EYD makalah dan analisis (1)

PENYALAHGUNAAN TANDA BACA SURAT NIAGA
KORESPONDENSI BAHASA INDONESI
Dra. Ponco Dewi K. MM

Disusun Oleh:
1. Intannisa Nur K.
2. Siti Nafilah

(8105164118)

ADMINISTRASI PERKANTORAN B
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Kami panjatkan
puji syukur

kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan


penyusunan tugas analisis kasus ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Korespondensi Bahasa Indonesia dengan judul “Penyalahgunaan Tanda Baca Surat Niaga”.
Dalam Penulisan analisis ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan analisis ini.
Semoga analisis sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami ibu Dra. Ponco Dewi yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Terima kasih.

Jakarta, 24 Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya orang Indonesia dapat berbahasa Indonesia untuk keperluan sehari-hari,
dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat penghubungan. Kita tentu juga punya
kemampuan berbahasa Indonesia sebagai alat perhubungan; mampu membaca majalah yang
ditulis dalam bahasa Indonesia, dan mampu, misalnya menulis surat dalam bahasa Indonesia.
Kemampuan itu jelas beragam, ada yang mampu membaca hanya dengan kata-kata, ada pula
yang mampu membaca dengan menafsirkan serta menyimpulkan isi bacaan, ada yang tidak
teratur atau seenaknya, ada pula yang mampu menulis dengan susunan kalimat yang teratur,
pilihan kata yang baik dan ejaan yang tertib.
Kemampuan berbahasa Indonesia itu tentunya dapat ditingkatkan terus-menerus melalui
kegiatan belajar dan berlatih menggunakan bahasa Indonesia yang terus menerus pula. Sebagai
warganegara yang baik, kita seyogianya mempelajari seluk-beluk pemakaian bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang

santun, sopan, dan yang tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau dialek (Efendi, 1995:
3). Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia dan ejaan bahasa Indonesia yang
resmi.
Pada dasarnya, ketika berkomunikasi, manusia mengharpkan dapat melakukan
komunikasi yang sebaik-baiknya baik secara lisan maupun tertulis. Namun, seringkali sesuatu
yang baik yang menjadi idaman hamper setiap manusia itu tidak selalu terpenuhi semuanya
untuk sepanjang waktu. Ada kalanya apa yang diinginkan manusia terpenuhi; ada kalanya
harapan manusia tidak dapat terpenuhi. Dalam berbahasa dapat terjadi hal yang demikian. Tanpa
disengaja penutur mengucapkan suatu kalimat yang salah. Seringpula tanpa disadari kekeliruan
dalam mengucapkan suatu kalimat. Kesalahan itu dapat membuat orang lain tidak dapat
memahami orang lain. Adapula kalimat yang diungkapkanya keliru, tetapi maknanya masih
dapat dipahami orang lain.
Bahasa Indonesia ragam tulis digunakan baik dalam tulisan tidak resmi maupun dalam
tulisan resmi. Dalam tulisan tidak resmi, seperti surat dan catatan pribadi, penggunaan kalimat
yang teratur dan lengkap serta penggunaan ejaan yang cermat tidak selalu diperlukan. Akan
tetapi, dalam tulisan resmi, seperti buku pelajaran, surat dinas, dan laporan, penggunaan kalimat
yang teratur dan lengkap serta penggunaan ejaan yang cermat diperlukan. Keteraturan dan

kelengkapan kalimat serta ejaan dalam sebuah tulisan dapat mengungkapkan gagasan atau
pikiran yang jelas (Efendi, 1995: 10). Kejelasan gagasan dalam sebuah tulisan akan

memudahkan pembaca memahami tulisan itu.
Tekanan, nada, jeda, atau lagu yang nenudahkan pemahaman bahasa ragam lisan tidak
dituliskan secara lengkap dalam bahasa ragam tulis. Oleh karena itu, dalam memahami sebuah
tulisan, pembaca bertumpu pada keteraturan serta kelengkapan kalimat dan kecermatan ejaan
dalam tulisan itu.
Dari latar belakang di atas maka pengarang berniat memaparkan kesalahan dalan ejaan
terutama dalam tanda baca, yang tidak dituliskan secara lengkap dalam bahasa lisan. Masalah
yang akan dibahsaa dalam makalah ini adalah sebagai berikut: bagaimana definisi analisis
kelasahan bahasa tulis?, Apa saja jenis kesalahan penggunaan tanda baca?, Bagaimana jenisjenis tanda baca
Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut: Mendeskripsikan
definisi analisis kelasahan bahasa tulis, Mengidentifikasi jenis kesalahan penggunaan tanda baca,
Mendeskripsikan jenis-jenis tanda baca.
Manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah manfaat teoritis dan manfaat paktis.
BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat Kesalahan Berbahasa
Menurut Crystal (dalam Pateda 1989: 32), analisis kesalahan berbahasa adalah suatu
teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi secara sistemik kesalahankesalahan yang dilaksanakan peserta didik yang sedang mempelajari bahasa atau bahasa kedua
dengan menggunakan teori dan prosedur linguistik. Dalam kaiatanya dengan kesalahan linguistik
dibedakan antara istilah kesalahan berbahasa (error) dengan kekeliruan berbahasa (mistakes).

Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan bersifat sistemik, konsisten, dan menggambarkan
kemampuan peserta didik pada tahap tertentu yang biasanya belum sempurna. Kesalahan
berbahasa berada pada wilayah kompetensi atau wilayah pengetahuan (Markhamah, 2011: 54).
Ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ilmu
yang digunakan sebagai dasar analisis berbahasa, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Jadi ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa adalah pada tataran fonologi,

morfologi, sintaksis, dan semantik. Objek analisis kesalahan berbahasa tidak berbeda dengan
objek linguistik. Artinya yang dijadikan objek analisis kesalahan berbahasa adalah secara umum
pemakaian bahasa yang dilakukan oleh peserta didik. Namun bukan semua jenis pemakaian
bahasa menjadi objek analisis kesalahan berbahasa, melainkan hanya pemakaian bahasa yang
bersifat formal atau resmi, antara lain pemakaian bahasa tulis pada laporan penelitian, karya
ilmiah (skripsi, tesisi, disertasi, dan makalah), laporan kegiatan (seperti kegiatan workshop,
lokakarya, seminar, praktik kerja lapangan, dan lain-lain).
Di samping pemakaian bahasa tulis formal, pemakaian bahasa lisan formal menjadi objek
analisis kesalahan berbahasa. Objek itu berdasarkan

bidangnya dapat dikelompokkan

sebagaimana bidang linguistik. Artinya, ada objek analisis berbahasa pada tataran fonologi,

objek analisis kesalahan bidang morfologi, sintaksis, dan semantik.
Kesalahan Penggunaan Tanda Baca
1.

Tanda titik (.)

a.

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan seruan atau pertanyaan.

b.

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagab, ikhtisar atau daftar.

c.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

d.


Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka
waktu.

e.

Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang berakhir dengan tanda Tanya dan
tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

f.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatanya.

g.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatanya yang menunjukkan
jumlah.

h.

Tanda titik dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel,

dan sebagainya.

2.

Tanda koma (,)

a.

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

b.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti, tetapi / melainkan.

c.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimat.


d.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi iinduk kalimat.

e.

Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat
pada awal kalimatt. Termasuk di dalamnya oleh, karena itu, jadi, lagi, pula, meskipun begitu,
akan tetapi.

f.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, aduh, kasihan dari kata yang lain
yang terdapat di dalam kalimat.

g.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.


h.

Tanda koma dipakai di antar nama alamat, bagian-bagian kalimat, tempat dan taggal, dan nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

i.

Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannnya dalam daftar
pustaka.

j.

Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

k.

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

l.


Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.

m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
n.

Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baaca—di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.

o.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
megiringinya dalam kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

3.
a.

Tanda titik koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.

b.

Tanda titik koma dipakai sebagai penggganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk.

4.

Tanda titik dua (:)

a.

Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.

b.

Tanda titik koma tidak dapat dipakai jikka rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.

c.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian

d.

Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama kata yang menunnjukkan pelaku dalam
percakapan.

e.

Tanda titik dua dipakai (i) di antarra jilid atau nommor dann halaman, (ii) di antara bab dan ayat
judul dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.

5.

Tanda hubung (-)

a.

Tanda hubung menyambungkan suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

b.

Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan
bagian kata di depannya pada pergantian baris.

c.

Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.

d.

Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

e.

Tand ahubung boleh dipakai untuk memperjelash (i) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata

f.

Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf capital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf capital
dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

g.

Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing

6.

Tanda pisah (—)

a.

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan di luar bangun
kalimat.

b.

Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.

c.

Tanda pisah dipaka di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke “ atau “ sampai
dengan”

7.

Tanda ellipsis (…)

a.

Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus—putus

b.

Tanda eipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagia yang dihilangkan.

8.

Tanda Tanya (?)

a.

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

b.

Tanda tanya dipaki dalam tanda kurung untuk menyatakann bagian kliamat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenaranya.

9.

Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah pernyataan atau ungkapan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

10. Tanda kurung ((…))
a.
b.

Tanda kurung mengapit tambahan atau penjelasan.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.

c.

Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadiranya di dalam teks dapat di hilangkan.

d.

Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.

11. Tanda kurung siku ([ … ])
a.

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakann bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

b.

Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

12. Tanda petik (“…”)
a.

Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembiacaran dan naskah atau bahan
tertulis lain

b.
c.

Tanda petik mengapit judl syair, karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat
Tand apetik mengapit istilah ilmiah yang kuranggf dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus

d.

Tanda petik penutup mengikuti tand aaca yang mengakhiri petikan langsung

e.

Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mebbgapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat

13. Tanda petik tunggal (‘…’)
a.

Tanda petik tunggal mengapit petikan tanda petik tunggal mengapit petikan tunggal mengapit
petikan yang tersusun di dalam oetikan lain

b.

Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing

14. Tanda garis miring ( / )
a.

Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

b.

Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap

15. Tanda penyingkat (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Contoh Pemakaian Tanda Baca
2.1.1 Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
1. Ayahku tinggal di Solo.
2. Biarlah mereka duduk di sana.
3. Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah
bertanda titik. Misalnya:
1. Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
2. Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
3. Dia mengatakan, “kaki saya sakit.”
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
a

Saputra S. Ibrahim

b

George W. Bush

Tetapi apabila nama ditulis itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contohnya: Kania
Sutisna Winata

Tanda titik yang dilingkari warna biru di atas, dalam penempatannya tidak tepat. Seharusnya
tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama. Jadi tanda titik di atas seharusnya ditempatkan
setelah huruf “s” yang merupakan singkatan nama. Berikut perbaikannya: “Ny. Arjanti S.”
3. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau

daftar.

Misalnya:
a.

III.

Departemen Pendidikan Nasional

A.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

B.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

1.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini

2.



b.

1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka
atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
waktu.

menunjukkan

Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut:
(1)Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi,
siang, sore, atau malam.
Misalnya:
a

pukul 9.00 pagi

b

pukul 11.00 siang

(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang,
atau malam.
Misalnya:
a

pukul 00.45

b

pukul 07.30

c

pukul 22.00

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
a

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

b

0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

c

0.0.30 jam (30 detik)

6. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab
dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
1. Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
2. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
3. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
a

Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

b

Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

c

Nomor gironya 5645678.

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
a

Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional

b

Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan
alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif Rahmad 43
Palembang

Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
(4) Tanda titik dipakai untuk pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan decimal.
Misalnya:
Rp200.250,75
8.750 m

$ 50,000.50
8,750 m

Jadi pada gambar diatas penggunaan tanda titik salah. Seharusnya Pemisahan bilangan ribuan
atau kelipatannya dilakukan sebagai berikut: Rp50.000 Rp60.000

2.1.2 Tanda Garis Miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
a

No. 7/PK/2008

b

Jalan Kramat III/10

c

tahun ajaran 2008/2009

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata “atau”, “tiap”, dan “ataupun.”
Misalnya:
1. dikirimkan lewat darat/laut
2. harganya Rp1.500,00/lembar.harganya Rp1.500,00 tiap lembar’
3. tindakan penipuan dan/atau penganiayaan tindakan penipuan
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam
kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.

Dari gambar di atas tampak tidak ada yang salah dalam penulisannya. Akan tetapi bila kita lihat
lagi dengan saksama tanda garis miring yang diapit oleh dua kata itu. Penulisannya memakai
spasi, seharusnya baik kata yang mendahulu tanda garis miring maupun kata yang sebelum tanda
garis miring, keduanya tidak menggunakan spasi. Berikut usulan perbaikan: “cash/kredit”
disamping itu kata “kerdit” di atas seharusnya ditulis “credit” yang merupakan bentuk pasangan
kata dari “cash” yang merupakan kata bahasa asing. Karena penulisan “kredit” diatas adalah
kata bahasa Indonesia.
2.1.3 Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
a

Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).

b

Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).

Catatan: Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:

 Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan
tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
Misalnya:
a
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
b

Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.

3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
dapat dihilangkan.

teks

Misalnya:
a

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

b

Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.

4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
Misalnya:
a
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga
kerja.
b
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2)
ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan
perincian yang disusun ke bawah. Misalnya:
 Kemarin kakak saya membeli:
1)

buku,

2)

pensil, dan tas sekolah.

Samahalnya dengan tanda garis miring, tanda kurung pun bila mengapit suatu kata.
Menempatkannya tidak memakai spasi baik diawal sebelum kata, maupun sesudah kata yang
diapit. Dari gambar di atas, jelas tanda kurung yang mengapit kata “siang-siang” di atas itu,
tidak tepat. Sebaiknya tanda kurung itu tidak menggunakan spasi baik sebelum kata “siang”
maupun sesudah kata “siang” yang diapitnya. Misalnya: (siang-siang)
Itulah hasil observasi saya, mencari kesalahan-kesalah penggunaan kata baku dan tanda baca
yang sering ditemukan di masyarakat. Semoga temuan-temuan hasil observasi yang saya lakukan
dapat memberikan manfaat ataupun informasi bagi pembaca.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi,
mengklasifikasi, menginterpretasi secara sistemik kesalahan-kesalahan yang dilaksanakan
peserta didik yang sedang mempelajari bahasa atau bahasa kedua dengan menggunakan teori dan
prosedur linguistik.
Ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ilmu
yang digunakan sebagai dasar analisis berbahasa, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Jadi ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa adalah pada tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Objek analisis kesalahan berbahasa tidak berbeda dengan
objek linguistik.
Artinya yang dijadikan objek analisis kesalahan berbahasa adalah secara umum
pemakaian bahasa yang dilakukan oleh peserta didik. Namun bukan semua jenis pemakaian
bahasa menjadi objek analisis kesalahan berbahasa, melainkan hanya pemakaian bahasa yang
bersifat formal atau resmi, antara lain pemakaian bahasa tulis pada laporan penelitian, karya
ilmiah (skripsi, tesisi, disertasi, dan makalah), laporan kegiatan (seperti kegiatan workshop,
lokakarya, seminar, praktik kerja lapangan, dan lain-lain).
Jenis kesalahan berbahasa dalam bidang tanda baca meliputi: Tanda titik (.), Tanda
koma (,), Tanda titik koma (;), Tanda titik dua (:), Tanda hubung (-), Tanda pisah (—),
Tanda ellipsis (…), Tanda Tanya (?), Tanda seru (!), Tanda kurung ((…)), Tanda kurung
siku ([ … ]), Tanda petik (“…”), Tanda petik tunggal (‘…’), Tanda garis miring ( / ), Tanda
penyingkat (‘)
Sudah selayaknyalah kalau semua orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap
positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia baik tulisan maupun lisan. Haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa
yang digunakan. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai sikap seperti itu karena
siapa lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya. Kita, sebagai bangsa
Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai

bahasa nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku memang sudah seharusnya
diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.
B. Saran
Penggunan bahasa baku memang seharusnya kita terapkan, mengingat bahasa baku adalah
bahasa Indonesia yang benar. Didalam penulisan memang seharusnya mengikuti kaidah-kaidah
penulisan. Untuk itu sabaiknya kita harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati tersebut.
Saran saya kepada pembaca setiap kali pembaca ingin menulis. Ada baiknya pembaca
memahami dulu kaidah-kaidah penulisan, salah-satunya yaitu penggunaan kata yang baku dan
penggunaan EYD. Agar tulisannya sesuai dengan kaidah penulisan yang sudah disepakati
penggunaan kata dan tanda bacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka.
Tarigan, Henru Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1997. Analasis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Pusat bahasa. 2008