lainnya yang bermadzhab Syafi’I, Hambali, Hanafi dan Maliki serta Shiah Zaidiyah
diakui dan pelaksanaan syariat-syariatnya dilindungi oleh UU.
b. Konstitusi
Hukum tertinggi adalah Konstitusi Republik Islam Iran yang disahkan pertama kali oleh
Majelis Ahli tanggal 15 November 1979 dan diamandemen pada Juli 1989.
c. Lembaga Eksekutif
Kepala pemerintahan dijabat seorang Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat

untuk masa jabatan 4 tahun, dapat dapat dipilih kembali maksimal satu kali. Presiden
dibantu oleh 9 orang wakil presiden yang membidangi tugas masing-masing serta 21
menteri anggota kabinet. Sistem pemerintahan Iran menganut sistem presidensiil dan
parlementer, di mana anggota kabinet ditunjuk/diangkat oleh Presiden tetapi harus
mendapat persetujuan dari Majelis serta bertanggungjawab kepada Presiden dan Majelis.
Presiden harus bertanggungjawab kepada rakyat, Leader dan Parlemen (Majelis). Jika
Presiden berhalangan selama dua bulan lebih, maka Wakil Presiden I akan menjalankan
fungsi pemerintahan atas persetujuan Leader. Secara administratif, Iran terbagi menjadi
28 Propinsi dan 114 tingkat kabupaten. Setiap Propinsi dipimpin seorang Gubernur
Jenderal sedangkan kabupaten/kotamadya dipimpin Gubernur. Sejak terbentuknya Islamic
Council tingkat Daerah (DPRD) hasil Pemilu Februari 1999 pengangkatan para Gubernur
Jenderal dan Gubernur didilakukan oleh DPRD.
d. Lembaga Legislatif
Parlemen Iran (Majelis-e Syura-e Islami) merupakan lembaga legislatif
beranggotakan 290 orang. Anggota Majelis dipilih melalui Pemilu setiap 4 tahun
dengan sistem distrik. Setiap 10 tahun rasio anggota Majelis ditinjau kembali
dengan jumlah penduduk. Parlemen saat ini merupakan hasil pemilu tahun 2008.
Parlemen saat ini adalah Ali Larijani.

yang

sekali
sesuai
Ketua

Majelis secara tidak langsung dapat menjatuhkan Presiden dan menteri-menteri Kabinet
melalui mosi tidak percaya. Hearing terhadap menteri diajukan sekurangnya oleh 10
anggota dan menteri yang bersangkutan mengeluarkan mosi tidak percaya kepada
Presiden, hasil sidang disampaikan kepada Leader untuk memecat Presiden.
e. Lembaga Judikatif
Kekuasaan tertinggi lembaga peradilan dijabat oleh Ketua Justisi yang diangkat langsung
oleh Leader untuk masa jabatan 5 tahun. Ia haruslah seorang Ulama Ahli Fiqih
(Mujtahid).

Ketua Lembaga Judikatif (Chief of Judiciary) saat ini adalah Ayatollah Hashemi
Shahroudi. Fungsi utamanya adalah mengangkat dan memberhentikan ketua dan anggota
Mahkamah Agung dan Jaksa Agung serta menyusun RUU. Ia juga mengusulkan calon
Menteri Kehakiman kepada Presiden. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan
lembaga-lembaga Judikatif, sementara Kementerian Kehakiman mengatur koordinasi
antara lembaga judikatif dan lembaga-lembaga Eksekutif dan Legislatif serta bertugas di
bidang organisasi pemerintahan dan anggaran.
Sistem peradilan Iran mempunyai dua bentuk yaitu peradilan umum dan khusus.
Peradilan umum meliputi Pengadilan Tinggi Pidana, Pengadilan Rendah Pidana,
Pengadilan Tinggi Perdata, Pengadilan Rendah Perdata dan Pengadilan Perdata Khusus.
Sedangkan Pengadilan Khusus terdiri dari Pengadilan Revolusi Islam, Pengadilan Khusus
Ulama dan Pengadilan Pers.
Sesuai dengan Konstitusi terdapat beberapa institusi lain yang berada di bawah Lembaga
Judikatif seperti Peradilan Militer yang merupakan bagian dari Lembaga Peradilan yang
menangani kasus-kasus pidana yang melibatkan anggota Angkatan Bersenjata, Polisi dan
Pasdaran; Peradilan Tinggi Administrasi yang menangani kasus-kasus yang terkait
dengan administrasi pemerintah; dan Kepala Inspektur Negara yang bertugas mengawasi
kinerja kementerian.

f. Lembaga Tinggi Negara Lainnya
Majelis Ahli
Kedudukan Majelis Ahli diatur dalam Konstitusi dan keanggotaannya ditetapkan melalui
Pemilu setiap 8 tahun. Majelis Ahli saat ini adalah hasil pemilihan pada bulan Desember
2006 dan diketuai oleh Hashemi Rafsanjani dengan 86 orang anggota.
i. Fungsi Majelis Ahli adalah memilih Rahbar (Leader), mengawasi dan
memberhentikannya. Leader berfungsi sebagai pemimpin politik sekaligus pemimpin
agama yang memang konsep Imam Khomeini. Di Iran masalah agama tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan politik.
ii. Sekalipun kewenangan Leader nampak absolut, namun sesuai Konstitusi, kedudukan
Leader sama dengan warga negara biasa lainnya (tidak kebal hukum). Leader juga
senantiasa menerima kunjungan semua kepala negara atau perdana menteri asing yang
sedang berkunjung ke Tehran.

Leader pertama adalah Ayatollah Khomeini yang merupakan Pemimpin Revolusi dan
Pendiri Negara Republik Islam Iran dan konseptor Velayat-e Faqih. Setelah meninggalnya
Khomeini pada 1989, Majelis Ahli memilih Ayatollah Seyyed Ali Khomenei.
Dewan Pengawas Konstitusi
Guna menjamin kesesuaian setiap RUU dengan Konstitusi (Shura-e Negahban-e Qanun-e
Assassi) yang beranggotakan 12 orang (6 ahli hukum agama yang ditunjuk oleh Leader
dan 6 ahli dari berbagai disiplin ilmu hukum umum yang dipilih oleh Majelis). Masa
jabatan 6 tahun dan setiap 3 tahun diadakan pemilihan bagi 6 orang anggotanya.
Kekuasaan Dewan Pengawas Konstitusi meliputi mengesahkan UU yang dibuat Majelis,
menafsirkan Konstitusi dan bertindak sebagai badan yang melitsus semua calon anggota
Majelis Ahli, Presiden, Majelis, dan referendum.
Dewan Kebijaksanaan Nasional
Dewan Kebijaksanaan Nasional (Majma-e Mashlahat-e Nezam) merupakan Dewan yang
bertugas untuk menengahi perbedaan antara Majelis dengan Dewan Pengawasan. Namun
dalam prakteknya, Dewan ini telah diberi tugas oleh Leader untuk membahas isu lainnya
yang penting seperti RAPBN,Repelita dan Kawasan Perdagangan Bebas. Jumlah anggota
Dewan ini sebanyak 25 orang yang dipilih oleh Leader.

Dewan Keamanan Nasional
Sesuai dengan Konstitusi, Presiden juga merangkap sebagai Ketua Dewan Keamanan
Nasional. Dewan ini berwenang membuat kebijakan pertahanan nasional sesuai dengan
yang telah digariskan oleh Leader, mengkoordinasikan kegiatan politik, intelijen, sosial
budaya dan ekonomi yang terkait dengan kebijakan keamanan nasional, serta mengkaji
sumber-sumber materi dan non materi dalam menghadapi ancaman dari dalam maupun
luar negeri. Anggota Dewan terdiri dari para pimpinan Legislatif, Eksekutif dan Judikatif,
Kepala Staf AB, Pejabat Badan Perencanaan dan Anggaran Negara, dua Wakil yang
ditunjuk Leader, Menlu, Mendagri, Menteri Intelijen dan sejumlah menteri terkait.
g. Partai Politik dan Interest Groups
Konstitusi Iran memberikan kebebasan adanya partai-partai politik, namun dalam
kenyataannya pernah dihapuskan pada masa Imam Khomeini pada 1989 dengan alasan
telah menyebabkan perpecahan di kalangan keluarga besar Revolusi.
Orsospol terbagi kedalam koalisi parpol right wing (garis keras), left wing
(konservatif/reformis) dan independen. Adapun orsospol yang dikenal secara umum,
yakni:

i. The Coalition of Harmonious Croup yang dimotori Jame-e Ruhaniat-e Mubarez/JRM (the
Society of Combatant Clergy), sebuah kelompok mullah garis keras (right wing) didirikan
pada 1979.
ii. The Coordinating Council of the May 23 Front (tanggal kemenangan Khatami pada
Pemilu Presiden 23 Mei 1997) yang dimotori Majma Ruhaniyat-e Mobarez/MRM (the
Assembly of Combatant Clerics), sebuah kelompok mullah konservatif (left wing) yang
didirikan pada 1988.
iii. Independence Group yang tidak mempunyai persamaan pandangan terhadap dua
kelompok di atas yakni the Moderation & Development Front (MDF), Green Party (GP)
dan perorangan.
iv. Selain kelompok-kelompok di atas, terdapat pula kelompok yang dikenal sebagai Ansar-e
Hizbullah yang merupakan pembela setia Republik Islam.
Sebaliknya, kelompok oposisi bersenjata yang pernah ada, seperti “Mojahedin-e Khalq
Organization” (MKO), People’s Fedayeen, dan Democratic Party of Iranian Kurdistan,
kini sudah sangat lemah dan tidak lagi mempunyai kemampuan untuk “mengganggu”
pemerintah.

h. Hubungan Bilateral Dengan Negara Lain
Dengan Negara Pantai Laut Kaspia
Hubungan bilateral Iran dengan Negara-negara pantai Laut Kaspia secara umum
berkembang baik. Permasalahan menonjol antara Iran dengan Negara pantai Laut Kaspia adalah
masalah kedaulatan atas sumber alam di bawah dan permukaan Laut Kaspia yang muncul sejak
runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 karena perjanjian yang dibuat antara Iran dan Uni Sovyet
pada tahun 1921 dan 1940 dianggap tidak relevan lagi oleh negara-negara baru pecahan Uni
Sovyet, khususnya Rusia, Azerbaijan dan Kazakhstan, untuk dijadikan landasan dalam
menentukan perbatasan dan cara membagi sumber alam bawah dan permukaan
Laut Kaspia di antara lima negara pesisirnya. Pada masa Uni Soviet, Iran mendapat bagian
50% dan setiap perjanjian berkaitan dengan Laut Kaspia hanya dibicarakan dengan Uni Soviet.
Tetapi setelah jatuhnya Uni Soviet, Iran telah berusaha memberi konsesi dengan mengusulkan
cara pembagian sama rata, di mana masing-masing negara pesisir mendapat bagian 20%, tetapi
usulan ini dianggap tidak realistis oleh negara pesisir lainnya, karena Iran hanya memiliki garis
pantai yang terpendek. Rusia, Azerbaijan dan Kazakhstan berpandangan bahwa pembagian

kekayaan Laut Kaspia harus berdasarkan panjangnya garis pantai masing-masing negara, yang
mana dengan formula ini Iran hanya akan kebagian 13%. Upaya penyelesaian telah berulang kali
dilakukan, tetapi selalu mengalami kegagalan. KTT Negara-negara pantai Laut Kaspia terakhir
diselenggarakan di Tehran dalam tahun 2007. KTT sepakat bahwa semua kapal di Laut Kaspia
wajib menggunakan bendera salah satu negara pantai. Tidak boleh terdapat kapal asing di laut
tersebut.

Dengan Negara-Negara Asia Tengah
Pembinaan hubungan yang baik dengan negara-negara Asia Tengah, khususnya kawasan
Kaukasus, terus diupayakan tidak hanya didasarkan pada kepentingan tradisional seperti faktor
persamaan etnis, tetapi juga karena kawasan ini bagi Iran memiliki arti penting, baik secara
ekonomi maupun keamanan. Letak geografis kawasan Kaukasus yang menghubungkan Asia dan
Eropa memberikan jalur alternatif bagi Iran untuk mengekspor komoditinya ke Eropa yang lebih
aman daripada melalui Turki yang pro-AS. Di samping itu, di kawasan ini terletak Azerbaijan
yang kaya minyak. Iran sangat berminat untuk berpartisipasi dalam pembangunan industri minyak
Azerbaijan dan menawarkan rute ekonomis bagi penyaluran energi negara tersebut ke Teluk
Persia.
Dengan Negara-Negara Timur Tengah
Dengan Negara-negara Timur Tengah, hubungan Iran secara umum terus berkembang
dengan baik. Hubungan yang sempat tegang dengan Arab Saudi dan Aljazair beberapa waktu lalu
telah pulih, sementara hubungan dengan Mesir terus diupayakan untuk dinormalisir. Dalam
masalah Palestina, Republik Islam Iran yang tidak mengakui eksistensi Israel berkeyakinan bahwa
pembebasan tanahtanah Palestina yang diduduki Israel hanya dapat dicapai dengan perjuangan
senjata, karena cara perundingan telah terbukti tidak membawa hasil dan sia-sia. Atas dasar
pemikiran ini, Iran memberikan bantuan finansialdan pelatihan militer kepada kelompokkelompok perlawanan Palestina terhadap Israel yang sangat tidak disenangi oleh negara-negara
Barat dan memberikan alasan bagi mereka untuk menggolongkan Iran sebagai negara sponsor
terorisme, sebuah sebutan yang menyudutkan Iran. Hubungan bilateral Iran-Irak menjadi dekat
kembali setelah jatuhnya rezim Saddam Hussein. Presiden Irak jalal Talabani dan PM Maliki telah
berkunjung ke Iran. Sebaliknya Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad direncanakan berkunjung
ke Iran dalam bulan Maret 2008 ini. Iran sangat menentang serangan AS dan menghendaki PBB
diberikan peran sentral dalam menangani masalah Irak, tetapi di lain pihak Iran juga diuntungkan
dengan tumbangnya rezim Saddam Hussein. Untuk itu, Iran bersikap netral ketika AS dan

sekutunya menyerang Irak. Ketika rezim Saddam Hussein benar-benar jatuh, Iran segera
mengambil peran pro aktif untuk menanamkan pengaruh seluas-luasnya di kalangan faksi-faksi
yang ada di Irak, khususnya yang beraliran
Shiah yang merupakan mayoritas dari penduduk Irak. Dalam rangka ini, para pemimpin
Iran segera memberikan pengakuan kepada Dewan Pemerintahan Irak (DPI) yang terbentuk pada
bulan Juli 2003, walaupun disertai penekanan dan harapan bahwa pembentukan Dewan itu
merupakan tahapan menuju pengakhiran pendudukan AS dan Inggris di Irak dan diberikannya
hak-hak rakyat Irak untuk menentukan nasibnya sendiri. Lebih lanjut para pemimpin Iran
mendesak agar penyerahan kekuasaan dari DPI kepada otoritas nasional yang demokratis
dilaksanakan di bawah pengawasan PBB. Selanjutnya, para pimpinan Pemerintah Irak telah
melakukan kunjungan ke Iran, terutama setelah pemilihan umum di Irak yang lalu.
Dengan Amerika Serikat
Perseteruan antara Iran dan AS terjadi sejak peristiwa penyanderaan kedutaan Besar AS di
Tehran tahun 1979 – 1981. Ketegangan di antara kedua negara akhir ini justru semakin memanas
terkait dengan proyek nuklir dan pernyataan Presiden Ahmadinejad menyangkut peristiwa
Holocaust. AS dan Israel mempropagandakan bahwa Iran berambisi untuk memproduksi bom
nuklir, meskipun Iran dengan berbagai cara berupaya meyakinkan mereka bahwa proyek nuklir
yang dikembangkannya benar-benar bertujuan damai, termasuk menandatangani protokol
tambahan NPT pada tanggal 18 Desember 2003 yang emungkinkan IAEA melakukan
pemeriksaan mendadak terhadap seluruh fasilitas nuklirnya. Iran juga merasa sangat terancam
oleh menguatnya pengaruh dan kehadiran militer AS di Negara-negara sekitar Iran, mulai dari
Teluk Parsi, Irak, Turki, Azerbaijan, dan Afghanistan. Karena itu, Pemerintah Iran selain selalu
menegaskan penentangannya terhadap kehadiran pasukan asing di kawasan, juga terus berupaya
mendekati negara-negara kawasan guna mengurangi pengaruh AS itu dan mengajak mereka untuk
bekerjasama menjamin perdamaian, karena semua negara di kawasan sangat membutuhkan
keamanan, perdamaian dan ketenangan.
Dengan Rusia
Hubungan Iran dengan Rusia sangat kuat, apalagi dengan adanya sentiment politik antara
Iran dan AS termasuk penjatuhan embargo AS terhadap Iran. Dengan Rusia, Iran telah melakukan
kerjasama di bidang teknologi militer termasuk membeli peralatan perang seperti tank, kapal
selam dan pesawat tempur. Iran termasuk tiga besar Negara pembeli peralatan militer dari Rusia
setelah China dan India. Di antara peralatan perang yang sudah dibeli antara lain 570 tank T-72C,

1.000 kendaraan lapis baja, suku cadang MIG-29 dan SU-24 dan 3 buah Kapal Selam. Dalam
tahun 2005 Iran telah membeli 29 Rudal TOR M1 dari Rusia dan telah meluncurkan satelit. Rusia
merupakan aliansi Iran yang sangat penting dan strategis menyangkut berbagai isu internasional.
Dalam masalah nuklir Iran, Rusia berkali-kali menunjukkan sikap yang membela Iran dan
menolak penyelesaian masalah itu menggunakan kekerasan, termasuk melalui penjatuhan sanksi
oleh DK PBB. Namun dalam pemungutan suara terhadap resolusi 1737 (2006), 1747 (2007)
dan1803 (2008) Rusia selalu mendukung resolusi.
Dengan Cina
Hubungan bilateral Iran dengan Cina berkembang sangat baik terutama di bidang politik
dan ekonomi perdagangan. Cina juga merupakan mitra strategis Iran seperti Rusia. Dalam
perselisihan masalah nuklir Iran, Cina bersama Rusia merupakan negara yang menekankan
pentingnya penyelesaian secara damai melalui negosiasi, dan menolak penjatuhan sanksi oleh DK
PBB.
Dengan Indonesia

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Iran dibuka pada tahun 1950 pada tingkat
Kedutaan. Kepala Perwakilan RI yang pertama adalah Mayjen R.H. Abdul Kadir yang
bergelar Duta Besar dan Menteri Berkuasa Penuh RI. Pada akhir tahun 1960, Kedutaan RI di
Tehran dinaikkan tingkatnya menjadi Kedutaan Besar RI. Pemerintah RI selanjutnya
menunjuk M. Bachmid sebagai Duta Besar LBBP RI yang pertama. Hubungan bilateral RI –
Iran di bidang politik selama ini berkembang sangat cepat. Peningkatan hubungan baik itu
diantaranya ditandai dengan saling kunjung antara Kepala Negara/Pemerintahan, Ketua
Parlemen dan para pejabat tinggi lainnya serta saling memberikan dukungan dalam
pencalonan pada jabatan atau keanggotaan organisasi internasional.
Guna mempererat kerjasama di bidang politik, pada tanggal 9 Mei 2003 di Tehran telah
ditandatangani MoU mengenai pembentukan Komite Konsultasi Bilateral di Bidang Politik
yang dipimpin oleh pejabat setingkat Wakil Menlu (Dirjen). Forum ini adalah untuk
meningkatkan kerjasama politik dan bertukar pikiran mengenai isu regional dan
internasional.
Mengenai masalah gerakan separatis di Aceh dan Irian Jaya, Pemerintah Iran juga secara
simpatik dan secara terbuka menyatakan dukungannya kepada keutuhan integritas wilayah
Indonesia. Begitupun dalam masalah pertikaian antar umat Islam dan Kristen di Maluku, Iran

mendukung ketegasan sikap Indonesia untuk menyelesaikan sendiri masalah itu dan menolak
intervensi asing.
Berkaitan dengan masalah terorisme, Iran dan Indonesia memiliki sikap dan pandangan yang
sama. Selain sama-sama mengutuk serangan teroris terhadap AS pada tanggal 11 September
2001, kedua negara juga menghendaki agar kampanye melawan terorisme internasional
dipimpin oleh PBB serta mendesak perlunya dicapai kesepakatan mengenai definisi
terorisme. Iran memandang Indonesia sebagai negara penting di kawasan, tidak saja karena
penduduknya sebagian besar beragama Islam, tetapi juga karena peranannya yang menonjol
di ASEAN, GNB, G-77, OKI, G-15, D-8, dll.
Dalam lingkup regional, Iran yang menjadi anggota ECO mengharapkan agar Indonesia
sebagai Negara anggota penting di ASEAN dapat mendorong peningkatan hubungan kedua
organisasi regional itu. Selain itu, Iran juga telah meminta bantuan Indonesia agar dapat
diterima sebagai mitra dialog ASEAN. Indonesia secara konsisten mengakui hak sah iran dan
mendukung pengembangan teknologi nuklir Iran untuk tujuan damai. Dukungan tersebut
ditegaskan baik oleh Presiden RI maupun Ketua DPR RI. Sebaliknya Iran telah mendukung
pemilihan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB periode 2007 – 2008 yang telah
diselenggarakan di New York tanggal 15 Oktober 2006.
Dalam pemungutan suara Resolusi 1803 DK PBB tanggal 3 Maret 2008, Indonesia
mempunyai posisi yang berbeda dengan 14 negara anggota DK lainnya. Indonesia melihat
laporan Dirjen IAEA tanggal 22 Februari 2008 telah menunjukkan adanya perkembangan
yang positif mengenai peningkatan kerjasama antara Iran dengan IAEA. Untuk itu, Indonesia
memandang tidak tepat adanya resolusi yang menjatuhkan sanksi lebih luas terhadap Iran.
Sanksi
bukanlah pilihan terbaik dan Indonesia mendukung dilanjutkannya kerjasama antara Iran
dengan IAEA tersebut. Indonesia berpendapat perlunya menghindari upaya politisasi masalah
nuklir Iran dan mengharapkan masalah ini diselesaikan dalam kerangka teknis di IAEA.
Indonesia mengharapkan berlanjutnya komunikasi antara Indonesia dan Iran sehingga dapat
memperoleh informasi yang lengkap untuk menentukan posisi yang tepat dan adil, terutama
dalam masalah nuklir Iran
Dalam kunjungan kenegaraan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono ke
Iran tanggal 10 – 11 Maret 2008 telah ditandatangani 5 persetujuan bilateral di yaitu:
a. Memorandum of Understanding between the Government of the Republic of Indonesia and
the Government of the Islamic Republic of Iran in the Field of Education;

b. Memorandum of Understanding between the Government of the Republic of Indonesia and
the Government of the Islamic Republic of Iran on Agricultural Cooperation;
c. Shareholder Agreement between Pertamina, National Iranian Oil Refining and
Distribution Company (NIORDC) and Petrofield;
d. Memorandum of Understanding between Indonesia Chamber of Commerce and Industry
and Iran Chamber of Commerce, Industries and Mines;
e. Memorandum of Understanding between Indonesia Cooperative Council (DEKOPIN) and
Iran Central Chamber of Cooperatives (ICC).
Selain lima nota kesepahaman di atas, secara terpisah ditandatangani juga dua nota
kesepahaman, yaitu:
a. Memorandum of Understanding between the National Standardization Agency of the
Republic of Indonesia (BSN) and Institute of Standards and Industrial Research of Iran
(ISIRI) on Technical Cooperation oleh Kepala BSN dan Director General of ISIRI;
b. Memorandum of Understanding between PT Pupuk Sriwijaya and National Petrochemical
Company International Ltd. (NPCI).
Sebelumnya, pada kunjungan kenegaraan Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud
hmadinejad ke Indonesia tanggal 10 – 12 Mei 2006, telah ditandatangani enam dari
persetujuan bilateral di Jakarta, yaitu:
a. Agreement on Mutual Administrative Assistance in Customs Matters, di Jakarta tanggal 10
Mei 2006;
b. MoU on Small and Medium Industries Cooperation, di Jakarta tanggal 10 Mei 2006;
c. MOU on Scientific and Technological Cooperation, di Jakarta tanggal 10 Mei 2006;
d. Arrangement on Cultural Exchange Programme Years 2006 – 2008 di Jakarta tanggal 10
mei 2006;
e. MOU concerning the Cooperation on Energy di Jakarta tanggal 10 Mei 2006;
f. MoU between PT Elnusa, a subsidiary of PT Pertamina and national Iranian Oil Refining
and Distribution Company (NIORDC), di Jakarta tanggal 10 Mei 2006.
Pada tahun yang sama juga ditandatangani persertujuan bilateral sebagai berikut:

a. MOU on Exemption of Visa for the Diplomatic and Service Passports Holders, di Jakarta
tanggal 27 February 2006;
b. Memorandum of Understanding between the Ministry of Youth and Sport Affairs of the
Republic of Indonesia and the Physical Education Organization of the Islamic Republic of
Iran on Cooperation in the Field of Sports, Tehran, 19 December 2006;
Selanjutnya, sejak April 2006 kedua pemerintah telah mengesahkan kebijakan pemberian
visa on arrival (VOA) bagi pemegang paspor biasa kedua negara yang melakukan kunjungan
singkat ke Indonesia (bagi WN Iran) dan Iran (bagi WNI). Dalam kaitan ini, Presiden Iran
juga telah menghadiri KTT Developing 8 (D-8) di Bali yang berlangsung pada tanggal 13
Mei 2006.
E. Pendidikan
Tujuan Pendidikan
Pada 1957, Kementerian Pendidikan Republ ik Islam Iran mengumumkan bahwa tujuan
pendidikan sebagai berikut:
1. Pengembangan pisik
2. Pengembangan sosial.
3. Pengembangan intelektual.
4. Pengembangan moral.
5. Pengembangan estetika.
Setelah Revolusi Islam Iran pada 1979, sistem pendidikan Iran mengalami perubahan yang
sangat mendasar dan semua upaya pendidikan harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip
Islam. Prioritas harus diletakkan pada terjaminnya usaha membesarkan anak-anak dan
generasi muda sehingga menjadi muslim yang konsekuen dan punya komitmen yang tinggi
terhadap agama Islam. Upaya pendidikan diarahkan pada penggunaan Alquran, tradisi Islam,
dan konstitusi republik Islam Iran sebagai dasar dalam merumuskan tujuan dan sasaran
pendidikan. Tujuan dan sasaran pendidikan dirumuskan dari berbagai sumber, termasuk
konstitusi dan laporan Dewan Tertinggi perubahan dasar pendidikan yang ditunjuk oleh
Dewan tertinggi Revolusi Kebudayaan Iran.

Sumber-sumber ini menggariskan bahwa

pembangunan nasional adal ah sasaran utama pendidikan. Pendidikan harus dikembangkan
untuk meningkatkan produktivitas, mewujudkan integrasi sosial, moral, dan spiritual dengan
penekananutama untuk memperkuat dan mendorong keimanan terhadap Islam. Pendidikan

juga harus menekankan pentingnya peningkatan kualitas tenaga kerja dalam semua jenis dan
level perekonomian, dan dengan demikian, pendidikan harus dipandang sebagai investasi
untuk masa depan.
Masalah utama yang selama ini dan sampai sekarang dihadapi pendidikan Iran adalah
bagaimana merekonsiliasikan antara nilainilai tradisional dan pengembangan masyarakat
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah revolusi 1979, Republik Islam Iran
menitikberatkan perhatian pada pendidikan moral individu dan masyarakat. Pengembangan
bagi sekolah-sekolah harus didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam. Dengan tekanan
utama pada dorongan dan penguatan keimanan. Yang tidak kalah penting adalah bagaimana
penghubungkan pendidikan dengan pekerjaan. Para generasi muda perlu dibekali dengan
teknik berdasarkan ilmu pengetahuan ilmiah serta ketrampilan kerja agar mereka sadar akan
perlunya produksi industri dan pertanian.
Struktur dan Jenjang Pendidikan
Berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, pendidikan di Iran masih
bersifat sentralistik terdiri dari pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar dan menengah di bawah naungan Departemen Pendidikan (ministry of
education), sedangkan pendidikan tinggi di bawah naungandan pengawasan Departemen
Ilmu dan Teknologi. Jenjang pendidikan di Iran dimulai dari taman kanak-kanak untuk anak
yang berkisar umur 5-6 tahun, lama pendidikan satu tahun, di mana tahap ini bersifat opsional
(tidak diwajibkan).
Pendidikan prasekolah pada umumnya diselenggarakan oleh lembaga-lembaga swasta.
Tujuan umum pendidikan awal ini adalah untuk mempersiapkan anak-anak memasuki
pendidikan formal.
Kegiatan pada pendidikan prasekolah ini antara lain permainan bersama, membaca cerita,
bernyanyi, permainan aktivitas, dan pekerjaan tangan yang perlengkapannya sangat
sederhana seperti kertas, papan tulis kertas, dan pena. Pendidikan dasar (Dabestan) untuk
anak berumur antara 6 tahun sampai dengan 11 tahun, jangka waktu pendidikan lima tahun,
wajib diikuti oleh semua warga Negara. Pendidikan menengah/siklus orientasi (Rahnamayi)
untuk anak berkisar antara umur 11 tahun sampai dengan 14 tahun. Lama belajar 3 tahun,
wajib diikuti oleh setiap warga Negara. Untuk tingkat SMA (Dabirestan), lama belajar 3
tahun, tidak diwajibkan bagi setiap warga negara. Pada tingkat ini telah mengarah kepada
keretampilan/teknis dimana antara teori dan praktik untuk setiap program diseimbangkan.
Untuk teori terdiri atas matematika, fisika, ilmu-ilmu ekspremental, sastra, dan humaniora.

Sebelum masuk mel anjutkan ke perguruan tinggi atau universitas, setiap siswa diharuskan
mengikuti persiapan masuk ke perguruan tinggi (Konkoor) selama satu tahun. Setelah lulus
persiapan masuk perguruan tinggi, mahasiswa dapat melanjutkan ke program perguruan
tinggi dengan tahapan sebagai berikut:
1. Teknik/vocational school (Fogh-e-Diplom atau Kardani) lama pendidikan dua tahun.
2. Univesitas/bachelor degree (Karsenase atau licence) lama pendidikan empat tahun.
3. Master degree (karsenase-ye Arsyad atau Fogh Lisence) lama pendidikan dua tahun.
4. Prokram doktor/PhD (Karsenasi-Arshad-napayvasteh atau Doktora) lama pendidikan tiga
tahun.
Kalender pendidikan di Republik Islam Iran berlangsung selama 10 bulan dari bulan
septembar sampai dengan bulan Juni. Hari belajar sabtu sampai dengan kamis.
Biaya Pendidikan
Pendidikan di Iran didanai oleh pemerintah. Walaupun terdapat sekolah-sekolah swasta,
pemerintah tetap memberikan subsidi atau subsidi guru dan staf, walaupun sumbangan dari
orangtua siswa juga ada untuk keperluan pemeliharaan sekolah (maintenance). Biaya untuk
uang sekolah pada sekolah swasta tidak terlalu tinggi.
Konsititusi Republik Islam Iran menggariskan kerangka dasar pengembangan pendidikan.
Pasal 3 menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab menyediakan pendidikan yang
gratis sampai pendidikan tingkat menengah bagi semua penduduk Iran. Hal yang sama
ditegaskan l agi pada Pasal 30, yakni pemerintah Iran berkewajiban memberikan pendidikan
yang gratis dan selanjutnya mempasilitasi akses ke pendidikan tinggi.
Pendidikan Islam di Iran
Dalam perkembangan sejarah Islam, bangsa Iran mempunyai peranan dan andil yang sangat
besar baik dari sisi penyebaran agama Islam, perluasan wilayah, peradaban Islam, dan
pendidikan. Dari daerah ini muncul tokoh-tokoh atau pakar dari berbagai macam keahlian, di
antaranya al-Biruni, Muhammad Musa al-Khawarizmi, Umar Khayam, dan lain-lain.
Di zaman modern sekarang, Republik Islam Iran menjadi perhatian dunia dengan program
nukl irnya yang dianggap kontroversial. Terlepas dari itu semua, kemampuan yang dimiliki
Iran pada hakikatnya adalah buah dari hasil kemajuan pendidikan yang diperoleh bangsa Iran
pascarevolusi 1979.
Revolusi yang terjadi pada 1979 tidak hanya dalam aspek pemerintahan, tetapi juga dalam
bidang pendidikan, yaitu islamisasi ilmu pengetahuan. Setelah revolusi, sekolah-sekolah

swasta dinasionalisasi, semua siswa dipisahkan menurut jenis kelamin, buku pelajaran yang
mencerminkan ajaran Islam dicetak. Banyak perguruan tinggi yang ditutup dan dibuka
kembali secara berangsurangsur mulai 1982-1983 dengan menggunakan kurikulum yang
Islami (Islamisasi ilmu pengetahuan).
Pada 1980 dibentuk suatu komite revolusi kebudayaan yang bertugas mengawasi nilai-nilai
Islam dalam pendidikan. Lembaga penyedia buku teks pelajaran yang anggotanya terdiri atas
mayoritas ulama berhasil menghasilkan 3000 koleksi buku pelajaran baru yang
mencerminkan pandangan Islam. Proses pembelajaran dengan paradigma islamisasi ilmu
pengetahuan telah diperkenalkan ke dalam kelas utama enam bulan setelah revolusi di
Republik Islam Iran.
Pendidikan Islam di Iran terintegrasi dalam semua mata pelajaran yang diberikan kepada
peserta didik melalui nilai-nilai keislaman dalam semua materi pelajaran. Dalam praktiknya
di lapangan, pelaksanaannya diawasi oleh Komite Revolusi Kebudayaan yang didirikan pada
1980. Materi pelajaran agama (religious education) diberikan selama dua jam setiap minggu
ditambah materi pelajaran tentang Alquran.
Bagi mereka yang berkeinginan mempelajari secara mendalam tentang ilmu keislaman, dapat
menjutkan ke tingkat perguruan tinggi pada Fakultas Teologi atau di universitas swasta
setelah mereka lulus ujian masuk perguruan tinggi. Terdapat universitas Islam swasta terbesar
di Iran, yaitu Islamic Azad University, di mana cabangnya tersebar di semua provinsi di Iran,
dengan jumlah mahasiswa mencapai 1,5 juta mahasiswa.
Di samping sistem pendidikan Islam formal, pendidikan Islam nonformal juga diberikan di
masjid atau maktab. Materi pembelajarannya adalah Alquran, logika, bahasa Arab, dan
gramatika (nahwu). Berbeda dengan Indonesia yang mayoritas penduduk muslim menganut
mazhab Safi’i dalam dalam bidang fiqih, Sunni dalam bidang tauhid, mayoritas penduduk
Republik Islam Iran menganut mazhab Syiah dan hanya 8% Sunni.
Pada hakikatnya, perbedaan prinsipial antara Syiah dan Ahlu Sunnah terletak pada persoalan
tokoh pengganti Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat sepeninggal beliau, baik di
bidang pemerintahan maupun dalam hal-hal spiritual keagamaan. Kaum Syiah berpendapat,
pemegang jabatan itu telah ditetapkan dan diwariskan oleh Nabi. Dalam hal ini yang ditunjuk
ialah Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Ahlu Sunnah berpendapat bahwa Nabi ketika wafat tidak
mewasiatkan jabatan tersebut kepada siapa pun. Akibatnya, kaum Syiah, tidak seperti kaum
muslimin lainnya, hanya mau berpegang pada apa yang mereka terima dari ahl al-bayt atau
keluarga dan keturunan Nabi dalam segala hal yang berkenaan dengan pemahamanpemahaman keagamaan. Mereka selalu berpegang teguh dengan pendirian bahwa Ali dan

keturunannya dari istrinya, Fatimah putri Nabi, adalah satu-satunya kelompok yang berhak
menduduki jabatan khalifah dan kepemimpinan tertinggi umat.
Dalam bidang furu’, yaitu hukum-hukum yang biasanya dibahas dalam kitab fikih, perbedaan
antara mazhab Syiah dan Sunni boleh dibilang sedikit sekali; tidak lebih dari perbedaanperbedaan yang ada antara mazhab Sunni yang satu dan yang lain, seperti mazhab Safi’i dan
Hanafi, Maliki, serta yang lain.
Perbandingan Sistem Pendidikan Islam di Republik Islam Iran dan Indonesia
Bila kita analis uraian-uraian terdahulu tentang sistem pendidikan Islam di Republik Islam
Iran dengan mempertimbangkan berbagai aspek, sebagaimana uraian di atas, terlihat
beberapa berbedaan antara sistem pendidikan Islam di Republik Islam Iran dan pendidikan
Islam di Indonesia.
Dari aspek kelembagaan, pendidikan Islam di Indonesia dinaungi oleh Kementerian Agama
RI, di mana pendidikan Islam telah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional mulai
dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tingggi. Sedangkan di Republik Islam Iran
pendikan Islam berada langsung di bawah Kementerian Pendidikan Nasional Iran. Di sisi
lain, jumlah penduduk Iran 90% menganut paham Syiah, sehinggga pendidikan Islam di
Republik Islam Iran mengarah kepada Islam Syiah. Sedangkan di Indonesia, sebagian besar
berpaham Sunni. Faham Syiah berteologikan Muktazilah (Qadariyah) sehingga mereka
mempunyai visi yang revolusioner dengan menempatkan imam mereka sebagai pemimpin
yang ma’sûm (terjaga dari kesalahan atau dosa). Pemimpin yang ma’sûm berpola hidup
sederhana, jauh dari korupsi, serta menjadi panutan rakyat, sehingga dana yang mereka miliki
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan rakyat, termasuk bidang pendidikan.
Dari pola pendidikan Islam yang dilaksanakan, sejak revolusi Iran 1979, pendidikan Islam di
Republik Islam terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Mata pelajaran agama tetap
diberikan untukmemperdalam pengetahuan peserta didik tentang ilmu keagamaan. Untuk
mengawasi dan memastikan bahwa lembaga pendidikan tetap memberikan materi pelajaran
sesuai dengan ajaran Islam, lembaga pendidikan diawasi oleh lembaga revolusi kebudayaan.
Sedangkan di Indonsia pendidikan Islam hanya sebatas mata pelajaran agama Islam dan
masih ditemukan pertentangan teori antara satu mata pelajaran dengan pelajaran agama
Islam, misalnya tentang teori tentang evolusi Darwin.
F. Pariwisata

Jumlah wisatawan Iran ke Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cenderung tetap.
Berdasarkan catatan KBRI, dalam 3 tahun terakhir rata-rata KBRI menerbitkan sekitar 500
visa berbagai jenis per tahun. Umumnya wisatawan Iran berkunjung ke Indonesia bukan
semata untuk berlibur, namun juga untuk kegiatan dagang. Mereka datang berkunjung dan
berbelanja di pusat-pusat perdagangan seperti Mangga Dua atau Tanah Abang di Jakarta
untuk kemudian dikirim ke Iran.
Untuk meningkatkan kerjasama pariwisata, pada saat Pertemuan ke-6 Komisi Ekonomi
Bersama bulan Desember 2002, telah ditandatangani MoU Kerjasama Pariwisata IndonesiaIran.
Kesepakatan ini menjadi dasar perluasan hubungan bilateral kedua negara di bidang
pariwisata dan bidang lain yang terkait. Indonesia mempunyai peluang untuk menyediakan
tempat pendidikan pariwisata yang banyak tersedia di Indonesia bagi institusi pariwisata di
Iran. Usul ini juga pernah dilontarkan KADIN Indonesia untuk melakukan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait di Iran.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dalam perkembangan sejarah Islam, bangsa Iran mempunyai peranan dan andil yang sangat
besar baik dari sisi penyebaran agama Islam, perluasan wilayah, peradaban Islam, dan
pendidikan. Dari daerah ini muncul tokoh-tokoh atau pakar dari berbagai macam keahlian, di
antaranya al-Biruni, Muhammad Musa al-Khawarizmi, Umar Khayam, dan lain-lain.
Di zaman modern sekarang, Republik Islam Iran menjadi perhatian dunia dengan program
nukl irnya yang dianggap kontroversial. Terlepas dari itu semua, kemampuan yang dimiliki
Iran pada hakikatnya adalah buah dari hasil kemajuan pendidikan yang diperoleh bangsa Iran
pascarevolusi 1979.
Revolusi yang terjadi pada 1979 tidak hanya dalam aspek pemerintahan, tetapi juga dalam
bidang pendidikan, yaitu islamisasi ilmu pengetahuan. Setelah revolusi, sekolah-sekolah
swasta dinasionalisasi, semua siswa dipisahkan menurut jenis kelamin, buku pelajaran yang
mencerminkan ajaran Islam dicetak. Banyak perguruan tinggi yang ditutup dan dibuka
kembali secara berangsurangsur mulai 1982-1983 dengan menggunakan kurikulum yang
Islami (Islamisasi ilmu pengetahuan).

DAFTAR PUSTAKA