Nilai Penting Kawasan Hutan Tinjomoyo

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
NILAI PENTING HERBA DI HUTAN WISATA TINJOMOYO

Disusun Oleh :
Gandhung Herda L

4411411041

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

A. Judul Praktikum
Indeks Nilai Penting Herba di Hutan Wisata Tinjomoyo
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui dominansi setiap spesies penyusun komunitas tumbuhan herba
pada Hutan Wisata Tinjomoyo

2. Menentukan nilai penting spesies penyusun komunitas tumbuhan herba di Hutan
Wisata Tinjomoyo

3. Mengetahui fungsi penghitungan indeks nilai penting spesies penyusun komunitas
tumbuhan herba di Hutan Wisata Tinjomoyo
C. Dasar Teori
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama
pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi,
tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon
juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang
cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. ( Ariyanto, tanpa tahun)
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam
berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya
oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi
ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,
penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia
air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal
ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. ( Ariyanto )
Tinjomoyo merupakan Hutan Wisata di Kota Semarang, yang berada didalam
kota dan masih alami, bertopografi unik, serta sejuk dan rindang. ( Nugroho, 2005 ).


Keanekaragaman makhluk hidup merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya
berbagai macam keragaman bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai
tingkatan makhluk hidup yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis, dan tingkatan genetik.
Beberapa manfaat keanekaragaman hayati bagi kehidupan menurut Hariri (2010) antara lain:
1. Sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan. Makanan, tempat tinggal, dan obatobatan sangat tergantung pada ketersediaan tanaman dan hewan.
2. Sebagai sumber plasma nutfah : Plasma nutfah merupakan kisaran keanekaragaman genetika
yang menyangkut individu-individu liar sampai bibit unggul yang ada pada masa kini. Jadi,

plasma nutfah tersebut terdapat di dalam sel makhluk hidup. Manusia memanfaatkan plasma
nutfah sebagai bahan baku untuk pemuliaan tanaman dan hewan.
3. Manfaat ekologik :Masing-masing jenis organisme memiliki peranan di dalam ekosistemnya.
Kestabilan tatanan kehidupan di suatu daerah ditentukan oleh makin beranekaragamnya jenis
makhluk hidup.
Dalam melakukan analisis terhadap sebuah vegetasi, ada tiga macam parameter kuantitatif
vegetasi yang sangat penting. Parameter tersebut umumnya diukur dari suatu tipe komunitas
tumbuhan, tiga macam parameter tersebut adalah:
1. Kerapatan (density)
Kerapatan adalah jumlah individu atau jenis dalam satu species didalam suatu unit area atau
lokal. Tingkat kerapatan suatu jenis dalam komunitas menentukan struktur komunitas yang
bersangkutan. Untuk menghitung indeks nilai penting (Important value) kerapatan ditentukan sebagai

kerapatan nisbi, yaitu persentase jumlah individu dalam satu jenis dari seluruh individu satu jenis
dalam suatu komunitas. Kerapatan (density) dapat dirumuskan yaitu sebagai berikut:
Kerapatan (Individu/ha) = jumlah individu/luas seluruh petak.
Kerapatan Relatif (KR) = kerapatan suatu jenis/kerapatan total x 100%

Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau banyaknya
suatu jenis per satuan luas.
2. Frekuensi
Frekuensi menyatakan perbandingan jumlah titik yang diduga suatu jenis terhadap
seluruh titik yang ditentukan sebagai contoh, biasanya dinyatakan dalam persen (%). Untuk
menghitung nilai penting, frekuensi dinyatakan dalam frekuensi relatif (Fer), yaitu persentase
suatu frekuensi satu jenis terhadap jumlah frekuensi seluruh jenis. Dalam menghitung suatu
frekuensi vegetasi maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
Frekuensi = jumlah petak ditemukannya suatu jenis/ jumlah seluruh jenis.
Sedangkan frekuensi relative dinyatakan dengan
Fr=

F spesies
x 100
∑ F seluruh spesies


Ferekuensi suatu jenis menggambarkan penyebaran darisuatu jenis dalam suatu areal.
Semakin merata penyebaran jenis tertentu, nilai frekuensinya semakin besar, sedangkan jenis
yang nilai frekuensinya kecil penyebarannya tidak merata pada suatu areal yang diamati.
(Kainde, 2011)

3. Dominansi (Dominance)
Dominansi merupakan spesies di dalam suatu komunitas yang berpengaruh
mengendalikan komunitas baik dari ukuran, jumlah dan aktivitasnya. Spesies dominan adalah
spesies yang secara ekologik sangat berhasil dan mampu menentukan kondisi yang diperlukan
untuk pertumbuhan. (Ngabeksti, 2006). Untuk menghitung indeks nilai penting, dominansi
yang diukur adalah dominasni relatif, yang sebenarnya adalah luas bidang relative, yaitu
persentase bidang dasar suatu jenis terhadapa jumlah bidang dasar seluruh jenis.
Dalam menghitung dominansi, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dominansi (D) = jumlah bidang dasar/jumlah seluruh plot
Dor =

Do spesies
x 100
∑ Do seluruh spesies


Dominansi suatu jennis menunjukkan penguasaan suatu jenis terhadap jenis lain pada
suatu komunitas. Makin besar nilai dominansi suatu jenis, semakin besar pngaruh penguasaan
jenis tersebut terhadap jenis lain. (Kainde, 2011)
Nilai penting menggambarkan karakter fitososiologi dalam komunitas. Nilai penting
menunjukkan seberapa kontribusi dari individu untuk komunitasnya. Indeks Nilai Penting
dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Densitas Relatif (Der), Frekuensi Relatif (Fer) dan
Dominansi Relatif (Dor) atau dapat ditulis dengan rumus:
NP = Dor + Der + Fer

Keterangan :
NP : Nilai Penting

Der : Densitas Relatif

Dor : Dominansi Relatif

Fer : Frekuensi Relatif

Indeks nilai penting suatu jenis meerupakan indeks yang menggambarkan peranan

keberadaan suatu jenis dalam komunitas. Semakin besar indeks nilai penting, semakin besar
peranan jenis tersebut dalam suatu komunitas. Indeks nilai penting dengan nilai yang tersebar
merata pada banyak jenis lebih baik daripada bertumpuk atau menonjol pada jenis tertentu.
Hal tersebut karena menunjukkan nilai relung (niche) yang lebih banyak dan tersebar merata,
spesifik dan bervariasi. Indeks nilai penting yang merata juga merupakan indikator semakin

tingginya keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem dan perkembangan ekosistem yang
baik untuk mencapai kestabilan pada tahap klimaks. (Kainde, 2011)
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Indeks Nilai Penting, yaitu:
- Tali raffia (1x1m2)
- Alat tulis
- Label
- Plastic
- Worksheet
Bahan yang digunakan dalam praktikum Indeks Nilai Penting adalah
- Tanaman herbayang ada di Hutan Wisata Tinjomoyo
E. Cara Kerja
Praktikum di lakukan di wilayah Hutan Wisata Tinjomoyo Zona C pada tanggal 11 April
2015 mulai pukul 06.30-15.00

Menyiapkan tali raffia berbentuk segi empat (persegi) dengan ukuran luas
1x1m2 yang digunakan untuk membuat plot
Menentukan area yang akan di plot untuk penghitungan nilai penting

Memilih pusat distribusi yang mewakili seluruh area Zona C Hutan Wisata
Tinjomoyo
Mencatat seluruh spesies yang ada dan menentukan prosentase
penutupan/dominansi tanaman herba

Menghitung jumlah spesies pada setiap plot

Menganalisis setiap data yang diperoleh

F. Hasil dan Analisis
Hasil pengamatan
Nilai penting dari setiap spesies adalah sebagai berikut:
No
.
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Nama Spesies
Euphathorium odoratum
Tridax sp.
Sampar kijang
Vitis trifoli / galling

Desmodium pulchellum
solanum nudum
Amorphopalus campanulatus
Oxalis barrelieri
spesies s
spesies o
spesies R
Stachytarpheta jamaicensis
Ipomoea triloba
Aesenomene indica
spesies A17
Parea sp.
Bombax ceiba
Leea rubra
Lophatherum gracile
A11
X
Phyllantus niruri
Adiantum sp.
Davalia sp.

Panisetum purpureum
Urtica grandidentata
Mimosa pudica
Costus sp.
Pachiryzus sp.
Momordica basalmina
Sweitenia mahagoni
Tithonia diversifolia
Glisin soja
Euphorbia prostate
Alpinia galangal
Leucaena leucocephala

NP (%)
36,62
1,81
18,02
4,00
13,93
8,10
6,71
4,26
0,60
0,76
1,42
6,08
7,38
0,82
0,76
0,76
0,76
1,59
4,14
1,48
0,76
1,48
2,40
1,61
4,54
2,19
4,45
5,24
1,87
19,51
3,22
82,05
14,06
4,89
1,53
0,76

37 Elephantopus scaber
38 Axonopusconferense
39 A14
40 Peperomea pilusifa
41 Solanum sp.
42 Paederia foetida
43 C
44 D
45 Lantana camara
Jumlah Total Nilai Penting

0,98
16,11
0,76
2,45
1,69
4,55
0,93
0,88
1,04
300

*Tabel lengkap dan analisis data terlampir
G. PEMBAHASAN
Nilai penting dalam ilmu ekologi adalah angka yang menggambarkan posisi suatu
jenis tumbuhan, dalam suatu komunitas (dalam kasus ini yang di hitung tumbuhan herba).
Nilai penting diperoleh berdasarkan 3 parameter vegetasi yaitu Dominansi, Densitas, dan
Frekuensi. Dominansi merupakan area penguasaan individu suatu tumbuhan yang menutupi
suatu wilayah/area. Dominansi dihitung berdasarkan prosentase penutupan pada suatu plot
yang nantinya di transfer pada skala Braun Branquet. Densitas merupakan cacah individu
persatuan luas, sedangkan Frekuensi merupakan cacah ditemuinya spesies pada contoh yang
diambil dibandingkan dengan seluruh contoh yang ada.
Pada praktikum ini menggunakan metode sampling menggunakan teknik plot. Plot
yang digunakan dibuat dari tali raffia yang berbentuk persegi dengan ukuran luas 1x1m2 .
Pada kuliah lapangan ini dilakukan untuk mengetahui nilai penting spesies – spesies
yang ditemukan di kawasan Hutan Wisata Tinjomoyo utamanya zona C. kegiatan kuliah
lapangan ini dilakukan karena vegetasi di area Tinjomoyo ini yang beranekaragam dan
banyak.
Pada kuliah lapangan yang diadakan di Hutan Wisata Tinjomoyo ini didapatkan 45
spesies yang masing-masing memiliki dominansi yang berbeda. Spesies yang paling tinggi
nilainya adalah paitan (Tithonia diversifolia ) yaitu sebesar 82,05. Hal ini menunjukkan bahwa
spesies yang paling berpengaruh kehadirannya adalah paitan ( Tithonia diversifolia ), jika
paitan ini dihilangkan maka komunitas ini akan terganggu atau keseimbangannya akan
goyah.

Luas zona C hutan wisata tinjomoyo ini kurang lebih sekitar 1 hektar. Yang meliputi
wilayah jurang dan tanah – tanah yang terjal serta banyak yang berupa bukit dan ditengah –
tengah ada bekas kandang buaya. Zona C ini berada di ujung wilayah yang diamati pada
praktikum lapangan ini.
Berikut data tambahan yang diambil di zona C wilayah yang digunakan pada
praktikum lapangandi hutan wisata tinjomoyo: suhunya terukur 33,5’C. kemudian
kelembabannya 63 %. Lalu pH tanahnya terukur 6,5. Moisture nya terukur 3,5 lalu intensitas
cahayanya 464x10 (skala 20000 lux).
KESIMPULAN
1. Setiap spesies penyusun komunitas tumbuhan herba pada Hutan Wisata Tinjomoyo
memiliki dominansi yang berbada-bada. Tanaman yang paling mendominasi adalah
tanaman paitan.
2. Nilai penting spesies yang paling dominan di Hutan Wisata Tinjomoyo adalah 82,05 %
yaitu paitan.
3. Penghitungan indeks nilai penting spesies berfungsi untuk mengetahui penyusun
komunitas tumbuhan herba yang paling dominan di Hutan Wisata Tinjomoyo khususnya
di zona C.

DAFTAR PUSTAKA
Arianto , Joko, Sri Widoretno, Nurmiyati, & Putri Agustina. Tanpa tahun. Studi
Biodiversitas Tanaman Pohon Di 3 Resort Polisi Hutan (Rph) Di

Bawah Kesatuan Pemangku Hutan (Kph) Telawa menggunakan
Metode Point Center Quarter (PCQ). Seminar Nasional IX
Pendidikan Biologi. Surakarta: UNS.
Hariri.2010.Ecology.Mc.Graw.Hill International.
Hasanudin , Gina Arida, & Safmanelli. 2012 . Pengaruh Persaingan Gulma Synedrella
nodiflora L pada berbagai Densitas Pertumbuhan Hasil Kedelai. Jurnal Agrista.
(16)3: 146-152.
Kainde, R.P,dkk. 2011. Analisis Vegetasi Gunung Tumpa. Jurnal Ilmiah, Volume
17 Nomor 3, Fakultas Pertanian, UNSRAT, Manado.
Ngabekti, Sri. 2006. Buku Ajar Ekologi dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar.
Semarang: Laboratorium Ekologi, UNNES
Nugroho, TPA. 2005 . Pengembangan Hutan Wisata Tinjomoyo. Semarang : Undip

Lampiran
Analisis Data
Dominansi Relatif Spesies
Do spesies
Dor sp =
Do seluruh spesies

x 100%

1) Dor Euphathorium odoratum

=

75
618

x 100%

= 12,14
2) Dor Tridax sp.

=

4
618

x 100%

= 0,65
3) Dor sampar kijang

=

45
618

x 100%

= 7,28
4) Dor Vitis trifolia
5) Dor Desmodium pulchellum

9
618
= 1,46
29
=
618
=

x 100%
x 100%

= 4,69
6) Dor Solanum nudum

16
618
= 2,59
=

7) Dor Amorphophalus campanulatus

=

x 100%
19
618

x 100%

=3,07
8) Dor Oxalis barrelieri

=

15
618

x 100%

= 2,43
9) Dor spesies S

=

1
618

x 100%

= 0,16
10) Dor spesies O

=

2
618

x 100%

= 0,32
11) Dor spesies R

=

3
618

x 100%

= 0,49
12) Dor Stachytarpheta jamaicensis =

13
618

x 100%

= 2,10
13) Dor Ipomoea triloba

=

19
618

x 100%

= 3,07
14) Dor Aesenomere indica

=

2
618

x 100%

= 0,32
15) Dor spesies A17

2
618
= 0,32
=

x 100%

16) Dor Parea sp.
17) Dor Bombax ceiba

2
618
= 0,32
2
=
618
=

x 100%
x 100%

= 0,32
18) Dor Leea rubra

=

4
618

x 100%

= 0,65
19) Dor Lophatherum gracile

=

8
618

x 100%

= 1,29
20) Dor spesies A11

=

3
618

x 100%

= 0,49
21) Dor spesies X

=

2
618

x 100%

= 0,32
22) Dor Phyllanthus niruri

=

3
618

x 100%

= 0,49
23) Dor Adiantum sp.

=

3
618

x 100%

= 0,49
24) Dor Davalia sp.

=

3
618

x 100%

= 0,49
25) Dor Panisetum purpureum

=

9
618

= 1,46

x 100%

26) Dor Urtica grandidentata

=

5
618

x 100%

= 0,81
27) Dor Mimosa pudica

=

8
618

x 100%

= 1,29
28) Dor Costus sp.

=

11
618

x 100%

= 1,78
29) Dor Pachityzus sp.

=

4
618

x 100%

= 0,65
30) Dor Momordica balsamina

=

48
618

x 100%

= 7,77
31) Dor Sweitenia mahagoni

=

9
618

x 100%

= 1,46
32) Dor Tithonia diversifolia

=

130
618

x 100%

= 21,04
33) Dor Glycin soja

=

34
618

x 100%

= 5,50
34) Dor Euphorbia prostate

=

8
618

x 100%

= 1,29
35) Dor Alpinia galangal

=

4
618

x 100%

= 0,65
36) Dor Leucaena leucocephala

=

2
618

x 100%

= 0,32
37) Dor Elephantopus scaber

=

3
618

x 100%

= 0,49
38) Dor Axonopus conference

=

26
618

x 100%

= 4,21
39) Dor Spesies A14

=

2
618

x 100%

= 0,32
40) Dor Peperomea pilusifa

=

7
618

x 100%

= 1,13
41) Dor Solanum sp.

=

5
618

x 100%

= 0,81
42) Dor Paederia foetida

=

11
618

x 100%

= 1,78
43) Dor spesies C

=

3
618

x 100%

= 0,49
44) Dor Spesies D

=

2
618

= 0,32

x 100%

45) Dor Lantana camara

3
618

=

x 100%

= 0,49
Jumlah total Dominansi Relatif

Densitas Relatif Spesies
Der spesies
Der sp =
Der seluruh spesies

= 100

x 100%

1) Der Euphathorium odoratum =

200
1746

x 100%

= 11,45

2) Der Tridax sp

7
1746

=

x 100%

= 0,40
47
1746

3) Der sampar kijang =

x 100%

= 2,69
4) Der Vitis trifolia =

11
1746

x 100%

= 0,63
5) Der Desmodium pulchellum =

81
1746

x 100%

= 4,64
6) Der Solanum nudum =

56
1746

x 100%

= 3,21
7) Der Amorphophalus campanulatus =

10
1746

= 0,57

x 100%

12
1746

8) Der Oxalis barrelieri =

x 100%

= 0,69
1
1746

9) Der spesies S =

x 100%

= 0,06
10) Der spesies O =

1
1746

x 100%

= 0,06
11) Der spesies R =

3
1746

x 100%

= 0,17
36
1746

12) Der Stachytarpheta jamaicensis =

= 2,06
15
1746

13) Der Ipomoea triloba =

x 100%

= 0,86
14) Der Aesenomere indica =

2
1746

x 100%

= 0,11
1
1746

15) Der spesies A17 =

x 100%

= 0,06
16) Der Parea sp. =

1
1746

x 100%

= 0,06
17) Der Bombax ceiba =

1
1746

x 100%

x 100%

= 0,06
3
1746

18) Der Leea rubra =

x 100%

= 0,17
23
1746

19) Der Lophatherum gracile =

x 100%

= 1,32
4
1746

20) Der spesies A11 =

x 100%

= 0,23
1
1746

21) Der spesies X =

x 100%

= 0,06
4
1746

22) Der Phyllanthus niruri =

x 100%

= 0,23
23) Der Adiantum sp. =

20
1746

x 100%

= 1,15
24) Der Davalia sp. =

13
1746

x 100%

= 0,74
25) Der Panisetum purpureum =

27
1746

x 100%

= 1,55
26) Der Urtica grandidentata =

4
1746

= 0,23

x 100%

35
1746

27) Der Mimosa pudica =

x 100%

= 2,00
28) Der Costus sp. =

27
1746

x 100%

= 1,55
29) Der Pachityzus sp. =

8
1746

x 100%

= 0,46
78
1746

30) Der Momordica balsamina =

x 100%

= 4,47
31) Der Sweitenia mahagoni =

4
1746

x 100%

= 0,23
32) Der Tithonia diversifolia =

771
1746

x 100%

= 44,16
33) Der Glycin soja =

29
1746

x 100%

= 1,66
34) Der Euphorbia prostata =

36
1746

x 100%

= 2,06
35) Der Alpinia galanga =

2
1746

x 100%

= 0,11
36) Der Leucaena leucocephala =

1
1746

x 100%

= 0,06
2
1746

37) Der Elephantopus scaber =

x 100%

= 0,11
38) Der Axonopus conferense =

141
1746

x 100%

= 8,08
39) Der Spesies A14 =

1
1746

x 100%
= 0,06
3
1746

40) Der Peperomea pilusifa =

x 100%

= 0,17
41) Der Solanum sp. =

2
1746

x 100%
= 0,11

42) Der Paederia foetida =

15
1746

x 100%

= 0,86
43) Der spesies C =

1
1746

x 100%
= 0,06

44) Der Spesies D =

3
1746

x 100%
= 0,17

45) Der Lantana camara =

3
1746

x 100%

= 0,17
Jumlah total Densitas Relatif = 100 %

Frekuensi Relatif Spesies
Fer sp =

Fer spesies
Fer seluruh spesies

x 100%
0,485714
3,728571

1) Fer Euphathorium odoratum =

x 100%

= 13,03
2) Fer Tridax sp =

0,028571
3,728571

x 100%
= 0,77

0,3
3,728571

3) Fer sampar kijang =

x 100%

= 8,05
4) Fer Vitis trifolia =

0,071429
3,728571

x 100%

= 1,92
5) Fer Desmodium pulchellum =

0,171429
3,728571

x 100%

= 4,60
6) Fer Solanum nudum =

0,085714
3,728571

x 100%

= 2,30
7) Fer Amorphophalus campanulatus =

0,114286
3,728571

= 3,07
8) Fer Oxalis barrelieri =

0,042857
3,728571

= 1,15
9) Fer spesies S =

0,014286
3,728571

x 100%

x 100%

x 100%

= 0,38
0,014286
3,728571

10) Fer spesies O =

x 100%

= 0,38
0,028571
3,728571

11) Fer spesies R =

x 100%

= 0,77
0,071429
3,728571

12) Fer Stachytarpheta jamaicensis =

= 1,92
0,128571
3,728571

13) Fer Ipomoea triloba =

x 100%

= 3,45
14) Fer Aesenomere indica =

0,014286
3,728571

x 100%

= 0,38
0,014286
3,728571

15) Fer spesies A17 =

x 100%

= 0,38
0,014286
3,728571

16) Fer Parea sp. =

x 100%

= 0,38
0,014286
3,728571

17) Fer Bombax ceiba =

x 100%

= 0,38
18) Fer Leea rubra =

0,028571
3,728571

= 0,77

x 100%

x 100%

19) Fer Lophatherum gracile =

0,057143
3,728571

x 100%

= 1,53
0,028571
3,728571

20) Fer spesies A11 =

x 100%

= 0,77
0,014286
3,728571

21) Fer spesies X =

x 100%

= 0,38
0,028571
3,728571

22) Fer Phyllanthus niruri =

x 100%

= 0,77
0,028571
3,728571

23) Fer Adiantum sp. =

x 100%

= 0,77
24) Fer Davalia sp. =

0,014286
3,728571

x 100%

= 0,38
25) Fer Panisetum purpureum =

0,057143
3,728571

x 100%

= 1,53
26) Fer Urtica grandidentata =

0,042857
3,728571

x 100%

= 1,15
27) Fer Mimosa pudica =

0,042857
3,728571

x 100%

= 1,15
28) Fer Costus sp. =

0,071429
3,728571

x 100%

= 1,92
29) Fer Pachityzus sp. =

0,028571
3,728571

x 100%

= 0,77
0,271429
3,728571

30) Fer Momordica balsamina =

x 100%

= 7,28
0,057143
3,728571

31) Fer Sweitenia mahagoni =

x 100%

= 1,53
32) Fer Tithonia diversifolia =

0,628571
3,728571

x 100%

= 16,86
33) Fer Glycin soja =

0,257143
3,728571

x 100%

= 6,90
0,057143
3,728571

34) Fer Euphorbia prostata =

x 100%

= 1,53
35) Fer Alpinia galanga =

0,028571
3,728571

x 100%

= 0,77
0,014286
3,728571

36) Fer Leucaena leucocephala =

x 100%

= 0,38
37) Fer Elephantopus scaber =

0,014286
3,728571

= 0,38

x 100%

0,142857
3,728571

38) Fer Axonopus conferense =

x 100%

= 3,83
39) Fer Spesies A14 =

0,014286
3,728571

x 100%

= 0,38
0,042857
3,728571

40) Fer Peperomea pilusifa =

x 100%

= 1,15
0,028571
3,728571

41) Fer Solanum sp. =

x 100%

= 0,77
42) Fer Paederia foetida =

0,071429
3,728571

x 100%

= 1,92
43) Fer spesies C =

0,014286
3,728571

x 100%

= 0,38
44) Fer Spesies D =

0,014286
3,728571

x 100%

= 0,38
45) Fer Lantana camara =

0,014286
3,728571

x 100%

= 0,38
Jumlah total Frekuensi Relatif = 100 %
Nilai Penting Spesies
NPspesies = Dorspesies + Derspesies + Ferspesies
1) NP Euphathorium odoratum = 12,14 + 11,45 + 13,03
= 36,62

2) NP Tridax sp

= 0,65 + 0,40 + 0,77
= 1,81
3) NP sampar kijang
= 7,28 + 2,69 + 8,05
= 18,02
4) NP Vitis trifolia
= 1,46 + 0,63 + 1,92
= 4,01
5) NP Desmodium pulchellum = 4,69 + 4,64 + 4,60
= 13,93
6) NP Solanum nudum
= 2,59 + 3,21 + 2,30
= 8,10
7) NP Amorphophalus campanulatus = 3,07 + 0,57 +3,07
= 6,71
8) NP Oxalis barrelieri
= 2,43 + 0,69 + 1,15
= 4,27
9) NP spesies S
= 0,16 + 0,06 + 0,38
= 0,60
10) NP spesies O
= 0,32 + 0,06 + 0,38
= 0,76
11) NP spesies R
= 0,49 + 0,17 + 0,77
= 1,43
12) NP Stachytarpheta jamaicensis = 2,10 + 2,06 + 1,92
= 6,08
13) NP Ipomoea triloba
= 3,07 +0,86 + 3,45
= 7,38
14) NP Aesenomere indica = 0,32 + 0,11 + 0,38
= 0,81
15) NP spesies A17
= 0,32 + 0,06 + 0,38
= 0,76
16) NP Parea sp.
= 0,32 + 0,06 + 0,38
= 0,76
17) NP Bombax ceiba
= 0,32 + 0,06 +0,38
= 0,76
18) NP Leea rubra
= 0,65 + 0,17 + 0,77
= 1,59
19) NP Lophatherum gracile = 1,29 + 1,32 + 1,53
= 4,14
20) NP spesies A11
= 0,49 + 0,23 + 0,77
= 1,49
21) NP spesies X
= 0,32 + 0,06 + 0,38
= 0,76
22) NP Phyllanthus niruri
= 0,49 + 0,23 + 0,77
= 0,79
23) NP Adiantum sp. = 0,49 + 1,15 + 0,77
= 2,41
24) NP Davalia sp.
= 0,49 + 0,74 + 0,38
= 1,71

25) NP Panisetum purpureum = 1,46 + 1,55 + 1,53
= 4,54
26) NP Urtica grandidentata = 0,81 + 0,23 + 1,15
= 2,18
27) NP Mimosa pudica
= 1,29 + 2,00 + 1,15
= 4,44
28) NP Costus sp.
= 1,78 + 1,55 + 1,92
= 5,25
29) NP Pachityzus sp.
= 0,65 + 0,46 + 0,77
= 1,88
30) NP Momordica balsamina = 7,77 + 4,47 + 7,28
= 20,62
31) NP Sweitenia mahagoni = 1,46 + 0,23 + 1,53
= 3,22
32) NP Tithonia diversifolia = 21,04 + 44,16 + 16,86
= 82,06
33) NP Glycin soja
= 5,50 + 1,66 +6,90
= 14,06
34) NP Euphorbia prostata = 1,29 + 2,06 + 1,53
= 4,88
35) NP Alpinia galanga
= 0,65 + 0,11 + 0,77
= 1,53
36) NP Leucaena leucocephala = 0,32 + 0,06 + 0,38
= 1,36
37) NP Elephantopus scaber = 0,49 + 0,11 + 0,38
= 0,98
38) NP Axonopus conferense = 4,21 + 8,08 + 3,83
= 14,12
39) NP Spesies A14
= 0,32 + 0,06 + 0,38
= 0,76
40) NP Peperomea pilusifa = 1,13 + 0,17 + 1,15
= 2,45
41) NP Solanum sp.
= 0,81 + 0,11 + 0,77
= 1,69
42) NP Paederia foetida
= 1,78 + 0,86 + 1,92
= 4,66
43) NP spesies C
= 0,49 + 0,06 + 0,38
= 0, 94
44) NP Spesies D
= 0,32 + 0,17 + 0,38
= 0,87
45) NP Lantana camara
= 0,49 + 0,17 + 0,38
= 1,04